• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Kebijakan Proteksi Pemerintah Tiongkok Terhadap Film Asing

5.1.1 Kuota dan Tarif

Kebijakan kuota dan tarif saling berhubungan satu sama lain. Produk impor dalam hal ini film asing harus melalui sistem kuota yang telah ditetapkan oleh pemerintah Tiongkok. Setelah itu, pihak importer harus membayar tarif masuk untuk produk impor. Pertama-tama, penulis akan menjelaskan mengenai implementasi dari kebijakan kuota. Karena sistem kuota juga berlaku dalam film asing yang merupakan salah satu produk impor.

188 Sheldon Hsia Peng Lu, op. cit, hal. 37

Sebelum tahun 1949, negara Tiongkok tidak memiliki regulasi mengenai kuota film asing.190 Film asing diperbolehkan tayang di bioskop Tiongkok. Inilah

yang membuat film asing lebih mendominasi dalam industri film Tiongkok. Sebagian besar perusahaan film di Hongkong dimiliki oleh pihak asing sehingga teknologi yang digunakan lebih canggih dan kualitas filmnya lebih baik daripada film lokal.

Setelah Partai Komunis yang dipimpin oleh Mao Zedong memimpin Tiongkok pada tahun 1949, semua film asing dilarang tayang di Tiongkok.191 Mao

Zedong dikenal sebagai pemimpin Tiongkok yang ofensif terhadap produk impor. Setelah Mao Zedong tidak menjabat, Tiongkok mulai membuka negaranya terhadap masuknya produk impor. Pada tahun 1994, pemerintah Tiongkok untuk pertama kalinya menerapkan kebijakan kuota film asing sebanyak 10 film setiap tahunnya.192

Kebijakan tersebut dilakukan karena melihat pendapatan film di Tiongkok turun hingga 79% dari tahun 1982 sampai 1991.193 Hal ini dikarenakan

banyaknya film yang menampilkan propaganda Partai Komunis Tiongkok. Kebijakan kuota impor sendiri di Tiongkok dibagi menjadi 2. Yang pertama adalah kuota revenue-sharing dimana pendapatan dalam film akan dibagi masi- masing kepada pihak asing, distributor, dan bioskop.194 Sedangkan untuk kuota

impor flat-fee, pihak distributor lokal akan membeli film dari pihak perusahaan film asing dan semua pendapatan film tersebut diambil oleh distributor dan bioskop.195

190Sabrina McCutchan, op.cit. hal. 12

191 Ibid, hal. 9

192 Ibid, hal. 12

193 Sean O’Connor , op.cit, hal. 5

194 Charlton, op.cit, hal. 3

Berbicara mengenai perkembangan kuota film impor di Tiongkok, jumlah kuota revenue-sharingh mengalami peningkatanan dalam dua dekade terakhir. Setidaknya pada tahun 1994 sampai tahun 2001, Tiongkok masih menerapkan kuota untuk film impor sebanyak 10. 196 Dan efeknya pada saat itu cukup besar

dimana pada tahun 1995 film lokal hanya memperoleh persentase sebesar 20% dari total jumlah pendapatan film.197 Namun kondisi tersebut tidak berlangsung

lama melihat dari tahun ke tahun film lokal mulai mendominasi perolehan pendapatan film di Tiongkok.

19941995199619971998199920002001200220032004200520062007200820092010201120122013201420152016 0 5 10 15 20 25 30 35 40 10 10 10 10 10 10 10 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 34 34 34 34

Film Impor Revenue-sharing

196 Pierre Nilsson, 2015, Chinese Government’s Role in Comercialisation of the Film Industry, Lund University : Scania, hal. 14

Grafik 5.1 Kuota Impor Film Asing Revenue-sharing198

Untuk kuota film impor Revenue-sharing, terjadi peningkatan dalam jumlah film yang semula 10 menjadi 20 pada tahun 2001.199 Kebijakan tersebut

diambil saat Tiongkok memutuskan untuk bergabung dengan WTO.200 Dan pada

tahun 2012, pemerintah Tiongkok menambah kuota film impor revenue-sharing setelah melakukan kunjungan kerja Wakil Presiden Xi Jinping ke Amerika Serikat.201 Jumlah kuota yang sebelumnya sebanyak 20 ditambah menjadi 34.202

