• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUISIONER UNTUK KOLEKTOR KOMODITAS KOPI ORGANIK Identitas responden

DAFTAR PUSTAKA

KUISIONER UNTUK KOLEKTOR KOMODITAS KOPI ORGANIK Identitas responden

1. Nama :………. 2. Jenis kelamin : 3. Usia :………. 4. Pendidikan : a. Formal [ ] Tidak sekolah [ ] D-3 [ ] SD [ ] S-1 [ ] SLTP/ Tsanawiyah [ ] lain-lain, sebutkan……….. [ ] SMU/ MTSN

b. Non Formal : [ ] pernah [ ] Tidak pernah

Jika pernah

sebutkan……….. 5. Sejak kapan usaha ini dimulai di daerah saudara (tahun/bulan) ……. 6. Sejak kapan saudara menjalani usaha ini (bulan/tahun) ……...

8. Bagaimana status kepemilikan usaha saudara ini : [ ] Milik sendiri

[ ] kerjasama dengan pihak lain, berapa pihak yang telibat (tsaudarai dengan X)

฀ Satu, sebutkan………. ฀ Dua, sebutkan……….. ฀ Tiga, sebutkan………..

฀ Lebihdari tiga, sebutkan……….

9. Jika kerjasama, bagaimana sistem pembagian keuntungan………

10.Berapa jumlah pengumpul yang saudara klaim menjadi mitra kerja dalam menyediakan pasokan kopi bagi kegiatan usaha saudara ini………. 11.Jumlah Tenaga kerja…….(orang) :……(dalam keluarga)………(luar

keluarga) 12.Sistem upah :

[ ] Bulanan (Rp/bulan)……… [ ] Bagi Hasil (%)... [ ] lainnya………..

13.Apakah saudara punya usaha lain : [ ] ya [ ] Tidak

Jika ya, sebutkan jenis usaha :……….

 KUISIONER NILAI TAMBAH A. Musim panen raya

1. Berapa rata-rata jumlah pasokan kopi organik yang saudara bisa saudara kumpulkan (Kg)

a. Satu bulan……….

b. Satu hari………

3. Berapa rata-rata saudara sanggup memasok kopi organik ke pembeli (kg)

a. Satu bulan……….

4. Berapa lama waktu yang digunakan tenaga kerja yang saudara pakai dalam satu hari (jam/hari) ……….

5. Berapa biaya tenaga kerja yang digunakan (hari)

a. Tenaga kerja untuk mengumpulkan kopi organik Rp………..

b. Tenaga kerja untuk proses pengolahan (jika ada proses pengolahan) Rp………..

c. Tenaga kerja untuk proses lainnya (jika ada) Rp ……….

6. Berapa harga jual kopi yang saudara hasilkan (Rp/kg) ……….

7. Berapa rata-rata harga jual pengumpul terhadap kopi organik yang dipasok untuk usaha saudara ini Rp………

8. Berapa total Biaya bahan baku penunjang yang digunakan selam satu kali musim panen, isilah tabel berikut ini

Uraian Jumlah (satuan) Harga/satuan (Rp)

B. Musim pasca panen raya

1. Berapa rata-rata jumlah pasokan kopi organik yang saudara bisa saudara kumpulkan (Kg)

a. Satu bulan……….

b. Satu hari………

2. Berapa rata-rata saudara sanggup memasok kopi organik ke pembeli (kg)

a. Satu bulan……….

3. Berapa lama waktu yang digunakan tenaga kerja yang saudara pakai dalam satu hari (jam/hari) ……….

4. Berapa biaya tenaga kerja yang digunakan (hari)

a. Tenaga kerja untuk mengumpulkan kopi organik Rp………..

b. Tenaga kerja untuk proses pengolahan (jika ada proses pengolahan) Rp………..

c. Tenaga kerja untuk proses lainnya (jika ada) Rp ……….

