• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari pengalaman mengajar, tingkat pendidikan dan jenjang pendidikan : studi kasus guru-guru SD, SMP, SMA Pangudiluhur Kotamadya Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari pengalaman mengajar, tingkat pendidikan dan jenjang pendidikan : studi kasus guru-guru SD, SMP, SMA Pangudiluhur Kotamadya Yogyakarta."

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

xi ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI PENGALAMAN MENGAJAR,

TINGKAT PENDIDIKAN DAN JENJANG PENDIDIKAN Studi Kasus : Guru-guru SD, SMP, SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Yosephin Natalia Margi Lestari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari pengalaman mengajar, 2) Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan, 3) Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan tempat guru berkarya. Penelitian dilakukan pada Bulan Januari 2009.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru pada SD Pangudi Luhur 1-4 Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Yogyakarta dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Dengan sampel populasi yang berjumlah 87 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi dan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah One Way Anova.

(2)

xii ABSTRACT

TEACHER’S PERCEPTION OF SCHOOL BASED CURRICULUM VIEWED FROM THEIR EXPERIENCE OF TEACHING, LEVEL OF

EDUCATION AND LEVEL OF SCHOOL

A Case Study on Teachers of Elementary Schools, Junior High Schools and Senior High School of Pangudi Luhur Yogyakarta.

Yosephin Natalia Margi Lestari Sanata Dharma University

Yogyakarta 2009

The purpose of this research was to know whether there is any difference in teacher’s perception of school based curriculum (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) viewed from : (1) their experience of teaching, (2) level of education and (3) educational level of school. The research was done in January 2009.

The population of this research was teachers of Elementary Schools, Junior High School and Senior High Schools of Pangudi Luhur Yogyakarta : 87 teachers. The method of collecting data was questionaire and documentation. The teqnique of data analysis was Analysis Variance (One Way Anova).

(3)

i

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN

PENDIDIKAN DITINJAU DARI PENGALAMAN MENGAJAR,

TINGKAT PENDIDIKAN DAN JENJANG PENDIDIKAN

Studi Kasus : Guru-guru SD, SMP, SMA Pangudi Luhur Kotamadya Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Yosephin Natalia Margi Lestari 041334049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

P ERS EMB AH AN

S yu ku r ku p a d a Tu h a n , te rim a ka s ih

u n tu k s e s a m a d a n d u ku n ga n ya n g tu lu s

‘tu k s e m u a te m a n ya n g b e ru s a h a

m e ra ih m im p i… P a d a s e m u a ya n g te la h

m e m b a n tu s e le s a in ya ka rya in i h in gga

a kh irn ya s a tu a s a te la h te rga p a i.

Ka rya in i a ku p e rs e m b a h ka n u n tu k:

™

Ye s u s Kris tu s Tu h a n ku

™

B u n d a d i s u rga

™

B a p a k d a n a d ikku

™

Te m a n 2 _ ku : Flo w ry, Rin a ,

An d ri, Rika Te ty,

D ia n …ka lia n ya n g te rb a ik.

(7)

v

MOTTO

™

Impian tidak selalu menjadi kenyataan tetapi

kenyataan selalu datang dari impian

™

Lakukan yang terbaik untuk setiap hal dan yakinlah

hal tersebut akan mendatangkan hal baik pula dalam

hidup

™

Jangan putus asa cuma karena beberapa kegagalan.

Dalam hidup anda cuma butuh satu keberhasilan

™

Jangan sampai ada orang yang datang padamu tanpa

menjadi lebih baik atau lebih bahagia setelah itu.

Jadilah ungkapan kemurahan Tuhan, kemurahan di

wajahmu,

(8)
(9)
(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari dalam penyelesaian karya ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dorongan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bpk Drs. T. Sarkim M.Ed., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Bpk Y. Harsoyo S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bpk L. Saptono S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bpk S. Widanarto Prijowuntato S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing, terima kasih untuk segala bimbingan dan bantuannya. Matur nuwun pak… 5. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Akuntansi,

terimakasih untuk seluruh pengetahuan/ilmu yang penulis dapatkan dan bantuannya selama kuliah.

(11)

ix

Pangudi Luhur 1-4 Yogyakarta) terimakasih untuk sambutan ramah dan bantuan selama penelitian sehingga semuanya berjalan lancar.

7. Orangtua terkasih, maturnuwun pak untuk doa, perhatian dan semangat yang telah diberikan. Bunda aku akhirnya lulus tahun ini…

8. Adekku, terima kasih untuk doa, semangat, dan dukungannya selama ini. Makasih dah mau mengalah untukku…

9. Simbah kakung dan putri, matur nuwun mbah donga pangestunipun… denok pun lulus!!

10.Teman-teman Saint Matthew, makasih rekan-rekan ‘tuk keceriaan yang kalian berikan selama ini. Aku dah banyak waktu untuk kalian sekarang……

11.Mbak Youney dan denok E’ning, makasih dah memberiku semangat yang luar biasa sampai hari ini… aku wis lulus…

12.Teman-teman ku: Flowry, Rina, Andri, Rika, Tety, Dian…… (tep semangat yah…!!) makasih ‘tuk setiap memory yang terlewatkan bersama kalian… semua tak kan pernah terlupa.

13.Keluarga Bapak Hendri dan Ibu Jenny, de’ Lala, Steven dan Tata, terimakasih untuk sambutan hangat setiap kali aku datang ke rumah…kalian memberi semangat yang luar biasa untukku.

14.Buat Agnes, Sisil, Nova makasih untuk tumpangan kos nya, buat Nining… makasih dah mau nganter aku kemana pun aku ajak… makasih juga buat kritik saran dan semangatnya yah… aku yo lulus tahun iki!

(12)

x

16.Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu disini, yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu masukan, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca semuanya.

(13)

xi ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI PENGALAMAN MENGAJAR,

TINGKAT PENDIDIKAN DAN JENJANG PENDIDIKAN Studi Kasus : Guru-guru SD, SMP, SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Yosephin Natalia Margi Lestari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari pengalaman mengajar, 2) Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan, 3) Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan tempat guru berkarya. Penelitian dilakukan pada Bulan Januari 2009.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru pada SD Pangudi Luhur 1-4 Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Yogyakarta dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Dengan sampel populasi yang berjumlah 87 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi dan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah One Way Anova.

(14)

xii ABSTRACT

TEACHER’S PERCEPTION OF SCHOOL BASED CURRICULUM VIEWED FROM THEIR EXPERIENCE OF TEACHING, LEVEL OF

EDUCATION AND LEVEL OF SCHOOL

A Case Study on Teachers of Elementary Schools, Junior High Schools and Senior High School of Pangudi Luhur Yogyakarta.

Yosephin Natalia Margi Lestari Sanata Dharma University

Yogyakarta 2009

The purpose of this research was to know whether there is any difference in teacher’s perception of school based curriculum (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) viewed from : (1) their experience of teaching, (2) level of education and (3) educational level of school. The research was done in January 2009.

The population of this research was teachers of Elementary Schools, Junior High School and Senior High Schools of Pangudi Luhur Yogyakarta : 87 teachers. The method of collecting data was questionaire and documentation. The teqnique of data analysis was Analysis Variance (One Way Anova).

