• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

1. Kurikulum SD 2013

Kurikulum berasal dari kata Latin currere artinya lari. Jarak yang harus ditempuh seorang pelari dari start sampai finish disebut curricula. Istilah itu diadopsi dalam dunia pendidikan.

Kurikulum dalam arti sempit adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh siswa dari awal sampai akhir dari suatu jenjang atau jenis pendidikan tertentu untuk memperoleh ijazah. Kurikulum dalam arti luas Kurikulum adalah Seluruh pengalaman yang diperoleh siswa atas tanggung jawab sekolah.

2. Pendidikan karakter

Pendidikan karakter adalah suatu usaha untuk mendidik para peserta didik agar dapat dengan beberapa tahapan dalam sistem pendidikan yang berkelanjutan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik untuk membentuk watak atau karakter peserta didik ke arah yang lebih baik.

3. Pendekatan tematik integratif

Pendekatan tematik integratif adalah pendekatan terpadu sebagai suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mencari tahu sendiri maupun berkelompok, menggali pengetahuannya sendiri maupun berkelompok, dan menemukan konsep sendiri maupun berkelompok.

4. Pendekatan saintifik

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang berupa kegiatan sesuai dengan hukum atau prinsip. Dalam pendekatan

saintifik ada lima hukum atau prinsip yang diterapkan yakni meliputi: (1) mengamati, (2) menanya, (3) mencoba, (4) menalar, dan (5) mengkomunikasikan. Melalui tahapan-tahapan ini peserta didik dapat aktif menemukan sendiri konsep hukum atau prinsip yang ditemukan.

5. Penilaian otentik

Penilaian otentik adalah suatu pengukuran yang bermakna atas hasil belajar untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

6. Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah alat perlengkapan belajar siswa untuk memperoleh suatu proses pembelajaran yang lebih baik. a. Bahan ajar atau LKS

Bahan ajar atau LKS adalah suatu isi Lembar Kerja Siswa yang dibuat berupa soal serta diberi petunjuk agar lebih jelas untuk siswa dalam memahaminya.

b. Media pembelajaran

Media pembelajaran adalah suatu sarana komunikasi dalam bentuk gambar, video, maupun alat peraga agar siswa dapat lebih memahami tentang apa yang mereka pelajari.

c. Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian adalah suatu alat pengukuran atau pemberian nilai dalam proses kegiatan belajar.

1) Soal

Soal adalah suatu pertanyaan yang diberikan yang menuntut suatu jawaban yang berkaitan pada soal tersebut.

2) Jawaban

Jawaban adalah bagian modul yang berisi jawaban untuk digunakan para siswa atau guru dalam menilai jawaban yang telah dituliskan pada lembar uji.

3) Tugas

Tugas adalah sesuatu yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan untuk dilakukan.

4) Rubrik penilaian

Rubrik penilaian adalah deskripsi dan alat scoring untuk menentukan nilai ketercapaian suatu pembelajaran yang didalamnya terdapat satu set kriteria dan standar yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang akan diases ke anak didik.

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan

Komponen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematik 2013 dapat dilihat sebagai berikut:

1. Indentitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang dipadukan, kelas/semester, dan alokasi waktu atau jam pertemuan yang dialokasikan).

2. Kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai.

3. Materi pokok beserta uraiannya yan perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.

4. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi maupun dengan materi pebelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator).

5. Alat (papan tulis, spidol, penghapus papan, dan papan karya), dan media (gambar-gambar yang terkait dengan materi pembelajaran, bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar, bahan-bahan bekas yang tidak terpakai lagi). Dengan alat dan media yang digunakan untuk membantu siswa agar lebih memahami tentang apa yang dipelajarinya, serta sumber bahan (buku siswa, lingkungan sekitar rumah, dan lingkungan sekitar sekolah) juga digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.

6. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pecapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian).