Kebijakan tersebut resmi dilakukan pada tahun 2012. Dan pendapatan perusahaan film asing revenue-sharing bertambah dari sebelumnya 13% menjadi 25%.203

Kuota tambahan sebanyak 14 film asing tentu tidak begitu saja diberikan dengan begitu saja oleh pemerintah Tiongkok. Dalam perjanjian tersebut, film asing diharuskan memiliki kualitas IMAX/3D. Menurut penulis, syarat tersebut merupakan bentuk proteksi untuk mempersulit film asing yang biasanya memiliki kualitas 2D saja. Itulah mengapa film asing banyak mengeluarkan film dengan kualitas 3D/IMAX.

SAPPRFT sebagai penanggung jawab dalam mengatur penyeleksian film asing memiliki wewenang dalam menentukan film asing yang lolos dalam kuota film impor yang disediakan pemerintah.204 Jumlah film asing yang masuk setiap

tahunnya lebih dari 100 film. SAPPRFT inilah yang kemudian menolak dan menunda beberapa film asing yang sebenarnya dapat lolos dari semua prosedur 198 Sean O’Connor, op.cit, hal. 4

199 Pierre Nilsson, op.cit, hal.11

200 Ibid,

201 Sean O’Connor, op.cit, hal. 4

202 Ibid,

203 Ibid,

yang ada. Contohnya adalah film The Hunger Games : Mocking Jay Part 1 yang ditolak tayang pada November 2014 dan diundur tahun depan sekaligus masuk dalam kuota impor 2015 .205 Alasannya pun banyak hal dan salah satunya karena

mengutamakan film domestik (akan dijelaskan penulis lebih dalam di proteksi dalam bentuk diskriminasi.

2013 2014 2015 2016 0 10 20 30 40 50 60 70 80 34 34 34 34 27 34 30 30 6 Revenue-Sharing Flat-Fee

Inc. Taiwan and Hongkong

Grafik 5.2 Jumlah Film Impor Tahun 2013 – 2016206

Kali ini penulis akan menjelaskan pelaksanaan dari sistem kuota tersebut. Implementasinya dapat dilihat dari berapa banyak jumlah film impor yang ditayangkan di bioskop Tiongkok sejak tahun 2013 sampai tahun 2016. Setelah munculnya kebijakan penambahan kuota film impor revenue-sharing tahun 2012, 205 Charlton, op.cit, hal. 5

206 China Film Industry Report 2014 – 2015, dikutip dalam

http://english.entgroup.cn/uploads/reports/China%20Film%20Industry%20Report%202014- 2015%EF%BC%88in%20brief%EF%BC%89.pdf hal. 37

jumlah film asing yang masuk bertambah banyak. Tahun 2011 jumlah film asing yang masuk adalah 61 sedangkan pada tahun 2012 mengalami peningkatan cukup besar menjadi 88.207

Kemudian pada tahun 2013, jumlah tersebut berkurang cukup banyak menjadi 61.208 Setidaknya ada 27 film asing yang masuk melalui kategori flat-fee

lalu untuk film asing kategori revenue-sharing sebanyak 34.209 Tahun 2013

merupakan tahun pergantian kepemimpinan Presiden Hu Jintao ke Xi Jinping. Dari sini terlihat pemerintahan Xi Jinping mengurangi masuknya film impor yang sempat menguasai pasar perfilman Tiongkok.