The result of this research show that; (1) there is no difference in teacher’s perception of school based curriculum viewed from their experience of teaching (F count 1,103 < F table 2,082); (2) there is no difference in teacher’s perception of

school based curriculumviewed from teacher’s level of education (F count 1,126 <

F table 3,124); (3) there is no difference in teacher’s perception of school based

(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

KATA PENGANTAR ...viii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT... xii

DAFTAR ISI...xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR ...xviii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

(16)

xiv

A. Persepsi Guru ... 7

B. Kurikulum ... 12

C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 17

D. Pengalaman Mengajar... 28

E. Tingkat Pendidikan ... 29

F. Jenjang Pendidikan ... 30

G. Kerangka Berfikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 35

D. Populasi dan Sampel ... 36

E. Operasionalisasi Variabel ... 36

F. Teknik Pengumpulan Data... 39

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 39

H. Uji Prasyarat Analisis... 43

I. Teknik Analisis Data... 44

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. SD Pangudi Luhur Yogyakarta ... 49

B. SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta ... 53

C. SMA Pangudi Luhur Yogyakarta... 58

(17)

xv

1. Deskripsi Responden Penelitian... 68

a. Lama bekerja... 68

b. Tingkat pendidikan ... 69

c. Jenjang pendidikan... 70

2. Persepsi Guru Terhadap KTSP ... 70

B. Analisis Data ... 75

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 75

a. Pengujian Normalitas ... 75

b. Pengujian Homogenitas ... 77

2. Pengujian Hipotesis... 78

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 82

1. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Pengalaman Mengajar... 82

2. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 86

3. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Jenjang Pendidikan ... 88

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 91

B. Keterbatasan Penelitian... 92

C. Saran... 93 DAFTAR PUSTAKA

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skala Pengukuran Model Likert ... 37

Tabel 3.2 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian... 41

Tabel 4.1 Daftar Guru SMP Pangudi Luhur Yogyakarta... 58

Tabel 4.2 Daftar Guru SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ... 60

Tabel 5.1 Responden Penelitian ... 68

Tabel 5.2 Deksripsi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 69

Tabel 5.3 Deksripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 69

Tabel 5.4 Deksripsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 70

Tabel 5.5 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 71

Tabel 5.6 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Masa Kerja ... 71

Tabel 5.7 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 73

Tabel 5.8 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Jenjang Pendidikan ... 74

Tabel 5.9 Hasil Pengujian Normalitas (Variabel Masa Kerja Guru) ... 75

Tabel 5.10 Hasil Pengujian Normalitas (Variabel Tingkat Pendidikan).. 76

Tabel 5.11 Hasil Pengujian Normalitas (Variabel Jenjang Pendidikan).. 77

Tabel 5.12 Ringkasan Hasil Pengujian Homogenitas ... 78

(19)

xvii

(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 97

Lampiran II Kuesioner Penelitian ... 104

Lampiran III Validitas dan Reliabilitas ... 111

Lampiran IV Data Induk Penelitian ... 119

Lampiran V Deskripsi Variabel Penelitian ... 122

Lampiran VI Kategori Kecenderungan Variabel ... 125

Lampiran VII Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas ... 128

Lampiran VIII Hasil Pengujian Hipotesis... 131

Lampiran IX Tabel r dan F ... 133

(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia pendidikan menduduki peran penting sehingga perlu mendapat prioritas tinggi dalam pembangunan nasional. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia sangat bergantung pada kualitas pendidikan sehingga dalam upaya peningkatan mutu pendidikan salah satunya dilakukan dengan adanya kurikulum yang sesuai tuntutan perubahan jaman.

Pergantian kurikulum menjadi hal yang biasa dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia. Selama ini pemerintah beralasan sebagai upaya memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia supaya lebih baik dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Namun pada kenyataannya beberapa kali pergantian kurikulum kurang memberikan perubahan seperti yang diharapkan bahkan yang seringkali terjadi pergantian kurikulum terkesan kurang dipersiapkan dengan baik sehingga pelaksanaannya di sekolah menemui banyak kendala.

(23)

hasilnya belum signifikan. Guru hanya mengandalkan pengalaman yang telah dimilikinya yang mayoritas hanya berbasis materi sehingga tidak ada perubahan yang berarti (Muslich, 2007:12). Dengan alasan pelaksanaan di sekolah yang masih menemui banyak kendala selanjutnya pemerintah mengganti dengan kurikulum yang kemudian disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

KTSP, yang mulai diberlakukan pada tahun 2006, sebenarnya sangat membuka peluang bagi guru untuk dapat meningkatkan kualitas dan profesionalitas kerjanya. Tetapi bila dilihat dari masa sosialisasi yang singkat dan pelaksanaan di sekolah-sekolah yang seperti dipaksakan dan tidak merata, justru menimbulkan kekhawatiran dan kebingungan bagi guru.

Pelaksanaan sebuah kurikulum tidak dapat dilepaskan dari ujung tombak pelaksana di lapangan, yaitu para guru, oleh karena itu guru dituntut untuk mempersiapkan seluruh potensinya. Selama ini guru belum mempunyai pengalaman dalam membuat kurikulum sendiri, mereka cenderung memakai kurikulum yang diberikan pemerintah tetapi sekarang justru mendapat kewenangan menentukan kurikulum sendiri. Meskipun kewenangan guru dalam pembuatan kurikulum ini sangat besar tetapi tanpa pengalaman kemungkinan yang terjadi guru hanya meminjam kurikulum sekolah lain yang sudah jadi untuk kemudian dicontoh dengan mengurangi atau menambah seperlunya. Minimnya sosialisasi dari sekolah dan persiapan dari gurunya sendiri yang terbatas, maka guru akan memiliki pemahaman/pandangan berbeda-beda terhadap KTSP.

(24)

kurikulum dengan tetap berpatokan pada standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sementara pada kenyataannya masih banyak guru yang pasif dan hanya menunggu, karena selama ini mereka hanya sekedar pelaksana saja.

Proses pemahaman dan penerimaan terhadap KTSP akan berbeda-beda karena perbedaan pengalaman mengajar. Banyak guru yang sudah bertahun-tahun mengajar terbiasa dengan cara mengajar mereka yang mapan dan sudah merasa “sreg” maka apabila ada perubahan akan merasa enggan dan sukar berubah. Guru lebih suka mempertahankan keadaan semula karena sudah terbiasa dengan kurikulum dan cara mengajar yang selama ini digunakan. Sementara bagi guru yang relatif muda (baru mengajar) karena saat kuliah telah belajar menggunakan kurikulum yang sedang berlaku tentu akan lebih mudah dalam penerimaan konsep dan penerapannya di sekolah, meskipun harus menentukan sendiri materi dan bahan ajarnya.

(25)

Sedangkan dari faktor jenjang pendidikan, guru SD yang setiap harinya selama berjam-jam berhadapan dengan siswa di kelas, harus menguasai hampir semua mata pelajaran yang diajarkan di kelasnya mempunyai beban yang lebih besar saat harus menyusun kurikulum atau materi sendiri yang selama ini belum pernah dilakukan, kebanyakan dari mereka merasa akan sangat direpotkan. Beban/tanggung jawab ini tentu akan sangat berbeda dengan guru-guru SMP maupun SMA, karena guru hanya mengajar sesuai bidangnya dan masuk ke kelas hanya sesekali dan tidak menghadapi siswa setiap harinya, sehingga guru mampu menyiapkan dan melaksanakan pembelajaran dengan lebih bervariasi sesuai tuntutan KTSP.

