• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Uji Reliabilitas

c. Aitem terseleksi adalah aitem yang tidak dihilangkan saat seleksi aitem. d. Aitem tidak terseleksi adalah aitem yang dihilangkan saat dilakukan

prosedur seleksi aitem dengan uji korelasi Point-Biserial dan uji korelasi Pearson Product Moment.

e. Responden adalah masyarakat yang berdomisili di Kelurahan Condong Catur, Kecamatan Depok dan memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

1) Pria dan wanita berusia 16-65 tahun 2) Berdomisili di Kelurahan Condong Catur 3) Bisa membaca dan menulis

4) Tidak mempunyai latar belakang pendidikan dan pekerjaan di bidang kesehatan

5) Bersedia menjadi responden secara sukarela dengan mengisi “Surat Keterangan Kesediaan”

Adapun kriteria eksklusi responden adalah sebagai berikut:

1) Individu sesuai kriteria inklusi namun tidak bersedia mengisi kuesioner

2) Responden yang tidak mengisi kusioner dengan lengkap 3) Responden yang tidak bisa mengisi kuesioner sendiri

f. Pengetahuan adalah semua hal yang dimiliki dan dipahami oleh masyarakat mengenai penyakit tuberculosis (TBC) paru.

g. Sikap adalah respon yang diberikan oleh masyarakat terkait penyakit tuberculosis (TBC) paru.

h. Tindakan adalah sekumpulan sikap yang direalisasikan dalam suatu aksi sebagai bentuk tanggapan terhadap pengetahuan tentang penyakit tuberculosis (TBC) paru.

C.Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang akan diuji adalah kuesioner yang terdiri dari 40 aitem pernyataan yang diformulasikan pada tahap awal penelitian. Adapun tanggapan yang diberikan merupakan jawaban berupa forced choice pada aspek pengetahuan dan skala Likert pada aspek sikap dan tindakan. Aitem kuesioner yang diujikan adalah sebagai berikut:

1. Aspek Pengetahuan terdiri dari 15 aitem pernyataan yang terbagi dalam 8 aitem favorable dan 7 aitem unfavorable. Pokok bahasan aitem-aitem ini meliputi definisi, patofisiologi, gejala, penularan, upaya pencegahan, uji laboratorium dan pengobatan penyakit TBC paru.

2. Aspek Sikap juga terdiri dari 15 aitem pernyataan yang terbagi dalam 7 aitem favorable dan 8 aitem unfavorable. Pokok bahasan yang dimasukkan dalam aspek ini meliputi motivasi belajar masyarakat, gejala, diagnosa, kepercayaan masyarakat, pengobatan, pencegahan, gaya hidup, dan pemeliharaan lingkungan penyakit TBC paru.

3. Aspek Tindakan berisi 10 aitem pernyataan yang terdiri dari 5 aitem favorable dan 5 aitem unfavorable. Pokok bahasan aitem aspek ini meliputi upaya pencegahan, gejala, penularan, dan pengobatan penyakit TBC paru.

Aitem-aitem kuesioner ini secara tereperinci dapat dilihat pada Tabel I berikut:

Tabel I. Pernyataan Favorable dan Unfavorable pada Pokok Bahasan Aspek Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

Aspek Pokok Bahasan Nomor Pernyataan Favorable Unfavorable Pengetahuan a. Definisi 1 - b. Patofisiologi 2 3 dan 11 c. Gejala 4 5 d. Penularan 7 6 dan 9 e. Upaya pencegahan 8 - f. Uji laboratorium - 10 g. Pengobatan 12,13 dan 13 15 Jumlah Aitem 8 7

Sikap a. Motivasi belajar masyarakat 1 - b. Gejala dan Diagnosa 4 2 c. Kepercayaan masyarakat - 3,5 dan 6 d. Pengobatan 7,10 dan 12 11 e. Pencegahan 14 -

f. Gaya hidup 8 9 dan 13

g. Pemeliharaan lingkungan 15 - Jumlah Aitem 8 7 Tindakan a. Upaya pencegahan 1dan 3 2 b. Gejala - 4 c. Penularan 5 dan 6 - d. Pengobatan 8 7, 9 dan 10 Jumlah Aitem 5 5 Total Aitem 20 20