5. Berapa harga jual kopi yang saudara hasilkan (Rp/kg) ……….

6. Berapa rata-rata harga jual pengumpul terhadap kopi organik yang dipasok untuk usaha saudara ini Rp………

7. Berapa total Biaya bahan baku penunjang yang digunakan selama satu kali musim panen, isilah tabel berikut ini

Uraian Jumlah (satuan) Harga/satuan (Rp)

 KUISIONER IDENTIFIKASI RESIKO

Aspek supply

1. Apakah jumlah kopi organik melalui beberapa petani yang saudara klaim melakukan kerjasama selama ini mencukupi

[ ] ya

[ ] tidak, jika tidak sebutkan minimal jumlah pasokan kopi yang memadai untuk usaha saudara ini

 Per bulan…………Kg

2. Apakah pernah terjadi masalah kekurangan jumlah pasokan kopi organik dari petani selama saudara menekuni usaha ini

[ ] Tidak [ ] ya

3. Apakah saudara wajib memenuhi kuota jumlah pasokan tertentu kepada pembeli berikutnya (koperasi/exportir) dalam satu kali pengiriman.

[ ] ya

[ ] tidak, apakah ada rata-rata stsaudarar dari saudara mengenai jumlah minimal kopi organik (Kg) sebelum dikirim ke pembeli berikutnya……….

4. Jika jumlah pasokan berkurang dari pengumpul apakah memberikan pengaruh terhadap usaha saudara

[ ] tidak

[ ] ya, jika demikian beri tsaudara (X) terhadap poin di bawah ini perihal pengaruhnya terhadap usaha saudara

 ( ) lama waktu proses pengumpulan kopi organik  ( ) Lama waktu proses pengolahan (jika ada)  ( ) waktu/jadwal pengiriman

5. Apakah pernah terjadi complain terhadap kopi organik yang saudara jual [ ] tidak

[ ] ya, apakah frekuensinya sering……… Apek proses

1. Apakah dalam melakukan usaha ini, saudara menggunakan bahan baku air dalam proses kegiatannya.

[ ] Tidak

[ ] ya, jika demikian isilah (X) poin di bawah ini

a. Dalam kegiatan apa saja yang melibatkan bahan baku air ( ) proses pengumpulan

( ) proses pengolahan ( ) proses transportasi

b. Darimana sumber air yang saudara gunakan ( ) PDAM

( ) Air hujan

( ) campuran air hujan dan PDAM ( ) lainnya, sebutkan………

c. Apakah air yang saudara gunakan bebas dari kontaminasi zat kimia ( ) ya

( ) tidak

2. Apakah ada pemisahan peralatan yang digunakan untuk kopi organik dengan no organik

[ ] ya [ ] tidak

3. Apakah peralatan yang saudara gunakan bebas dari kontaminasi zat kimia [ ] ya

[ ] tidak, apakah proses pencucian setelah menggunakan bahan kimia sesuai dengan persyaratan organik.

4. Apakah bahan yang digunakan untuk mengemas kopi organik hanya digunakan untuk produk organik saja

[ ] ya

[ ] tidak, apakah proses pencucian setelah menggunakan bahan kimia sesuai dengan persyaratan organik.

5. Apakah dalam proses pengolahan kopi organik yang saudara lakukan menggunakan bahan-bahan yang mengandung zat kimia

[ ] ya [ ] tidak

6. Apakah kopi sebelum dikirim ke pembeli, saudara melakukan penyimpanan sementara terlebih dahulu

[ ] tidak

[ ] ya, jika ya maka lanjutkan pengisian kuisioner no 7, 8, 9, 10.