Terlepas dari pro kontra pelaksanaan KTSP di sekolah-sekolah, tetap dibutuhkan kemauan dan keinginan dari guru untuk meningkatkan kualitas pengajarannya tanpa membuat siswa merasa menjadi korban proyek kurikulum dari pemerintah.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menduga bahwa pemahaman dan penerimaan guru terhadap kurikulum yang baru ini tentu akan sangat bervariasi, karenanya penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DITINJAU DARI PENGALAMAN GURU MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN GURU DAN JENJANG PENDIDIKAN”. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada sekolah

(26)

B. Batasan Masalah

Persepsi guru terhadap KTSP bisa dilihat dari berbagai sudut pandang tetapi dalam penelitian ini hanya membatasi pada pengalaman guru mengajar, tingkat pendidikan guru dan jenjang pendidikan.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari pengalaman mengajar?

2. Apakah ada perbedaaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari tingkat pendidikan?

3. Apakah ada perbedaaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari jenjang pendidikan tempat guru mengajar?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari pengalaman mengajar?

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari tingkat pendidikan?

(27)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Guru

Dapat memberikan gambaran kepada guru untuk membantu tugas guru dalam implementasi KTSP di satuan pendidikannya.

2. Sekolah

Untuk memberikan gambaran konkrit mengenai persepsi guru terhadap KTSP dan sebagai masukan yang berguna dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Sehingga guru dan satuan pendidikan (sekolah) dapat bekerjasama dengan lebih baik.

3. Peneliti

(28)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERSEPSI GURU

1. Pengertian Persepsi

Menurut Thoha (1983:138), persepsi adalah proses pemahaman yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi. Sementara Davidoff (1981:232) menyatakan bahwa persepsi diartikan sebagai proses pemahaman yang terorganisisr dan menggabungkan data-data indera untuk dikembangkan sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita.

Persepsi adalah proses yang didahului oleh penginderaan, diterimanya stimulasi melalui reseptor, kemudian diteruskan ke otak dan terjadilah proses psikologis sehingga individu mengerti tentang apa yang diinderakan (Walgito,1994). Dalam pengantar psikologi umum, Walgito menyatakan bahwa sekalipun stimulus yang diterima sama tetapi karena pengalaman berbeda maka ada kemungkinan hasil persepsi akan tidak sama.

(29)

dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan pembedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada.

Sejak manusia dilahirkan di dunia ini sejak itu pula secara langsung ia berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu ia menerima stimulus atau rangsang dari luar di samping dari dalam dirinya sendiri. Ia merasa kedinginan, sakit dan sebagainya kesan tersebut ia peroleh dari proses persepsi karena persepsi merupakan proses memahami dunianya. Setelah manusia menginderakan objek di lingkungannya ia memproses hasil penginderaannya itu dan timbullah makna tentang objek itu pada diri manusia yang bersangkutan (Sarlito, 1992:47).

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian dan penginterpretasian rangsangan dari lingkungan melalui panca indera sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diinderakannya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Thoha (1988:149-156) ada berbagai faktor yang perlu diperhatikan yang dapat mempengaruhi proses seleksi persepsi dalam diri seseorang, diantaranya :

(30)

1). Proses Belajar

Semua faktor dari dalam yang membentuk adanya perhatian kepada sesuatu objek, sehingga menimbulkan adanya persepsi adalah didasarkan pada kekomplekan kejiwaan. Kekomplekan kejiwaan selaras dengan pemahaman dan proses belajar seseorang dari masing-masing individu.

2). Motivasi

Faktor dari dalam lainnya yang dapat membentuk persepsi adalah motivasi dan kepribadian. Walaupun motivasi dan kepribadian pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar, tetapi keduanya juga mempunyai dampak yang amat penting dalam proses pemilihan persepsi.

3). Kepribadian

Dalam membentuk persepsi unsur kepribadian sangat erat kaitannya dengan proses belajar dan motivasi seseorang, yang mempunyai akibat tentang apa yang diperhatikan dalam menghadapi suatu situasi.

b. Faktor dari luar diri seseorang, antara lain : 1). Intensitas

Prinsip intensitas dari suatu perhatian dapat dinyatakan bahwa semakin besar intensitas stimulus dari luar, layaknya semakin besar pula hal-hal itu dipahami (to be perceived)

2). Ukuran

Faktor ini dangat dekat dengan prinsip intensitas di atas. Semakin besar ukuran objek maka semakin mudah pula untuk bisa diketahui dan dipahami.

3). Keberlawanan atau kontras

Prinsip ini menyatakan bahwa stimulus dari luar yang penampilannya berlawanan dengan latar belakangnya atau sekelilingnya atau sama sekali di luar sangkaan orang banyak, akan semakin menarik perhatian.

4). Pengulangan (repetition)

Stimulus yang berasal dari luar yang diulang-ulang akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan objek yang hanya satu kali dilihat.

5). Gerakan (moving)

Prinsip ini diantaranya menyatakan bahwa orang akan memberikan banyak perhatian terhadap objek yang bergerak dalam jangkauan pandangannya dibandingkan dengan objek yang hanya diam saja. 6). Baru dan familier

(31)

3. Syarat-syarat Persepsi

Syarat agar seseorang dapat mengadakan persepsi menurut Bimo (1994: 54) adalah sebagai berikut :

a. Adanya objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor yang kemudian diteruskan ke otak dan terjadilah proses psikologi. b. Alat indera

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Dalam menerima stimulus alat indera perlu dibantu dengan saraf sensoris. Saraf sensoris adalah saraf yang menghubungkan stimulus sampai ke otak dan saraf motorik yang mengadakan penyampaian stimulus untuk mengadakan respon.

c. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi terhadap sesuatu diperlukan adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi, tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi.

4. Guru

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 228) guru adalah orang yang pekerjaannya atau mata pencahariannya mengajar.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Bab XI pasal 39 ayat 2 menyatakan bahwa :

Pendidik (guru) merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran melalui pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdiankepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Sedangkan Undang-Undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen juga menyebutkan bahwa :

(32)

Oleh karena itu implikasi formalnya adalah setiap kegiatan pendidikan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kependidikan yang mempunyai kewenangan mengajar yakni guru dan dosen.

a. Tanggungjawab Guru

Tanggungjawab guru menurut Oemar Hamalik antara lain (2001:127-133):

1). Guru harus menuntut murid-murid belajar 2). Turut serta membina kurikulum sekolah 3). Melakukan pembinaan terhadap diri siswa 4). Memberikan bimbingan kepada murid

5). Melakukan diagnosis atas kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar

6). Menyelenggarakan penelitian

7). Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif

8). Menghayati, mengamalkan dan mengamankan Pancasila 9). Turut serta membantu terciptanya kesatuan persatuan bangsa 10). Turut mensukseskan pembangunan

11). Tanggungjawab dalam meningkatkan peranan profesi guru b. Peranan Guru

Peranan guru antara lain (Mahmud,1990:25-28) : 1). Guru sebagai pembuat keputusan

(33)

4). Guru sebagai pemimpin 5). Guru sebagai konselor

6). Guru sebagai perekayasa lingkungan 5. Persepsi Guru

Perubahan kurikulum yang ditetapkan pemerintah selama ini sering membuat bingung para guru, perubahan dirasakan justru menambah beban berat bagi guru. Pendidikan yang sekarang ditetapkan berlaku oleh pemerintah, guru mendapat kewenangan lebih untuk merumuskan kurikulumnya sendiri bersama dengan satuan pendidikannya, sementara pada kurikulum sebelumnya langsung diterima dari pemerintah pusat. Untuk itu guru dituntut untuk mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi perubahan yang ada sekarang, salah satunya yaitu dengan mengikuti kegiatan seminar atau pelatihan-pelatihan.

