• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Pengaruh Kegiatan Pembangunan terhadap Sungai Ular

4.5.2 Penambangan Galian C

Kegiatan lainnya di sekitar Sungai Ular adalah penambangan bahan galian C, kegitan ini dilakukan secara illegal artinya tidak dilengkapi dengan izin-izin yang sah. Berdasarkan pengamatan lapangan disekitar Sungai Ular diperoleh bahwa, jumlah truk dengan muatan rata-rata 8 m3/dump truk yang membawa bahan galian C pada setiap harinya adalah bervariasi.

Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008

Data produksi penambangan bahan galian C di sepanjang Sungai Ular yang diperoleh berdasarkan pengamatan lapangan yang dilaksanakan selama seminggu mencapai 838 dump truk . Hasil pengamatan lapangan tertera seperti pada Tabel 21 berikut :

Tabel 21. Volume dan Jumlah Truk yang Membawa Galian C No Hari Tanggal Jumlah

Truk (Unit) Volume (m3) Keterangan 1 Senin 20/08/2007 124 992 2 Selasa 21/08/2007 134 1.072 Pemesanan galian C maksimum dalam seminggu 3 Rabu 22/08/2007 116 928 4 Kamis 23/08/2007 122 976 5 Jumat 24/08/2007 108 864 Umumnya istirhat pada waktu sholat 6 Sabtu 25/08/2007 132 1.056 7 Minggu 26/08/2007 104 832 Tenaga kerja pengeruk ada yg beribadah dan libur Jumlah 838 6.704

Bahan galian C paling banyak dikeruk adalah bahan pasir, hal ini

lxxiii

Kota Tebing Tinggi, serta Kota Medan. Sehingga banyak areal penambangan bahan galian C ini telah sampai ke tepi sungai, hal ini menyebabkan semakin besarnya badan Sungai Ular (Lampiran 2-3).

Galian C yang termasuk bahan pasir terutama digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan, seperti untuk campuran beton bertulang, pasangan batu bata, campuran lantai, coran jembatan, serta pada industri batu bata cetak, traso, bahkan bahan campuran pencetakan batu bata.

Besarnya volume jenis galian C yang di keruk dari badan Sungai Ular berdasarkan jenisnya berdasarkan pengamatan, pada Tabel 22 berikut :

Tabel 22. Volume Galian C Dikeruk Berdasarkan Jenisnya Jenis Galian C Hari/ Tanggal Koral (truk) Man gga (truk) Kerik il (truk) Pasir (truk) Juml ah (truk ) Senin 20/08/2007 10 11 16 87 124 Selasa 21/08/2007 14 18 19 83 134 Rabu 22/08/2007 7 12 18 79 116 Kamis 23/08/2007 7 12 16 87 122 Jumat 24/08/2007 6 10 14 78 108 Sabtu 25//08/2007 12 14 16 90 132 Minggu 26/08/2007 5 10 16 73 104 Jumlah 61 87 115 575 838

Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008

Sesuai dengan hasil pengamatan yang tertera pada Tabel 22. diketahui bahwa pengerukan bahan galian C terbesar adalah pada hari Selasa yaitu

sebanyak 134 dump truk antara lain sebanyak 10 dump truk koral; 11 dump truk batu mangga; 16 dump truk kerikil; serta sebanyak 87 dump truk pasir. Hal ini berhubungan dengan banyaknya pesanan bahan galian C serta kerajinan pekerja mengeruk bahan galian C di Sungai Ular.

Bahan galian C yang paling sedikit dikeruk adalah pada hari Jumat

sebanyak 108 dump truk serta hari Minggu sebanyak 104 dump truk, keadaan ini diakibatkan bahwa pada hari Jumat, sebahagian pekerja menghentikan

pengerukan galian C pada jam-jam sholat Jum’at, demikian halnya pada hari Minggu sebahagian pekerja memilih tidak bekerja karena alasan beribadah dan sebahagian lainnya memang ingin beristirahat pada akhir pekan. Pengerukan bahan galian C setiap harinya didominasi oleh bahan galian pasir, dengan jumlah 575 dump truk seminggu, kerikil sebanyak 115 dump truk demikian halnya koral yang hanya 61dump truk seminggu.

Dalam seminggu bahan galian C jenis pasir adalah jenis yang paling banyak ditambang, yaitu sekitar 575 dump truk, penambangan ini setara dengan 4.600 m3/minggu, atau sama dengan 239.200 m3/tahun.

Galian C jenis kerikil yang secara umum terdiri dari batuan-batuan gepeng (ceper) dengan luas sekitar 1–8 cm2 umumnya digunakan untuk bahan campuran

lxxv

beton bertulang pada bangunan bertulang, namun pada keadaan lainnya juga diperoleh batuan kecil-kecil bulat yang bercampur dengan pasir juga disebut krikil, bahan dengan jenis ini umumnya digunakan untuk campuran semen untuk dipergunakan sebagai lantai dan sebahagian lainnya untuk bahan timbunan lantai kerja. Penambangan bahan galian C jenis kerikil rata-rata sebanyak 115 dumptruk seminggu yang setara dengan 920 m3/minggu, atau sama dengan 47.840

m3/tahun.