7. Apakah tempat penyimpanan sementara hanya digunakan untuk produk organik [ ] ya

[ ] tidak

8. Apakah gudang penyimpanan berada dalam kondisi baik [ ] ya

[ ] tidak

9. Apakah gudang penyimpanan cukup luas untuk menampung semua produk organik

[ ] ya [ ] tidak

10.Apakah seluruh gudang penyimpanan berlokasi di areal organik [ ] ya

[ ] tidak, apakah lokasi tersebut bebas dari kontaminasi zat kimia……… Aspek permintaan

1. Apakah pernah terjadi kegagalan saudara dalam memenuhi pesanan pembeli [ ] pernah, berilah tsaudara (X) pada isian di bawah ini

( ) apakah frekuensinya sering terjadi ( ) biasanya terjadi pada musim panen raya. ( ) biasanya terjadi pada musim pasca panen raya. [ ] tidak pernah

2. Apakah saudara pernah mengalami kelebihan jumlah kopi organik yang harus saudara pasok ke pembeli

[ ] Ya [ ] tidak

3. Apakah pernah terjadi pengembalian kopi organik yang saudara jual ke pembeli karena tidak sesuai kualitas

[ ] pernah, apakah frekuensinya sering terjadi ( ) ya

( ) tidak [ ] tidak pernah

Aspek harga (pricing)

1. Apakah terjadi penurunan harga jual terhadap produk kopi organik saudara [ ] tidak

a. biasanya terjadi pada bulan ke berapa …..

b. berapa rata-rata penurunan harga jual tersebut dari harga jual rata-rata biasa Rp……….

2. Dari bahan-bahan baku utama yang saudara gunakan apakah terjadi peningkatan harga beli

[ ] tidak

[ ] ya, apakah sebanding dengan harga harga jual dari kopi organik yang saudara budidayakan……

3. Dari bahan-bahan baku tambahan yang saudara gunakan apakah terjadi peningkatan harga beli

[ ] tidak

[ ] ya, apakah sebanding dengan harga harga jual dari kopi organik yang saudara budidayakan……

5. apakah saudara menggunakan tambahan tenaga kerja dalam melakukan usaha ini

[ ] tidak [ ] ya, maka

a. Apakah terjadi peningkatan upah tenaga kerja yang saudara gunakan ( ) tidak

( ) Ya, isilah pertanyaan selanjutnya

b. Apakah peningkatan upah tersebut diikuti dengan peningkatan harga jual pada periode musim panen berikutnya………

c. Apakah sebanding dengan peningkatan harga jual produk

d. Apakah peningkatan upah ini selalu naik dari waktu ke waktu…… e. Apakah harga jual juga akan selalu meningkat dari waktu ke waktu…..

 KUISIONER PERHITUNGAN EFISIENSI 1. Aspek biaya roduksi

 Berapa biaya yang saudara keluarkan untuk pemenuhan sarana produksi. Jenis alat Jumlah Harga satuan Umur

 Pengeluaran untuk tenaga kerja Uraian kegiatan Jumlah

(orang)

Status Upah Lam

kerja (jam/hari) Jumlah DK LK (Harian/Rp) Lain Proses pengangkutan Proses pengolahan Proses pengiriman Lainnya

Ket : DK : dalam keluarga LK : luar keluarga

 Pengeluaran untuk bahan baku (kopi organik)

Uraian Jumlah (Kg) Harga/Kg (Rp)

 Pengeluaran untuk bahan baku penunjang

Uraian Jumlah/satuan Harga/satuan (Rp)

2. Berapa lama waktu yang saudara butuhkan dari mulai pengumpulan sampai dengan kopi siap di kirim ke pembeli untuk satu kali periode pengiriman ………Hari

3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan sejak kopi di proses (diolah) sampai kopi berada di tangan pembeli ………..hari.

