• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

3.3. Metode Penelitian 1. Tahap Persiapan

3.3.2. Tahap Pelaksanaan a) Penanaman Padi dan Kedelai

Bibit padi muda yang berumur 8 hari ditanam pada plot-plot percobaan yang telah disiapkan. Bibit ditanam dengan jarak tanam 30 x 30 cm sebanyak satu bibit setiap titik tanam dengan posisi akar membentuk huruf L. Pengairan diatur sampai tanah mencapai kondisi lembab, tetapi tidak tergenang. Untuk tanaman kedelai, benih yang telah siap ditanam di semua pematang yang mengelilingi plot percobaan. Lebar pematang yang dibuat adalah 30 cm. Pada pematang yang akan ditanami, dibuat lubang-lubang kecil terlebih dahulu dengan menggunakan tugal. Jarak antar tanaman sekitar 30 cm dengan 2 – 3 butir benih kedelai per lubangnya. Tujuan penanaman kedelai di pematang adalah sebagai tanaman naungan bagi fauna tanah, agar suhu di pematang tidak terlalu panas sehingga disukai oleh fauna. Selain itu juga sebagai salah satu sumber bahan organik bagi fauna tanah yang berimigrasi dari plot sawah ke pematang, sehingga akan semakin banyak fauna tanah yang hadir dan tanah menjadi semakin subur. Dari segi ekonomi, sebagai upaya memaksimalkan lahan dengan penanaman komoditas lain yang tentunya akan memberikan keuntungan lebih bagi petani.

b) Pemupukan dan Perawatan Tanaman

Pupuk yang digunakan pada tanaman padi dan kedelai adalah pupuk kimia N, P dan K, yaitu Urea, SP-36 dan KCl. Aplikasi pupuk untuk kedua tanaman menggunakan dosis pupuk standar, yaitu 250 kg Urea/ha, 100 kg SP-36/ha dan 100 kg KCl/ha. Untuk aplikasi Urea, dilakukan sebanyak 2 kali (pada minggu pertama dan minggu ke-7) dengan pemberian 50% dosis setiap aplikasinya. Hal

ini dilakukan karena sifat N yang terkandung pada pupuk urea mudah menguap, sehingga agar pemberian pupuk efektif dan dapat diserap tanaman sebelum urea yang ditebarkan habis karena menguap. Aplikasi SP-36 dan KCl dilakukan satu kali dengan dosis 100%.

Pemupukan tanaman padi dilakukan pada minggu pertama, yaitu satu hari setelah tanam. Saat dilakukan pemupukan padi, jangan sampai ada banyak air yang menggenangi lahan, agar tidak terjadi pencucian hara. Untuk tanaman padi, dosis pupuk Urea, SP-36 dan KCl yang diberikan pada satu kali aplikasi adalah sebagai berikut: (1) Jarak pematang 4 m (luas plot 20 m2): 250 g Urea/plot; 200 g SP-36/plot dan 200 g KCl/plot, (2) Jarak pematang 8 m (luas plot 40 m2): 500 g Urea/plot; 400 g SP-36/plot dan 400 g KCl/plot.

Pemupukan pada tanaman kedelai dilakukan pada 3 MST (Minggu Setelah Tanam), saat tanaman kedelai telah tumbuh. Pupuk diberikan di sepanjang pematang yang ditanami kedelai dengan dibuat alur dekat tanaman terlebih dahulu. Untuk tanaman kedelai, dosis pupuk Urea, SP-36 dan KCl yang diberikan pada satu kali aplikasi, yaitu: (1) Jarak pematang 4 m (total luas pematang 32.7 m2): 408.75 g Urea; 327 g SP-36 dan 327 g KCl, (2) Jarak pematang 8 m (total luas pematang 26.7 m2): 333.75 g Urea; 267 g SP-36 dan 267 g KCl.

