• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurikulum Subjek Akademis

Dalam dokumen PENGEMBANGAN KURIKULUM teori dan praktik (Halaman 99-105)

MACAM-MACAM MODEL KONSEP KURIKULUM

A. Kurikulum Subjek Akademis

Model konsep kurikulum ini adalah model yang tertua, sejak sekolah yang pertama berdiri, kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Sampai sekarang, %valaupun telah berkembang tipe-tipe lain, umumnya sekolah tidak dapat welepaskan tipe ini. Mengapa demikian? Kurikulum ini sangat praktis, imidah disusun, mudah digabungkan dengan tipe lainnya.

Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua Woo pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya ilia.,a lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. liciajar adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh guru.

Isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu. Sesuai dengan bidang disiplinnya para ahli, masing-masing telah mengembangkan ilmu secara sistematis, logis, dan solid. Para pengembang kurikulum tidak perlu susah- susah menyusun dan mengembangkan bahan sendiri. Mereka tinggal memilih bahan

materi ilmu yang telah dikembangkan para ahli disiplin ilmu, kemudian mereorganisasinya secara sistematis, sesuai dengan tujuan pendidikan dan tahap perkembangan siswa yang akan mempelajarinya. Guru sebagai penyampai bahan ajar memegang peranan penting. Mereka harus menguasai semua pengetahuan yang ada dalam kurikulum. Ia harus menjadi ahli dalam bidang-bidang studi yang diajarkannya. Lebih jauh guru dituntut bukan hanya menguasai materi pendidikan, tetapi ia juga menjadi model bagi para siswanya. Apa yang disampaikan dan cara penyampaiannya harus menjadi bagian dari pribadi guru. Guru adalah yang "digugu dan "ditiru (diikuti dan dicontoh).

Karena kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya lebih bersifat intelektual. Nama-nama mata pelajaran yang menjadi isi kurikulum hampir sama dengan nama disiplin ilmu, seperti bahasa dan sastra, geografi, matematika, ilmu kealaman, sejarah, dan sebagainya.

Kurikulum subjek akademis tidak berarti hanya menekankan pada materi yang disampaikan, dalam perkembangannya secara berangsur memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa. Proses belajar yang dipilih sangat bergantung pada segi apa yang dipentingkan dalam materi pelajaran tersebut.

Jerome Bruner dalam The Process of Education menyarankan bahwa desain kurikulum hendaknya didasarkan atas struktur disiplin ilmu. Selanjutnya, ia menegaskan bahwa kurikulum suatu mata pelajaran harus didasarkan atas pemahaman yang mendasar yang dapat diperoleh dari prinsip-prinsip yang mendasarinya dan yang memberi struktur kepada suatu disiplin ilmu.

Beberapa kegiatan belajar memungkinkan untuk mengadakan generalisasi, suatu pengetahuan dapat digunakan dalam konteks lain daripada sekadar yang dipelajarinya, dapat merangsang ingatan apabila siswa diminta untuk menghubungkannya dengan masalah lain. Seorang siswa yang belajar fisika, umpamanya, harus melakukan kegiatan belajar sebagaimana seorang ahli fisika melakukannya. Hal seperti itu akan mempermudah proses belajar fisika bagi siswa.

Penekanan pada segi intelektual ini dianut oleh hampir seluruh proyek pengembangan kurikulum pada tahun 1960-an di sekolah-sekolah negara bagian Amerika Serikat. Para pengembang kurikulum pada masa adalah para ahli mata

pelajaran yang menyusun bahan ajar di sekitar unsur-unsur struktural mendasar dari disiplin ilmunya, menyangkiii problema, konsep-konsep inti, prinsip-prinsip, dan cara-cara bagaimana berinkuiri.

Salah satu contoh kurikulum yang berdasarkan atas struktur pengetahuan adalah Man: A Course of Study (MACOS) Macos adalah kurikulum untuk sekolah dasar, terdiri atas buku-buku, film, poster, rekaman, permainan, dan perlengkapan kelas lainnya. Kurikulum ini ditujukan untuk mengadakan penyempurnaan tentang pengajaran ilmu sosial dan humanitas, dengan pengarahan dan bimbingan Bruner.

Para pengembang kurikulum mengharapkan anak-anak dapat menggali faktor-faktor penting yang akan menjadikan manusia sebagai manusia. Melalui perbandingan dengan binatang, anak mengetahui keadaan biologis manusia. Dengan membandingkan manusia dari suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya, anak-anak akan mempelajari aspek-aspek universal dari kebudayaan manusia.