Kemudian pada tahun 2014, terjadi peningkatan yang besar dalam jumlah film impor yang ditayangkan di Tiongkok. Selain kuota revenue-sharing yang 34, ada 34 film kategori flat-fee yang diperbolehkan tayang oleh SAPPRFT.210

Ditambah lagi film produksi dari Taiwan dan Hongkong yang juga ikut masuk dalam kuota film impor. Pada tahun 2014 merupakan tahun dimana jumlah penjualan tiket film lokal turun menjadi 55%.211 Jumlah tersebut turun sebanyak

4% dari tahun sebelumnya. Salah satu film yang digemari masyarakat Tiongkok adalah Film Transformers 4 : Age of Extinction yang menjadi film terlaris dengan mendapatkan pendapatan kotor lebih dari $300 juta US sekaligus menjadi film pertama di Tiongkok yang memperoleh pendapatan tersebut.212

207 China Film Industry Report 2012 – 2013, dikutip dalam

http://english.entgroup.cn/uploads/reports/ChinaFilmIndustryReport2012-2013.pdf pada tanggal 27 Agustus 2016 hal. 18

208 China Film Industry Report 2013 - 2014, dikutip dalam

http://english.entgroup.cn/uploads/reports/ChinaFilmIndustryReport2013- 2014(sharedversion)490.pdf pada tanggal 27 Agustus 2016 hal. 16

209 Ibid,hal. 16

210 China Film Industry Report 2014 – 2015, dikutip dalam

http://english.entgroup.cn/uploads/reports/China%20Film%20Industry%20Report%202014- 2015%EF%BC%88in%20brief%EF%BC%89.pdf hal. 37

211 Ibid,

212 China Box Office 2014, dikutip dalam http://www.boxofficemojo.com/intl/china/yearly/? yr=2014&p=.htm pada tanggal 27 Agustus 2016

Setelah di tahun 2014 film impor lebih laris dari film domestik, pemerintah Tiongkok membuat kebijakan baru untuk meningkatkan dominasi film lokal. Pada tahun 2015, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru dengan membatasi jumlah film asing sebanyak 64 setiap tahunnya.213 Dengan

dilakukannya kebijakan tersebut, otomatis tidak ada tambahan film impor lain kecuali yang termasuk dalam co-production. Film impor revenue-sharing tetap mendapatkan 34 kuota sedangkan untuk film flat-fee hanya berjumlah 30. Dan kebijakan tersebut sukses menambah jumlah pendapatan film domestik.

Pada tahun 2016, sesuai dengan kebijakan yang dilakukan tahun 2015 maka hanya 64 film asing yang diperbolehkan tayang. 34 film impor berasal dari kategori revenue-sharing dan 30 film untuk flat-fee. Meskipun tahun 2016 baru berjalan sampai agustus, namun beberapa film domestik memperoleh pendapatan yang tinggi. Film tersebut adalah The Mermaid yang berhasil memperoleh pendapatan kotor kurang lebih US$ 526 juta.214 Dan film ini sekaligus menjadi

film pertama di Tiongkok yang berhasil memperoleh pendapatan kotor lebih dari 500 juta US Dollar.215

Dari beberapa data yang diperoleh mengenai perkembangan kebijakan kuota film impor dari tahun 2013 – 2016 ditemukan jika ada proteksi yang dilakukan pemerintah Tiongkok. Jumlah kuota film asing revenue-sharing yang ditambah dari semula 20 menjadi 34 tentu dapat menimbulkan persaingan antara film lokal dengan film asing. Belum lagi film impor flat-fee sekaligus produksi

213 Huo Qiang, 2016, Xinhua Insight : Chinese Film Industry Take Lessons From Hollywood, dikutip dalam http://news.xinhuanet.com/english/2016-04/07/c_135258750.htm pada tanggal 27 Agustus 2016

214 China Box Office 2016, dikutip dalam http://www.boxofficemojo.com/intl/china/yearly/? yr=2016&p=.htm pada tanggal 27 Agustus 2016

dari Taiwan dan Hongkong yang tentunya akan menambah jumlah film asing di Tiongkok. Itulah mengapa pemerintah membatasi masuknya film asing.