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Kurikulum SD 2013

Pada umumnya kurikulum tidak terlepas dari pendidikan karena kurikulum sebagai suatu sistem perangkat mata pembelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan. Majid (2014: 27) menyatakan bahwa kurikulum adalah merupakan seperangkat rencana atau strategi meningkatkan pencapaian pendidikan. Dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum 2013 didasari dengan sikap, keterampilan dan pengetahuan, yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk kemampuan dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum 2013, ini juga telah disempurnakan seperti dalam kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa itu sendiri. Kemudian siswa dapat aktif menyelidiki dalam konteks dunia nyata dan pembelajarannya pun berbasis tim. Selain itu siswa juga diberi tanggung jawab sepenuhnya. Dan guru sebagai fasilitator untuk membuat pembelajaran yang menarik dan bermakna. Tentu saja harus didukung dengan model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswa. Melalui kegiatan atau suatu proses belajar mengajar yang konkret dan nyata.

a. Rasional Kurikulum SD 2013

Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai macam tantangan yang dihadapi secara internal dan eksternal. Menurut Daryanto (2014: 28) tantangan internal muncul karena adanya tantangan yang berpedoman pada 8 Standar Nasional Pendidikan yaitu:

2) Standar Biaya,

3) Standar Sarana Prasarana,

4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 5) Standar Isi,

6) Standar Proses,

7) Standar Penilaian, dan

8) Standar Kompetensi Lulusan.

Selain itu, tantangan internal yang lain adalah adanya keterkaitan antara faktor perkembangan masayarakat Indonesia yang dapat dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Tantangan eksternal yang muncul diakibatkan dari beberapa hal yaitu 1) adanya tantangan masa depan baik dalam globalisasi, kemajuan teknologi maupun masalah lingkungan, 2) kompetensi masa depan seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalah, 3) adanya persepsi masyarakat, 4) adanya perkembangan pengetahuan dan pedagodi dan 5) fenomena negatif yang banyak terjadi saat ini.

Menurut Widyastono (2014: 119) rasional pengembangan Kurikulum 2013 meliputi konsep dasar, faktor-faktor pengembangan, karakteristik dan tujuan Kurikulum 2013 itu sendiri. 1) Konsep Dasar

Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pengembangan kompetensi kognitif, psikomotor, dan sikap peserta didik secara seimbang. Ketiga kompetensi tersebut terdapat dalam rapor dan dijadikan penentu kenaikan kelas dan kelulusan siswa, sehingga guru harus mengimplementasikan dalam pembelajaran dan penilaian.

2) Faktor-faktor pengembangan

Faktor-faktor yang dikembangkan dalam Kurikulum 2013 adalah tantangan internal dan tantangan eksternal. Tantangan internal berkaitan dengan tuntutan yang mengacu

pada 8 Standar nasional Pendidikan. Selain itu tantangan internal lain yaitu terkait dengan pertumbuhan penduduk Indonesia pada usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun). Sehingga tantangan internal yang harus dihadpai yaitu mengupayakan SDM mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kemampuan yang dapat digunakan untuk membangun kehidupan dirinya, masyarakat, bangsa dna umat manusia.

Tantangan lain yang dihadapi yaitu tantangan eksternal. Tantangan ekternal yang dihadapi yaitu mengenai arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional.

3) Karakteristik Kurikulum 2013

Karakteristik yang dikembangkan pada Kurikulum Sekolah Dasar 2013 yaitu sikap spiritual dan sosial, mengembangkan pengalaman belajar yang didapatkan di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar yang seimbang, menerapkan sikap, pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat, memberikan waktu cukup untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan dan keterampilan tersebut.

4) Tujuan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan generasi Indonesia yang memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif dna inovatif dan afektif serta dapat berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peran dunia.

Menurut Mulyasa (2013: 61-63) selain tantangan internal dan tantangan eksternal, perubahan dan pengembangan

kurikulum dapat dilakukan karena adanya kesenjangan yang terjadi. Kesenjangan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 1 Identifikasi Kesenjangan Kurikulum

No. Kondisi Saat Ini No. Kondisi Ideal A. Kompetensi Lulusan

1. Belum sepenuhnya menekankan pendidikan karakter.

1. Berkarakter mulia.

No. Kondisi Saat Ini No. Kondisi Ideal

2. Belum menghasilkan keterampilan sesuai kebutuhan.

2. Keterampilan yang relevan.

3. Pengetahuan-pengetahuan lepas.

3. Pengetahuan-pengetahuan terkait.

B. Materi Pembelajaran

1. Belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan.

1. Relevan dengan materi yang dibutuhkan.

2. Beban belajar terlalu berat. 2. Materi esensial. 3. Terlalu luas, kurang

mendalam.

3. Sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

C. Proses Pembelajaran

1. Berpusat pada guru. 1. Berpusat pada peserta didik 2. Proses pembelajaran

berorientasi pada pada buku teks.

2. Sifat pembelajaran yang kontekstual.

3. Buku teks hanya memuat materi bahasan.

3. Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan.

No. Kondisi Saat Ini No. Kondisi Ideal D. Penilaian

1. Menekankan aspek kognitif.

1. Menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara proposional.

2. Tes menjadi cara penilaian yang dominan.

2. Penilaian tes pada portofolio saling melengkapi.

E. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

1. Memenuhi kompetensi profesi saja.

1. Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal. 2. Fokus pada ukuran kinerja

PTK. 2. Motivasi mengajar F. Pengelolaan Kurikulum 1. Satuan pendidikan mempunyai pembebasan dalam pengelolaan kurikulum.

1) Pemerintah pusat dan daerah memiliki kendali kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan. 2. Masih terdapat kecenderungan satuan pendidikan menyusunan kurikulum tanpa mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah.

2) Satuan pendidikan mampu menyusun kurikulum dengan mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah.

3. Pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran.

3) Pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman.

Berdasarkan permasalahan kesenjangan tersebut, dilakukan beberapa pernyempurnaan dalam pola pikir. Penyempurnaan pola pikir dapat dilakukan dengan cara merubah pembelajaran menjadi

berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memilih materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama, menjadikan pembelajaran interaktif, pembelajaran diubah menjadi pembelajaran secara jejaring yaitu dapat memperoleh pengetahuan melalui sarana internet, menjadikan pembelajaran yang aktif, belajar secara kelompok, dan menjadikan pembelajaran yang kritis (Widyastono, 2014: 129-130).

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan karakteristik sebagai berikut: a) mengembangkan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan pengetahuan dan keterampilan secara seimbang. b) Memberikan pengalaman belajar ketika siswa menerapkan apa yang telah dipelajari di sekolah kepada masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar secara holistik. c) Mengembangakan sikap, pengetahuan dan keterampilan serta menerapkan dalam bermacam-macam situasi di sekolah ataupun masyarakat. d) Memberikan waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai aspek kognitif, psikomotor dan sikap. e) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran. f) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti. g) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif saling memperkuat dan memperkaya antar muatan pelajaran dan jenjang pendidikan (Permendikbud, 2013: 3).

b. Penguatan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991) dalam Mahmud (2012: 23) adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budipekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah

laku yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. Elkind dan Sweet (2004) dalam Mahmud (2012: 23) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu memahami manusia, peduli dan inti atas nilai-nilai etis atau susila. Dengan beberapa penjelasan diatas, Pendidikan Karakter adalah suatu sarana untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan sekaligus membentuk watak atau karakter peserta didik kearah yang lebih baik lagi sehingga peserta didik itu dapat menemukan jati dirinya melalui pendidikan yang telah dilaksanakan. Jadi, di masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam hingga usia sebelas atau dua belas tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya anak masuk sekolah dasar, dan dimulainya sejarah baru dalam hidupnya yang kelak akan mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya. Pada masa usia ini anak telah memahami perkembangan-perkembangan yang membantu anak untuk dapat menerima bahan yang diajaran oleh gurunya. Perkembangan manusia memiliki beberapa karakteristik dasar, yaitu perkembangan anak yang bersifat unik mencangkup perilaku dan mentalnya, anak memiliki keunikan tersendiri dibandingkan ketika anak sudah menginjak usia dewasa. Perkembangan mengekspresikan prilakunya secara spontan, setiap anak memiliki ekspresi yang berbeda-beda ketika ia berada didalam kelas maupun berada di luar kelas. Perkembangan anak bersifat aktif dan energik di usia 1-6 tahun, anak-anak mampu menyerap segala sesuatu yang sampai pada pikirannya dan segala sesuatu yang ditangkap dapat diolah oleh otaknya sekaligus dapat mengingat tentang hal-hal yang telah diketahuinya. Perkembangan anak yang memiliki rasa ingin tahu terhadap banyak hal, masa anak-anak adalah masa yang penuh antusiasme untuk gampang tertarik terhadap segala sesuatu yang mereka lihat dan ketertarikan yang begitu kuat mendorong

