BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Kehamilan
a. Pengertian
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internesional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan
menurut kalender internasional.
Kehamilan adalah merupakan transisi, yakni suatu masa antara
kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam
kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir
(Sukarni,2013; h.63).
Berdasarkan dari referensi yang telah terkumpul maka kehamilan
adalah suatu yang normal yang terjadi pada ibu jika dalam keadaan
baik dan akan membesar sampai umur kehamilan 9 bulan.
b. Secara klinis tanda-tanda kehamilan dapat dibagi dalam 2 kategori
besar yaitu tanda yang tidak pasti dan tanda kehamilan pasti.
Macam-macam tanda mungkin hamil dan tidak mungkin hamil,
diantaranya:
1) Menurut Sujiyatini,2010.h.97-101. Tanda-tanda mungkin hamil
a) Amenorhea
b) Mual dan muntah
c) Mastodinia
d) Qiuckening
e) Keluhan kencing
f) Konstipasi
g) Perubahan berat badan
h) Perubahan temperatul basal
i) Perubahan warna kulit
j) Perubahan payudara
k) Perubahan pada uterus
l) Tanda Piskacek’s
m) Perubahan-perubahan pada serviks
(1) Tanda hegar
(2) Tanda Goodell’s (3) Tanda Chadwick
(4) Tanda Mc Donald
(5) Terjadi pembesaran abdomen
(6) Kontraksi uterus
(7) Pemeriksaan tes biologis kehamilan
Menurut Rustam, 2011; h.35 ada beberapa macam tanda
mungkin hamil yaitu :
b) Pingsan: jika berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan
padat, seorang wanita hamil dapat pingsan.
c) Lelah (fatigue)
d) Anoreksia
e) Konstipasi atau obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun
oleh karena hormon steroid.
2) Tanda pasti hamil
Menurut manuaba, 2010; h. 109, ada beberapa tanda pasti
hamil yang dapat ditentukan melalui :
f) Gerakan janin dalam rahim.
g) Terlihat / teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin.
h) Denyut jantung janin.
c. Pembersaran uterus pada tinggi fundus uteri :
Tabel 2.1 usia kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri
Tinggi Fundus Uteri Usia Kehamilan
1/3 di atas simfisis ½ di atas simfisis-pusat 2/3 diatas simfisis Setinggi pusat 1/3 di atas pusat
½ pusat-prosesus xifoideus Setinggi prosesus xifoideus
Dua jari (4cm) dibawah prosesus xifodeus
12 minggu 16 minggu 20 minggu 22 minggu 28 minggu 34 minggu 36 minggu 40 minggu Sumber : Manuaba,2010; h. 100
d. Perubahan-perubahan yang terjadi pada bagian reproduksi
Ada beberapa perubahan pada bagian reproduksi menurut
Sarwono,2009; h.217, diantaranya :
1) Serviks
Pada serviks terdapat tanda-tanda chadwick,goodell, dan mucus
2) Uterus
3) Payudara
4) Vulva
Vulva mengalami hipervaskularisasi karena pengaruh progesteron
dan estertogen, berwarna kebiruan ( tanda chadwick)
e. Deteksi dini tanda bahaya kehamilan menurut Sujiyatini,2010; h. 154
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun kehamilan yang
normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang
diberikan oleh seorang bidan untuk menapis adanya risiko ini yaitu
melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/penyakit yang
mungkin terjadi selama kehamilan muda. Adapun komplikasi ibu dan
janin yang mungkin terjadi pada masa kehamilan muda meliputi
perdarahan pervaginam, hipertensi gravidarum maupun nyeri perut
bagian bawah.
1) Tanda bahaya pada kehamilan lanjut
(1) Perdarahan pervaginam
(2) Sakit kepala berat
(3) Penglihatan kabur
(4) Bengkak diwajah dan jari-jari tangan
(5) Keluar cairan pervaginam
(6) Gerakan janin tidak terasa
f. Penatalaksanaan awal
1) Tanda bahaya pada kehamilan lanjut
a) Perdarahan pervaginam
Menurut Manuaba,2010; h.250, deteksi dini plasenta previa :
(1) Pengumpulan data : terjadi perdarahan pada kehamilan
sekitar 28 minggu, sifat perdarahan (tanpa rasa sakit terjadi
secara tiba-tiba, tanpa sebab yang jelas, dapat berulang,
perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin
dalam rahim)
(2) Pemeriksaan fisik : dijumpai keadaan bervariasi dari
keadaan normal sampai syok, kesadaran penderita
bervariasi dari kesadaran baik sampai koma. Pada
pemeriksaan dapat dijumpai (tekanan darah, nadi, dan
pernafasan dalam jumlah normal; tekanan darah turun, nadi
dan pernafasan meningkat; daerah ujung menjadi dingin;
tampak anemis).
(3) Pemeriksaan khusus kebidanan
(a) Pemeriksaan palpasi abdomen (janin belum cukup
bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan,
karena segmen plasenta di bawah rahim, maka dapat
dijumpai kelainan letak janin dalam rahim dan bagian
terendah masih tinggi)
(b) Pemeriksaan denyut jantung janin bervariasi dari normal
(c) Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan ultrasonografi,
mengurangi pemeriksaan dalam, menegakkan
diagnosa)
Menurut Manuaba,2010; h.256 deteksi dini solutio plasenta
(Abruptio plasenta) :
(1) Anamnesa : terdapat perdarahan disertai rasa nyeri, terjadi
spontan atau karena trauma, perut terasa nyeri diikuti
penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam rahim.
(2) Pemeriksaan khusus : palpasi abdomen (perut tegang terus
menerus, terasa nyeri saat dipalpasi, bagian janin sukar
ditentukan), auskultasi (denyut jantung janin bervariasi dari
asfiksia ringan sampai berat), pemeriksaan dalam (terdapat
pembukaan, ketuban tegang menonjol).
(3) Pemeriksaan penunjang: dengan ultrasonografi, dijumpai
perdarahan antara plasenta dan dinding abdomen.
b) Sakit kepala berat, deteksi dini (Menurut Sujiyatini,2010; h.165):
(1) Pengumpulan data : tanyakan pada ibu apakah ia
mengalami edema pada muka/tangan atau masalah visual.
(2) Pemeriksaan : periksa TD, protein urine, refleks dan
edema/bengkak. Periksa suhu, jika tinggi, pikirkan untuk
melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya
parasit malaria.
c) Penglihatan kabur, deteksi dini :
d) Bengkak diwajah dan jari-jari tangan, deteksi dini :
(1) Pengumpulan data : tanyakan pada ibu apakah ia
mengalami sakit kepala atau masalah visual.
(2) Pemeriksaan : periksa adanya pembengkakan, ukur TD dan
protein urine ibu, periksa haemoglobin ibu (atau warna
konjuntiva) dan tanyakan tentang tanda dan gejala lain dari
anemia.
e) Keluar cairan pervaginam, deteksi dini :
Strategi pada perawatan antenatal
Deteksi faktor resiko, deteksi infeksi secara dini, USG :
Biometri dan funelisasi. Pada trimester 2 dan 3 hati-hati bila
ada keluhan nyeri abdomen, punggung, kram di daerah pelvis,
perdarahan pervaginam, diare, rasa menekan di pelvis.