Persepsi guru terhadap KTSP adalah proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian dan penginterpretasian KTSP melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman sehingga guru mengerti dan mamahami tentang KTSP.

B. KURIKULUM

1. Pengertian Kurikulum

(34)

para siswa/mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan.

Kurikulum pada hakekatnya merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak-anak untuk berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakat. Setiap kurikulum, bagaimanapun polanya, selalu mempunyai komponen tertentu yakni pernyataan tentang tujuan dan sasaran, seleksi dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar mengajar dan akhirnya evaluasi hasil belajar.

Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 2003).

2. Sejarah Kurikulum di Indonesia

(35)

dan efektivitas dalam hal daya dan waktu, dimana metode, materi dan tujuan dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Disusul kemudian dengan kurikulum 1984 yang saat itu terkenal dengan sistem Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Inipun masih diganti lagi dengan Kurikulum 1994 yang menekankan pada penguasaan materi pelajaran yang cukup padat sedang kurikulumnya sendiri lebih bersifat populis yaitu memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kemudian muncullah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pendidikan Berbasis Kompetensi ini menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dan terakhir dengan berlakunya Kurikulum 2006 (KTSP) yang sekarang ini dimana guru dan satuan pendidikan (sekolah) diberi kewenangan lebih untuk menyusun sendiri rencana pendidikannya yang sesuai dengan daerah dan kemampuan sekolah dengan tetap mengacu pada standar-standar yang telah ditetapkan (http://rbaryans.wordpress.com)

3. Peranan Kurikulum

(36)

Kurikulum berperan dalam menafsirkan dan mewariskan nilai-nilai budaya yang mengandung makna dalam membina perilaku anak didik. b. Peranan kreatif

Kurikulum harus mampu memberikan kegiatan kreatif dan konstruktif bagi siswa, dalam arti harus menyusun dan mendesain pengalaman belajar yang bersumber dari masyarakat dan dibuat dalam mata pelajaran.

c. Peranan kritis dan evaluatif

Kurikulum berperan aktif sebagai kontrol sosial dan menekankan pada unsur berpikir kritis dimana nilai social yang tidak sesuai ditata untuk siap diorganisir menjadi bentuk pengalaman belajar.

4. Fungsi Kurikulum

Fungsi kurikulum seperti yang dijelaskan oleh Hendrayat Soetopo dan Wasty Soemanto (Susilo,2006) ada 7 yaitu :

a. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

Maksudnya bahwa kurikulum merupakan suatu alat atau usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah yang dianggap cukup tepat dan penting untuk dicapai.

b. Fungsi kurikulum bagi anak

Maksudnya kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun disiapkan untuk siswa sebagai salah satu konsumsi bagi pendidikan mereka. Dengan begitu diharapkan anak akan mendapat sejumlah pengalaman baru yang kelak kemudian hari dapat dikembangkan seirama perkembangan anak.

c. Fungsi kurikulum bagi guru

Ada tiga macam, yaitu: a) sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar bagi anak didik, b) sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan, c) sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan pengajaran. d. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina sekolah

(37)

Maksudnya orangtua dapat turut serta membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya. Bantuan orangtua ini dapat melalui konsultasi langsung dengan sekolah/guru, dana dan sebagainya.

f. Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkatan di atasnya

Meliputi pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga guru.

g. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah

Pemakai lulusan dapat ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak orangtua/masyarakat. Dan ikut memberikan kritik atau saran yang membangun dalam rangka menyempurnakan program pendidikan di sekolah agar lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan pekerjaan.

5. Landasan pengembangan kurikulum

Agar pengembangan kurikulum dapat berhasil sesuai dengan yang diinginkan maka dalam pengembangan kurikulum diperlukan landasan-landasan pengembangan kurikulum sebagai berikut (Dimyati, 1999 :268) : a. Landasan Filosofis

Pendidikan ada dan berada dalam kehidupan masyarakat sehingga apa yang dikehendaki oleh masyarakat untuk dilestarikan diselenggarakan melalui pendidikan (Raka Joni, 1983 :6). Segala kehendak yang dimiliki oleh masyarakat merupakan sumber nilai yang memberikan arah pada pendidikan.

b. Landasan Sosial Budaya

Untuk melaksanakan penerimaan, penyebarluasan, pelestarian atau penolakan dan pelepasan nilai-nilai sosial-budaya-agama, maka masyarakat memanfaatkan pendidikan yang dirancang melalui kurikulum.

c. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung akan menjadi isi/materi pendidikan. Sedangkan secara tidak langsung memberikan tugas kepada pendidikan untuk membekali masyarakat dengan kemampuan pemecahan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan Iptek.

d. Landasan Kebutuhan Masyarakat

(38)

Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu yang mencakup keterkaitan dengan lingkungan sosialnya. e. Landasan Perkembangan Masyarakat

Perkembangan masyarakat akan menuntut tersedianya proses pendidikan yang sesuai, maka diperlukan rancangan berupa kurikulum yang landasan pengembangannya berupa pengembangan masyarakat itu sendiri.

6. Prinsip Dasar Pengembangan Kurikulum a. Prinsip Relevansi

Prinsip relevansi adalah kesesuaian pendidikan dengan tuntutan kehidupan. Relevansi pendidikan dengan kehidupan bukan hanya berkisar pada segi bahan atau isi pendidikan tetapi juga menyangkut kegiatan dan pengalaman belajar.

b. Prinsip Efektivitas

Prinsip efektivitas adalah sejauh mana apa yang direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau tercapai.

c. Prinsip Efisiensi

Prinsip efisiensi adalah perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dan usaha yang telah dikeluarkan (input).

d. Prinsip Kesinambungan dan Fleksibilitas

Kesinambungan adalah saling hubungan atau jalin-menjalin antara berbagai tingkat dan jenis pengorganisasian pendidikan. Fleksibilitas maksudnya tidak kaku artinya ada semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan di dalam bertindak.

C. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

1. Landasan Penyusunan KTSP

(39)

dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

2. Pengertian KTSP

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus.

