• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Landasan Teori

Manajemen konstruksi sangatlah menarik di bicarakan dan di analisa dikarenakan sifat dan karakter setiap proyek adalah unik. Manajemen konstruksi tidak dapat lepas dari manajemen yang di tetapkan. Manajemen pada suatu proyek dapat di uraikan menjadi manajemen waktu, pengadaan, komunikasi, biaya, mutu, resiko, dan sumber daya. Adanya persiapan perencanaan konstruksi yang baik dengan input yang strategis, dapat memberikan gambaran bentuk pekerjaan yang akan di laksanakan, dimana kemudian akan mempermudah persiapan pelaksanaan konstruksi.

Manajemen konstruksi adalah bagaimana sumber daya yang terlibat dalam proyek dapat diaplikasikan secara tepat. Sumber daya dalam proyek konstruksi dikelompokkan dalam 5M (manpower, material, mechines, money and method). Manajemen telah banyak disebut sebagai “seni untuk merealisasikan pekerjaan melalui orang lain”. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajemen mencapai tujuan organisasi melalui pengaturan orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak melakukan pekerjaan – pekerjaan itu sendiri. Manajemen memang mempunyai pengertian lebih luas dari pada itu, tetapi definisi tersebut memberikan kenyataan bahwa manajemen berutama mengelola sumber daya manusia, bukan material atau finansial. We are managing human resources.

Selain manajemen mencakup fungsi perencanaan (penetapan apa yang akan dilakukan), pengorganisasian (perancangan dan penugasan kelompok kerja), penyusun personalia (penarikan, seleksi, pengembangan pemberian kompensasi dan penilaian prestasi kerja), pengarahan (motivasai, kepemimpinan, integritas, dan pengelolaan konflik) dan pengawasan. Pengertian manajemen begitu luas, sehingga dalam kenyataannya tidak ada definisi yang yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Seperti yang dikemukakan oleh Stoner sebagai berikut:

“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”

Dari definisi di atas terlihat bahwa Stoner telah menggunakan kata proses bukan seni. Mengartikan manajemen konstruksi sebagai seni mengandung arti bahwa hal itu adalah kemampuan dan keterampilan pribadi. Suatu proses adalah cara sistematis untuk melakukan pekerjaan. Manajemen konstruksi didefinisikan sebagai proses karena semua manajer, tanpa memperdulikan keahlian atau keterampilan khusus mereka. Harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Proses tersebut terdiri dari kegiatan-kegiatan manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan (Direktori FPTK UPI).

2.1.1 Hakekat Belajar

Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat (W. Gulö, 2002: 23). Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan prilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, dan salah satu tahapannya adalah :

a. Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi; b. Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;

c. Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi.

Definisi yang lain menyebutkan bahwa belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang menetap, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode aktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Belajar mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari intereraksi antara individu dengan lingkungannya. Apa yang dipelajari seseorang dapat diuraikan dan disimpulkan dari pola – pola perubahan perilakunya. Perkembangan mengacu pada perubahan yang dihasilkan dari kombinasi pengaruh pertumbuhan dan belajar. (Gagne 1977:4).

2.1.2 Tujuan Belajar

Robert M. Gagne dalam buku Proses Belajar Mengajar (1985:5) mengelompokkan kondisi – kondisi belajar (sistem lingkungan belajar) sesuai dengan tujuan – tujuan belajar yang ingin dicapai. Gagne mengemukakan delapan macam, yang kemudian disederhanakan menjadi lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar, sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian macam kondisi belajar (atau sistem lingkungan belajar) untuk pencapaiannya. Kelima macam kempuan hasil belajar tersebut adalah :

a. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingkungan skolastik).

b. Strategi kognitif, mengatur “cara belajar” dan berpikir seseorang didalam arti seluas – luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.

c. Inforrmasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta. Kemampuan ini umumnya dikenal dan tidak jarang.

d. Keteramilan motorik yang diperoleh di sekolah.

e. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang , sebahgaimana dapat disimpulkan dari kecenderungannya bertingkah laku terhadap orang, barang atau kejadian.

