• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masa Nifas a. Pengertian

Dalam dokumen Rani Budiarti Pratiwi BAB II (Halaman 25-37)

Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu kedepan. (Retno dan handayani, 2011; hal.1)

Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi. (Retno dan handayani, 2011; hal.1)

Dalam bahasa latin waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu dari kata puer artinya bayi dan oarous artinya melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan pulih kembali seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas yaitu 6-8 minggu. Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas (Puerperium) yaitu masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat kandungan pulih kembali seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Retno dan Sri Handayani,2011 h.1)

b. Deteksi dini masa nifas

Ada beberapa macam deteksi dini komplikasi pada masa nifas menurut Retno dan Sri Handayani, 2011; h.151, yaitu :

1) Perdarahan pervaginam

Perdarahan pervaginam / perdarahan post partum hemorargi / hemorarhi post partum/PPH adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan.

Hemorargi post partum primer adalah mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran. Penyebabnya :

a) Uterus atonik (terjadi karena misalnya : plasenta atau selaput ketuban tertahan)

b) Trauma genetal (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat penatalaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk sectio caesaria, episiotomi).

c) Koagulasi intravascular diseminata d) Inversi uterus

Hemorargi post partum sekunder adalah mencakup semua kejadian PPH yang terjadi antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum. Penyebabnya :

a) Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan

b) Pelepasan jaringan setelah persalinan macet (dapat terjadi di servik, vagina, kandung kemih, rectum)

c) Terbukanya luka pada uterus (setelah section caesarea, rupture uterus)

3) Infeksi

Infeksi masa nifas melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38oC atau lebih yang terjadi pada hari ke-2 sampai 10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiditas puerperalis (Prawirohardjo,2010; h. 259). Ada beberapa contoh dari infeksi masa nifa berikut ini :

a) Nyeri pelvik

b) Demam 385 oC atau lebih c) Rabas vagina yang abnormal d) Rabas vagina yang berbau busuk

e) Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus (Sri Handayani, 2011; h.154).

Bakteri penyebab sepsis puerpuralis : a) Strepkoccus

b) Stafilokokkus c) E.Coli

d) Clostridium tetani e) Clostridium welchi

f) Clamidia dan gonocokkus (Sri Handayani,2011; h.154).

Beberapa faktor predisposisi pada infeksi masa nifas menurut (Prawirohardjo,2010; h.259) yaitu :

a) Anemia/kurang gizi b) Higiene yang buruk c) Tehnik aseptik yang buruk d) Kelelahan

e) Proses persalinan bermasalah

4) Kelainan payudara (1) Bendungan air susu

Selama 24 jam hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lacteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut dengan bendungan

air susu, sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena normal berlebihan dan pengembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor reguler untuk terjadinya laktasi (Setyo Wulandari,2011; h.158).

(2) Mastitis

Inflamasi perinkimatosa glandula mammae merupakan komplikasi ante partum yang jarang terjadi tetapi kadang-kadang dijumpai dalam masa nifas dan laktasi. Bendungan yang mencolok biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan pertamanya berupa menggigil atau gejala rigor yang sebenarnya, yang segera diikuti oleh kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi keras serta kemerahan dan pasien mengeluhkan rasa nyeri.

5) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama

Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena kehabisan tenaga. Hendaknya lekas diberikan minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan, berikanlah makanan yang sifatnya ringan walaupun dalam persalinan lambung dan alat pencernaan tidak langsung turut mengadakan proses persalinan, tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi proses persalinannya tersebut. Sehingga alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaannya kembali, oleh karena itu ibu tidak benar bila

diberikan makanan sebanyak-banyaknya walaupun ibu

6) Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan dikaki

Selama masa nifas, dapat berbentuk thrombus sementara pada vena-vena manapun di pelvis yang mengalami dilatasi, dan mungkin lebih sering mengalaminya.

Faktor predisposisi a) Obesitas

b) Peningkatan umur maternal dan tingginya paritas c) Riwayat sebelumnya mendukung

d) Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinantrauma yang lama pada keadaan pembuluh vena.

e) Anemia maternal

f) Hipotermi atau penyakit jantung g) Endometritis

h) Varicostitis

(Setyo Wulandari,2011; h.160)

7) Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri :

Pada minggu-minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih 1 tahun ibu post partum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak pada umumnya, seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.

Faktor penyebab

a) Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan b) Rasa nyeri pada awal masa nifas

c) Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan kebanyakan dirumah sakit.

d) Kecemasan dan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit

e) Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi 8) Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur

Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau penglihatan kabur.