3. Tujuan KTSP

KTSP mempunyai tujuan antara lain:

a. Memandirikan dan memberdayakan guru dan satuan pendidikan b. Menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat

4. Prinsip dan Acuan Pengembangan KTSP

KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut (Permendiknas No 22 Tahun 2006)

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya

(40)

kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. b. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

(41)

dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selain itu KTSP disusun dengan memperhatikan acuan operasional sebagai berikut :

a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia

b. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan perkembangan dan kemampuan peserta didik

c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan d. Tuntutan perkembangan daerah dan nasional

e. Tuntutan dunia kerja

f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni g. Agama

h. Dinamika perkembangan global

i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan j. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat k. Kesetaraan gender

5. Komponen KTSP

KTSP ada empat komponen :

a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan b. Struktur dan Muatan KTSP

c. Kalender Pendidikan

d. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) 6. Struktur KTSP

(42)

a. Dokumen 1 memuat acuan pengembangan KTSP, tujuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, dan kalender pendidikan.

b. Dokumen 2 memuat silabus dari SK/KD yang dikembangkan pusat dan silabus dari SK/KD yang dikembangkan sekolah (muatan lokal, mata pelajaran tambahan dan sebagainya)

7. Pelaksanaan Pengembangan Kurikulum

Secara teknis, pelaksanaan pengembangan KTSP dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu analisis konteks, mekanisme penyusunan dan pemberlakuan

a. Analisis Konteks

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis konteks adalah sebagai berikut

1) Menganalisis potensi dan kekuatan/kelemahan yang ada di sekolah, peserta didik, pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, biaya dan program yang ada di sekolah

2) Menganalisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar: komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja, sumber daya alam dan sosial budaya

(43)

b. Mekanisme Penyusunan

Pada mekanisme penyusunan yang perlu diperhatikan adalah pembentukan tim penyusun dan perencanaan kegiatan

1) Tim penyusun

Tim penyusun KTSP SD,SMP,SMA dan SMK terdiri dari guru, konselor, kepala sekolah, komite sekolah dan narasumber dengan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota dan disupervisi oleh dinas kabupaten/kota dan provinsi yang bertanggungjawab di bidang agama.

2) Kegiatan

Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan perencanaan sekolah/madrasah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat kerja dan/atau lokakarya sekolah dan/atau kelompok sekolah yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun pelajaran baru. Tahap kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi penyiapan dan penyusunan draft, review dan revisi serta finalisasi. Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan diatur dan diselenggarakan oleh tim penyusun.

c. Pemberlakuan

(44)

8. Prinsip dan Ciri Kegiatan Belajar dalam KTSP a. Prinsip Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

Kegiatan belajar mengajar dirancang dengan mengikuti prinsip-prinsip khas yang edukatif yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian dalam KBM guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan.

Lima prinsip kegiatan belajar-mengajar yang bisa memberdayakan potensi siswa:

1). Kegiatan yang berpusat pada siswa, hal-hal yang perlu diperhatikan:

a) KBM perlu mendorong siswa mengungkapkan pengalaman, pikiran, perasaan dan ekspresi

b) KBM perlu mendorong siswa mengembangkan potensi secara optimal

2). Belajar melalui berbuat, hal-hal yang perlu diperhatikan: a) KBM perlu menyediakan pengalaman nyata dalam hidup b) KBM menggunakan semua indera dalam pembelajaran

3). Mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan sosial, dalam hal ini guru perlu mendorong siswa berinteraksi dan menyampaikan gagasan kepada teman, guru atau pihak lain.

(45)

a) KBM mendorong siswa dapat mengenali kekuatan dan kelebihan masing-masing

b) KBM membekali siswa dengan sejumlah keterampilan belajar 5). Belajar mandiri dan belajar bekerjasama

b. Ciri Kegiatan Belajar Mengajar 1). Mengalami dan eksplorasi

Mengalami dan eksplorasi berarti melibatkan berbagai indera: lihat, cium, dengar, raba dan rasa. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang suatu konsep dan meningkatkan daya bertahan pemahaman tersebut dalam pikiran siswa.

2). Interaksi

Gagasan yang dibangun sebagai hasil dari proses belajar berkemungkinan masih belum sempurna bahkan salah. Berinteraksi dengan teman memungkinkan si pembelajar memperbaiki kesalahan tesebut atau memperkaya gagasan yang dibangun. Interaksi juga dapat merupakan wahana pengembangan kemampuan sosial siswa seperti berkomunikasi, menyanggah pendapat, dan menyampaikan pendapat secara santun.

3). Komunikasi

(46)

ia terangsang mengembangkan apabila gagasan benar ataupun memperbaiki bila ternyata gagasannya salah.

4). Refleksi

Siswa perlu dibiasakan untuk merenungkan kembali apa yang dipikirkan dan dilakukannya agar mereka terlatih menilai diri sendiri (pikiran dan tindakan) dan tidak tergantung orang lain. 9. Cara Mengelola Kegiatan Belajar Mengajar, Menyediakan Pangalaman

Belajar Bagi Siswa dan Memilih Strategi Pembelajaran a. Cara mengelola kegiatan belajar mengajar

1). Pengelolaan tempat belajar/ruang kelas, meliputi penataan meja dan kursi siswa, pemajangan hasil karya siswa.

2). Pengelolaan bahan pelajaran, dalam hal ini meliputi materi harus berdasarkan kompetensi apa yang ingin dicapai, tingkat keluasan dan kedalaman materi disesuaikan dengan karakteristik siswa, penataan materi disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, variasi materi ajar yang menunjang pembelajaran sesuai kompetensi yang ingin dicapai, materi ajar berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik dengan kemampuan berbeda diberikan layanan pembelajaran yang berbeda.

(47)

4). Pengelolaan siswa, meliputi jenis kegiatan, tujuan kegiatan, keterlibatan siswa, waktu belajar, ketersediaan sarana/prasarana, karakteristik siswa.

5). Pengelolaan sumber belajar, yang perlu diperhatikan adalah dapat dipakai mencapai kompetensi yang ingin dicapai, memudahkan pemahaman peserta didik, spesifik dan sesuai dengan materi pembelajaran, sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik.

6). Pengelolaan perilaku mengajar, yang perlu diperhatikan antara lain penyediaan pertanyaan yang mendorong siswa berpikir dan berproduksi, pembelajaran tematik, penyediaan umpan balik yang bermakna, penyediaan penilaian yang memberi peluang semua siswa mampu melakukan unjuk perbuatan.

b. Cara menyediakan pengalaman belajar bagi siswa 1). Jenis Pengalaman Belajar

a) Pengalaman mental b) Pengalaman fisik c) Pengalaman sosial

2). Jenis Situasi Pengalaman Belajar a) Situasi nyata

(48)

e) Audio Verbal

c. Cara memilih strategi pembelajaran 1). Cara mengaktifkan siswa

2). Cara siswa membangun peta konsep 3). Cara menggali informasi dari media cetak 4). Cara membandingkan dan mensintesis informasi 5). Cara mengamati (mengawasi) secara aktif 6). Cara menganalisis dengan peta akibat 7). Cara melakukan kerja praktik

10.Penilaian Kelas

a. Kekhasan penilaian kelas pada KTSP

1). Dari klasifikasi siswa bergeser ke pengembangan kemampuan siswa

2). Lebih cenderung penilaian acuan kriteria 3). Kompetensi dan indikator menjadi acuan 4). Menerapkan berbagai macam penilaian