(1) Pengumpulan data : konfirmasi usia kehamilan, kalau ada
dengan USG
(2) Pemeriksaan : dengan pemeriksaan inspekulo untuk menilai
cairan yang keluar (jumlah, warna dan bau) dan
membedakannya dengan urine.
(3) Nilai apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau
terkumpul di forniks posterior.
f) Gerakan janin tidak terasa, deteksi dini :
(1) Pengumpulan data : jika bayi sebelumnya bergerak dan
sekarang TIDAK bergerak, tanyakan pada ibu kapan
(1) Pemeriksaan : raba gerakan bayi, dengarkan DJJ, jika
pemeriksaan radiologi tersedia, konfirmasi kematian janin
setelah 5 hari. USG merupakan sarana diagnostik yang baik
untuk memastikan kematian janin.
g) Nyeri abdomen yang hebat, deteksi dini :
(1) Pengumpulan data : tanyakan pada ibu tentang karakteristik
dari nyeri, kapan terjadi, seberapa hebat, kapan mulai
dirasakan. Tanyakan pada ibu apakah ia mempunyai tanda
atau gejala lain seperti muntah, diare dan demam.
(2) Pemeriksaan : ukur TD, suhu dan nadi. Lakukan
pemeriksaan eksternal (luar), pemeriksaan internal (dalam),
raba kelembutan abdomen atau rebound tenderness
(kelembutan yang berulang), periksa protein urine.
(Kusmiyati, Wahyuningsih dan Sujiyatini, 2010; h.166-167)
2. Persalinan
a. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir. (Nining, Sumarah dan Yani. 2008; Hal. 1)
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun
janin. Beberapa pengertian lain dari persalinan spontan dengan tenaga
dengan sendirinya tetapi melalui pacuan. Persalinan dikatakan normal bila
tidak ada penyulit. (Nining, Sumarah dan Yani. 2008; Hal. 2)
b. Macam-macam persalinan
Ada beberapa macam persalinan yang bisa dilakukan oleh tenaga
kesehatan, diantaranya :
1) Persalinan normal (Spontan): proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri tanpa batuan alat 0 alat serta
tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24
jam.
2) Persalinan buatan: proses persalinan dengan bantuan dari tenaga luar
3) Persalinan anjuran: bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
c. Tahapan-tahapan persalinan
1) Menurut Nining, Yani dan Sumarah (2009), ada 4 tahapan persalinan :
a) Kala I
Kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0 sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his kala pembukaan
berlangsung tidak begitu kuat sehingga ibu/wanita masih dapat
berjalan-jalan.
Menurut nining, sumarah dan yani (2009), terdapat 2 fase didalam
kala I yang berlangsung 18-24 jam :
(1) fase laten (8jam) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm
dan fase aktif (7jam) dari pembukaan serviks 3cm sampai
pembukaan 10cm.
(2) Fase aktif ini masih dibagi menjadi 3 fase lagi, yaitu :
(a) Fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung 3 cm sampai 4 cm,
(b) fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari pembukaan 4 cm menjadi
pembukaan 9 cm.
(c) Fase deselerasi, dimana pembukaan menjadi lambat kembali.
Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm.
(3) Asuhan yang diberikan ibu ketika ibu dalam proses perdalinan kala
I menurut Sarwono,2009; h.336 :
(a) Memanggil ibu sesuai dengan namanya, hargai dan
perlakukan ibu sesuai dengan martabatnya.
(b) Menjelaskan asuhan dan perawatn yang akan diberikan
kepada ibu.
(c) Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarga.
(d) Menganjurkan kepada ibu untuk bertanya dan membicarakan
rasa takut dan khawatir.
(e) Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan
kekhawatiran ibu.
(f) Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan
mentetramkan hati ibu serta anggota keluarga lainnya.
(g) Menganjurkan ibu utnuk ditemani suami atau anggota
(h) Mengajarkan kepada suami atau anggota keluarga mengenai
cara-cara bagaimana memperhatikan dan mendukung ibu
selama persalinan dan kelahiran bayinya.
(i) Melakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik dan
konsisten.
(j) Menghargai privasi ibu.
(k) Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama
persalinan dan kelahiran bayi.
(l) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum bila ia
menginginkannya.
(m) Menghargai dan memperbolehkan praktik-praktik tradisional
yang tidak memberi pengaruh merugikan.
(n) Menghindari tindakan tindakan berlebihan dan mungkin
membahayakan seperti episiotomi, pencukuran dan klisma.
(o) Mengajurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
(p) Membantu memberikan asi pada satu jam pertama setelah
kelahiran bayi.
(q) Menyiapakan rencana rujukan.
(r) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik
serta bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang
diperlukan. Meyiapkan alat untuk resusitasi bayi baru lahir
pada setiap kelahiran bayi.
b) Kala II
Kala II atau kala pengeluaran janin adalah tahap persalinan
dari uterus. Kala II pada primipara biasanya berlangsung 1,5 jam dan
pada multipara biasanya berlangsung 0,5 jam (Ambar,2010; h.4).
(1) Tanda-tanda persalinan
(a) Tekanan pada rektum dan seperti orang mau buang air besar.
(b) Perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan
membukanya anus.
(c) Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin
tampak dalam vulva pada saat ada his.
(d) Jika dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin tidak
masuk lagi diluar his. Dengan kekuatan his dan mengedan
maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah
simpisis dan dahi, muka, dagu melewati perineum. Setelah his
istirahat sebentar, maka his akan mulai lagi untuk
mengeluarkan anggota bayi (Sumarah, 2009; h.10).
2) Asuhan yang diberikan pada persalinan kala II menurut JNPK-KR
2008; h. 79 :
(a) Menganjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya
selama proses persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan
dari suami, orang tua, dan kerabat yang disukai ibu sangat
diperlukan dalam menjalani proses persalinan.
(b) Menganjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya
membantu mengambil posisi dan melakukan rangsangan taktil,
memberikan makanan dan minuman, teman bicara dan
memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan
(c) Penolong persalinan dapat memberikan semangat dan
dukungan kepada ibu dan anggota keluarganya dengan
menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau
kelahiran bayi kepada mereka.
(d) Mentetramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala II
persalinan. Melakukan bimbingan dan menawarkan bantuan
jika diperlukan.
(e) Membantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat
meneran.
(f) Setelah pembukaan lengkap, menganjurkan ibu untuk meneran
saja saat ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran.
(g) Menganjurkan ibu untuk minum selama persalinan kala II
(h) Memberikan rasa aman dan semangat serta mentetramkan hati
ibu selama proses persalinan berlangsung.
3) Untuk melakukan penatalaksanaan asuhan persalinan normal
didapatkan ada 58 langkah asuhan persalinan normal menurut
Asri,2010; h. 85 (terlampir).
c) Kala III
Periode waktu yang dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada
saat plasenta sudah dilahirkan seluruhnya (Ambar,2010; h.9).