9) Pembengkakan di wajah atau ekstremitas

Periksa adanya varices, periksa kemerahan pada betis, periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, kaki oedema

10) Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih

Pada nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih didalam vesika sering menurun, akibat trauma persalinan serta analgesik atau spinalsensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi periuretra atau hematom dinding vagina. Setelah melahirkan terutama saat infuse oksitosin dihentikan terjadi diuresis yang disertai peningkatan produksi urin dan distensi kandung kemih. Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk mengeluarkan air kemih sering menyebabkan infeksi saluran kemih.

c. Penatalaksanaan awal

1) Perdarahan pervaginam, pantau kondisi pasien secara seksam selama 24-48 jam. Meliputi : memeriksa uterus kenyal dan berkontraksi dengan baik atau tidak, darah yang hilang, suhu, denyut nadi, TD, kondisi umum, asupan cairan dan pengeluaran urine.

2) Kelainan payudara

a) Bendungan air susu, keluarkan ASI secara manual/ASI tetap diberikan pada bayi

b) Menyangga payudara dengan BH yang menyongkong c) Kompres dengan kantong es (kalau perlu)

d) Pemberian analgetik atau kodein 60 mg per oral.

Mastitis

Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan sebelum berbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang, sangga payudara, kompres dingin, bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam, ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus. Jika bersifat infeksius, berikan analgesic non narkotik, antipiretik (ibuprofen, asetaminofen) untuk mengurangi demam dan nyeri. Pantau suhu tubuh akan adanya demam.

3) Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur a) Jika ibu sadar periksa nadi, TD, pernafasan

b) Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi dengan masker dan balon, lakukan intubasi jika perlu dan jika pernafasan dangkal

periksa dan bebaskan jalan nafas dan beri oksigen 4-6 liter per menit

c) Jika pasien tidak sadar/koma bebaskan jalan nafas, baringkan pada sisi kiri, ukuran suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.

d. Tahapan-tahapan masa nifas

1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu diperbolahkan untuk berdiri dan jalan-jalan.

2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. (Retno dan Sri Handayani,2011 h.3)

e. Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas menurut Sitti Saleha, 2009 h.71-76 yaitu :

1) Nutrisi dan cairan

Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Sedangkan menurut (Retno dan Sri Handayani, 2010 h.125) Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas itu banyak, terutama bila menyusui akan meningkat 25% karena berguna untuk menyembuhkan luka sehabis melahirkan dan juga untuk memperoduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi.

Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktifitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas dan berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin secara bahan pengawet atau pewarna. Disamping itu harus mengandung:

a) Sumber tenaga (energi) b) Sumber pembangun

c) Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air) d) Kebersihan diri / perineum dan kebersihan bayi.

2) Perawatan payudara

Ada cara-cara untuk menjaga agar payudara tetap terawat :

a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama putting susu dengan menggunakan BH yang menyongkong payudara.

b) Apabila putting susu lecet, oleskan colostrum atau Asi yang keluar pada sekitar putting susu setiap selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting yang tidak lecet.

c) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, asi dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.

d) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol 1 tablet setiap 4-6jam (Retno dan Sri Handayani, 2011 h.132).

3) Istirahat

a) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan b) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur

c) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan d) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam. Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat :

(1) Mengurangi jumlah ASI

(2) Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan

(3) Depresi (Retno dan Sri Handayani,2011 h. 133) 4) Seksual

Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomy sudah sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu postpartum. Hasrat sexual pada bulan pertama akan berkurang baik kecepatannya maupun lamanya, juga orgasme pun akan menurun. Ada juga yang berpendapat bahwa coitus dapat dilakukan setelah masa nifas berdasarkan teori bahwa saat itu bekas luka plasenta baru sembuh (proses penyembuhan luka post partum sampai dengan 6 minggu). Secara fisik aman untuk mamulai melakukan hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, aman untuk melakukan hubungan suami istri (Retno dan Sri Handayani,2011 h.134).

5) Latihan atau senam nifas

Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang

senggama dan otot dasar panggul. Untuk menngembalikan kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan. Senam masa nifas berupa gerakan-gerakan yang berguna untuk mengencangkan otot-otot, terutama otot-otot perut yang telah terjadi longgar setelah kehamilan. Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari ke sepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu (Retno dan Sri Handayani,2011 h.134).

f. Jadwal kunjungan rumah

Sebagai bidan harus melakukan kunjungan pada ibu setelah melahirkan guna untuk memantau ibu. Menurut Sitti Saleha,2009; h.84 Ada 4 kunjungan yang harus di lakukan oleh bidan, yaitu :

A. Kunjungan pertama : 6-8 jam, yang bertujuan untuk mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, medekteksi dan merawat penyebab lain, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan BBL, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi. B. Kunjungan kedua : 6 hari setelah persalinan, yang bertujuan untuk

memastikan involusi uterus berjalan normal, menilai danya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperhatikan tanda-tanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

C. Kunjungan ketiga : 2 minggu setelah persalinan, bertujuan untuk memastikan involusi uterus berjalan normal, menilai danya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperhatikan tanda-tanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

D. Kunjungan keempat : 6 minggu setelah persalinan, bertujuan untuk mananyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami, memberikan konseling untuk KB secara dini, menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu atau puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi.

5. Masa Antara

Dalam dokumen Rani Budiarti Pratiwi BAB II (Halaman 25-37)

Dokumen terkait