5). Berupaya memberikan profil kemampuan siswa secara lengkap 6). Mengoptimalkan kemampuan siswa

b. Ciri penilaian kelas

1). Proses penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran

(49)

3). Penilaiannya menggunakan acuan patokan/kriteria 4). Memanfaatkan berbagai jenis informasi

5). Menggunakan berbagai cara dan alat penilaian 6). Menggunakan sistem pencatatan yang bervariasi

7). Keputusan tingkat pencapaian hasil belajar berdasarkan berbagai informasi

8). Mempertimbangkan kebutuhan khusus siswa

9). Bersifat holistis, penilaian yang menggabungkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik

c. Bentuk dan teknik penilaian kelas 1). Penilaian kinerja

2). Penilaian penugasan 3). Penilaian hasil kerja 4). Penilaian tes tertulis 5). Penilaian portofolio 6). Penilaian sikap

D. PENGALAMAN MENGAJAR

(50)

Pengalaman mengajar adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa surat keputusan atau surat keterangan yang sah dari lembaga berwenang (Muslich, 2007:14).

Pengalaman kerja merupakan salah satu syarat yang sering diminta sekolah dalam menerima calon tenaga guru. Dengan pengalaman kerja yang banyak, seorang guru akan dapat bekerja dengan lebih baik dan efisien.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengalaman mengajar diartikan sebagai segala pengetahuan, keterampilan maupun kemampuan yang diketahui dan didapatkan selama guru mengajar di sekolah.

E. TINGKAT PENDIDIKAN

(51)

Sedangkan tingkat pendidikan adalah jenjang sekolah yang telah diselesaikan oleh seseorang yang dibuktikan dengan adanya ijazah sebagai tanda tamat belajar di suatu jenjang pendidikan tertentu. Dalam penelitian ini yang dimaksud tingkat pendidikan adalah pendidikan guru yang telah diselesaikan dalam pendidikan tinggi yaitu D2, D3, D4 atau S1.

Struktur pendidikan tinggi di Indonesia terdiri dari 2 jalur pendidikan, yaitu pendidikan akademik (jenjang sarjana) dan pendidikan profesional (jenjang diploma). Pendidikan akademik adalah pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu pengetahuan dan pengembangannya dan lebih mengutamakan peningkatan mutu serta memperluas wawasan ilmu pengetahuan. Pendidikan akademik menghasilkan lulusan yang memperoleh gelar akademik melalui program sarjana (S1) atau pasca sarjana (S2 dan S3) dengan jangka waktu minimal 8 semester. Pendidikan profesional adalah pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu serta mengutamakan peningkatan kemampuan/ketrampilan kerja atau menekankan pada aplikasi ilmu dan teknologi. Pendidikan jalur profesional menghasilkan lulusan yang memperoleh sebutan profesional yang diselenggarakan melalui program diploma (D1, D2, D3) atau spesialis (Sp1, Sp2) dengan jangka waktu 2 semester untuk D1 dan 6 semester untuk D3.

F. JENJANG PENDIDIKAN

(52)

kemampuan yang dikembangkan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 14, disebutkan bahwa jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan awal selama 9 tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Di akhir masa pendidikan dasar selama 6 tahun pertama (SD/MI), para siswa harus mengikuti dan lulus dari ujian nasional untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat selanjutnya (SMP/MTs) dengan lama pendidikan 3 tahun.

Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar terdiri dari pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

G. KERANGKA BERFIKIR

1. Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau dari Pengalaman Mengajar.

(53)

menentukan sikap guru terhadap kurikulum yang sedang berlaku dalam pendidikan di Indonesia karena guru lah yang menjalankan kurikulum yang sedang berlaku. Kebiasaan yang terjadi dalam pendidikan kita adalah guru yang sudah lama mengajar di kelas akan kesulitan bahkan enggan untuk merubah gaya mengajarnya yang sudah menjadi kebiasaan sesuai dengan tuntutan kurikulum baru yang berlaku. Sehingga dalam hal ini tidak jarang akan bertentangan dengan prinsip kurikulum yang sedang berlaku pada saat itu.

Sementara di sisi lain, guru-guru yang baru masuk mengajar di kelas akan jauh lebih kreatif dan lebih leluasa untuk memilih bahan ajar yang sesuai dengan peserta didik. Hal ini tentu saja jarang bisa ditemui pada guru-guru yang telah lama mengajar. Guru baru dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dengan menyediakan aneka ragam kegiatan belajar mengajar dan sumber belajar dibandingkan dengan guru-guru lama. Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ha1= Ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari

pengalaman mengajar.

(54)

maupun S1 akan berbeda dalam pandangan mengenai kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam pengajaran yang mereka lakukan di kelas. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi tentu dibekali dengan ilmu dan pengetahuan yang jauh lebih banyak dibandingkan guru-guru yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Tingkat pendidikan D2/D3 dengan studi yang relatif lebih singkat daripada S1, tentu tidak sempat mengalami perubahan kurikulum karena mereka lulus lebih dulu sementara perubahan kurikulum bisa saja belum terjadi sehingga pengalaman dan ilmu yang mereka dapat tentang kurikulum yang baru belum sepenuhnya mereka pahami.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ha2 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru. 3. Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau dari Jenjang Pendidikan.

(55)

kurikulum ini karena berarti tugas mereka semakin banyak karena misalnya harus mengembangkan silabus sesuai kemampuan masing-masing guru untuk semua mata pelajaran tanpa ada pedoman dari pemerintah.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ha3 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari jenjang

(56)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu hanya terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya sekedar mengungkapkan fakta. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah studi kasus.

Studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap seseorang atau suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu selama kurun waktu tertentu (Arikunto,2006:143) sehingga kesimpulan dalam penelitian ini hanya berlaku bagi sekolah yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Pangudi Luhur 1-4 Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Yogyakarta dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2009.

C. Subjek dan Objek Penelitian

(57)

Subjek penelitian ini adalah guru-guru di SD Pangudi Luhur 1-4 Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari pengalaman guru mengajar, tingkat pendidikan guru dan jenjang pendidikan tempat guru mengajar.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,2006:130). Penelitian ini adalah penelitian populasi dengan jumlah populasi 87 orang, yaitu guru-guru SD, SMP dan SMA di Yayasan Pangudi Luhur Kota Yogyakarta.

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi akan apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini melibatkan variabel independen dan variabel dependen sebagai berikut :

(58)

b. Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap KTSP.

