• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter

Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Persentase Berat Sisa Jerami Padi (%) dengan Ukuran Litterbag yang Berbeda pada Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter

Jarak Pematang (m)

Ukuran Mesh (mm)

Waktu Eksposisi (hari)

30 60 90 4 10 14.74 aAB 11.74 aAB 6.09 aA 0.25 29.22 abB 14.45 aA 10.93 abA 0.038 42.22 bB 21.24 aAB 18.42 bcA 8 10 15.45 aAB 17.89 aB 11.02 abAB 0.25 34.54 bB 17.38 aA 14.13 abcA 0.038 40.45 bB 26.60 aAB 21.47 cAB Keterangan: Pada kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama dan baris yang diikuti oleh

huruf besar yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji Lanjut Duncan 5% berdasarkan waktu eksposisi (hari) dan ukuran litterbag pada setiap jarak pematang.

Berdasarkan Tabel 3, pada plot sawah dengan jarak pematang 4 m laju dekomposisinya lebih cepat daripada jarak pematang 8 m. Hal ini terlihat dari persentase berat sisa jerami padi yang lebih tinggi pada jarak pematang 8 m dibandingkan dengan jarak pematang 4 m, kecuali pada litterbag halus di hari ke-30. Lebih cepatnya laju dekomposisi pada plot dengan jarak pematang 4 m, diduga karena pada plot dengan jarak pematang yang sempit, jumlah populasi fauna tanahnya lebih banyak dibandingkan dengan plot berjarak pematang 8 m. Menurut hasil penelitian Damayanti (Unpublish), plot dengan jarak pematang 4 m memiliki total jumlah populasi fauna tanah lebih banyak (26239 individu/m2), dibanding dengan jarak pematang 8 m (8403 individu/m2).

Lahan padi S.R.I. tidak dibiarkan tergenang, namun air irigasi akan memasuki lahan sebagai pengairan. Ketika lahan digenangi, fauna tanah yang tidak menyukai kondisi berair, tidak akan menyukai lahan dan mencari tempat yang lembab, seperti pematang. Dengan jarak pematang yang sempit, seperti jarak pematang 4 m, akan menjadi lokasi efektif bagi fauna tanah untuk tinggal, karena fauna tanah akan lebih mudah berimigrasi ke pematang. Jarak pematang lebar (8

m) terlalu jauh untuk fauna tanah berpindah tempat. Diperkirakan fauna tanah sudah mati sebelum mereka sampai ke pematang. Oleh karena itu, jumlah fauna tanah pada plot sawah dengan jarak pematang 4 m lebih banyak daripada jarak pematang 8 m (Damayanti, Unpublish) dan mengakibatkan laju dekomposisi pada jarak pematang sempit lebih cepat dari jarak pematang lebar.

Lamanya waktu (hari) eksposisi jerami padi akan mempengaruhi proses dekomposisi. Semakin lama waktu dalam proses dekomposisi, maka bahan-bahan yang dirombak atau dihancurkan akan menjadi lebih sederhana dan berkurang. Dapat dilihat pada Tabel 3, persentase berat sisa jerami padi semakin berkurang pada hari ke-30, 60 dan 90. Sebagaimana dijelaskan oleh Barnes et al. (1997) bahwa fauna tanah memainkan peranan yang sangat penting dalam proses dekomposisi bahan organik, yaitu dengan cara: menghancurkan jaringan bahan organik secara fisik, melakukan pembusukan pada bahan seperti gula, selulosa dan lignin, merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humus, menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian atas serta membentuk kemantapan agregat antara bahan organik dan bahan mineral tanah.

Laju dekomposisi jerami padi pada perlakuan pematang 4 m dan 8 m berdasarkan ukuran litterbag kasar, sedang dan halus ditampilkan pada Gambar 3.

(a) (b)

Gambar 3. Persentase Penurunan Jumlah Jerami Padi yang Menunjukkan Laju Dekomposisi (a. Pematang 4 meter, b. Pematang 8 meter)

Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat bahwa pada 30 hari pertama, terjadi penurunan persentase berat jerami padi yang tinggi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m. Untuk jarak pematang 4 m, penurunan berat jerami yang terjadi sebesar 85.26%; 70.78% dan 57.78% (berturut-turut pada litterbag