2.1.3 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki mahasiswa setelah menerima pengalaman belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:3-4) hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut dijadikan dosen sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai tujuan dari kegiatan pembelajaran. Peningkatan Hasil belajar mahasiswa sangat tergantung dari bagaimana cara dosen dalam memberikan materi. Sehingga dosen diharapkan memiliki keterampilan dalam mengelola kelas. Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2006:83) terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh dosen dalam melaksanakan komponen keterampilan mengelola kelas, yaitu (1) kehangatan dan keantusiasan, (2) penggunaan bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah belajar mahasiswa, (3) perlu dipertimbangkan penggunaan variasi media, gaya mengajar, dan pola interaksi, (4) diperlukan keluwesan tingkah laku dosen dalam mengubah strategi mengajarnya untuk mencegah gangguan-gangguan yang timbul, (5) penekanan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian mahasiswa pada hal-hal yang negatif, (6) mendorong mahasiswa untuk mengembangkan disiplin diri sendiri dengan cara memberi contoh dalam perbuatan

2.1.4 Media Pembelajaran

Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium yang dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002;Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001). Media merupakan sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997). pada hakekatnya, proses belajar mengajar adalah proses komunikasi, penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi atau ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Proses tersebut dinamakan encoding. Penafsiran simbol – simbol komunikasi tersebut oleh peserta didik dinamakan decoding.

Berdasarkan hal tersebut media harus bermanfaat sebagai berikut. 1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra.

3. Menimbulkan gairah belajar, berinteraksi secara langsung antara peserta didik dan sumber belajar.

4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya.

5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

6. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, yaitu guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, peserta didik (komunikan), dan tujuan pembelajaran, jadi media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daryanto, 2011: 4).

2.1.5 Manfaat Media Pembelajaran

Dalam penggunaan media pembelajaran memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Memperjelas materi pembelajaran agar lebih mudah dipahami oleh peserta

didik.

2. Menimbulkan gairah gairah belajar, berinteraksi secara langsung anatar peserta didik dan sumber belajar.

3. Memungkinkan peserta didik belajar sendiri sesuai dengan keinginanya dimanapun dan kapanpun dia berada.

4. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimblkan persepsi yang sama.

5. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.

Selain itu kontribusi media pembelajaran adalah sebagai berikut : 1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih standar. 2. Pembelajaran dapat lebih menarik.

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar. 4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.

6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan.

7. Sikap positif peserta didik terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkitkan.

8. Peran tenaga pendidik mengalami perubahan ke arah yang positif (Daryanto 2012: 5-6).

2.1.6 Fungsi Media Pembelajaran

Proses pembelajaran media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari tenaga pendidik menuju peserta didik. Metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, fungsi media dalam proses pembelajaran dapat ditunjukan melalui gambar berikut ini :

Pendidik/

Dosen Media

Peserta didik

Gambar 2.1. Fungsi media dalam proses pembelajaran Sumber : (Daryanto, 2012: 8)

2.1.7 Pemilihan Media Pembalajaran

Agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, diperlukan adanya dukungan media pengajaran, baik itu media cetak, media elektronik, atau objek nyata. Memilih media yang terbaik untuk tujuan instruksional bukan pekerjaan yang mudah. Pemilihan media pembelajaran itu rumit dan sulit, karena didasarkan pada beberapa faktor yang saling berhubungan. Dibawah ini dikemukakan beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media yang tepat :

1. Jenis kemampuan yang akan dicapai, sesuai dengan tujuan pengajaran. Sebagaiman diketahui bahwa tujuan pengajaran itu menjangkau daerah kognitif, afektif, dan psikomotor.

