• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan Hukum

Dalam dokumen Rani Budiarti Pratiwi BAB II (Halaman 51-55)

1. Permenkes nomor 1464/MENKES/PER/X/2010, yang menjadi landasan hukum pada asuhan kebidanan pada ibu hamil Trimester III yaitu :

Sebagai bidan berwenang kepada ibu untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu. Bidan berwenang untuk memberikan pelayanan kesehatan mulai dari masa pra hamil, dimana pada masa ini seorang ibu membutuhkan pelayanan yang ekstra untuk mempersiapkan kehamilan yang akan datang serta mempersiapkan organ-organ reproduksi yang akan dibuahinya nanti dan akan mengalami perubahan. Yang kedua adalah kehamilan, dimana didalam masa kehamilan ini seorang ibu hamil sangat mengalami perubahan cepat dan juga memerlukan pengarahan, pendidikan kesehatan pada ibu hamil serta memberikan konseling tentang kunjungan ibu hamil. Ketiga ada pada masa persalinan, didalam masa persalinan bidan berwenang untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang cara mengejan yang baik pada ibu bersalin,

bidan juga berwenang untuk melakukan pertolongan pada ibu bersalin normal dari kala I, II, III dan IV. Keempat pada masa nifas, bidan berwenag untuk memberikan pelayanan pada ibu nifas normal, mulai dari perawatan pada masa nifas dan memberikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya pada masa nifas. Yang kelima ada masa menyusui, pada ibu menyusui ini ibu yang telah melahirkan juga memerlukan perhatian khusus untuk memulai menyusui pada bayinya, bidan juga berwenang untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara dan cara menyusui yang benar. Dan yang terakhir adalah masa antara dua kehamilan, dimana seorang bidan juga harus bisa memberikan kejelasan pada ibu yang telah melahirkan bayinya untuk memikirkan akan menggunakan KB apa untuk selanjutnya dan bidan juga akan memberikan pendidikan kesehatan KB dari macam-macam KB serta efek sampingnya. Pada BAB III pasal 10 ayat 2 huruf c, bidan mampu dan berwenang untuk memberikan pada ibu bersalin yaitu pelayanan persalinan normal, mulai dari pendidikan kesehatan tanda-tanda persalinan, serta berwenang untuk membantu persalinan mulai dari kala I, II, III dan IV . Pada BAB III pasal 10 ayat 3 huruf a, b, c, dan g : bidan dalam memberikan pelayanan berwenang untuk : Episiotomi, pada ibu bersalin sebagai bidan berwenang untuk melakukan episiotomi (melebarkan jalan lahir). Dilakukan episiotomi jika ada indikasi seperti janin besar, perineum kaku, dan lakukan episiotomi jika saat diantara dua his. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II, bidan hanya berwenang untuk melakukan penjahitan pada luka jalan lahir hanya pada derajat I dan II. Huruf (c) : Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan rujukan. Bidan berwenang untuk melakukan penanganan

kegawat-daruratan pada ibu hamil, bersalin, BBL, nifas dan masa antara, tetapi kemudian dilanjutkan rujukan. Huruf (g) : Pemberian uterotonika pada MAK kala III dan postparum, bidan berwenang untuk memberikan suntikan uterotonika pada manajemen aktif kala III. Dimana MAK kala III terjadi pada pelepasan plasenta.

2. Kepmenkes nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 yang menjadi landasan hukum pada asuhan kebidanan ibu pra hamil, hamil, bersalin, BBL, nifas dan masa antara yaitu :

Pada pelayanan kebidanan kepada ibu pra hamil, bidan berwenang untuk melakukan asuhan kebidanan meliputi penyuluhan dan konseling tentang persiapan kehamilan. Didalam kehamilan khususya pada ibu hamil, bidan juga dapat melakukan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kunjungan ibu hamil mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki serta alat genetalia dengan normal. Bidan juga berwenang jika didalam kehamilan itu terjadi sesuatu yang abnormal, misalnya seperti abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat I, preeklamsi ringan dan anemia ringan diharapkan bidan dapat memberi kejelasan tentang yang terjadi pada ibu yang abnormal pada kehamilannya. Kemudian setelah mengalami kehamilan yang normalnya berjalan 9 bulan 7 hari, seorang ibu hamil pasti akan melewati masa persalinan, dimana bidan dapat melakukan dan berwenang untuk melakukan persalinan normal mulai dari kala I, II, III dan IV. Disamping itu selain bidan berwenang untuk melakukan pertolongan persalinan normal, bidan juga berwenang untuk melakukan pertolongan persalinan abnormal seperti letak sungsang, partus macet kepala didasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum,

laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri primer, post term dan pre term. Setelah seorang ibu bersalin melewati masa bersalinnya dengan lancar atau mungkin ada komplikasi, kini seorang ibu akan memasuki masa nifas dimana bidan berwenang untuk melakukan pelayanan nifas normal dengan baik dan benar. Selain bidan berwenang melakukan pelayanan nifas normal, bidan juga berwenang untuk melakukan pelayanan nifas yang abnormal, meliputi retensio plasenta, renjatan dan infeksi ringan. Pelayanan dan pengobatan pada kelainan gynekologi bidan juga berwenang mengobati, seperti keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid. Sesudah seorang bidan melakukan penanganan masa nifas, seorang bidan dapat melakukan pelayanan kepada anak yang diantaranya pemeriksaan bayi baru lahir, perawatan tali pusat, perawatan bayi, jika terjadi kelainan pada bernafas bayi saat lahir bidan juga berwenang untuk melakukan tindakan resusitasi pada bayi baru lahir, bidan juga berhak melakukan pemantauan perkembangan pada anak, disamping bidan juga dapat melakukan pemberian imunisasi kepada anak untuk mencegah kelainan pada anak, selain memberikan suntikan imunisasi, bidan juga dapat memberikan penyuluhan kepada para ibu-ibu yang membawa bayinya ke posyandu untuk imunisasi. Setelah melakukan pemberian imunisasi, bidan juga berhak melakukan suntikan pada pada penyulit kehamilan, persalinan dan nifas. Pada saat persalinan, jika pada kala III saat pengeluaran plasenta yang normal 15 menit pertama belum lahir dan telah diberikan suntikan yang kedua tetapi 15 menit lagi belum juga keluar maka tindakan bidan berwenang untuk melakukan manual plasenta. Bidan juga dapat berwenang melakukan penjahitan luka

perineum sampai tingkat II, memberikan suntikan intramuskular uterotenika, antibiotika dan sedativa. Jika pasien dalam keadaan perdarahan dan kontraksi jelek serta keadaan ibu lemah, sesegera

mungkin bidan melakukan tindakan kompresi bimanual untuk

menghentikan perdarahannya. Bidan dalam melakukan pelayanan keluarga berencana berwenang untuk memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi dalam rahim, alat kontrasepsi bawah kulit dan kondom. Bidan juga berwenang untuk melakukan penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi, selain itu bidan dapat melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit

Dalam dokumen Rani Budiarti Pratiwi BAB II (Halaman 51-55)

Dokumen terkait