4. Berapa lama waktu transportasi kopi mulai dari tempat penyimpanan sementara sampai di tangan pembeli (hari/jam)………..

5. Apakah pernah kopi yang saudara kirim dikembalikan (dibayar setengah harga) karena tidak sesuai dengan persyaratan kualitas yang ditentukan

[ ] tidak

[ ] ya, jika ya mohon diisi butir dibawah ini

a. Berapa kali pengiriman yang sudah saudara lakukan selama melakukan usaha kopi organik ini….

b. Dari total pengiriman yang saudara isi pada butir a, berapa kali yang tidak sesuai kualitas

c. Jika saudara lupa dengan total pengiriman dan total yang tidak sesuai dengan kualitas, maka lebih sering mana dari pengiriman yang saudara

lakukan tersebut diklaim tidak sesuai kualitas daripada yang sesuai kualitas

[ ] sesuai kualitas [ ] tidak sesuai kualitas

*catatan : pengiriman dianggap tidak sesuai kualitas walaupun hanya sebagian produk yang dikatakan cacat.

6. Apakah jumlah permintaan pembeli selalu terpenuhi [ ] ya

[ ] tidak

7. Berapa rata-rata jumlah kopi dalam satu kali pengiriman (Kg) ………. 8. Berapa kali saudara bisa melakukan pengiriman selama satu kali periode

musim panen……….

9. Berilah tsaudara (X) pada kolom skor yang sesuai untuk penilaian pemilihan metriks prioritas pengukuran kinerja pengiriman kopi yang saudara lakukan. Skor yang digunakan terdiri dari 1-9 dengan criteria sebagai berikut :

Tingkat kepentingan Definisi 1 Sama penting (SP)

3 Sedikit lebih penting (SLP) 5 Sangat penting (SGP) 7 Jelas lebih penting (JLP) 9 Mutlak lebih penting (MLP)

Bandingkan tingkat kepentingan relatif antara satu atribut dengan atribut lainnya berkaitan dengan pengiriman

Kolom kiri Diisi

bila sama penting

Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih penting dibandingkan pada faktor kolom kanan

Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih penting dibandingkan pada faktor kolom kanan

Kolom kanan

Nilai tambah Kualitas

Nilai tambah resiko

Kolom kiri Diisi

bila sama penting

Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih penting dibandingkan pada faktor kolom kanan

Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih penting dibandingkan pada faktor kolom kanan

Kolom kanan

to optimize the risk balancing.

Organic coffee agro businesses in Central Aceh experienced problems such as imbalance of supply chain management and profit distribution of risks assumed by each of the actors in the supply chain. Those issues became the driving factors that interfere with the emergence of a variety of risk supply chain sustainability. Appropriate risk management processes required by the model approach to create a balanced risk among supply chain actors. This study aims to design a model to ensure and increase profit organic coffee supply chain actors. Risk mitigation approach implemented with the risk sharing model which aims to improve profitability and contunuity supply chain’s actor. The orientation of the model output is not only to sustain the supply chain but at the same time to increase the total profit on the whole supply chain actors. balancing risk optimization are done through risk specific calculation and performance of supply chain actors into risk sharing models. The performance of each supply chain actors is calculated with the DEA approach. Total profit improvement among supply chain actor causing risk sharing models in this study have a good bargaining position against all supply chain actors. The design of the of contract structure resulted a form of quantitative models as a tool for coordinating mechanism of risk sharing models for supply chain actors. Through the risk sharing model approach in this study, the design of the supply chain can be produced that have sustainability as well as profitability.

Keywords : Organic coffee, supply chain risk, risk balancing, risk mitigation, data

ARIE SAPUTRA. Desain Rantai Pasok Agroindustri Kopi Organik Di Aceh Tengah Untuk Optimalisasi Balancing Risk. Dibawah bimbingan: TAUFIK DJATNA dan SAPTA RAHARJA.