Masing-masing tanggapan pada setiap aitem diberi skor jenis jawaban untuk dapat diolah dengan uji statistika yang sesuai. Skoring tanggapan forced choice pada aitem pernyataan pengetahuan dibedakan dari tanggapan skala Likert pada aspek sikap dan tindakan. Adapun ketentuan pemberian skor disajikan dalam Tabel II dan III:

Tabel II. Besar Skor untuk Tanggapan Pernyataan Aspek Pengetahuan Tanggapan Pernyataan Aspek Pengetahuan Skor

Benar 1

Salah 0

Tabel III. Besar Skor untuk Tanggapan Pernyataan Aspek Sikap dan Tindakan Tanggapan Pernyataan

Aspek Sikap dan Tindakan

Skor Pernyataan Favorable Skor Pernyataan Unfavorable Sangat Setuju (SS) 4 1 Setuju (S) 3 2 Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

D. Rekrutmen

Rekrutmen responden dilakukan dengan metode non probability sampling yaitu purposive sampling. Untuk lingkup penelitian sosial, pengujian instrumen sebaiknya melibatkan 30-40 responden (Effendi dan Tukiran, 2012) atau minimal 50 orang (Supratiknya, 2014). Pada pengambilan data yang pertama ditentukan besar sampel sebanyak 65 orang untuk mengantisipasi kemungkinan responden yang tidak memenuhi kriteria inklusi. Dari hasil uji kualitas instrumen yang pertama, terdapat 11 responden yang harus dieksklusi karena tidak memberikan tanggapan pada pernyataan dengan lengkap sehingga hanya 54 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Dari hasil pengujian tersebut, besar sampel saat penyebaran berikutnya ditentukan menjadi 54 orang.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Form Berita Acara : Berisi keterangan dan komentar yang diberikan oleh

expert, yaitu dokter dan apoteker dalam pengujian kelayakan isi instrumen (validitas konten).

2. Metode Croncbach-Alpha : Digunakan untuk mengetahui nilai alpha (α) dari objek penelitian.

3. Uji Korelasi Point-Biserial : Digunakan untuk mengetahui koefisien r-aitem pada aitem dengan skor yang bersifat dikotomus pada aspek pengetahuan. 4. Uji Korelasi Pearson Product Moment: digunakan untuk mengetahui koefisien

r-aitem pada aitem dengan skor yang bersifat continous pada aspek sikap dan tindakan.

F. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari 2014 sampai dengan bulan April 2014.

G.Tata Cara Penelitian

Gambar 1. Diagram Alir Tata Cara Penelitian Secara Umum Instrumen Siap Pakai

Uji Kualitas Instrumen (Gambar 3) Rekruitmen Responden Penyusunan Kuesioner Penentuan Lokasi Perijinan Penelitian

Uji Kelayakan Konten Instrumen (Gambar 2)

Gambar 2. Diagram Alir Tata Cara Uji Kelayakan Konten Instrumen Uji Pemahaman Bahasa

(Lay People) Semua pernyataan dapat dipahami Validitas Konten Professional Judgement Kuesioner (Dokter dan Apoteker)

Tak Valid secara Konten

Revisi Aitem Kuesioner Seluruh aitem dinyatakan valid secara konten Uji Kualitas Instrumen (Gambar 3) Terdapat pernyataan yang tidak dapat dipahami

Gambar 3. Diagram Alir Tata Cara Uji Kualitas Instrumen Uji Korelasi Pearson Product Moment Uji Korelasi Point Biserial Penyebaran Kuesioner Terseleksi Tak Terseleksi Revisi Kuesioner Cronbach-Alpha Reliabel α > 0,60 Kuesioner siap pakai α < 0,60 Tidak Reliabel

Seleksi Aitem Perpanjangan

Tes Skoring

Penyebaran Kuesioner

H. Kelemahan Penelitian

Kelemahan pada penelitian ini adalah terjadinya perubahan komposisi pokok bahasan pada domain pengukuran pengetahuan sehingga tidak sesuai dengan konten awal instrumen yang telah disetujui para ahli. Keterbatasan ini terjadi pada saat dilakukan proses seleksi aitem aspek pengetahuan yaitu terdapat satu pokok bahasan yang tidak terseleksi sama sekali. Hal ini menyebabkan dihilangkannya pokok bahasan tersebut.