Dari berbagai kebijakan tersebut, penulis dapat mengetahui bagaimana keberhasilan dari implementasi kebijakan kuota terhadap film asing. Disini penulis mengamati persentase pendapatan dari film domestik dan film asing di tahun 2013 sampai 2015. Tahun 2012 merupakan tahun dimana film asing menguasai pasar film Tiongkok dengan persentase sebesar 51,5 %.216 Hal ini

merupakan yang pertama kalinya terjadi dalam beberapa dekade terakhir. Tahun 2012 merupakan tahun awal percobaan pemberlakuan kebijakan penambahan kuota impor film asing kategori revenue-sharing.

2013 2014 2015

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

Box Office Tiongkok Tahun 2013 - 2015

Grafik 5.3 Persentase Film Terlaris Tahun 2013 – 2015217

Dan pada tahun 2013 ketika Xi Jinping resmi menjabat sebagai Presiden Tiongkok, film domestik kembali merajai industri film Tiongkok. Setidaknya film domestik berhasil mendapat persentase sebesar 58,6 % dari total perolehan box office pada tahun itu.218 Kondisi tersebut memberi pengaruh besar bagi industri

film lokal. Pada tahun sebelumnya, ada 88 film asing yang tayang di bioskop Tiongkok. Hal inilah yang membuat film asing lebih mendominasi pasar film di Tiongkok. Pendapatan dari industri film di Tiongkok sendiri pada tahun 2013 mencapai 3,52 Miliar US Dollar219

Kemudian pada tahun 2014, jumlah film asing yang tayang di bioskop bertambah menjadi 74 film.220 Banyaknya jumlah film tersebut kemudian

berdampak kepada perolehan pendapatan film domestik yang turun menjadi 55%.221 Film asing lebih mendominasi di jajaran top 10 box office pada tahun

2014.222 Disinilah mulai terlihat dominasi film asing yang menguasai pasar

perfilman di Tiongkok. Pendapatan yang diperoleh dari industri film Tiongkok

217 China Film Industry Report 2014 – 2015, op.cit, hal. 37

218 Ibid,

219 Ibid, hal. 3

220 China Film Industry Report 2014 – 2015, op.cit, hal. 12

221 Ibid,

sendiri pada tahun 2014 meningkat dari tahun sebelumnya mencapai 4,8 miliar US Dollar.223

Di tahun 2015, pemerintah Tiongkok mulai mengeluarkan kebijakan baru dengan membatasi film asing sebanyak 64 setiap tahunnya.224 Kebijakan tersebut

tentu diambil dengan berbagai alasan. Salah satunya karena film asing yang mulai menguasai pasar perfilman dalam negeri. Intervensi perlu dilakukan pemerintah untuk memproteksi film domestiknya agar tidak kalah saing terhadap produk impor.

Dan yang terjadi adalah persentase film domestik di tahun 2015 naik menjadi 61,58%.225 Kondisi ini sekaligus meningkatkan peluang film domestik

untuk menguasai pasar perfilman. Setidaknya film lokal Monster Hunt berhasil meraih posisi pertama dengan pendapatan lebih dari $370 juta US.226 Film tersebut

menjadi film dengan jumlah pendapatan terbesar di Tiongkok sebelum dikalahkan The Mermaid yang tayang pada tahun2016.227 Pendapatan film di tahun 2015

sendiri meningkat drastis menjadi 6,78 miliar US Dollar.228

Setelah melihat implementasi dari kebijakan kuota, penulis akan melihat bagaimana implementasi dari kebijakan tarif. Untuk film impor, pemerintah Tiongkok menerapkan kebijakan tarif dimulai dari Pajak Pertambahan Nilai sampai Bea Cukai. Untuk PPN dan Bussines Tax (BT) sendiri, pemerintah 223 Ibid, hal. 4

224 Huo Qiang, op.cit,

225 Ibid,

226 Todd Cunningham, 2015, Chinese Blockbusters ‘Monster Hunt’ Attacks US Theaters After Filmrise Acquisition, dikutip dalam http://www.thewrap.com/chinese-blockbuster-monster-hunt- to-attack-us-theaters-after-filmrise-acquisition/ pada tanggal 26 Agustus 2016