(1) Menurut Ari dan Esti, 2010 h.157. Permulaan proses pemisahan
(a) Duncan
Plasenta lepas mulai dari bagian pinggir (marginal) disertai
dengan adanya tanda darah yang keluar dari vagina apabila
plasenta mulai terlepas.
(b) Schultz
Plasenta mulai lepas dari bagian tengah (sentral) dengan
tanda adanya pemanjangan tali pusat yang terlihat di vagina.
(c) Terjadinya serempak atau kombinasi dari keduanya
(2) Ada tiga tindakan yang dapat dilakukan untuk mengecek apakah
plasenta sudah terlepas atau belum :
(a) Kutsner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali
pusat, sementara tangan kiri menekan atas symphisis. Bila tali
pusat masuk kembali ke dalam vagina berarti plasenta belum
lepas, bila plasenta tetap atau tidak masuk ke dalam vagina
berarti plasenta sudah lepas
(b) Strassman
Dilakukan dengan mengetok-ngetok fundus uterus dengan
tangan kiri dan tangan kanan mengerakkan tali pusat sambil
merasakan apakah ada getaran yang ditimbulkan dari gerakan
tangan kiri. Jika terasa ada getaran, berarti plasenta belum
lepas dari dinding uterus, jika tidak terasa ada getaran berarti
(c) Klein
Untuk melakukan perasat ini, minta pasien untuk meneran,
jika tali pusat tampak turun atau bertambah panjang berarti
plasenta telah lepas, begitu juga sebaliknya.
(3) Tanda-tanda pelepasan plasenta
(a) Semburan darah
(b) Pemanjangan tali pusat
(c) Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globuler
(d) Perubahan dalam posisi uterus, yaitu uterus naik di dalam
abdomen. (Ari dan Esti, 2010; Hal.158)
(4) Manajemen aktif kala III
Mengupayakan kala III selesai secepat mungkin dengan
melakukan langkah – langkah yang memungkinkan plasenta lepas dan lahir lebih cepat. Tujuannya untuk mengurangi kejadian
perdarahan pasca melahirkan, mengurangi lamanya kala III,
mengurangi penggunaan transfusi darah, mengurangi
penggunaan terapi oksitosin (Ari dan Esti, 2010; Hal. 159-160).
(5) Ada beberapa teknik pelepasan plasenta menurut JNPK-KR,2008;
h. 98 (terlampir).
d) Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum. Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang
persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek
sayang ibu dan sayang bayi (Sumarah,2010; h. 12).
(1) Observasi yang harus diperhatikan pada kala IV menurut
(Ambar,2010; h. 85) :
(a) Kontraksi uterus
(b) Perdarahan
(c) Kandung kemih
(d) Luka perineum
(e) Keadaan umum ibu
d. Deteksi dini tanda bahaya pada persalinan
Tabel 2.2 Deteksi Dini Pada Tanda Bahaya Persalinan
Temuan-temuan anamnesis/pemeriksaan
Rencana asuhan
Riwayat bedah sesar
Perdarahan pervaginam selain lendir darah
Kurang dari 37 minggu (persalinan kurang bulan)
Ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental.
1. Segera rujuk ke fasilitas yang mempunyai kemampuan untuk melakukan bedah sesar
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. 3. Berikan dukungan dan semangat.
Jangan lakukan pemeriksaan dalam.
1. Baringkan ibu ke sisi kiri
2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan ringer laktat atau garam fisiologis (NS)
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat.
1. Baringkan ibu miring ke kiri 2. Dengarkan DJJ
Temuan-temuan anamnesis/pemeriksaan
Rencana asuhan
Ketuban pecah (lebih dari 24 jam)/kurang dari umur kehamilan 37 minggu
Tanda-tanda/gejala-gejala infeksi : a. temperatur > 38o C
b. menggigil c. nyeri abdomen d. cairan ketuban berbau
TD >160/110 terdapat protein urine dalam urin (PEB)
TFU 40 cm atau lebih
DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit.
Primipara dalam fase aktif kala I persalinan dengan penurunan kepala janin 5/5
Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang, dll)
Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut)
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstertri.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan serta semangat.
1. Baringkan ibu miring ke kiri
2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar.
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan serta semangat
1. Baringkan ibu miring kiri 2. Pasang infus
3. Berikan dosis awal 4gr MgSO4 20% IV selama 20 menit
4. Suntikan 10 gr MgSO4
5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan untuk gawatdarurat obstetri
6. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat
1. Segera rujuk
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan
1. Baringkan ibu miring ke kiri dan anjurkan untuk bernafas secara teratur
2. Pasang infus 3. Segera rujuk
4. Dampingi ibu selama rujukan
1. Baringkan ibu miring kiri
2. Segera rujuk ke fasilitas yang lebih memadai
3. Dampingi ibu selama rujukan
1. Baringkan ibu miring kiri
2. Segera rujuk ke fasilitas lebih memadai 3. Dampingi ibu selama rujukan
1. Gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi, letakkan satu tangan di vagina dan jauhkan kepala janin dari tali pusat yang menumbung. Tangan lain mendorong bayi melalui dinding abdomen agar bagian terbawah janin tidak menekan tali pusatnya. 2. Segera rujuk ke fasilitas yang memadai
penatalaksanaan obstetri dan bayi baru lahir.
Temuan-temuan anamnesis/pemeriksaan
Rencana asuhan
Tanda dan gejala syok : a. nadi cepat >110x/menit
b. TD menurun (sistolik <90 mmHg) c. pucat
d. berkeringat/kulit lembab, dingin e. nafas cepat >30x/menit f. cemas
g. produksi urine sedikit
Tanda dan gejala fase laten berkepanjangan
Tanda dan gejala belum inpartu :
a. frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 20 detik
b. tidak ada perubahan pada servik dalam waktu 1 jam hingga 2 jam.
Tanda dan gejala partus lama :
a. Pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada partograf
b. Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam
c. Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik
1. Baringkan ibu miring kiri
2. Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk meningkatkan aliran darah ke jantung. 3. Pasang infus
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang lebih memadai
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan
1. Anjurkan ibu unutk minum dan makan 2. Anjurkan ibu untuk bergerak bebas.
3. Jika kontraksi berhenti/tidak ada perubahan serviks, evaluasi DJJ, jika tidak ada tanda-tanda kegawatan pada ibu dan janin, persilahkan ibu untuk pulang dengan nasehat untuk : menjaga pola makan dan minum, datang untuk mendapatkan asuhan jika terjadi peningkatan frekuensi dan lama kontraksi.