46 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dipaparkan hasil penelitian selama bulan Januari-April 2014 yang dibahas sesuai dengan urutan tujuan penelitian yaitu uji validitas konten instrumen, uji reliabilitas intrumen dan formulasi instrumen pengukuran yang telah valid dan reliabel. Penelitian ini disebut eksperimental karena pada penelitian ini diberikan perlakuan pada setiap aitem kuesioner untuk kemudian dilakukan uji validitas konten dan reliabilitas kuesioner tersebut. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional karena pengambilan data variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

A.Uji Validitas Konten

Uji validitas konten ketiga aspek dilakukan bersamaan sehingga daftar rekomendasi dari setiap ahli ditindaklanjuti untuk setiap aspek. Terdapat dua orang ahli yang terlibat hingga proses pengujian II validitas konten, hal ini telah sesuai yang dinyatakan Waltz dkk. (2010) bahwa prosedur uji validitas konten melibatkan setidaknya dua orang ahli di bidangnya. Berdasarkan sumber tersebut, dua orang adalah jumlah minimal ahli yang dimintakan penilaian mengenai kelayakan konten aitem kuesioner, sehingga diputuskan melibatkan seorang ahli tambahan pada Uji Validitas IV, yaitu dokter umum yang sudah melakukan praktek selama kurang lebih 25 tahun. Penambahan ahli ketiga ini bertujuan untuk mendapatkan penilaian konten yang lebih komprehensif. Secara keseluruhan, uji validitas konten dilakukan sebanyak lima kali hingga mendapatkan persetujuan

kelayakan konten dari semua ahli. Dokter I menyatakan kelayakan seluruh aitem pada uji kedua, Dokter II memberikan persetujuan pada uji keempat dan apoteker memberikan persetujuan pada semua aitem pada uji kelima. Setiap ahli menyatakan kuesioner telah valid apabila ketiga aspek sudah memenuhi kelayakan konten melalui form expert judgement. Hasil pengujian validitas dan kuesioner yang diujikan ditampilkan pada Lampiran 5-24.

1. Aspek Pengetahuan

Secara umum, alur pengembangan aspek pengetahuan dapat dicermati pada Gambar 4. Hasil uji validitas konten secara lengkap disajikan dalam lampiran 25. Aitem aspek pengetahuan diuji validitas kontennya hingga setiap pernyataan kuesioner dinyatakan layak dari segi isi untuk mengukur pengetahuan masyarakat terkait penyakit TBC. Secara umum perlakuan yang diberikan pada aitem kuesioner, seperti membenahi sturuktur kalimat ataupun mengganti kalimat dimaksudkan untuk memberikan suatu pernyataan yang jelas kepada responden. Penyusunan pernyataan ini sesuai dengan kriteria yang disampaikan oleh Budiman dan Riyanto (2013) bahwa suatu pernyataan perngetahuan sebaiknya berupa pernyataan pasti dan hanya memiliki satu gagasan saja.

Gambar 4. Alur Pengujian Validitas Konten Aspek Pengetahuan UVK: Uji Validitas Konten, A: Apoteker, D I: Dokter I, D II: Dokter II

UVK I Rekomendasi: A : aitem 3 dan 9 D I : aitem 1,2,3 dan 7 15 aitem diujikan kembali 5 aitem direvisi

UVK II Rekomendasi:

A : -

D I : dapat diuji ke tahap selanjutnya 15 aitem diujikan kembali

UVK III

Tidak ada rekomendasi dari ahli

15 aitem diujikan kembali

UVK IV Rekomendasi:

D II : aitem 4 1 aitem yang direvisi

diujikan kembali

b. 1 aitem direvisi

UVK V

15 aitem dinyatakan layak secara konten a. Penambahan satu

Pada uji pertama, terdapat lima aitem yang mendapatkan rekomendasi untuk direvisi yaitu pernyataan nomor 1, 2, 3, 7 dan 9. Para ahli menilai kalimat pernyataan belum cukup baik menyampaikan maksud peneliti sehingga harus diperbaiki untuk memenuhi kelayakan konten. Pada soal kuesioner nomor 1, kalimatnya digabungkan dengan pernyataan nomor 2. Penggabungan pernyataan ini menyebabkan berkurangkan satu pernyataan sehingga dibuat satu satu aitem unfavorable dengan pokok bahasan yang sama seperti nomor 1, yaitu pokok bahasan definisi. Kedua ahli menilai kalimat yang terlalu panjang justru menyebabkan maksud pernyataan menjadi membingungkan, sehingga terdapat penggantian kata pada aitem tersebut. Hal ini sesuai dengan kriteria penyusunan pernyataan pengetahuan yang dinyatakan oleh Budiman dan Riyanto (2013) bahwa kalimat harus merupakan pernyataan pasti sehingga tidak menyebabkan makna yang membingungkan bagi responden. Pernyataan nomor 9 mengalami perubahan konten karena setelah dicermati secara keseluruhan, pokok bahasan aitem tersebut, yaitu mengenai penularan sudah cukup terwakili pada pernyataan nomor 6. Pokok bahasan pada pernyataan nomor 9 diganti menjadi pernyataan mengenai pokok bahasan pengujian laboratorium. Uji validitas konten I menghasilkan penambahan satu soal pada pokok bahasan definisi penyakit dan pengujian laboratorium serta lima kalimat pernyataan yang telah diperbaiki. Lima belas aitem siap diujikan kembali validitas kontennya. Kuesioner untuk uji pertama ditampilkan pada Lampiran 5.

Pada uji validitas konten II, Dokter I menyatakan 15 aitem yang diujikan kembali dinyatakan telah valid dari segi konten sehingga pernyataan-pernyataan ini siap diuji ke tahapan berikutnya, sedangkan Apoteker tidak memberikan rekomendasi apapun hingga uji validitas kelima.

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa tidak ada rekomendasi yang diberikan Apoteker terhadap aitem aspek pengetahuan pada saat uji ketiga. Hal ini dikarenakan Apoteker hanya memberikan rekomendasi untuk pernyataan dari kedua aspek lainnya saja.

Pada uji keempat, rekomendasi didapatkan dari ahli ketiga yaitu Dokter II. Rekomendasi ini hanya diberikan untuk pernyataan nomor 4 sehingga kalimat direvisi dan aspek pengetahuan langsung disetujui oleh ahli tersebut.

Tidak ada rekomendasi yang diberikan pada uji validitas konten kelima oleh ahli kedua, yaitu Apoteker dan aitem aspek pengetahuan telah dinyatakan layak untuk diujikan ke tahap selanjutnya. Selama proses uji validitas konten tidak terjadi perubahan jumlah aitem pernyataan. Kuesioner hasil akhir uji validitas konten untuk aspek pengetahuan ditampilkan pada Lampiran 21.

2. Aspek Sikap

Aspek sikap merupakan aspek kedua yang terdapat dalam kuesioner penelitian. Proses pengembangan aspek ini dipaparkan secara ringkas pada Gambar 5. Rincian rekomendasi dan tindak lanjut rekomendasi aitem aspek ini dapat dilihat pada lampiran 26.

UVK I Rekomendasi:

A : aitem 4 D I : aitem 3, 4, 6 dan 7 15 aitem diujikan kembali 4 aitem direvisi

UVK II Rekomendasi: A : 9, 14, dan 15 D I : aitem sikap sudah layak

15 aitem diujikan kembali 3 aitem direvisi

Merevisi keseluruhan aitem

UVK III A: seluruh aitem 15 aitem diujikan kembali

UVK IV Rekomendasi: A : aitem 4, 7, 9 dan 12 D II : aitem sikap sudah

layak

15 aitem diujikan kembali

b. 4 aitem direvisi

UVK V

15 aitem dinyatakan layak secara konten a. Penambahan satu

orang ahli

Gambar 5. Alur Pengujian Validitas Konten Aspek Sikap UVK: Uji Validitas Konten, A: Apoteker, D I: Dokter I, D II: Dokter II

Pada Gambar 5, dapat dilihat bahwa pada uji pertama terdapat empat aitem yang belum valid secara konten karena belum disetujui oleh para ahli yaitu aitem nomor 3, 4, 6 dan 7. Pernyataan nomor 3 mengalami perubahan pokok bahasan yaitu pernyataan mengenai kepercayaan masyarakat diganti menjadi pernyataan mengenai upaya pencegahan TBC. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pokok bahasan kepercayaan masyarakat tentang TBC masih dapat diwakili oleh aitem yang ada sedangkan pernyataan lain yang dianggap belum valid secara konten hanya diperbaiki kalimatnya. Kelima belas aitem ini siap diuji kelayakan kontennya kembali.