Batu mangga dengan ukuran batu sebesar gemgaman tangan orang dewasa dengan volume sekitar 1/4 –1/2 liter dan batu koral dengan ukuran yang lebih besar dari batu mangga umumnya digunakan sebagai bahan dasar sloop

bangunan, yaitu bahan yang menjadi lapisan paling dasar dari pondasi bangunan. Volume penambangan bahan galian C jenis batu mangga rata-rata sebanyak 61 dumptruk seminggu yang setara dengan 488 m3/minggu, atau sama dengan 52.376 m3/tahun.

Berdasarkan hasil pemantauan lapangan seperti tertera pada tabel di atas, diperoleh gambaran bahwa pengerukan bahan galian C sangatlah besar setiap harinya yaitu rata-rata 119,7142 dump truk, atau setara dengan 957,7136 m3/hari, sama dengan 6.703,9955 m3/minggu atau sama dengan 348.607,75 m3/tahun. Besarnya volume kerukan galian C tertera pada Tabel 23 sebagai berikut :

Tabel 23. Volume Penambangan Galian C Sungai Ular

No Waktu Volume (m3)

Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008

1 Per Hari 957,7136

2 Per Minggu 6.703,9955

3 Per Bulan 29.689,1216

4 Per Tahun 348.607,75

Penambangan bahan galian C Sungai Ular yang memiliki izin penambangan hanya sampai pada tahun 1999 selanjutnya sejak tahun 2000 seluruh penggalian galian C di sepanjang Sungai Ular adalah illegal, jika dihitung volume galian C yang ditambang secara illegal selama 6 tahun adalah adalah sebanyak 348.607,75 x 6 tahun sebanyak = 2.091.646,5 m3. Besarnya kerugian negara akibat

penambangan tersebut, dengan harga bahan galian C per meter kubik adalah Rp 60.000,- = Rp 125.498.790.000,-.

Angka kerugian tersebut merupakan angka kerugian langsung berdasarkan harga bahan galian C, kerugian lainnya adalah areal persawahan yang terpaksa tidak ditanami lagi karena kekurangan air irigasi, serta kerugian akibat

menurunnya volume panenan pertanian masyarakat, dan kerugian pajak-pajak ikutan seperti Pajak Bumi Bangunan, retribusi hasil bumi dan lain sebagainya. Dampak dari galian C tersebut adalah areal persawahan yang tidak dapat ditanami lagi karena kekeringan air irigasi, menurunnya permukaan air akibat penggalian pasir serta kerugian akibat menurunnya volume panenan pertanian masyarakat. Besarnya volume penambangan bahan galian C yang masih dapat ditolerir menurut beberapa pendapat adalah berbeda-beda, perhitungan tersebut didasarkan

lxxvii

pada volume bahan galian C yang terbawa aliran sungai dari hulu, seperti tertera pada Tabel 24 berikut :

Tabel 24. Besar Galian C Sungai Ular

No Perhitungan Volume (m3/Tahun)

1 Prosida 172.000

2 Ashida (Sato) 289.000

3 Brown 231.000

Rata-rata 230.667

Sumber : Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2003

Besarnya volume kandungan bahan galian C yang terbawa arus Sungai Ular adalah sebesar 230.667 m3/tahun. Menurut pengamatan Dinas Pengairan Bagian Proyek Irigasi Wilayah Deli Serdang pengerukan bahan galian C pertahunnya adalah sebesar 453.600 m3/tahun, maka terdapat kelebihan produksi sebesar 453.600 m3/Tahun – 230.667 m3/tahun = 222.933 m3/tahun. Jika dibandingkan hasil pengamatan di lapangan yang dilaksanakan, total bahan galian C yang dikeluarkan adalah 348.607,75 m3/tahun, maka akan diperoleh kelebihan produksi sebesar 348.607,75 m3/tahun –230.667 m3/tahun = 117.940,75 m3/tahun.

Besarnya volume bahan galian C yang ditambang akan membawa dampak lingkungan dalam jangka panjang berupa rusaknya tebing-tebing sungai, bantaran sungai, serta tanaman di pinggiran badan air, sehingga diperlukan pemulihan kondisi DAS di sekitarnya. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Kusumah (2005) yang menyimpulkan bahwa pengusaha bahan galian C harus

Iman Suroto: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sungai Ular Di Kabupaten Deli Serdang, 2008. USU e-Repository © 2008

mengusahakan pengisian kembali dan perataan lahan bekas penambangan. Apabila keadaan alam tidak mengizinkan atau tidak memungkinkan, harus diajukan alternatif lainnya, untuk menjaga kelongsoran yang akan mengganggu keseimbangan tata lingkungan hidup, maka kemiringan tebing harus diusahakan sedemikian rupa sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan.

Pengusaha harus melaksanakan penanaman kembali pada semua daerah bekas tambang terbuka. Apabila keadaan tanah tidak memungkinkan, harus diajukan alternatif lain, apabila proses penanaman masih memerlukan waktu, kecuali daerah untuk menampung air, maka pada tahap pertama tanah harus ditanami rumput-rumputan atau tanaman kecil lainnya sebagai penutup (Kesumah, 2005).

Dokumen terkait