mereka untuk mengetahui objek-objek tertentu yang ada di sekitar mereka. Perkembangan anak dalam berpetualangan dan memiliki karya dengan fantasi, dunia fantasi adalah dunia yang mengasikkan bagi anak usia dini karena mereka sangat menyukai sesuatu hal yang bersifat imajinasi.

c. Pendekatan Tematik Integratif

Konsep pembelajaran terpadu merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan dalam Majid (2014: 85) yakni Jakob tahun 1989 dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu. Pendekatan tematik merupakan suatu pendekatan yang ada dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antar-mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik. Dan dalam upaya untuk membekali pengetahuan dan wawasan siswa terhadap kemampuan untuk memecahkan masalah, dapat ditanamkan sejak dini pada siswa-siswi tingkat sekolah dasar. Lembaga pendidikan tingkat dasar berkewajiban membekali peserta didiknya dengan pengetahuan dan wawasan yang memadai sesuai dengan perkembangan zaman melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah.

d. Pendekatan Saintifik

Menurut Sudarwan dalam Majid (2014: 194) Pendekatan saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Pendekatan saintifik ini sangatlah mendukung perkembangan anak melalui proses atau kegiatan-kegiatan yang mampu mendorong anak lebih

baik lagi dalam hal menyerap ilmu pengetahuannya. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif dalam melakukan kegiatan yang melalui tahapan-tahapan mengamati, meenanya, mencoba, menalar,

mengkomunikasikan. Prinsip atau hukum yang “ditemukan”

dalam pendekatan saintifik diterapkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru sangat diperlukan. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira‐kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. a. Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik

Dalam proses pembelajaran saintifik mengacu pada tiga ranah pengembangan yaitu, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang

“mengapa”. Ranah pengetahuan menggamit tranformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang

“apa”. Ranah keterampilan menggamit tranformasi

subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang

kesimbangan antara kemampuan untuk memnjadi manusia yang baik (soft skill) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skill) dari peserta didik yang meliputi kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Adapun langkah-langkan pembelajaran dalam pendekatan saintifik, antara lain:

1) Mengamati

Menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

2) Menanya

Pada saat kegiatan menanya guru dapat membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan , guru sebenarnya sedang menanamkan sikap kepada siswa agar menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

3) Menalar

Penalaran yaitu proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba mengkoneksikan antara pengetahuan baru yang didapat dengan pengetahuan sebelumnya untuk menjadi sebuah temuan pengetahuan, baik untuk mengoreksi atau pun memperoleh pelajaran baru. 4) Mencoba

Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba melakukan eksperimen terkait materi pembelajaran untuk menemukan kesimpulan dan mengetahui secara langsung apa yang sedang mereka pelajari. Selama proses ini berlangsung guru ikut membimbing peserta

didik yang bertujuan untuk mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.

5) Membentuk jejaring, mengkomunikasikan

Membentuk jejaring merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama untuk memudahkan suatu usaha demi mencapai tujuan bersama.

e. Penilaian Otentik

Jhonson (2009) dalam Majid (2014: 236) mengatakan bahwa penilaian otentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, membangun kerja sama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Melalui tugas-tugas yang diberikan, para siswa akan menunjukkan penguasaannya terhadap tujuan dan kedalaman pemahamannya. Penilaian otentik ini dapat memudahkan guru dalam menentukan nilai bagi segala aktifitas-aktifitas yang dilakukan siswa pada saat belajar maupun guru mengajar. Penilaian otentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas‐tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada. Penilaian otentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara‐cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana

peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.

Dokumen terkait