• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Lahan

Secara umum kerakteristik Sungai Ular dari hulu ke hilir adalah terdiri dari 3 (tiga) jenis areal yaitu : areal yang berfungsi sebagai golongan hutan, golongan semi hutan, dan golongan terbuka, keberadaan masing-masing areal tersebut dengan luas yang berbeda-beda.

Pada hulu sungai secara umum masih memiliki daerah aliran sungai yang termasuk golongan hutan yaitu berada pada kiri-kanan badan air sungai, areal tersebut merupakan lahan yang masih ditumbuhi pepohonan tahunan yang tinggi, serta mampu menahan air dan mampu mempertahankan kontur tanah sehingga tidak longsor menutupi badan sungai. Jika diteliti lebih lanjut areal-areal yang berfungsi sebagai hutan ini masih ada karena faktor kondisi topografi areal tersebut yang sedemikian curam. Areal yang masih menjadi golongan hutan secara teknis sangat sulit dialih fungsikan menjadi lahan persawahan dan pertanian karena memiliki kemiringan di atas 45o (Lampiran 2-4).

Kemiringan areal yang sedemikian besar sangat menyulitkan masyarakat petani untuk mengalih fungsikannya menjadi areal persawahan, perladangan dan perkebunan. Walaupun areal dengan kemiringan > 45o tidak dapat dijadikan

Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008

sebagai lahan persawahan dan pertanian, areal yang demikian pada sebahagian lokasi telah berubah fungsi menjadi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang berasal dari kota-kota kecamatan di sekitar areal tersebut. Pada areal tersebut tertimbun sampah yang telah bertahun-tahun berada di areal tersebut.

Secara keseluruhan luas Catchment Area Sungai Ular adalah 1.133,43 km2 yang terdiri dari 3 jenis peruntukan

seperti tertera pada Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Luas Catchment Area Berdasarkan Jenis Peruntukan

No Peruntukan Luas Persen

1 Hutan 113,343 - 170,015 km2 10 – 15 %

2 Semi Hutan 453,372 – 566,715 km2 40 – 50 %

3 Areal Terbuka 566,715 – 680,058 km2 50 – 60 %

Sumber : Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2003

Luasan daerah aliran sungai yang termasuk golongan hutan ini diperkirakan hanya tinggal sekitar 10% -15% dari keseluruhan DAS Ular, luasan areal jenis golongan hutan ini cenderung berkurang setiap waktu. Hal ini diakibatkan besarnya kegiatan alih fungsi lahan menjadi areal perkebunan, perladangan dan pertanian masyarakat, serta banyaknya areal yang menjadi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah sehingga sebahagian besar tanaman/pepohonan menjadi rusak dan mati.

Pengalihan fungsi lahan yang semula adalah termasuk areal golongan hutan dirubah menjadi areal perkebunan masyarakat, berkembangnya perkebunan secara langsung akan mengundang bertumbuh kembangnya permukiman- permukiman dari masyarakat. Keadaan ini memberikan sumbangan yang besar terhadap kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ular.

Berkembangnya permukiman-permukiman masyarakat menjadi kendala besar bagi lancarnya aliran air Sungai Ular. Hal ini disebabkan karena Sungai Ular juga harus menanggung beban limbah domestik yang dibuang masyarakat secara langsung ke badan sungai. Demikian halnya masih seringnya campur tangan masyarakat untuk membendung pinggiran sungai dengan harapan lahannya semakin besar, keadaan ini mengakibatkan lebarnya sungai juga semakin mengecil.