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Sumber : JNPK-KR , 2008
1) Kelainan His
a) Kelemahan his
His lemah jika sifatnya tidak kuat, lekas berhenti dan
frekuensinya tidak seperti biasa (antara 5-10 menit). Dalam hal
menentukan his lemah tersebut haruslah diingat supaya kita
jangan terpengaruh oleh faktor subyektif. Ada beberapa macam
kelainan his, yang pertama :
a. His lemah primer, artinya sejak dari awal, jadi dalam hamil dan
b. His lemah sekunder, setelah persalinan berlangsung beberapa
lamanya otot-otot pada dinding uterus menjadi lelah, karena
partus tak kunjung maju, misalnya disebabkan panggul sempit.
b) His yang terlalu kuat
Memang his yang cukup kuat, biasanya baik buat
berlangsungnya persalinan, akan tetapi jika kekuatannya
berlebihan maka selain dapat menimbulkan nyeri bagi ibu
kemungkinan juga berbahaya bagi anak, karena kekurangan
tempoh untuk mengasuh (kekurangan zat asam dikarenakan
gangguan peredaran darah dalam plasenta atau gangguan karena
tekanan dalam otak menjadi meninggi).
c) His mengejang
Ada pula kelainan his yang sangat berbahaya, yaitu
apabila uterus tersebut berkontraksi terus menerus tanpa waktu
beristirahat sedikitpun dan rahim tersebut seakan-akan dalam
keadaan mengejang.
d) His yang tidak sempurna
Perlu ditegaskan sekali lagi bahwa rahim tersebut
berkontraksi sempurna bilamana dipenuhi oleh tiga syarat
diantaranya ialah :
a. Uterus yang terdiri atas bagian kiri dan kanan haruslah
berkontraksi simetris.
b. Adanya dominasi dari fundus uteri
2) Kelainan His mengejan
Seperti kita ketahui pada tiap-tiap persalinan, apabila
pembukaan sudah lengkap atau hampir lengkap, maka perempuan
bersalin tersebut mulai mengejan, jadi dengan pertolongan kontraksi
dari otot-otot dinding perut anak didorong kebawah sampai lahir
seluruhnya. Pada primipara terkadang sebelum pembukaan lengkap
perempuan tersebut harus sudah mengejan, lebih-lebih jika kepala
sudah jatuh turun dalam rongga panggul dan menekan pada rongga
panggul, hingga secara reflektoris membangkitkan kontraksi otot-otot
dinding perut. (Marsha Khumairah,2012; h. 209-2013)
e. Penatalaksanaan awal
Atur pola makan dan minum pasien untuk mempercepat kala I, II.
Jika ibu masih bisa untuk jalan-jalan maka anjurkan ibu untuk jalan-jalan.
Jika ibu merasa sakit, maka suruh ibu untuk narik nafas dari hidung dan
keluarkan lewat mulut supaya lebih rileks. Pada kala IV jika merasa keluar
darah banyak maka tenaga kesehatan segera lakukan tindakan yang
sesuai dengan diagnosa tersebut.
3. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia genap 37
minggu samapi 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500-4000 gram, nilai
apgar >7 dan tanpa cacat bawaan. (Ai Yeyeh,2012 h. 2)
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, ialah :
2) Memotong dan merawat tali pusat
3) Mempertahankan suhu tubuh bayi
4) Identifikasi
5) Pencegahan infeksi
Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan mata dan
identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali bayi dalam keadaan krisis
dan dokter memberi instruksi khusus.
a) Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila
bayi tidak langsung menagis, penolong segera membersihkan jalan
nafas dengan cara sebagai berikut :
(1) Meletakkan bayi pada posisi telentang ditempat yang keras dan
hangat
(2) Menggulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga
leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala
diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
(3) Membersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan
jari tangan yang di bungkus kasa steril.
(4) Menepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini
biasanya bayi segera menangis.
b) Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat di potong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak
akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi
memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Tali pusat
dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat
dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat
ikatan baru.
c) Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur suhu
badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya
tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi
merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai
suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat.
d) Memberi vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru
lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25-0,5%. Untuk mencegah
terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup
bulan perlu diberi Vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan
bayi risiko tinggi diberi Vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg I.M.
e) Memberi obat tetes/salep mata
Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum
diharuskan untuk mencegah terjadinya oftalmia neonatorum. Didaerah
dimana prevalensi gonorea tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi
salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin
0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata
(1) Perawatan mata harus dikerjakan segera. Tindakan ini dapat
dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat dan
harus dicatat di dalam status termasuk obat apa yang digunakan.
(2) Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neoporin dan
langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah bayi lahir.
f) Indentifikasi bayi
Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang persalinannya
mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang
efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap di
tempatnya sampai waktu bayi di pulangkan. Sidik telapak kaki bayi dan
sidik jari ibu harus dicetak di catatan yang tidak mudah hilang. Ukurlah
berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam
rekam medik.
g) Pemantauan bayi baru lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui
aktifitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi
baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan
serta tindak lanjut petugas kesehatan.
(1) Dua jam pertama sesudah lahir
Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama
sesudah lahir meliputi :
(a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
(b) Bayi tampak aktif atau lunglai
(2) Sebelum menolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian
terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak
lanjut, seperti :
(a) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
(b) Gangguan pernafasan
(c) Hipotermi
(d) Infeksi
(e) Cacat bawaan dan trauma lahir
(3) Yang perlu dipantau pada bayi baru lahir
(a) Suhu badan dan lingkungan
(b) Tanda-tanda vital
(c) Berat badan
(d) Mandi dan perawatan kulit
(e) Pakaian
(f) Perawatan tali pusat
(4) Pemantauan tanda-tanda vital
(a) Suhu tubuh bayi diukur melalui dubur atau ketiak.
(b) Pada pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir
bersamaan tanpa adanya retraksi, tanpa pendengar suara pada
waktu inspirasi maupun ekspresi. Gerak pernapasan 30-50 kali per
menit.
(c) Nadi dapat dipantau disemua titik-titik nadi perifer
Mencatat hasil pantauan merupakan salah satu cara kerjasam seluruh
tim dalam membuat perogram perawatan. Pencegahan lebih
bermanfaat dan ekonomis dari pada pengobatan.
b. Deteksi dini tanda bahaya bayi baru lahir
Yang pertama adalah jika pada saat lahir bayi tidak menangis, nafas
megap-megap, tonus otot tidak baik. Ada juga jika umur kehamilan tidak
cukup bulan, maka bayi akan lahir dengan berat badan lahir rendah.
Kemudian jika bayi lahir dengan warna kulit kuning dan kebiruan.
c. Penatalaksanaan
Jika pada bayi yang lahir dengan asfiksia maka segera lakukan
hangatkan, isap lendir, keringkan, atur posisi ulang, penilaian ulang serta
lakukan resusitasi sebanyak 10x, kemudian kita nilai kembali apakah sudah
berhasil atau belum, jika belum maka lakukan ventilasi 1x lagi.
Jika pada bayi yang berat badan lahir rendah maka lakukan
perawatan pada berat badan lahir rendah di ruang perinatal di tempatkan di
inkubator. Jika pada bayi dengan warnakulit ikterik, maka segera lakukan
menyusui setiap hari serta sering untuk melakukan penjemuran pada sinar
matahari supaya warna kulit berubah.
4. Masa Nifas
a. Pengertian
Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai
Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari
setelah akhir persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu
dan bayi. (Retno dan handayani, 2011; hal.1)
Dalam bahasa latin waktu tertentu setelah melahirkan anak ini
disebut puerperium yaitu dari kata puer artinya bayi dan oarous artinya
melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Masa
nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan pulih kembali seperti sebelum hamil.