2. Kegunaan dari berbagai jenis media itu sendiri. Setiap jenis media mempunyai nilai kegunaan sendiri-sendiri. Hal ini harus dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih jenis media yang digunakan. 3. Pemahaman dan kemampuan tenaga pendidik dalam penggunan suatu

jenis media.

4. Pemilihan media harus dipertimbangkan pula faktor keluwesan / fleksibilitas, dalam arti seberapa jauh media tersebut dapat digunakan dengan praktis dalam berbagai situasi.

5. Kesesuaian dengan alokasi waktu dan sarana pendukung yang ada (R. Ibrahim dan Syaodih 2010: 120-121).

2.1.8 Klasifikasi Media Pembelajaran

Media pembelajaran diklasifikasi berdasarkan tujuan pemakaian dan karakteristik jenis media. Ada beberapa para ahli mengemukakan tentang model klasifikasi media yang tertuang dalam buku Daryanto, diantaranya adalah :

1. Menurut Gagne, media diklasifikasi menjadi tujuh kelompok, yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media pembelajaran tersebut dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut hirarki belajar yang dikembangkan yaitu pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukan alih ilmu, menilai prestasi, pemberi umpan balik. 2. Menurut Allen, terdapat sembilan kelompok media yang dikemukakan

oleh Allen yaitu : visual diam, film, telivisi, obyek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku teks cetak, dan sajian lisan. Di samping mengklasifikasikan, Allen juga mengaitkan antara jenis media pembelajaran dan tujuan media pembelajaran yang akan dicapai. Allen melihat bahwa, media tertentu memiliki kelebihan untuk tujuan belajar tertentu tetapi lemah untuk tujuan belajar yang lain. Allen mengungkapkan ada enam tujuan belajar, antara lain info faktual, pengenalan visual, prinsip dan konsep, prosedur, ketrampilan, dan sikap. Setiap jenis media tersebut memiliki perbedaan kemampuan untuk mencapai tujuan belajar.

3. Menurut Gerlach dan Ely, media dikelompokan berdasarkan ciri-ciri fisiknya atas delan kelompok, yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran terprogram, dan smulasi.

Berdasarkan pemahaman di atas klasifikasi media pembelajaran tersebut, akan mempermudah para tenaga pendidik dalam melakukan pemilihan media yang tepat pada waktu merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik peserta didik, akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran (Daryanto, 2012: 17).

2.1.9 Aplikasi Lectora

Lectora adalah Authoring Tool untuk pengembangan konten e-learning yang dikembangkan oleh perusahaan Trivantis Corporation. Aplikasi Lectora ini mampu membuat kursus online, presentasi, alat evaluasi yang cepat dan sederhana. Pendiri dari aplikasi ini adalah Timothy D. Loudermilk di Cincinnati, Ohio, Amerika pada tahun 1999 (Mas’ud, 2013: 1). Pada tahun 2011, Lectora mendapat 5 penghargaan dalam bidan produk E-learning inovatif, Authoring Tool, tool presentasi terbaik, dan teknologi e-learning terbaik. Sehingga wajar lebih dari 50 perusahaan atau instansi di dunia memilih aplikasi lectora ini (Mas’ud, 2013: 1).

Gambar 2.2. Logo Aplikasi Lectora Inspire

Lectora Inspire memiliki antarmuka yang familiar dengan kita yang telah mengenal maupun menguasai Microsoft Office. Antarmuka Lectora Inspire terbagi dalam 3 hal utama, yakni Menu dan Toolbar, Title Explorer, dan Work Area. Title Explorer merupakan pohon direktori yang menampilkan semua objek, chapter, section, dan page yang terdapat dalam work area lectora. Dimana didalamnya sebagai editing Media Pembelajaran.

Gambar 2.3. Tampilan Awal Lectora Inspire

Dalam paket instalasi aplikasi Lectora Insipe terdapat berbagai program pendukung untuk penyempurnaan dalam penggunaan aplikasi Lectora,

diantaranya : 1. Flypaper

Membuat pebelajar lebih kreatif dan meibatkannya dengan menambah animasi flash, transisi, dan efek spesial.