Pada uji kedua, Dokter I tidak rekomendasi namun telah menyatakan bahwa aitem telah layak secara konten. Rekomendasi masih diberikan oleh Apoteker untuk aitem nomor 9, 14 dan 15 karena ketiga aitem ini dianggap menyerupai kalimat tindakan. Aitem-aitem ini kemudian diubah kalimatnya supaya menunjukkan keberpihakan. Secara teoretis, hal ini sesuai seperti yang disampaikan oleh Budiman dan Riyanto (2013) bahwa pernyataan untuk aspek seperti ini dimaksudkan untuk mencari tahu dukungan atau penolakan seseorang terhadap suatu konsep sikap dalam rentangan nilai tertentu. Pernyataan nomor 9 disederhanakan dengan harapan dapat lebih mudah dimengerti oleh responden. Pernyataan ini sebelumnya mengandung dua gagasan dalam satu kalimat, sehingga kalimatnya menjadi kurang jelas maknanya. Penggantian pokok bahasan dilakukan pada pernyataan nomor 14. Konten aitem ini diganti menjadi pokok bahasan pengobatan TBC sedangkan pernyataan nomor 15 hanya disempurnakan struktur kalimatnya.

Rekomendasi ahli uji validitas II ditindaklanjuti dengan menghasilkan perbaikan pada 4 aitem pernyataan, sehingga 15 aitem domain sikap siap diujikan lagi.

Pada uji ketiga, expert judegement hanya diberikan oleh Apoteker. Ahli tersebut merekomendasikan untuk merevisi kuesioner sikap secara keseluruhan. Adapun tindak lanjut yang dilakukan adalah dengan memetakan ulang tanggapan yang tercakup dalam skala Likert. Hal ini sesuai dengan salah satu kriteria yang dipaparkan oleh Budiman dan Riyanto (2013) bahwa penggunaan pernyataan sebaiknya menimbulkan respon yang tercakup dalam skala pengukuran. Skala Likert yang digunakan menggunakan pilihan “Sangat Setuju”, “Setuju”, “Tidak Setuju”, dan “Sangat Tidak Setuju” sehingga pemetaan respon yang diharapkan dalam pernyataan favorable dan unfavorable harus tercakup dalam keempat pilihan ini. Apoteker juga menilai bahwa kalimat yang menggunakan kata kerja aktif dianggap lebih tepat digunakan pada aspek tindakan. Setiap aitem diperbaiki dengan menggunakan konteks kalimat yang menunjukkan keberpihakan atau pilihan yang bisa ditanggapi responden sesuai dengan skala Likert. Tindak lanjut dari rekomendasi ahli pada uji validitas III adalah dengan melakukan perbaikan kalimat dengan tujuan mengikuti salah satu kriteria yang disarankan oleh Budiman dan Riyanto (2013) bahwa kalimat yang dapat menimbulkan persetujuan dari banyak responden sebaiknya dihindari. Penulisan kalimat keberpihakan ataupun kalimat dengan memberikan contoh pilihan dapat memberikan variasi tanggapan responden. Beberapa pokok bahasan sulit

diterjemahkan menjadi aitem unfavorable sehingga salah satu langkah praktis dalam menyelesaikan masalah ini adalah dengan mengganti konten terkait dengan tetap memperhatikan proporsi pokok bahasan yang telah diformulasikan sebelumnya. Adapun aitem kuesioner yang mengalami perubahan pokok bahasan adalah pernyataan nomor 8, 9, 10, 12, dan 14. Uji ketiga menghasilkan 15 aitem yang siap diujikan kembali.