227

The Mermaid dethrones Monster Hunt to become the highest-grossing film ever in China, dikutip dalam http://shanghaiist.com/2016/02/22/the_mermaid_dethrones_monster_hunt.php pada tanggal 31 Agustus 2016

228

Patrick Berzski, 2015, China Box Office Grows Astonishing 48.7 Percent in 2015, Hits $6.78 Billion dikutip dalam http://www.hollywoodreporter.com/news/china-box-office-grows- astonishing-851629 pada tanggal 26 Agustus 2016

Tiongkok telah menghapus penarikan pajak tersebut.229 Jadi kebijakan tersebut

sebenarnya sudah dibuat sejak tahun 2009 yang menghapus segala bentuk PPN dan BT dalam setiap aktivitas perfilman di Tiongkok.230

Sedangkan untuk biaya masuk, film impor diwajibkan untuk membayar sesuai aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Tiongkok. Film impor sendiri diimpor dalam bentuk piringan film. Untuk piringan film dengan lebar 35mm dikenakan biaya RMB 9/m² .231 Sedangkan untuk piringan film dengan lebar

diatas 35mm dikenakan biaya sebesar RMB 13/m².232 Penulis ambil contoh dalam

film Transformers 4 : Age of Extinction memiliki durasi 166 menit.233 Jika durasi 1

menit membutuhkan 17,15 m² pita roll 35mm (30fps), maka biaya masuk film Transformers mencapai RMB 25.622,1 atau sekitar $ 3832,69 US Dollar.234

Selain biaya masuk, ada proteksi lain yang menjadi hambatan bagi pihak asing untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Jadi pendapatan dalam film diambil melalui penjualan tiket. Pihak asing terutama yang menjual film dengan kategori revenue-sharing hanya mendapatkan 25 % dari penjualan tiket.235 Di

Tiongkok, penjualan tiket film masih dikenakan biaya PPN.

229 Dezan Shira, op.cit.

230 Ibid,

231 Film Financing and Television Programming, op.cit. hal. 131

232 Ibid,

233

Chris Knight, 2014, Transformers: Age of Extinction, reviewed: Michael Bay presents three hours of his worst work so far, dikutip dalam

http://news.nationalpost.com/arts/movies/transformers-age-of-extinction-reviewed-michael-bay- presents-three-hours-of-his-worst-work-so-far pada tanggal 18 September 2016

234 Tables and Formulas, dikutip dalam http://www.davidelkins.com/cam/tables.htm pada tanggal 18 September 2016

2012 2013 2014 2015 2016 0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 4% 6% 6% 6% 6%

PPN Dalam Penjualan Tiket

Grafik 5.4 Pajak Pertambahan Nilai Dalam Penjualan Tiket Film Tiongkok236

Setidaknya pemerintah Tiongkok mengeluarkan kebijakan baru mengenai biaya PPN dalam penjualan tiket film. PPN yang sebelumnya hanya 4% naik menjadi 6% pada tahun 2013. 237 Kebijakan tersebut dilakukan baik kepada film

domestik maupun film asing. Kebijakan tersebut masih berlaku untuk tahun-tahun berikutnya.

Harga rata-rata tiket bioskop di Tiongkok sendiri adalah 6,5 US Dollar.238

Film dengan kualitas 2D dengan harga 20 Yuan sedangkan kualitas 3D harganya

236 Patrick Frater, 2013, China’s Overdue Payments to Hollywood Could Happen This Week (EXCLUSIVE), dikutip dalam http://variety.com/2013/film/asia/hollywood-studios-expect-to-be-paid-every-penny-in-china-tax-dispute- 1200577325/ pada tanggal 30 Agustus 2016