Lamanya masa nifas yaitu 6-8 minggu. Batasan waktu nifas yang paling
singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu
pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40
hari. Jadi masa nifas (Puerperium) yaitu masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat-alat kandungan pulih kembali seperti sebelum hamil dan
secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari
(Retno dan Sri Handayani,2011 h.1)
b. Deteksi dini masa nifas
Ada beberapa macam deteksi dini komplikasi pada masa nifas
menurut Retno dan Sri Handayani, 2011; h.151, yaitu :
1) Perdarahan pervaginam
Perdarahan pervaginam / perdarahan post partum hemorargi /
hemorarhi post partum/PPH adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc
atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan.
Hemorargi post partum primer adalah mencakup semua kejadian
a) Uterus atonik (terjadi karena misalnya : plasenta atau selaput
ketuban tertahan)
b) Trauma genetal (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat
penatalaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang
menggunakan peralatan termasuk sectio caesaria, episiotomi).
c) Koagulasi intravascular diseminata
d) Inversi uterus
Hemorargi post partum sekunder adalah mencakup semua
kejadian PPH yang terjadi antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6
minggu masa post partum. Penyebabnya :
a) Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan
b) Pelepasan jaringan setelah persalinan macet (dapat terjadi di servik,
vagina, kandung kemih, rectum)
c) Terbukanya luka pada uterus (setelah section caesarea, rupture
uterus)
3) Infeksi
Infeksi masa nifas melalui traktus genetalis setelah persalinan.
Suhu 38oC atau lebih yang terjadi pada hari ke-2 sampai 10 postpartum
dan diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiditas
puerperalis (Prawirohardjo,2010; h. 259). Ada beberapa contoh dari
infeksi masa nifa berikut ini :
a) Nyeri pelvik
b) Demam 385 oC atau lebih
c) Rabas vagina yang abnormal
e) Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus (Sri Handayani,
2011; h.154).
Bakteri penyebab sepsis puerpuralis :
a) Strepkoccus
b) Stafilokokkus
c) E.Coli
d) Clostridium tetani
e) Clostridium welchi
f) Clamidia dan gonocokkus
(Sri Handayani,2011; h.154).
Beberapa faktor predisposisi pada infeksi masa nifas menurut
(Prawirohardjo,2010; h.259) yaitu :
a) Anemia/kurang gizi
b) Higiene yang buruk
c) Tehnik aseptik yang buruk
d) Kelelahan
e) Proses persalinan bermasalah
4) Kelainan payudara
(1) Bendungan air susu
Selama 24 jam hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya
sekresi lacteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras
air susu, sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan
disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut menggambarkan
aliran darah vena normal berlebihan dan pengembungan limfatik
dalam payudara, yang merupakan prekusor reguler untuk terjadinya
laktasi (Setyo Wulandari,2011; h.158).
(2) Mastitis
Inflamasi perinkimatosa glandula mammae merupakan
komplikasi ante partum yang jarang terjadi tetapi kadang-kadang
dijumpai dalam masa nifas dan laktasi. Bendungan yang mencolok
biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan pertamanya berupa
menggigil atau gejala rigor yang sebenarnya, yang segera diikuti
oleh kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nadi.
Payudara kemudian menjadi keras serta kemerahan dan pasien
mengeluhkan rasa nyeri.
5) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas
karena kehabisan tenaga. Hendaknya lekas diberikan minuman hangat,
susu, kopi atau teh yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan,
berikanlah makanan yang sifatnya ringan walaupun dalam persalinan
lambung dan alat pencernaan tidak langsung turut mengadakan proses
persalinan, tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi proses
persalinannya tersebut. Sehingga alat pencernaan perlu istirahat guna
memulihkan keadaannya kembali, oleh karena itu ibu tidak benar bila
diberikan makanan sebanyak-banyaknya walaupun ibu
6) Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan dikaki
Selama masa nifas, dapat berbentuk thrombus sementara pada
vena-vena manapun di pelvis yang mengalami dilatasi, dan mungkin
lebih sering mengalaminya.
Faktor predisposisi
a) Obesitas
b) Peningkatan umur maternal dan tingginya paritas
c) Riwayat sebelumnya mendukung
d) Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinantrauma yang lama
pada keadaan pembuluh vena.
e) Anemia maternal
f) Hipotermi atau penyakit jantung
g) Endometritis
h) Varicostitis
(Setyo Wulandari,2011; h.160)
7) Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya
sendiri :
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih
1 tahun ibu post partum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan
yang tidak pada umumnya, seperti merasa sedih, tidak mampu
Faktor penyebab
a) Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa
takut yang dialami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan
b) Rasa nyeri pada awal masa nifas
c) Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah
melahirkan kebanyakan dirumah sakit.
d) Kecemasan dan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit
e) Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi
8) Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat
atau penglihatan kabur.
9) Pembengkakan di wajah atau ekstremitas
Periksa adanya varices, periksa kemerahan pada betis, periksa
apakah tulang kering, pergelangan kaki, kaki oedema
10) Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih
Pada nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air
kemih didalam vesika sering menurun, akibat trauma persalinan serta
analgesik atau spinalsensasi peregangan kandung kemih juga mungkin
berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi
yang lebar, laserasi periuretra atau hematom dinding vagina. Setelah
melahirkan terutama saat infuse oksitosin dihentikan terjadi diuresis
yang disertai peningkatan produksi urin dan distensi kandung kemih.
Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk mengeluarkan air kemih
c. Penatalaksanaan awal
1) Perdarahan pervaginam, pantau kondisi pasien secara seksam selama
24-48 jam. Meliputi : memeriksa uterus kenyal dan berkontraksi dengan
baik atau tidak, darah yang hilang, suhu, denyut nadi, TD, kondisi
umum, asupan cairan dan pengeluaran urine.
2) Kelainan payudara
a) Bendungan air susu, keluarkan ASI secara manual/ASI tetap
diberikan pada bayi
b) Menyangga payudara dengan BH yang menyongkong
c) Kompres dengan kantong es (kalau perlu)
d) Pemberian analgetik atau kodein 60 mg per oral.
Mastitis
Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila
diberikan sebelum berbentuk abses biasanya keluhannya akan
berkurang, sangga payudara, kompres dingin, bila diperlukan berikan
paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam, ibu harus didorong menyusui
bayinya walau ada pus. Jika bersifat infeksius, berikan analgesic non
narkotik, antipiretik (ibuprofen, asetaminofen) untuk mengurangi demam
dan nyeri. Pantau suhu tubuh akan adanya demam.
3) Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur
a) Jika ibu sadar periksa nadi, TD, pernafasan
b) Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi dengan masker dan
periksa dan bebaskan jalan nafas dan beri oksigen 4-6 liter per
menit
c) Jika pasien tidak sadar/koma bebaskan jalan nafas, baringkan pada
sisi kiri, ukuran suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.
d. Tahapan-tahapan masa nifas
1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu diperbolahkan untuk berdiri
dan jalan-jalan.