(Tabel operasionalisasi variabel terlampir di halaman 98 ). 2. Pengukuran

a. Persepsi guru terhadap KTSP adalah proses menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan KTSP melalui panca indra. Pengukuran yang digunakan penulis untuk mengukur variabel persepsi guru terhadap KTSP dengan menggunakan skala pengukuran Likert dengan alternatif jawaban sebagai berikut (Ridwan, 2002: 13)

Tabel 3.1

Skala Pengukuran Model Likert

Skor Alternatif jawaban

Positif Negatif Sangat Setuju

Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

4 3 2 1

1 2 3 4

b. Pengalaman Mengajar

Pengalaman mengajar dapat dilihat dari masa kerja atau lamanya seseorang bekerja. Pengalaman kerja seorang guru adalah pengalaman dalam mengajar. Dalam penelitian ini lama mengajar digolongkan ke dalam (Pedoman Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun 2008) :

Masa kerja Skor

2-4 tahun 1

5-7 tahun 2

(59)

11-13 tahun 4 14-16 tahun 5 17-19 tahun 6 20-22 tahun 7 23-25 tahun 8 > 25 tahun 9 c. Tingkat Pendidikan Guru

Tingkat pendidikan merupakan pendidikan terakhir yang berhasil ditempuh oleh seorang guru. Tingkat pendidikan guru dalam penelitian ini dibagi atas :

Tingkat Pendidikan Skor

D2 1

D3 2

D4 3

S1 4

d. Jenjang Pendidikan Sekolah

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan.

Dalam penelitian ini jenjang pendidikan sekolah yang dimaksud adalah jenjang pendidikan tempat guru berkarya, yang dibagi atas :

Jenjang pendidikan/sekolah Skor Jenjang pendidikan SD 1 Jenjang pendidikan SMP 2

(60)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket/kuesioner dan metode dokumentasi.

1. Kuesioner

Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan membuat daftar pernyataan tertulis yang diberikan kepada responden untuk memperoleh data tentang identitas dan penilaian responden tentang persepsi mereka terhadap sesuatu. Dalam hal ini adalah persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jenis kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dengan alternatif jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

2. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (1998:236), dokumentasi adalah metode pengumpulan data mengenai hal-hal yang berupa catatan/tulisan. Data yang diperoleh dari dokumentasi ini diantaranya struktur organisasi sekolah, jumlah guru yang ada, sarana dan prasarana yang tersedia dan segala hal yang berhubungan dengan penelitian ini.

G. Teknik Pengujian Instrumen

Teknik pengujian instrumen penelitian yang digunakan adalah uji validitas dan uji reliabilitas.

(61)

Menurut Masri Singarimbun (1981:122) validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu dapat mengukur apa yang ingin diukur. Sebuah istrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi Arikunto, 2006:168). Instrumen penelitian yang berupa angket diuji validitasnya untuk memperoleh kesahihan instrumen penelitian sehingga dapat dibakukan menjadi instrumen pengambilan data penelitian. Pengujian validitas penelitian ini didasarkan pada rumus korelasi Product Moment sebagai berikut :

rxy =

(

)( )

(

)

}

{

{

(

)

}

− 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N Keterangan :

r xy : koefisen korelasi

∑X : skor total

∑XY : skor total perkalian x dan y

∑X2 : skor kuadrat masing-masing item

∑Y2 : skor total kuadrat N : jumlah kasus

Untuk mengetahui koefisien korelasinya (r) maka perlu diuji signifikansinya dengan membandingkan nilai koefisien korelasi hasil penghitungan dengan koefisien korelasi pada tabel dengan taraf signifikansi 5%. Jika rhitung > rtabel maka butir pernyataan dikatakan valid

dan jika rhitung < rtabel maka butir pernyataan dikatakan tidak valid.

(62)

pengujian validitas diperoleh dengan membandingkan rhitung dengan rtabel

untuk df = 28(30-2) sebesar 0,239 pada taraf signifikansi 5%. Rangkuman hasil uji validitas tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian

Validitas Keterangan No Item

r tabel

(taraf signifikansi 5%) r hitung

1 0,239 0,5145 Valid

2 0,239 0,3676 Valid

3 0,239 0,4733 Valid

4 0,239 0,3951 Valid

5 0,239 0,4226 Valid

7 0,239 0,5317 Valid

8 0,239 0,3914 Valid

13 0,239 0,4567 Valid

14 0,239 0,5091 Valid

15 0,239 0,5807 Valid

16 0,239 0,2898 Valid

18 0,239 0,2805 Valid

22 0,239 0,2949 Valid

26 0,239 0,3823 Valid

27 0,239 0,2393 Valid

28 0,239 0,4737 Valid

30 0,239 0,4736 Valid

31 0,239 0,3310 Valid

34 0,239 0,4712 Valid

37 0,239 0,3335 Valid

40 0,239 0,3552 Valid

41 0,239 0,3872 Valid

42 0,239 0,4353 Valid

46 0,239 0,2606 Valid

49 0,239 0,2715 Valid

50 0,239 0,4133 Valid

55 0,239 0,4557 Valid

58 0,239 0,3844 Valid

59 0,239 0,3447 Valid

60 0,239 0,5251 Valid

61 0,239 0,4278 Valid

62 0,239 0,3175 Valid

65 0,239 0,2817 Valid

66 0,239 0,2795 Valid

67 0,239 0,4850 Valid

(63)

Dari 69 butir item yang digunakan dalam kuesioner ternyata ada 33 butir item yang tidak valid karena rtabel lebih besar dari rhitung sehingga item-item

tersebut dihapus. Sehingga item-item dalam kuesioner yang dinyatakan valid berjumlah 36 butir pernyataan dan telah mewakili setiap variabel pengukur persepsi guru terhadap KTSP.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang reliabel mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa dipercaya (Suharsimi Arikunto,2002:154). Rumus Alpha Cronbach digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan nol dan satu, misalnya angket atau soal bentuk uraian.

Adapun rumus Alpha adalah sebagai berikut:

r =

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡

2

2 1 ) 1 ( t b k k σ σ Keterangan :

r = reliabilitas instrumen K = jumlah butir pertanyaan

2

b

σ = jumlah varian butir atau item

2

t

σ = varian total

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan membandingkan antara nilai rhitung

(64)

nilai ralpha >0,6 dan instrumen dikatakan tidak reliabel jika nilai alpha <0,6

( Nunally dalam Imam Ghozali, 2001:20).

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach dan dikerjakan dengan bantuan program SPPS for Windows versi 12,0. Setelah dilakukan pengujian reliabilitas dengan jumlah data (n) sebanyak 30 responden pada derajat keyakinan 5% maka diperoleh nilai 0,884 yang berarti lebih besar dari 0,6. Dengan demikian instrumen yang digunakan untuk melihat persepsi guru terhadap KTSP dinyatakan reliabel (handal).

H. Uji Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Apabila data yang terjaring normal maka analisis untuk pengujian hipotesis dapat dilakukan. Teknik yang digunakan untuk uji normalitas dengan menggunakan analisis One-SampleKolmogorof Smirnov.

Dmaksimum =

[

Fo

( )

XiSn

( )

Xi

]

Keterangan :

D = Deviasi atau penyimpangan maksimum Fo (Xi) = Distribusi frekuensi kumulatif teoritis

Sn (Xi) = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi

(65)

a. Jika nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikansi 5% maka tidak signifikan artinya tidak ada beda antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data normal. b. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari taraf signifikansi 5% maka

signifikan artinya ada perbedaan antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data tidak normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui varians dari sampel homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians menggunakan Uji F dengan rumus sebagai berikut :

F =

ecil Varianterk

esar Varianterb

Harga Fhitung tersebut kemudian dibandingkan dengan Ftabel pada

taraf signifikansi 5%. Dalam hal ini berlaku ketentuan bila harga Fhitung <

Ftabel maka varians data dikatakan homogen dan apabila Fhitung >Ftabel

maka varians tidak homogen.