237

Ibid,

238 Jonathan Papish, 2016, Why Online Ticketing is a Hit with Chinese Moviegoers, dikutip dalam http://pro.boxoffice.com/online-ticketing-hit-chinese-moviegoers/ pada tanggal 30 Agustus 2016

25 Yuan.239 Penjualan tiket tersebut nantinya akan dipotong PPN yang telah

ditetapkan pemerintah Tiongkok. Belum lagi penjualan tiket online yang lebih laris . Hal ini dikarenakan dengan membeli tiket melalui online, penonton dapat memperoleh tiket dengan harga 1,5 US Dollar pada penayangan perdana film.240

Tentunya kebijakan tersebut berdampak pada pendapatan yang didapat oleh perusahaan film asing dengan menjual tiket yang harganya sangat murah untuk menarik penonton.

Dampak dari naiknya PPN dalam penjualan tiket sangat besar bagi produsen asing. Kebijakan yang dibuat di tahun 2013 ini kemudian mengurangi jumlah pendapatan pihak asing. Pihak asing yang seharusnya mendapat pemasukan sebesar 25% harus dipotong dengan pajak PPN sebanyak 8% yang berdampak kepada penurunan pendapatan yang diterima. Bentuk intervensi tersebut merupakan kebijakan proteksi yang dilakukan pemerintah Tiongkok kepada film asing

239 Xu Peimu and Lin Jiaxin, 2015, University Cinema Comes Back With 3D Movies, dikutip dalam http://en.scut.edu.cn/detail.jsp?id=51718 pada tanggal 30 Agustus 2016

Republik Rakyat Tiongkok Amerika Serikat Spanyol Prancis Portugal Yunani 0% 5% 10% 15% 20% 25% 6% 0% 21% 6% 13% 9%

Persentase PPN di Berbagai Negara

PPN dalam Penjualan Tiket Film

Grafik 5.5 Perbandingan PPN dalam Penjualan Tiket Film di Tiongkok dengan negara lain

Lalu bagaimana dengan penerapan PPN di negara lain? Dari grafik ditas, dapat dilihat perbandingan PPN Tiongkok dengan negara lain. Spanyol memberlakukan PPN sebesar 21% dari penjualan tiket film.241 Kebijakan tersebut

dilakukan pada tahun 2012 dimana sebelumnya hanya berkisar 8%.242 Kebijakan

tersebut diprotes oleh perusahaan film di Spanyol karena merugikan pendapatan yang mereka peroleh.

Selain negara Spanyol, ada dua negara lain yang juga menerapkan PPN cukup besar. Portugal dan Yunani yang merupakan anggota Uni Eropa 241Benjamin Jones, 2014, Spanish Industry Protests Heavy Tax, dikutip dalam

http://www.hollywoodreporter.com/news/spanish-industry-protests-heavy-tax-719244 pada tanggal 30 Agustus 2016

menerapkan PPN sebesar 13% dan 9%.243 Namun tidak semua negara di Uni eropa

menerapkan PPN yang cukup tinggi. Prancis menggunakan PPN yang lebih rendah dari negara di Uni Eropa lainnya sebesar 5,5%.244 Beda tipis dengan

Tiongkok yang sebesar 6%. Namun ada juga negara yang tidak menerapkan PPN dalam penjualan tiket filmnya. Negara itu adalah Amerika Serikat. Jadi wajar jika perusahaan film disana lebih meraup keuntungan yang besar di AS.

Dari analisis diatas, dapat dilihat bagaimana implementasi dari kebijakan proteksi melalui sistem kuota dan tarif. Sebelum ditayangkan di bioskop, pemerintah dalam hal ini SAPPRFT akan menyeleksi film asing sesuai kuota yang sudah ditentukan. Jika film asing diperbolehkan tayang oleh pihak SAPPRFT, maka pihak importir berhak untuk membayar biaya masuk. Selain proses awal tadi, ada kebijakan tarif lain yang ikut mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh pihak asing. Contohnya PPN dalam penjualan tiket yang jika semakin bertambah, akan mengurangi pendapatan pihak asing.

Dokumen terkait