2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat,
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. (Retno dan Sri Handayani,2011 h.3)
e. Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas menurut Sitti Saleha, 2009 h.71-76
yaitu :
1) Nutrisi dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang
serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat
penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi susunan air susu. Diet yang
diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan
banyak mengandung cairan. Sedangkan menurut (Retno dan Sri
Handayani, 2010 h.125) Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh
tubuh manusia untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada
masa nifas itu banyak, terutama bila menyusui akan meningkat 25%
karena berguna untuk menyembuhkan luka sehabis melahirkan dan
Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktifitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta
sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan
dan perkembangan.
Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi
cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas dan berlemak, tidak
mengandung alkohol, nikotin secara bahan pengawet atau pewarna.
Disamping itu harus mengandung:
a) Sumber tenaga (energi)
b) Sumber pembangun
c) Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air)
d) Kebersihan diri / perineum dan kebersihan bayi.
2) Perawatan payudara
Ada cara-cara untuk menjaga agar payudara tetap terawat :
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama putting susu
dengan menggunakan BH yang menyongkong payudara.
b) Apabila putting susu lecet, oleskan colostrum atau Asi yang keluar
pada sekitar putting susu setiap selesai menyusui. Menyusui tetap
dilakukan dimulai dari putting yang tidak lecet.
c) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, asi
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
d) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol 1 tablet
setiap 4-6jam (Retno dan Sri Handayani, 2011 h.132).
3) Istirahat
a) Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan
b) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur
c) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
d) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan
waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.
Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat :
(1) Mengurangi jumlah ASI
(2) Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan
perdarahan
(3) Depresi (Retno dan Sri Handayani,2011 h. 133)
4) Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomy sudah sembuh
maka coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu postpartum. Hasrat sexual
pada bulan pertama akan berkurang baik kecepatannya maupun
lamanya, juga orgasme pun akan menurun. Ada juga yang berpendapat
bahwa coitus dapat dilakukan setelah masa nifas berdasarkan teori
bahwa saat itu bekas luka plasenta baru sembuh (proses penyembuhan
luka post partum sampai dengan 6 minggu). Secara fisik aman untuk
mamulai melakukan hubungan suami istri begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa
rasa nyeri, aman untuk melakukan hubungan suami istri (Retno dan Sri
Handayani,2011 h.134).
5) Latihan atau senam nifas
Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami
senggama dan otot dasar panggul. Untuk menngembalikan kepada
keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas
sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan. Senam masa nifas
berupa gerakan-gerakan yang berguna untuk mengencangkan otot-otot,
terutama otot-otot perut yang telah terjadi longgar setelah kehamilan.
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama
melahirkan setiap hari sampai hari ke sepuluh, terdiri dari sederetan
gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan
ibu (Retno dan Sri Handayani,2011 h.134).
f. Jadwal kunjungan rumah
Sebagai bidan harus melakukan kunjungan pada ibu setelah
melahirkan guna untuk memantau ibu. Menurut Sitti Saleha,2009; h.84 Ada
4 kunjungan yang harus di lakukan oleh bidan, yaitu :
A. Kunjungan pertama : 6-8 jam, yang bertujuan untuk mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri, medekteksi dan merawat
penyebab lain, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu
dan BBL, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi.
B. Kunjungan kedua : 6 hari setelah persalinan, yang bertujuan untuk
memastikan involusi uterus berjalan normal, menilai danya tanda-tanda
demam, infeksi atau perdarahan abnormal. Memastikan ibu
mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat. Memastikan ibu
menyusui dengan baik dan tidak memperhatikan tanda-tanda penyulit.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
C. Kunjungan ketiga : 2 minggu setelah persalinan, bertujuan untuk
memastikan involusi uterus berjalan normal, menilai danya tanda-tanda
demam, infeksi atau perdarahan abnormal. Memastikan ibu
mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat. Memastikan ibu
menyusui dengan baik dan tidak memperhatikan tanda-tanda penyulit.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
D. Kunjungan keempat : 6 minggu setelah persalinan, bertujuan untuk
mananyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi
alami, memberikan konseling untuk KB secara dini, menganjurkan ibu
untuk membawa bayinya ke posyandu atau puskesmas untuk
penimbangan dan imunisasi.
5. Masa Antara
1) Pengertian
Masa antara adalah masa peralihan, pada masa ini terjadi pemulihan
organ reproduksi wanita yang akan berfungsi kembali untuk kehamilan
selanjutnya. Sehingga ibu yang sudah bersalin dan akan memilih alat
kontrasepsi yang akan digunakan.
Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan
kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun
tidak selalu diakui demikian. Pelayanan keluarga berencana yang
merupakan salah satu yag didalamnya terdapat paket pelayanan
kesehatan reproduksi esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius,
diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan
kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan
masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan menjadi
pengendalian populasi dan penurunan fertilisasi menjadi pendekatan yang
berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan
keluarga berencana harus menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan
hak-hak dari klien/masyarakat dalam memilih alat kontrasepsi yang
diinginkan.
2) Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan, maksud dari kontrasepsi
adalah menghindari dan mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
adanya pertemuan antara sel telur dan sel sperma (Suratun, 2008; h.2).
Usaha untuk mencegah kehamilan yang dapat bersifat sementara dan
dapat juga bersifat permanen (Sarwono,2005; h.905).
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi
yang baik, adalah :
Aman/tidak berbahaya
a) Dapat diandalkan
b) Sederhana, sedapat dapatnya tidak usah dikerjakan oleh seorang
dokter.
c) Murah
d) Dapat diterima
e) Pemakaian jangka panjang
Macam-macam metode KB yang dapat dilaksanakan adalah
metode sederhana (kondom, pantang berkala, pemakaian spermisid,
senggama terputus), metode kontrasepsi efektif (MKE) (hoemonal
[suntikan KB dan susuk KB], AKDR), metode MKE kontap dapat
dilaksanakan), metode menghilangkan kehamilan (bidan dapat menunjuk
tempat pelayanan untuk mrnghilangkan kehamilan yang tidak dikehendaki).
Jenis dan waktu yang tepat untuk ber-KB
Tabel 2.3 Jenis dan waktu yang tepat untu ber-KB
Postpartum Kb suntik
Norplant (KB susuk) / implan AKDR
Pil KB hanya progesteron Kontap
Metode sederhana Postmenstrual regulation KB suntik
Pasca abortus KB susuk atau implanon Saat mentruasi AKDR
Kontap
Metode sederhana Masa interval KB suntik
KB susuk atau implanon AKDR
Metode sederhana Post-coitus KB darurat
Sumber : Manuaba,2010; hal. 592
a. KB metode sederhana
Metode KB sederhana adalah metode KB yang digunakan tanpa
bantuan orang lain. Yang termasuk metode KB sederhana adalah
kondom, pantang berkala, sengama terputus dan spermisid. Metode
sederhana akan lebih efektif bila penggunaannya di perhitungkan
dengan masa subur (Manuaba,2010; 593).
1) Kondom
Dalam usaha untuk meningkatkan pemeriksaan gerakan
keluarga berencana nasional, peran pria sebenarnya sangat penting
punggung keluarga dan selalu terlibat untuk mengambil keputusan
tentang kesejahteraan keluarga, termasuk untuk menentukan jumlah
anak yang diinginkan (Manuaba,2010; hal. 593).