Sasaran utama kurikulum model MACOS adalah perkembangan kemampuan intelektual, yaitu membangkitkan penghargaan dan keyakinan akan kemampuan sendiri dan memberikan serangkaian cara kerja yang memungkinkan anak walaupun dengan cara sederhana mampu menganalisis kehidupan sosial. Melalui serangkaian kegiatan ilmiah seperti observasi, percobaan, penyusunan, dan pengujian hipotesis, pemahaman disiplin ilmu-ilmu sosial, kegiatan diskaveri dan sebagainya, diharapkan anak dapat mengambil banyak manfaat. Pada tahun 1970-an pendekatan struktur pengetahuan dalam pengembangan kurikulum ini mengalami kemunduran, sebab para ahli lebih tertarik pada pemecahan masalah kemanusiaan.

Sekurang-kurangnya ada tiga pendekatan dalam perkembangan Kurikulum Subjek Akademis. Pendekatan pertama, melanjutkan penih struktur pengetahuan. Murid-murid belajar ba.gaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan sekadar mengingat-ingatnya.

Pendekatan kedua, adalah studi yang bersifat integratif. Pendekatan ini merupakan respons terhaclap perkembangan masyarakat yang menuntut model- model pengetahuan yang lebih komprehensif-terpadu. Pelajaran tersusun atas

satuan-satuan pelajaran, dalam satuan-satuan pelajaran tersebut batas-batas ilmu menjadi hilang. Pengorganisasian tema-tema pengajaran didasarkan atas fenomena-fenomena alam, proses kerja ilmiah dan problema-problema yang ada. Mereka mengembangkan suatu model kurikulum yang terintegrasi (integrated curriculum). Ada beberapa ciri model kurikulum yang dikembangkan.

1. Menentukan tema-tema yang membentuk satu kesatuan (unifying theme), yang dapat terdiri atas ide atau konsep besar yang dapat mencakup semua ilmu atau suatu proses kerja ilmu, fenomena alam, atau masalah sosial yang membutuhkan pemecahan secara ilmiah.

2. Menyatukan kegiatan belajar dari beberapa disiplin ilmu. Kegiatan belajar melibatkan isi dan proses dari satu atau beberapa ilmu sosial atau perilaku yang mempunyai hubungan dengan tema yang dipilih/ dikerjakan.

3. Menyatukan berbagai cara/metode belajar. Kegiatan belajar ditekankan pada pengalaman konkret yang bertolak dari minat dan kebutuhan murid serta disesuaikan dengan keadaan setempat.

Pendekatan ketiga, adalah pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah- sekolah fundamentalis. Mereka tetap mengajar berdasarkan matamata pelajaran dengan menekankan membaca, menulis, dan memecahkan masalah-masalah matematis. Pelajaran-pelajaran lain seperti ilmu kealaman, ilmu sosial, dan lain- lain dipelajari tanpa dihubungkan dengan kebutuhan praktis pemecahan masalah dalam kehidupan.

1. Ciri-ciri kurikulum subjek akademis

Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Tujuan kurikulum subjek akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses "penelitian". Dengan berpengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu, para siswa diharapkan memiliki konsep-konsep dan cara-cara yang dapat terus dikembangkan dalam masyarakat yang lebih luas. Para siswa harus belajar menggunakan pemikiran dan dapat mengontrol dorongan-dorongannya. Sekolah harus memberikan kesempatan kepada para siswa untuk merealisasikan kemampuan mereka menguasai warisan budaya dan jika mungkin memperkayanya.

Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek akademis adalah metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru kemudian dielaborasi (dilaksanakan) siswa sampai mereka kuasai. Konsep utama disusun secara sistematis, dengan ilustrasi yang jelas untuk selanjutnya dikaji. Dalam materi disiplin ilmu yang diperoleh, dicari berbagai masalah penting, kemudian dirumuskan dan dicari cara pemecahannya.

Melalui proses tersebut para siswa akan menemukan, bahwa kemampuan berpikir dan mengamati digunakan dalam ilmu kealaman, logika digunakan dalam matematika, bentuk dan perasaan digunakan dalam seni dan koherensi dalam sejarah. Mereka mempelajari buku-buku standar untuk memperkaya pengetahuan, dan untuk memahami budaya masa lalu dan mengerti keadaan masa kini.