Manajemen risiko rantai pasok produk pertanian organik sangat berbeda dengan produk yang berasal dari industri manufaktur maupun produk pertanian pada umumnya. Pendekatan terhadap proses identifikasi risiko lebih diutamakan pada sisi kualitas dan kuantitas pasokan. Kualitas berdasarkan standarisasi produk organik menjadi parameter paling penting terhadap kesuksesan manajemen risiko rantai pasok. Permintaan konsumen yang semakin meningkat di pasaran ekspor menjadi indikasi terhadap kekurangan pasokan produk organik. Metode mitigasi risiko yang tepat sangat diperlukan untuk menjaga keberlanjutan dan peningkatan profit rantai pasok di masa yang akan datang. Salah satu metode mitigasi risiko yang banyak dipakai di dalam berbagai kasus manajemen risiko rantai pasok adalah model distribusi risiko (risk sharing). Pemodelan disribusi risiko (risk sharing) menjadi banyak pilihan stakeholder rantai pasok dalam melakukan kegiatan mitigasi risiko. Pendekatan dan kesesuaian model dengan kompleksitas permasalahan di lapangan menjadi kekuatan tersendiri, ketika banyak metode mitigasi risiko lainnya gagal mengatasi permasalahan yang ada.

Pada era sekarang konsep model risk sharing seringkali dikombinasikan dengan kontrak sehingga koordinasi terhadap mekanisme model untuk setiap pelaku rantai pasok dapat dilaksanakan dengan baik dan tepat. Proses penyeimbangan risiko (balancing risk) pelaku rantai pasok melalui pendekatan distribusi risiko dilakukan dengan cara mendistribusikan sebagian profit pelaku terhadap pelaku lainnya yang teridentifikasi menanggung bobot risiko yang lebih tinggi. Pendistribusian risiko dilakukan melalui mekanisme penetapan harga untuk setiap unit produk pada tingkatan rantai pasok. Kesulitan dalam menetapkan nilai harga serta posisi tawar (bargaining position) model terhadap semua stakeholder rantai pasok menjadi kompleksitas permasalahan dan tujuan banyak peneliti. Penyempurnaan model terakhir dilakukan dengan menetapkan nilai harga jual sesuai dengan risiko spesifik pelaku rantai pasok sehingga tingkat

hasil yang signifikan. Fokus banyak peneliti terhadap model risk sharing lebih kepada konsep keberanjutan rantai pasok. Indikasi ini berbanding terbalik dengan Pemahaman konsep rantai pasok yang berbeda-beda dari setiap organisasi. Perbedaan perspektif tersebut berimplikasi terhadap proses penerapan model distribusi risiko . Perspektif risiko yang dianggap sebagai peluang memperoleh keuntungan menyebabkan model risk sharing tidak lagi relevan bagi semua stakeholder rantai pasok. Model harus bisa memberikan penawaran yang lebih baik terhadap pelaku rantai pasok terutama sekali kepada pelaku yang akan menjadi titik sentral pendistribusian profit akibat konsekuensi mekanisme model.

Penelitian ini memberikan konsep model risk sharing yang dapat menjaga keberlanjutan rantai pasok sekaligus peningkatan profit pelaku di waktu yang bersamaan. Penambahan faktor pengukuran kinerja terhadap model risk sharing terbukti mampu menghasilkan model yang lebih dekat dengan realita dan permasalahan di dunia nyata. Peningkatan profit pelaku juga memberi kemudahan model untuk diterapkan pada berbagai level organisasi dan perusahaan. Pemilihan metode pengukuran kinerja dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) terbukti mampu mengakuisisi indikator peningkatan profit pelaku rantai pasok. DEA bekerja dengan cara yang unik melalui proses perbandingan bertingkat sehingga tercipta kompetisi pelaku rantai pasok dalam meningkatkan profit pelaku rantai paosk melalui parameter yang telah ditetapkan.