Uji validitas keempat kuesioner aspek sikap melibatkan satu ahli tambahan, yaitu dokter II. Berdasarkan rekomendasi ahli pertama, yaitu apoteker, maka dilakukan perbaikan pada aitem nomor 4, 9, dan 12 menjadi kalimat yang menunjukan pilihan, sedangkan kalimat nomor 7 diperbaiki kalimat tanpa mengubah konten pernyataannya. Ahli kedua yaitu dokter II telah menyatakan 15 aitem telah valid secara konten.

Uji yang kelima merupakan uji validitas konten aspek sikap yang terakhir yang ditegaskan dalam berita acara yang diisi oleh Apoteker. Hasil Uji validitas kelima merupakan persetujuan dari ahli terakhir yang menyatakan aitem aspek sikap valid secara konten. Secara ringkas, hasil uji validitas V dipaparkan sebagai lampiran 24. Adapun perubahan aitem untuk kuesioner aspek dapat dilihat pada Lampiran 6, 10, 14 dan 18 sedangkan hasil akhir pengujian validitas konten untuk aspek ini ditampilkan pada Lampiran 22.

3. Aspek Tindakan

Tahapan pengembangan kuesioner aspek tindakan disajikan pada Gambar 6. Rangkuman hasil uji validitas konten aspek ini dapat dicermati

UVK I Rekomendasi: A : aitem 4, 6, 7, 8 dan 10

D I : aitem 2 10 aitem diujikan kembali 6 aitem direvisi

UVK II Rekomendasi: A : keseluruhan aitem D I : aitem tindakan sudah layak

10 aitem diujikan kembali Merevisi keseluruhan aitem UVK III Rekomendasi: A: aitem 4, 7, 8 dan penambahan aitem 15 aitem diujikan kembali

b. penambahan 5 aitem a. Revisi 3 aitem UVK IV Rekomendasi: A: aitem 3, 4, 9, 13 dan 15 D II: aitem tindakan sudah layak

15 aitem diujikan kembali a. Penambahan

satu orang ahli b. 5 aitem direvisi

UVK V

15 aitem dinyatakan layak secara konten

pada Lampiran 27. Secara umum perlakuan yang diberikan pada aspek tindakan sama dengan perlakuan yang diberikan pada aitem aspek sikap karena aitem kedua aspek ini menggunakan pengukuran dengan skala Likert, yaitu meliputi perbaikan kalimat hingga pengubahan konten pernyataan.

Gambar 6. Alur Pengujian Validitas Konten Aspek Tindakan UVK: Uji Validitas Konten, A: Apoteker, D I: Dokter I, D II: Dokter II

Terdapat enam aitem yang belum valid dari 10 aitem yang diujikan. Penggantian kalimat dilakukan pada aitem nomor 2, sedangkan penyempurnaan kalimat dilakukan pada keempat aitem lainnya. Tidak ada penggantian konten yang dilakukan pada selama revisi kuesioner hasil evaluasi uji validitas konten I. Setelah revisi kuesioner selesai dilakukan, tetap terdapat 10 aitem kuesioner yang siap diujikan kembali.

Pada pengujian berikutnya yaitu Uji Validitas Konten II, apoteker merekomendasikan supaya konten aspek tindakan diarahkan menjadi pokok bahasan yang lebih spesifik. Adapun tindak lanjut terhadap rekomendasi ini adalah memeriksa ulang konten aspek tindakan secara keseluruhan dan menyesuaikan dengan literatur. Pada uji yang kedua, ahli lainnya yaitu Dokter I menyatakan konten pernyataan sudah valid sehingga dapat diteruskan ke tahap pengujian selanjutnya. Kesepuluh aitem yang telah dievaluasi berdasarkan rekomendasi ahli pada uji validitas konten II diujikan kembali.

Hasil uji ketiga menunjukkan tiga aitem yang belum valid secara konten yaitu nomor 4, 7 dan 8. Perbaikan kalimat dilakukan pada aitem nomor 4 dan 7 sedangkan penggantian kalimat dilakukan untuk aitem nomor 8. Apoteker juga merekomendasikan untuk menambah aitem pernyataan tindakan menjadi 15 aitem sehingga terdapat lima aitem baru yang meliputi pokok bahasan pengobatan dan upaya pencegahan. Kelima belas aitem ini diujikan kembali karena belum mendapat konfirmasi kelayakan dari semua ahli.