Perawatan tanaman dilakukan dengan penyiangan gulma dan aplikasi pestisida nabati. Penyiangan gulma dilakukan setiap 2 minggu sekali dan dilakukan juga pendagiran dengan menggunakan alat pembajak agar tanah menjadi gembur dan membuat perakaran tanaman padi mudah berkembang. Penyemprotan pestisida nabati dilakukan pada saat tanaman padi mulai terserang oleh hama belalang, terutama saat tanaman berumur <4 MST, karena masih muda dan sangat rentan. Penyemprotan dilakukan hampir setiap minggu. Bahan-bahan pestisida nabati yang digunakan adalah daun mindi, daun sirsak, lengkuas, tembakau dan detergen. 1 liter campuran bahan-bahan ini, dilarutkan dengan 10 liter air, untuk kemudian disemprotkan pada tanaman padi secara langsung. Pada tanaman kedelai juga dilakukan penyiangan gulma. Gulma yang mengganggu dan berada di dekat tanaman, dicabut sampai ke akarnya agar tidak terjadi persaingan antar tanaman.

c) Pengukuran Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Padi

Pengamatan data agronomis tanaman dilakukan setiap 2 minggu sekali, yaitu pada 2, 4, 6 dan 8 MST. Pengamatan dilakukan pada 10 contoh tanaman yang dipilih secara acak pada masing-masing plot ulangan. Komponen pertumbuhan tanaman yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah anakan (jumlah batang per rumpun). Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi pada saat fase vegetatif. Jumlah batang yang dihitung adalah jumlah batang yang masih aktif (tidak mati).

d) Pengukuran Laju Dekomposisi Jerami padi

Satu set litterbag berukuran halus, sedang dan kasar dieksposisi pada plot sawah secara berdekatan di satu titik dengan kedalaman tanah ±3 cm. Pengambilan kembali litterbag berisi sampel jerami padi dilakukan pada hari ke-30, 60 dan 90 setelah tanam. Laju dekomposisi ini diukur dari berat jerami padi yang berkurang. Pada setiap waktu eksposisi, diambil satu set litterbag di setiap plot ulangan. Jerami padi dikeluarkan dari kantung litterbag, dibersihkan dan dicuci dengan air untuk menghilangkan butiran tanah yang menempel pada jerami. Kemudian jerami padi dimasukkan dalam kantung kertas yang bobotnya telah ditimbang sebelumnya. Lalu jerami padi dalam kantung kertas dikeringudarakan dan ditimbang untuk mendapatkan Bobot Kering Udara (BKU). Setelah itu jerami padi dimasukkan kedalam oven 1050C selama 24 jam, timbang berat keringnya dan hitung Bobot Kering Mutlak (BKM).

Tahap berikutnya dilakukan pengabuan, yaitu jerami padi dihancurkan dengan mesin penggiling tanaman, ditimbang pada cawan porselen, dimasukkan ke dalam muffle dengan suhu 7000C selama ±3 jam, setelah itu ditimbang berat abunya. Pengabuan ini dilakukan untuk memisahkan substrat dengan material lainnya, seperti tanah yang masih menempel pada jerami padi, agar diketahui substrat jerami padi sesungguhnya. Laju dekomposisi diukur dengan menghitung selisih berat jerami padi sebelum dieksposisi dengan berat jerami padi setelah dieksposisi.

Rumus perhitungan yang digunakan untuk mengukur laju dekomposisi adalah sebagai berikut (Coleman et al., 2004):

Keterangan:

E = Berat jerami padi yang hilang setelah dieksposisi (g) A = Berat kering jerami padi sebelum dieksposisi (BKM) (g)

A = BKU/(1+F1)

F1 = Faktor koreksi 1, yaitu rataan kadar air jerami padi sebelum dieksposisi C = Berat abu dari jerami padi sebelum dieksposisi (g)

C = F2 x A

F2 = Faktor koreksi 2, yaitu rataan berat abu sebelum dieksposisi B = Berat kering jerami padi setelah dieksposisi (BKM) (g)

B = BKU/(1+F3)

F3 = Faktor koreksi 3, yaitu kadar air jerami padi setelah dieksposisi D = Berat abu dari jerami padi setelah dieksposisi (g)

D = F4 x B

F4 = Faktor koreksi 4, yaitu rataan berat abu setelah dieksposisi Xa = Persentase berat jerami padi yang hilang setelah dieksposisi (%)

3.4. Analisis Tanah

Analisis sifat kimia dan fisik tanah dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah. Pengambilan contoh tanah untuk analisis dilakukan satu hari sebelum penanaman. Pengambilan sampel dilakukan secara komposit yang dapat mewakili lahan percobaan dengan kedalaman ±20 cm. Analisis tanah ini bertujuan untuk menetapkan pH, C-organik, N-total, Ca, Mg, K-dd, KTK, KB dan tekstur tanah.

3.5. Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0. Untuk mengevaluasi pengaruh perlakuan terhadap parameter yang ditetapkan dilakukan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan selang kepercayaan 5%.

4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4