2) Pantang berkala
Dalam memberikan nasihat kepada peserta KB dengan
menggunakan pantang berkala, harus diketahui patrun menstruasi
teratur dan kerja sama dengan suami harus baik (Manuaba,2010; hal.
594).
3) Sengama terputus
Sengama terputus adalah metode keluarga berencana
tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari
vagina sebelum pria mencapai ejakulasi (Irianto, 2012; hal.57 ).
4) Spemisid
Spermisida adalah bahan kimia (biasanyanon oksinol-9)
digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma (Noviawati,
Sujiatini. 2009; hal. 90).
b. KB metode efektif
Kontrasepsi hormonal. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal
berjalan panjang, mulai dari tahu 1897 ketika beard menduga bahwa
korpus luteum dapat menghambat terjadinya ovulasi. Fellmer pada
tahun 1912 mempelajari pengaruh korpus luteum terhadap payudara
dan uterus. Moore dan price mengetahui fungsi kelenjar hipofisis dan
esterogen serta progesteron dapat memberikan rangsangan baik. Ada
beberapa macam metode efektif, yaitu : kontrasepsi hormonal pil,
1) Kontrasepsi hormonal pil
Kontrasepsi progrestin (mini pil) adalah metode kontrasepsi yang
mengandung hormon steroid (progresteron sintesis saja) yang
digunakan per oral (Ratna, 2011; h.30).
2) Kontrasepsi hormonal suntikan
Kontrasepsi suntikan merupakan salah satu jenis metode
kontrasepsi hormonal. Penggunaan alat kontrasepsi suntik ini seperti
depo progestin, merupakan suatu tindakan invasif karena menembus
pelindung kulit (Ratna, 2011; h.31).
3) Kontrasepsi hormonal susuk
Implan adalah alat kontrasepsi benbentuk kapsul silastik berisi
hormon progesteron sintetik yang ditanamkan dibawah kulit atau alat
kontrasepsi bagi wanita yang dipasang (disusupkan) dibawah kulit
lengan bagian atas yang terdiri atas 6 kapsul berukuran kira-kira 3 cm
berisi zat levonorgestral (Irianto, 2012; h. 28).
c. Kontrasepsi mekanisme
Adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang
sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi
kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha
kontrasepsi, menghalagi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplantasi
dalam uterus (Ratna, 2011; h.55).
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Alat kontrasepsi dalam
rahim atau IUDC mempunyai sejarah perkembangan yang panjang
sebelum generasi III dengan keamanan, efektifitas, dan penyulit yang
d. Metode KB darurat
Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dapat diberikan pada
hubungan seks yang tidak terlindung dalam waktu 72 jam sampai 7 hari,
sehingga dapat menghindari kehamilan (Manuaba, 2010; hal. 617).
Kontrasepsi darurat digunakan bila berhadapan dengan hubungan seks
tanpa perlindungan, hubungan seks dengan perkosaan, hubungan seks
dengan kondom yang bocor atau pecah, hubungan seks dengan
diafragma yang pecah atau penempatan yang salah.
3) Deteksi dini tanda bahaya
Pada alat kontrasepsi IUD, jika digunakan terjadi perdarahan secara
terus menerus perlu diwaspadai, bisa kemungkinan terjadi peradangan
pada rahimnya.
Pada alat kontrasepsi suntik, jika terjadi peningkatan berat badan
yang terus-menerus juga perlu di waspadai. Bisa terkena obesitas pada
pasien. Pada alat kontrasepsi kondom bisa terjadi kebocoran saat
digunakan.
4) Penatalaksanaan awal
Jika pada IUD penatalaksanaan ibu diharap segera melepas IUD ke
tenaga kesehatan terdekat. Jika alat kontrasepsi suntik, pasien diminta
untuk konsultasi kepada tenaga kesehatan apakah harus dihentikan atau
lanjut. Pada alat kontrasepsi kondom jika terjadi kebocoran maka segera
konsultasi ke tenaga kesehatan untuk meminta solusi jika kehamilan itu
5) Penapisan pada alat kontrasepsi
Menurut Sri Handayani,2010; h. 37 penapisan metode kontrasepsi
hormonal (Pil, suntik, implant), metode kontrasepsi AKDR, metode
kontrasepsi mantab (Vasektomi dan tubektomi)
Tabel 2.4 penapisan metode kontrasepsi hormonal
NO. Pertanyaan Ya Tidak
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih Menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca bersalin
Perdarahan/perdarahan bercak antara haid setelah senggama
Ikterus pada kulit atau sklera mata Nyeri kepala hebat atau gangguan visual
Nyeri hebat pada betis, paha, atau dada, atau tungkai bengkak (oedema)
Tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolik)
Massa atau benjolan pada payudara Sedang minum obat-obatan epilepsi
Sumber : Sri Handayani,2010; h. 37
Tabel 2.5 penapisan metode kontrasepsi AKDR
NO. Pertanyaan Ya Tidak
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Hari pertama haid terakhir 7 hari / lebih
Klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain
Infeksi menular seksual
Penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik Haid banyak (> 1-2 pembalut tiap 4 jam)
Haid lama (>8 hari)
Dismenorhea berat yang membutuhkan analgesik dan istirahat baring
Perdarahan / perdarahan bercak antara haid atau setelah senggama
Gejala penyakit jantung valvular atau kongenital
Sumber : Sri Handayani,2010; h. 37-38
Tabel 2.6 penapisan metode kontrasepsi vasektomi
NO. Klien Fasilitas Rawat Jalan Fasilitas Rujukan 1.
2. 3. 4. 5.
Keadaan umum (anamnesa dan pemeriksaan fisik)
Keadaan emosi Tekanan darah Berat badan
Riwayat operasi abdomen / panggul
KU baik, tidak ada tanda penyakit jantung, paru, ginjal
Tenang
< 160 / 100 mmHg 35-85 kg
Bekas SC (tanpa perlekatan)
DM tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda penyakit jantung, paru atau ginjal
NO.
6.
7.
Klien
Riwayat radang panggul, kehamilan ektopik, apendiksitis
Anemia
Fasilitas Rawat Jalan
Pemeriksaan dalam batas normal.
Hb > 8 gr%
Fasilitas Rujukan
kelainan pada px panggul.
Pemeriksaaan dalam ada kelainan.
Hb < 8 gr%
Sumber : Sri Handayani,2010; h. 37-38
Tabel 2.7 penapisan metode kontrasepsi tubektomi
NO. Klien Fasilitas Rawat Jalan Fasilitas Rujukan 1.
2. 3. 4.
5.