Berbeda halnya di daerah tengah dan hilir yang dominan menjadi areal terbuka, areal ini dipenuhi dengan aktivitas penambang bahan galian C yang banyak menggali pinggiran Sungai Ular, kegiatan pengerukan tersebut berakibat melebarnya permukaan dan semakin dalamnya alur sungai tersebut. Besarnya luasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ular yang berfungsi sebagai hutan untuk tempat simpanan air sudah sangat tidak layak lagi, sehingga pengaturan keberadaan air tanah tidak berfungsi dengan baik. Pada musim penghujan air akan secara cepat mengalir kehilir sehingga dapat menyebabkan banjir, demikian halnya pada musim kemarau simpanan air tanah sangat minimal. Keadaan ini akan

xlvii

menyebabkan daerah disekitarnya menjadi kekurangan air yang pada akhirnya akan menyebabkan permukaan air Sungai Ular menurun.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Ular yang termasuk pada golongan semi hutan secara umum sangat tergantung dari campur tangan manusia disekitarnya. Daerah ini memiliki kecenderungan membesar lagi karena adanya kegiatan pengalih fungsian lahan. Golongan areal demikian secara umum terdiri dari areal perkebunan tanaman keras, daerah yang telah terlantar di atas 5 tahun yang dikelola masyarakat menjadi lahan perkebunan.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Ular lainnya adalah areal yang digolongkan sebagai areal terbuka. Areal terbuka banyak yang ditanami dengan tumbuhan jangka pendek atau tanaman-tanaman musiman, areal terbuka ini ditemukan di sepanjang aliran sungai sekitar berjarak 1 sampai dengan 10 meter dari tepi badan sungai. Areal ini semakin hari semakin melebar yang diakibatkan adanya upaya masyarakat mengalih fungsikan lahan golongan hutan dan semi hutan yang terlantar menjadi lahan terbuka, untuk ditanami tanaman jangka pendek khususnya tanaman ubi kayu, ubi jalar, jagung, kacang tanah, kacang hijau, cabai merah dan cabai rawit tepat di tepi sungai (Lampiran 2-1 dan Lampiran 2-2)

Disepanjang Sungai Ular terdapat persawahan masyarakat yang dilengkapi irigasi setengah teknis dan irigasi teknis. Persawahan tersebut terdapat pada pertengahan hingga daerah hilir sungai serta tanaman sayur-sayuran. Pada daerah hulu dan areal yang telah terlantar selama > 5 tahun dan areal gersang keseluruhan diperkirakan sekitar 50% - 60%, yang secara umum ditumbuhi tanaman liar jenis perdu dan pada beberapa tempat menjadi tempat tumpukan sampah (Lampiran 2-2).

Kegiatan lainnya yang semakin menurunkan debit/permukaan Sungai Ular adalah pengambilan galian C. Peningkatan penggalian bahan galian C di tepi Sungai Ular akan menurunkan tinggi permukaan Sungai Ular, yang semakin memperparah dan mempersulit masuknya air ke bangunan pengambilan bebas air (bangunan tempat masuknya air dari badan sungai ke saluran irigasi pertanian), yang pada akhirnya persawahan masyarakat akan kekurangan air dan

kekeringan. Dalam mengkontrol tingginya permukaan Sungai Ular telah dibangun 7 (tujuh) Station Pencatat Elevasi muka air sungai. Ketujuh stasiun pencatat tersebut sesuai Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Station Pencatat Elevasi Muka Air Sungai

No Stasiun Pencatat Keterangan

1 Denai Lama

2 Perbaungan

3 Ular Bridge

4 Serbajadi Pengambilan bebas (Free Intake) Pulau Tagor

5 Bandar Tiga

6 Jembatan Paku

Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008

7 Siujan-ujan

Sumber : Bagpro PSA Hidrologi Sumut Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara 2003, Publikasi Data Debit Sungai

Ketujuh stasiun pencatat tersebut ini akan memberikan informasi tentang naik- turunnya permukaan Sungai Ular untuk mengetahui kecenderungan dari keberadaan air Sungai Ular. Keadaan ini akan sangat membantu dalam pengelolaan banjir serta kekeringan di daerah sekitarnya. Manfaat lainnya dari stasiun pencatat ini adalah untuk mengukur besarnya debit Sungai Ular. Ketujuh stasiun pencatat dikelola bagian Pengembangan Sumber Air, Hidrologi Dinas Pengairan Provinsi Sumetera Utara.

Dokumen terkait