0 20 40 60 80 100 0 30 60 90 Waktu (hari) S is a S era sa h ( % ) 0 20 40 60 80 100 0 30 60 90 Waktu (hari) S is a S er a sa h ( % ) 10 mm 0.25 mm 0.038 mm

berukuran kasar, sedang dan halus). Pada jarak pematang 8 m, penurunan yang terjadi sebesar 84.55%; 65.46% dan 59.55% (berturut-turut pada litterbag berukuran kasar, sedang dan halus). Hal ini menunjukkan adanya laju dekomposisi yang cepat di 30 hari pertama karena fauna tanah yang terdapat pada plot sawah mendekomposisikan bahan-bahan yang mudah didekomposisi terlebih dahulu. Menurut Nandi (2000), bahan-bahan serasah yang mudah didekomposisi meliputi gula, zat pati dan protein. Bahan yang agak sulit didekomposisi adalah hemiselulosa dan selulosa, sedangkan bahan yang resisten untuk didekomposisi adalah lignin dan lipid.

Laju dekomposisi pada hari ke-60 dan 90 berjalan lambat, dikarenakan fauna tanah mendekomposisikan bahan-bahan tersisa dari jerami padi yang sudah sulit untuk didekomposisikan, seperti lignin. Soepardi (1983) menyebutkan bahwa lignin merupakan senyawa-senyawa yang sulit dilapuk dan ditemukan dalam jaringan tumbuhan tua, seperti batang dan kayu. Persentase berat jerami padi yang hilang pada masing-masing ukuran litterbag kasar, sedang dan halus untuk jarak pematang 4 m pada hari ke-60 adalah sebesar 88.26%; 85.55% dan 78.76%; pada hari ke-90 sebesar 93.91%; 89.07% dan 81.58%. Untuk jarak pematang 8 m, persentase berat jerami padi yang hilang pada hari ke-60 sebesar 82.12%; 82.62% dan 73.40%; pada hari ke-90 sebesar 88.98%; 85.87%; dan 78.53% (berturut-turut pada litterbag ukuran kasar, sedang dan halus).

Perbedaan persentase berat sisa jerami padi pada jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan oleh Tabel 4.

Tabel 4. Persentase Berat Sisa Jerami padi (%) pada Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter

Jarak Pematang (m)

Waktu Eksposisi (hari)

30 60 90

4 28.72 aB 15.81 aA 11.82 aA

8 30.15 aB 20.62 aAB 15.54 aA Keterangan: Pada kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama dan baris yang

diikuti oleh huruf besar yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji Lanjut Duncan 5% berdasarkan waktu eksposisi (hari) dan jarak pematang.

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan jumlah sisa jerami padi antara waktu eksposisi. Antara hari ke-30 dengan hari ke-60 pada jarak

pematang 4 m, terdapat perbedaan yang nyata, namun antara hari ke-60 dengan hari ke-90, perbedaannya tidak nyata meskipun hari ke-90 menunjukkan sisa jerami padi yang lebih sedikit dari hari ke-60. Terjadi penurunan berat jerami padi yang drastis pada 30 hari pertama. Kemudian penurunan berat jerami padi berjalan lambat pada hari ke-60 dan 90.

Perbandingan laju dekomposisi jerami padi antara jarak pematang 4 m dan 8 m ditampilkan pada Gambar 4.

0 20 40 60 80 100 120 0 30 60 90 Waktu (hari) S is a S er a sa h ( % ) 4 m 8 m

Gambar 4. Persentase Penurunan Berat Jerami Padi pada Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter

Dapat dilihat pada Gambar 4, bahwa plot sawah dengan jarak pematang 4 m memiliki laju dekomposisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan jarak pematang 8 m. Hal ini dilihat dari penurunan berat jerami padi pada jarak pematang 4 m yang lebih tinggi dari jarak pematang 8 m. Hasil ini memperkuat dugaan bahwa populasi fauna tanah dan semua organisme tanah yang terlibat dalam proses dekomposisi jerami padi jumlahnya lebih banyak pada jarak pematang 4 m dibandingkan dengan jarak pematang 8 m (Damayanti, Unpublish). Hal ini dikarenakan jarak pematang sempit lebih efektif sebagai hunian fauna tanah yang bermigrasi dari plot sawah ke pematang ketika lahan sedang digenangi air. Dengan jarak pematang yang efektif, akan semakin banyak fauna tanah yang mendiami lahan, yang kemudian akan mempengaruhi kesuburan tanah. Keberadaan fauna tanah pada lahan dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki struktur tanah, distribusi unsur hara di dalam tanah, dekomposisi bahan organik tanah serta aktivitas metabolismenya dapat menghasilkan feses yang mengandung unsur hara tersedia bagi tanah dan tanaman.

4.2. Laju Dekomposisi Jerami padi Berdasarkan Perbedaan Ukuran