2. Camtasia

Membuat tutorial profesional dengan mudah meng-capture video, animasi flash, atau software desain 3D. Dapat pula mengedit video, audio, transisi, dll.

Meng-capture apa yang ada di dekstop untuk membuat image. Dan dilengkapi dengan callout, dll (Mas’ud 2013: 1).

Dalam penggunaanya aplikasi Lectora Insipre mempunyai beberapa keunggulan dibanding dengan authoring tool e-learning lainnya, yaitu :

1. Lectora dapat digunakan untuk membuat website, konten e-learning interaktif, dan presentasi produk atau profil perusahaan.

2. Fitur-fitur yang disediakan Lectora Insipre sangat memudahkan pengguna pemula untuk membuat multimedia (audio dan video) pembelajaran.

3. Bagi seorang tenaga pendidik, keberadaan Lectora Insipre dapat memudahkan membuat media pembelajaran.

4. Template yang disediakan cukup lengkap.

5. Lectora menyediakan media library yang sangat membantu pengguna. 6. Lectora sangat memungkinkan penggunanya untuk mengkonversi

presentasi Microsoft PowerPoint ke konten e-learning.

Konten yang dikembangkan dengan perangkat lunak Lectora dapat dipublikasikan ke berbagai output seperti HTML5, single file executable (.exe), CD-ROM, maupun standar e-learning seperti SCORM dan AICC (Mas’ud 2013: 2).

2.2 Kerangka Berfikir

Media pembelajaran merupakan salah satu instrumen penting dalam suatu proses pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran pun harus tepat. Karena dalam penerapannya sangat berpengaruh pada kesuksesan proses pembelajaran. Media pembelajaran berbasis teknologi dianggap sebagai salah satu alternatif dalam penyelengaraan sistem pembelajaran yang memiliki berbagai keunggulan. Contohnya saja media pembelajaran menggunakan microsoft power point yang sudah begitu familiar di tenaga pendidik. Menyajikan materi dan presentasi yang menarik membuat media dengan microsoft power point ini sering digunakan. Namun dalam kesempatan ini peneliti tidak menggunakan microsoft power point dalam pembuatan media. Mengikuti perkembangan zaman yang kemajuan teknologinya begitu pesat dan muncul berbagai aplikasi presentasi yang baru. Membuat peneliti dalam pembuatan media pembelajaran menggunakan aplikasi lectora yang memiliki berbagai keunggulan dari aplikasi lainnya.

Media Lectora adalah Authoring tool, merupakan e-learning yang baik. File ini biasanya dalam bentuk .exe (single file executable), CD-ROM dll. Media pembelajaran ini akan diuji seberapa kelayakannya untuk proses pembelajaran dan diuji validitas media terlebih dahulu oleh para ahli sebagai landasan utama untuk mengetahui seberapa tingkat kelayakan media tersebut. Para ahli tersebut akan menilai dari segi materi dan desain medianya. Sebelum media di validasi peneliti menguji coba instrument test untuk mengetahui validitas dan reabilitas tes tersebut. Karena peneliti akan menguji Validitas Media untuk kelayakan media

pembelajaran, dan Uji Coba Instrumen Test untuk kelayakan soal pretest dan posttest.

2.3 Hipotesis penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji. Adapun dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut : Dengan menggunakan media pembelajaran aplikasi lectora diharapkan mahasiswa PTB yang mengambil mata kuliah manajemen konstruksi akan dapat lebih mudah memahami materi yang diberikan, Ada peningkatan hasil belajar dengan menggunakan media pembelajaran aplikasi lectora dalam mata kuliah manajemen konstruksi kelas mahasiswa PTB jurusan teknik sipil Universitas Negeri Semarang.

BAB III

Dokumen terkait