I. Teknik Analisis Data

a. Rumusan Hipotesis

Ho1 = Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari pengalaman guru mengajar.

(66)

Ho2 = Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari tingkat pendidikan guru.

Ha2 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari tingkat pendidikan guru.

Ho3 = Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari jenjang pendidikan

Ha3 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari jenjang pendidikan.

b. Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan

Dalam penelitian ini statistik yang digunakan adalah Analisis Varians (Anova) karena menguji hipotesis komparatif lebih dari dua variabel. Untuk menjawab masalah yang pertama dilakukan pengujian hipotesis dengan langkah-langkah :

1). Merumuskan Ho dan Ha

Ho : Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari pengalaman guru mengajar

Ha : Ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari pengalaman guru mengajar

2). Menentukan daerah penerimaan Ho dan penolakan Hi

Pengujian dengan Anova menggunakan distribusi F, titik kritis diperoleh dengan bantuan tabel F dimana titik kritis ditentukan dengan a) Taraf nyata (α) = 5%

(67)

Numerator = k-1 Denominator = N-k 3). Menentukan nilai uji statistik

Nilai statistik dihitung dengan cara :

a) JKtotal =

Xtotal2 - ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ N Xtotal 2

b) JKantar =

[

]

(

) (

2

) (

)

2

2 2 2 1 1 N X n X n X n X total m m

+ +

c) JKdalam = JKtotal –JKantar

d) MKantar =

1

m JKantar

e) MKdalam =

m N JK dalam

f) Fhitung =

dalam antar MK

MK

4). Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel, yaitu :

Ho diterima jika Fhitung < Ftabel Ha diterima jika Fhitung > Ftabel 5). Menarik kesimpulan

a) Jika Ho diterima berarti bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari pengalaman mengajar

b) Jika Ha diterima berarti bahwa ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari pengalaman mengajar

(68)

Apabila ternyata diketahui bahwa distribusi data tidak normal maka pengujian hipotesis menggunakan Analisis Chi Square dengan langkah analisis sebagai berikut :

1. Merumuskan hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari pengalaman mengajar

Ha : Ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari pengalaman mengajar

2. Menentukan taraf nyata (α) dan χ2 tabel Taraf nyata yang digunakan 5%

Nilai χ2 mempunyai derajad kebebasan (df) = (s-1)(k-1) ; s = jumlah sampel, k = banyaknya kategori

3. Menentukan nilai uji statistik

Nilai statistik ditentukan dengan cara :

χ2

= ( ) 1

2

− = −

df k

f f f

h h o

Keterangan :

Fo = frekuensi observasi Fh = frekuensi hitung

4. Menentukan daerah penerimaan Ho diterima apabila χ02 ≤χα2

(69)

5. Membuat kesimpulan

a. Jika Ho diterima berarti bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari pengalaman mengajar

b. Jika Ha diterima berarti bahwa ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari pengalaman mengajar

(70)

49 BAB IV

GAMBARAN UMUM

Penelitian ini dilakukan di sekolah-sekolah Yayasan Pangudi Luhur yang berada di daerah Kotamadya Yogyakarta yaitu di SD Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, SD Pangudi Luhur 2 Yogyakarta, SD Pangudi Luhur 3 Yogyakarta, SD Pangudi Luhur 4 Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

A. SD Pangudi Luhur Yogyakarta

1. Visi dan Misi SD Pangudi Luhur Visi SD PL Yogyakarta :

a. SD Pangudi Luhur merupakan komunitas iman yang berpusat pada Yesus Kristus yang ditandai dengan semangat persaudaraan sejati, kemitraan, menanggung karya perutusan bersama, mengembangkan komunikasi dan berpihak kepada yang lemah.

b. SD Pangudi Luhur merupakan lembaga pendampingan anak-anak/kaum muda untuk berkembang menjadi seorang pibadi yang berkualitas tinggi, beriman, berwatak dan berbudi pekerti luhur.

Misi I SD PL Yogyakarta

a. Menghidupkan dan mengembangkan unit kerja sebagai komunitas iman dan persaudaraan sejati.

(71)

c. Menangani karya kerasulan pendidikan Yayasan Pangudi Luhur secara profesional, realistis, kritis dan kontekstual.

d. Meningkatkan dan mengembangkan komunikasi secara formal dan informal antara Yayasan Pangudi Luhur, sekolah, bruder serta instansi terkait.

e. Mengupayakan pelaksanaan karya kerasulan Yayasan Pangudi Luhur dengan tetap memberikan perhatian istimewa kepada kaum miskin dan kekurangan, yang tersingkir, cacat, yang lemah dan terlupakan dan mereka yang kurang mengalami cinta.

Misi II SD PL Yogyakarta :

Mengupayakan pelaksanaan Karya Kerasulan Pendidikan SD Pangudi Luhur sebagai karya pendampingan anak-anak/kaum muda untuk berkembang menjadi seorang pibadi yang berkualitas tinggi, beriman, berwatak dan berbudi pekerti luhur dengan terlaksananya kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang bermutu, terencana, tertib, disiplin dan konsisten.

2. Tujuan SD Pangudi Luhur

a. Membentuk komunitas yang beriman, menekankan persaudaraan yang tulus/sejati serta meningkatkan sebagai mitra sejati yang menekankan karya kerasulan.

(72)

c. Meningkatkan komunikasi di antara pemakai kepentingan, perhatian khusus kepada yang miskin, berkekurangan baik secara fisik dan non fisik d. Pengajaran dan pendidikan yang bermutu, berkualitas tinggi, terencana,

tertib dan konsisten

e. Mengembangkan anak SD sebagai pribadi yang berkualitas tinggi, beriman, berwatak dan berbudi pekerti luhur.

3. Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan sekolah dikelompokkan menjadi kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler

a. Kelompok Intrakurikuler

1) Pendidikan dalam permainan 2) Latihan/pelajaran di kelas 3) Permainan dalam berlatih sosial 4) Bahasa Inggris

5) Komputer 6) Melukis

b. Kelompok Ekstraku

Gambar

Tabel 5.15     Hasil Pengujian Anova Tentang Persepsi Guru Terhadap
Gambar 4.3 Struktur Organisasi SMA  Pangudi Luhur Yogyakarta ........... 61
Tabel r dan F ................................................................. 133
Tabel 3.1 Skala Pengukuran Model Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

lmEbjiE yse ncniih rhgk kFLio ysg sLesb hhrr af'

Pada Modul perkuliahan ini digunakan untuk mengelola segala data yang berhubungan dengan proses KRS dan proses perkuliahan yaitu mulai entry mata kuliah, substansi

[r]

(peNakilan tetap) dari berbagai negara anggota van8 berasal dari organissi ini telah berkenb g Misinisinya, Pada unuhnva, scbagai. p€nghnbug &amp;taJa negara negara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan kompetensi profesi guru di SMP Swasta se- Kecamatan Gondokusuman adalah

Promosi kesehatan merupakan upaya meningkatkan kemampuan masyarakat ber-perilaku hidup bersih dan sehat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang

Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang cukup signifikan pada beberapa subkelompok pengeluaran yang disertai oleh sedikit penurunan indeks kelompok