Pendekatan model ini juga menghasilkan suatu hipotesa bahwa faktor penggelembungan risiko dari pelaku bagian hulu rantai pasok mengakibatkan kemampuan dari pelaku berikutnya dalam memperbaiki parameter kinerja rantai pasok menjadi sangat riskan sehingga tingkat perbaikan terhadap produk sulit dilakukan. Model risk sharing di dalam studi ini terbukti dapat merubah paradigma konsep manajemen risiko rantai pasok yang hanya terfokus terhadap kesinambungan pasokan. Implikasi model pada agroindustri kopi organik di Aceh Tengah terbukti mampu meminimalisir dampak risiko serta peningkatan total profit pelaku rantai pasok di saat yang bersamaan.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi organik telah menjadi salah satu komoditi ekspor unggulan di Aceh Tengah karena merupakan salah satu jenis kopi arabika dengan nilai harga jual tertinggi di dunia (AcehCoffeeForum). Faktor ini yang menjadi salah satu alasan pentingnya menjaga keberlangsungan rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah. Keberlanjutan rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah berada dalam posisi kritis karena terjadi ketidakseimbangan antara distribusi profit dan risiko yang ditanggung oleh setiap pelaku rantai pasok (balancing risk). Akibatnya produktifitas dan kinerja petani sebagai pemasok utama produk menurun secara drastis. Penurunan produktifitas berimplikasi nyata terhadap kekuatan pemasok dalam menjaga stabilitas dan kualitas pasokan. Peningkatan produktifitas dan kinerja pemasok menjadi sangat sulit dilakukan karena pendistribusian profit yang tidak seimbang dengan biaya operasional budidaya kopi organik. Nilai harga jual produk tidak sebanding dengan besarnya risiko yang harus ditanggung pelaku rantai pasok bagian hulu terutama sekali petani. Produktifitas lahan yang sudah berada pada taraf kritis mengakibatkan usaha budidaya kopi organik tidak lagi layak secara ekonomi. Keberlanjutan rantai pasok kopi organik semakin terancam ketika fungsionalitas produk kopi organik Gayo tidak dapat tergantikan oleh produk kopi Arabika sejenis.

Proses penyeimbangan risiko untuk setiap pelaku yang terlibat di dalam jaringan rantai pasok dapat dilakukan dengan melalui mekanisme pendistribusian profit secara proporsional dan berimbang. Mekanisme penyeimbangan risiko dilakukan berdasarkan tingkat kepentingan dari keselurahan pelaku yang terlibat di dalam jaringan rantai pasok (Moses dan Seshadri 2000). Suharjito (2011) melakukan proses distribusi risiko (Risk Sharing) melalui proses negosiasi harga antara petani dengan pelaku lainnya di dalam rantai pasok melalui model Stakeholder Dialog. Chen dan Seshadri (2001) melakukan penyeimbangan risiko di dalam industi manufaktur dengan menciptakan pelaku yang berperan sebagai penyeimbang (intermediasi) antara pemasok dan pengecer. Pada kondisi ideal seharusnya semakin besar risiko yang diambil petani dalam mengusahakan

budidaya pertaniannya, maka semakin besar profit yang bisa didapatkannya (Harrington dan Niehauss 1999). Risiko kekurangan pasokan di level koperasi di Aceh Tengah diakibatkan oleh upaya dari petani untuk memperkecil risiko budidaya melalui perpindahan dari budidaya organik ke budidaya konvensional. Menurut Meuwissen etal. (2001) petani biasanya melakukan proses pengendalian risiko melalui tiga cara yaitu : diversifikasi tanaman, perubahan metoda budidaya pertanian dan berbagi risiko dengan pelaku lain didalam jaringan rantai pasok.

Ketidakseimbangan antara distribusi profit yang diterima pelaku rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah dengan risiko yang harus ditanggung dalam melaksanakan kegiatan usahanya berakibat terhadap keberlanjutan produk kopi organik. Menurut Li et al. (2005) pada beberapa kasus tertentu penggelembumbungan risiko dapat terjadi dari bagian Upstream jaringan rantai pasok ke bagian downstream. Faktor ketidakseimbangan risiko (Balancing risk) memicu terjadinya risiko pada standar mutu dan kualitas, kuantitas pasokan serta harga. Faktor penggelembungan risiko dari bagian upstream ke bagian downstream rantai pasok merupakan salah satu indikator yang signifikan dalam mempengaruhi timbulnya risiko dalam sebuah jaringan rantai pasok (Hui min et al, 2009). Kompleksitas permasalahan Pengembangan kopi organik di Aceh Tengah dapat dilihat diantaranya : 1) Penumpukan risiko di salah satu sphere jaringan rantai pasok, 2) Kekurangan kuantitas pasokan bahan baku dari bagian hulu (Upstream) jaringan rantai pasok, 3) Keuntungan menumpuk di pelaku bagian hilir (Downstream) jaringan rantai pasok, 4) Kualitas bahan baku rendah karena belum sesuai standar budidaya organik, 5) Belum terciptanya koordinasi yang baik pada setiap pelaku rantai pasok untuk mengatasi permasalahan (risiko) yang terjadi di sepanjang jalur pasokan, dan 6) Belum adanya rancangan rantai pasok yang baik untuk komoditi kopi organik di Aceh Tengah.