Pengujian yang keempat menunjukkan terdapat lima aitem yang belum valid secara konten menurut ahli apoteker. Kalimat nomor 3 dan 4 diperbaiki dengan menambahkan contoh tindakan yang lebih riil sedangkan ketiga kalimat lainnya disempurnakan susunan kalimatnya. Ahli ketiga yaitu Dokter II menyatakan semua pernyataan telah valid secara konten.

Uji validitas konten V mengujikan kembali pernyataan-pernyataan yang sudah diperbaiki hingga mendapatkan persetujuan kelayakan konten dari setiap ahli. Kelima belas telah dinyatakan valid secara konten oleh Apoteker pada ini. Perubahan pada kuesioner aspek tindakan ini dapat dilihat pada Lampiran 7, 11, 15 dan 19 sedangkan kuesioner yang menjadi hasil akhir pengujian validitas konten untuk aspek tindakan ditampilkan pada Lampiran 23.

Pada akhirnya, uji validitas konten ini menghasilkan 45 aitem kuesioner yang terdiri dari 15 aitem pernyataan pengetahuan, 15 aitem pernyataan sikap dan 15 aitem pernyataan tindakan. Keempat puluh lima aitem ini telah dinyatakan valid secara konten sehingga bisa diujikan ke tahap selanjutnya yaitu uji pemahaman Bahasa terhadap 30 Lay people. Lay people ini terdiri dari 10 orang mahasiswa Psikologi, 10 orang mahasiswa Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah serta 10 orang di luar kelompok mahasiswa. Dari 45 aitem kuesioner yang diujikan, terdapat beberapa aitem yang dinilai sulit dipahami oleh Lay people. Berikut hasil pengujian pemahaman Bahasa pada Lay people dipaparkan pada Tabel IV.

Tabel IV. Pernyataan pada Tiap Aspek Kuesioner yang Sulit Dipahami oleh Lay people

No. Aspek Pernyataan

1. Pengetahuan 2, 4, 11 dan 12

2. Sikap 3 dan 4

3. Tindakan 4 dan 8

Resume lengkap hasil uji pemahaman Bahasa terhadap Lay people ini disajikan secara lebih lengkap pada Lampiran 28. Aitem yang dinilai sulit untuk dipahami ini kemudian diperbaiki dari segi struktur kalimatnya. Walaupun pernyataan telah dianggap valid secara konten sebelumnya, hasil uji Lay people menunjukkan terdapat beberapa kalimat yang sulit yang dipahami karena strukturnya yang dianggap rumit. Adapun proses perbaikan aitem ini mengikuti salah kriteria yang dinyatakan oleh Budiman dan Riyanto (2013) yaitu menghindari kalimat yang rumit dengan menuliskannya dalam Bahasa yang sederhana, jelas dan langsung. Penyederhanaan kalimat aitem ini diharapkan dapat memudahkan responden memahami maksud pernyataan kuesioner. Pemahaman Bahasa ini berpengaruh pada tanggapan responden untuk tiap pernyataan. Apabila kalimat memiliki struktur yang buruk maka akan membingungkan responden dan sangat mungkin menimbulkan tanggapan yang tidak konsisten. Tanggapan responden yang tidak konsisten dapat mempengaruhi hasil pengujian reliabilitas instrumen.

Pada pengujian pamahaman Bahasa yang kedua tidak ditemukan respon negatif sehingga keempat puluh lima aitem kuesioner dapat dilanjutkan ke tahap pengujian berikutnya, yaitu uji reliabilitas.

B. Uji Reliabilitas

Pada penelitian ini, uji reliabilitas ketiga aspek dilakukan bersamaan sesuai tata cara penelitian uji kualitas instrumen. Uji kualitas instrumen ini meliputi uji reliabilitas dan seleksi aitem. Uji kualitas instrumen ini dilakukan sebanyak empat kali. Pada uji yang pertama, dari ketiga aspek yang diujikan

Dokumen terkait