• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Menurut Soedijarto (1975) kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh

para siswa/mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan.

Kurikulum pada hakekatnya merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak-anak untuk berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakat. Setiap kurikulum, bagaimanapun polanya, selalu mempunyai komponen tertentu yakni pernyataan tentang tujuan dan sasaran, seleksi dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar mengajar dan akhirnya evaluasi hasil belajar.

Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 2003).

2. Sejarah Kurikulum di Indonesia

Dalam perjalanan sejarah pendidikan di Indonesia, kurikulum pendidikan nasional telah melalui perubahan yang berulang, yakni pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 dan terakhir dengan kurikulum baru 2006. Dalam Kurikulum 1968 dan sebelumnya, karena pendidikan masih peninggalan dari Kolonial Belanda dan Jepang maka kurikulum masih mengutamakan pendidikan watak dan kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Kurikulum 1975 sebagai pengganti Kurikulum 1968, lebih berorientasi pada tujuan dan menekankan efisiensi

dan efektivitas dalam hal daya dan waktu, dimana metode, materi dan tujuan dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Disusul kemudian dengan kurikulum 1984 yang saat itu terkenal dengan sistem Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Inipun masih diganti lagi dengan Kurikulum 1994 yang menekankan pada penguasaan materi pelajaran yang cukup padat sedang kurikulumnya sendiri lebih bersifat populis yaitu memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kemudian muncullah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pendidikan Berbasis Kompetensi ini menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dan terakhir dengan berlakunya Kurikulum 2006 (KTSP) yang sekarang ini dimana guru dan satuan pendidikan (sekolah) diberi kewenangan lebih untuk menyusun sendiri rencana pendidikannya yang sesuai dengan daerah dan kemampuan sekolah dengan tetap mengacu pada standar-standar yang telah ditetapkan (http://rbaryans.wordpress.com)

3. Peranan Kurikulum

Peranan kurikulum menurut Wiryokusumo (1988:6-8) antara lain: a. Peranan konservatif

Kurikulum berperan dalam menafsirkan dan mewariskan nilai-nilai budaya yang mengandung makna dalam membina perilaku anak didik. b. Peranan kreatif

Kurikulum harus mampu memberikan kegiatan kreatif dan konstruktif bagi siswa, dalam arti harus menyusun dan mendesain pengalaman belajar yang bersumber dari masyarakat dan dibuat dalam mata pelajaran.

c. Peranan kritis dan evaluatif

Kurikulum berperan aktif sebagai kontrol sosial dan menekankan pada unsur berpikir kritis dimana nilai social yang tidak sesuai ditata untuk siap diorganisir menjadi bentuk pengalaman belajar.

4. Fungsi Kurikulum

Fungsi kurikulum seperti yang dijelaskan oleh Hendrayat Soetopo dan Wasty Soemanto (Susilo,2006) ada 7 yaitu :

a. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

Maksudnya bahwa kurikulum merupakan suatu alat atau usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah yang dianggap cukup tepat dan penting untuk dicapai.

b. Fungsi kurikulum bagi anak

Maksudnya kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun disiapkan untuk siswa sebagai salah satu konsumsi bagi pendidikan mereka. Dengan begitu diharapkan anak akan mendapat sejumlah pengalaman baru yang kelak kemudian hari dapat dikembangkan seirama perkembangan anak.

c. Fungsi kurikulum bagi guru

Ada tiga macam, yaitu: a) sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar bagi anak didik, b) sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan, c) sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan pengajaran. d. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina sekolah

Dalam arti: a) sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi yaitu memperbaiki situasi belajar, b) sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak ke arah yang lebih baik, c) sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi mengajar, d) sebagai pedoman untuk mengembangkan kurikulum lebih lanjut dan e) sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar. e. Fungsi kurikulum bagi orangtua murid

Maksudnya orangtua dapat turut serta membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya. Bantuan orangtua ini dapat melalui konsultasi langsung dengan sekolah/guru, dana dan sebagainya.

f. Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkatan di atasnya

Meliputi pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga guru.

g. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah

Pemakai lulusan dapat ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak orangtua/masyarakat. Dan ikut memberikan kritik atau saran yang membangun dalam rangka menyempurnakan program pendidikan di sekolah agar lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan pekerjaan.

5. Landasan pengembangan kurikulum

Agar pengembangan kurikulum dapat berhasil sesuai dengan yang diinginkan maka dalam pengembangan kurikulum diperlukan landasan-landasan pengembangan kurikulum sebagai berikut (Dimyati, 1999 :268) : a. Landasan Filosofis

Pendidikan ada dan berada dalam kehidupan masyarakat sehingga apa yang dikehendaki oleh masyarakat untuk dilestarikan diselenggarakan melalui pendidikan (Raka Joni, 1983 :6). Segala kehendak yang dimiliki oleh masyarakat merupakan sumber nilai yang memberikan arah pada pendidikan.

b. Landasan Sosial Budaya

Untuk melaksanakan penerimaan, penyebarluasan, pelestarian atau penolakan dan pelepasan nilai-nilai sosial-budaya-agama, maka masyarakat memanfaatkan pendidikan yang dirancang melalui kurikulum.

c. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung akan menjadi isi/materi pendidikan. Sedangkan secara tidak langsung memberikan tugas kepada pendidikan untuk membekali masyarakat dengan kemampuan pemecahan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan Iptek.

d. Landasan Kebutuhan Masyarakat

Adanya falsafah hidup, perubahan sosial budaya, agama dan perubahan Iptek dalam suatu masyarakat akan merubah pula kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu pengembangan kurikulum yang hanya berdasar pada keterampilan dasar saja tidak akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang bersifat teknologis.

Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu yang mencakup keterkaitan dengan lingkungan sosialnya. e. Landasan Perkembangan Masyarakat

Perkembangan masyarakat akan menuntut tersedianya proses pendidikan yang sesuai, maka diperlukan rancangan berupa kurikulum yang landasan pengembangannya berupa pengembangan masyarakat itu sendiri.

6. Prinsip Dasar Pengembangan Kurikulum a. Prinsip Relevansi

Prinsip relevansi adalah kesesuaian pendidikan dengan tuntutan kehidupan. Relevansi pendidikan dengan kehidupan bukan hanya berkisar pada segi bahan atau isi pendidikan tetapi juga menyangkut kegiatan dan pengalaman belajar.

b. Prinsip Efektivitas

Prinsip efektivitas adalah sejauh mana apa yang direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau tercapai.

c. Prinsip Efisiensi

Prinsip efisiensi adalah perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dan usaha yang telah dikeluarkan (input).

d. Prinsip Kesinambungan dan Fleksibilitas

Kesinambungan adalah saling hubungan atau jalin-menjalin antara berbagai tingkat dan jenis pengorganisasian pendidikan. Fleksibilitas maksudnya tidak kaku artinya ada semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan di dalam bertindak.

C. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

Dokumen terkait