Pendistribusian profit yang tidak seimbang dengan biaya operasional pelaku bagian hulu rantai pasok menjadi faktor penyebab utama yang memicu timbulnya penggelembungan risiko terhadap pelaku bagian hilir jalur rantai pasok yaitu koperasi. Penggelembungan risiko terhadap pelaku bagian hilir rantai pasok kopi organik yang paling memberikan dampak nyata adalah kuantitas pasokan yang tidak mencukupi permintaan konsumen (importir), penurunan standar kualitas

organik produk serta jumlah komunitas petani kopi organik yang semakin menurun. Risiko ini berdampak terhadap kesinambungan pasokan kopi organik. Tingkat dampak dari risiko bukan saja mengganggu keberlanjutan rantai pasok kopi organik tetapi juga mengancam kelangsungan keberlanjutan rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah. Oleh karena itu diperlukan rancangan rantai pasok yang dapat mengkoordinasikan risiko-risiko rantai pasok untuk dapat menciptakan keseimbangan risiko. Koordinasi yang selama ini sudah berjalan hanya antara koperasi selaku eksportir dengan importir dalam bentuk kontrak. Ketika dikaji lebih dalam, kontrak kerjasama antara koperasi dengan importir masih banyak kelemahan. Kelemahan tersebut terutama sekali terdapat pada penelti kontrak yang masih bersifat satu arah. Konsekuensi kontrak hanya berlaku bagi koperasi.

Penanganan produk akhir yang buruk sebagai akibat belum adanya model rantai pasok yang baik mengakibatkan tingkat keuntungan petani relatif rendah. Pada saat ini ada sekitar 15 eksportir yang aktif terlibat dalam perdagangan kopi organik diantaranya CV. Ujang Jaya, Koperasi KBQ Baburrayan, CV. Sari Makmur, CV. Sam Karya, CV. Arvis dan beberapa perusahaan PMA seperti CV. Gajah Mountain dan CV. Indo Cafco. Lima diantaranya termasuk kedalam pengusaha lokal dan hanya satu eksportir yang mempunyai manajemen serta strukturisasi rantai pasok kopi organik cukup baik. Permasalahan periode masa panen yang tidak merata antara satu wilayah dengan wilayah lainnya di Aceh Tengah memberikan keuntungan sekaligus risiko terhadap rantai pasok kopi organik di Aceh Tengah. Keuntungannya terdapat pada ketersediaan pasokan kopi organik di Kabupaten Aceh Tengah selalu tetap terjaga karena periode masa panen yang tidak sama. Sebaliknya perbedaan periode masa panen membuka celah kepada eksportir yang berasal dari luar daerah untuk merusak mekanisme harga kopi organik di sepanjang jalur distribusi rantai pasok.

Faktor budidaya yang tidak memenuhi standar organik di tingkat pelaku petani ikut memperburuk kualitas produk kopi sehingga tidak sesuai dengan standar kualitas organik yang telah ditetapkan. Distribusi total profit yang berada di tingkat pelaku hilir atau koperasi yang tidak berpihak kepada petani menjadi kendala utama dalam peningkatan standarisasi budidaya organik sesuai dengan