Keadaan umum (anamnesa dan pemeriksaan fisik)
Keadaan emosi Tekanan darah
Infeksi atau kelainan scrotum / inguinal
Anemia
KU baik, tidak ada tanda penyakit jantung, paru, ginjal
Tenang
< 160 / 100 mmHg Normal
Hb > 8 gr%
DM tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda penyakit jantung, paru atau ginjal
Cemas, takut > 160 / 100 mmHg Tanda-tanda infeksi atau ada kelainan. Hb < 8 gr% Sumber : Sri Handayani,2010; h. 38-39
B. Teori Asuhan Kebidanan
1. Konsep dasar menurut varney :
Pengertian
Manajemen kebidanan adalah bentuk pendekatan yang digunakan
bidan dalam memberikan alur pikir bidan, pemecahan masalah atau
pengambilan keputusan klinik. Asuhan yang dilakukan harus dicatat benar,
sederhana, jelas, logis, sehingga perlu sesuatu metde pendokumentasian
(varney, 2008).
a. Langkah-langkah dalam manajemen kebidanan
Agar proses manajemen pada ibu dapat dilaksanakan dengan
baik, maka diperlukan langkah sistematis. Adapun
langkah-langkah yang harus dilaksanakan menurut varney (2008) adalah
sebagai berikut:
Pengkajian adalah tahap awal yang dipakai dalam menerapkan
asuhan kebidanan pada pasien dan merupakan suatu pengumpulan
data yang sistematis dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2009).
a) Data subyektif
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari pasien
sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian,
informasi tersebut tidak dapat ditemukan oleh tim kesehatan
secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi
(Nursalam, 2009).
(1) Biodata yang menyangkut identitas pasien (Ambarwati,2008).
(a) Nama
Nama jelas atau nama lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
pelayanan.
(b) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikisnya belum siap sedangkan umur
lebih dari 35 rentan sekali untuk terjadi perdarahan masa
nifas.
(c) Agama
Untuk mengetahui pasien tersebut dalam membimbing
atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
(e) Pendidikan
Berpengaruh terhadap tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
(f) Pekerjaan klien
Gunanya untuk mengetahui tingkat sosial ekonominya,
karena ini mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
(g) Alamat
Ditanyakan karena mungkin memiliki nama yang sama
dengan alamat yang berbeda.
(h) Keluhan utama
Keluhan yang terjadi pada ibu hamil pada TM III adalah
kenceng-kenceng teratur, pusing, pandangan mata kabur,
cemas pada saat persalinan.
(i) Riwayat menstruasi
Umur menarche, lamanya haid, siklus, banyaknya darah,
haid teratur atau tidak, sifat darah (cair atau ada bekuan
warnanya), dismenorhea (Rohani, dkk. 2011).
(j) Riwayat perkawinan
Perlu dikaji tentang nikah berapa kali, pernikahan syah
atau tidak karena bila melahirkan tanpa status yang jelas
akan berkaitan dengan psikologisnya, sehingga akan
(k) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu di
tanyakan untuk mengetahui jumlah kehamilan yang lalu dan
apakah ada masalah pada persalinan dan nifas yang lalu,
untuk ibu hamil dengan multigravida.
(l) Riwayat kehamilan sekarang
Dilakukan untuk mengetahui dan mengetahui dan
mengawasi perkembangan kehamilan dengan pemeriksaan
yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan
obstetri pada ibu hamil Trimester III.
(m) Riwayat persalinan dahulu dan sekarang
Dikaji untuk mengetahui cara persalinan, penolong
persalinan, lama persalinan, penyulit yang menyertai
persalinan pada multigravida.
(n) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan ibu, usia perkawinan
ibu apakah umur ibu di atas 20 tahun atau lebih dari 35
tahun.
b) Data Obyektif
Data yang diperoleh dari observasi dan diukur oleh tenaga
kesehatan yang didapat dari pemeriksaan pasien.
Kita bisa sekilas menilai keadaan umum ibu, apakah pucat,
baik atau tidak.
(2) Kesadaran
Bisa menilai dengan kita mengasih pertanyaan, apakah
dijawab dengan sadar, jelas dan tepat. Ada macam-macam
kesadaran yaitu : composmentis, amnesia, apatis, samnolensi,
spoor, sub koma dan koma.
(3) Pemeriksaan fisik
(a) TTV :
Tekanan darah : kita bisa menilai apakah tensi pasien
rendah atau tinggi. Normalnya 110/80 mmHg dan tidak lebih
dari 130/80 mmHg. Suhu : suhu badan inpartu tidak melebihi
372 oC umumnya sesudah partus naik 0,5 oC dari keadaan
normal. Nadi : pada orang dewasa nadi normal antara
70-100 x per menit.
(b) TB : kita bisa melihat apakah pasien tersebut sudah
memenuhi syarat atau tidak, normalnya tinggi badan orang
indonesia 150 cm.
(c) BB : untuk melihat apakah kenaikan berat badan orang
hamil normal atau tidak.
(d) Lila : untuk menilai status gizi, apakah pasien KEK
(kekurangan energi kronik) atau tidak.
Dimulai dari ujung rambut sampai ujung kaki untuk
menilai apakah ada kelainan tanda bahaya atau tidak.
(f) Palpasi
Dilakukan palpasi pada ibu hamil TM III untuk
mengetahui bagian-bagian janin. Ada 4 macam palpasi yang
dilakukan, yaitu : leopold I, II, III dan IV.
(g) Auskultasi
Untuk mendengarkan suara denyut jantung janin
apakah ada atau tidak.
(h) Perkusi
Dilakukan pemeriksaan reflek patella, untuk
mengetahui apakh ibu kekurangan vitamin B12 atau tidak.
(i) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dilakukan bila pasien dalam
keadaan berhak untuk dilakukan pemeriksaan lab.
2) Langkah II : interpretasi data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosa klien terhadap suatu diagonsa yang akan ditentukan
dengan menggunakan data yang telah diperoleh.
3) Langkah III : diagnosa potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau
diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosis yang sudah di identifikasikan.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter untuk di konsultasikan dan ditangani bersama oleh tim
kesehatan lainnya.
5) Langkah V : perencanaan
Rencana asuhan kebidanan yang akan dibuat sesuai dengan
diagnosis yang telah ditentukan.
6) Langkah VI : pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah sebelumnya dilaksanakan dengan
efisien dan aman.
7) Langkah VII : evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi terhadap asuhan yang
telah dilakukan, meliputi masalah yang diidentifikasi di dalam
masalah dan diagnosis.
2. Pendokumentasin manajemen kebidanan dengan metode SOAP :
a. S (Data Subjektif) : merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut helen varney pertama (pengkajian data), terutama
data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subyektif ini
berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.
b. O (Data Obyektif) : merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data),
terutamaa data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
lain dapat di masukkan dalam data objektif ini. Data ini akan
memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosis.
c. A (Assessment) : merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.
d. P (Planning) : membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan
mdatang. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraannya.
C. Landasan Hukum
1. Permenkes nomor 1464/MENKES/PER/X/2010, yang menjadi landasan
hukum pada asuhan kebidanan pada ibu hamil Trimester III yaitu :
Sebagai bidan berwenang kepada ibu untuk memberikan pelayanan
yang meliputi pelayanan kesehatan ibu. Bidan berwenang untuk
memberikan pelayanan kesehatan mulai dari masa pra hamil, dimana pada
masa ini seorang ibu membutuhkan pelayanan yang ekstra untuk
mempersiapkan kehamilan yang akan datang serta mempersiapkan
organ-organ reproduksi yang akan dibuahinya nanti dan akan mengalami
perubahan. Yang kedua adalah kehamilan, dimana didalam masa
keh