Ada beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek akademis. Pola-pola organisasi yang terpenting di antaranya:

1. Correlated curriculum adalah pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya. 2. Unified atau Concentrated curriculum adalah pola organisasi bahan pelajaran

tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari berbagai pelajaran disiplin ilmu.

3. Integrated curriculum. Kalau dalam unified masih tampak warna iliciplin ilmunya, maka dalam pola yang integrated warna disiplin ilmu tersebut sudah tidak kelihatan lagi. Bahan ajar diintegrasikan dalam suatu persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu.

4. Problem Solving curriculum adalah pola organisasi isi yang berisi topik pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu.

Tentang kegiatan evaluasi, kurikulum subjek akademis menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran. Dalam bidang studi humaniora lebih banyak digunakan bentuk uraian (essay test) daripada tes objektif. Bidang studi tersebut membutuhkan jawaban yang merefleksikan logika, koherensi, dan integrasi secara menyeluruh. Bidang studi seni yang sifatnya ekspresi membutuhkan penilaian subjektif yang jujur, di

samping standar keindahan dan cita rasa. Lain halnya dengan matematika, nilai tertinggi diberikan bila siswa menguasai landasan aksioma serta cara penghitungannya benar. Dalam ilmu kealaman penghargaan tertinggi bukan hanya diberikan kepada jawaban yang benar tetapi juga pada proses berpikir yang digunakan siswa.

Para ahli disiplin ilmu sering memiliki sifat ainbivalen terhadap evaluasi. Satu pihak melihatnya sebagai suatu kegiatan yang sangat berharga, yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Pada pihak lain mereka mengkhawatirkan kegiatan evaluasi dapat mempengaruhi hubungan antara guru dan siswa. Evaluasi yang dilakukan dalam waktu singkat tidak akan memberikan gambaran yang benar tentang perkemhangan dan penguasaan siswa. Kekhawatiran mereka dapat sedikit dikurangi dengan dikembangkannya model evaluasi formatif dan sumatif.

2. Pemilihan disiplin ilmu

Masalah besar yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum subjek akademis adalah bagaimana memilih materi pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Apabila ingin memiliki penguasaan yang cukup mendalam maka jumlah disiplin ilmunya harus sedikit. Apabila hanya mempelajari sedikit disiplin ilmu maka penguasaan para siswa akan sangat Ierbatas, sukar menerapkannya dalam kehidupan masyarakat secara luas. apabila disiplin ilmunya cukup banyak, maka tahap penguasaannya akan mendangkal. Anak-anak akan tahu banyak tetapi pengetahuannya hanya sedikit- dikit (tidak mendalam).

Ada beberapa saran untuk mengatasi masa lah tersebut, yaitu:

1. Mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh (comprehensive- ness) dengan menekankan pada bagaimana cara menguji kebenaran atau mendapatkan pengetahuan.

2. Mengutamakan kebutuhan masyarakat (social utility), memilih dan menentukan aspek-aspek dari dari disiplin ilmu yang sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat.

3. Menekankan pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang menjadi dasar (prerequisite) bagi penguasaan disiplin-disiplin ilmu yang lainnya.

3. Penyesuaian mata pelajaran dengan perkembangan anak

Para pengembang kurikulum subjek akademis, lebih mengutamakan penyusunan bahan secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan urutan bahan dengan kemampuan berpikir anak. Mereka umumnya kurang memperhatikan bagaimana siswa belajar dan lebih mengutamakan susunan isi, yaitu apa yang akan diajarkan. Proses belajar yang ditempuh oleh siswa sama pentingnya dengan penguasaan konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi. Para ahli kurikulum subjek akademis juga memandang materi yang akan diajarkan bersifat universal, mereka mengabaikan karakteristik siswa dan kebutuhan masyarakat setempat.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan di atas dalam perkembangan selanjutnya dilakukan beberapa penyempurnaan. Pertama, untuk mengimbangi penekanannya pada proses berpikir, mereka mulai mendorong penggunaan intuisi dan tebakan-tebakan. Kedua adanya upaya-upaya untuk menyesuaikan pelajaran dengan perbedaan individu dan kebutuhan setempat. Ketiga, pemanfaatan fasilitas dan sumber yang ada pada masyarakat.

B. Kurikulum Humanistik

Dalam dokumen PENGEMBANGAN KURIKULUM teori dan praktik (Halaman 99-105)