• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi sehat (Health/well-being) penderita HIV/AIDS dipengaruhi oleh banyak faktor, menurut HL Blum dalam Gochman D.S, (1996), Shi L., Singh DA (2008) terdapat faktor di luar kesehatan yang menentukan status kesehatan penderita HIV. Faktor tersebut adalah: faktor gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (kualitas dan cakupannya), seperti ditunjukkan gambar berikut.

Gambar 1.1. Faktor-faktor Penyebab Sakit dan Sehatnya Seorang Penderita HIV/AIDS

Faktor-faktor penyebab sehat dan sakit penderita HIV bisa diuraikan sebagai berikut: 1. Faktor Lingkungan:

a. Sosial

Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderitaannya akibat penyakit HIV, penderita akan hidup terasing dan menghindar dari orang lain. Dukungan sosial adalah adanya dukungan moril dari lingkungan terhadap pengidap HIV/AIDS di masyarakat.

b. Sosio Ekonomi

Hubungan sosio ekonomi seperti faktor pendidikan tinggi dan faktor penghasilan tinggi berhubungan dengan status kesehatan penderita HIV, karena penderita mempunyai lebih banyak akses kepada layanan sarana kesehatan. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa penderita yang mempunyai penghasilan dan pendidikan rendah lebih tinggi angka kesakitan dan kematiannya (Shi dan Singh, 2008).

c. Sosio Politik

Komitmen dan kebijakan pemerintah yang mendukung penderita melalui pemberian obat-obatan gratis meningkatkan status kesehatan penderita.

2. Perilaku

Penderita mempunyai sikap penampilan yang tidak saja bermasalah dengan kesehatannya tetapi juga masalah psikologis dan sosial. Sikap penderita HIV

optimis dan konstruktif jika masyarakat mendukung penderita yang terinfeksi HIV.

3. Hereditas

Faktor karakteristik bentuk tubuh tertentu mempengaruhi status kesehatan penderita HIV/AIDS.

4. Pelayanan Kesehatan

Faktor pelayanan kesehatan adalah sarana pelayanan rumah sakit yang menentukan status kesehatan penderita HIV yaitu: a). Tersedianya obat yang cukup dan kontinu, b). Dedikasi petugas pelayanan kesehatan yang baik, dan c). Biaya HIV/AIDS yang terjangkau.

Untuk mencapai tujuan pelayanan rumah sakit, di dalam penelitian ini terdapat 3 kategori landasan teori yaitu: Teori Kepemimpinan, Teori Manajemen Mutu Terpadu dan Teori Kualitas Hidup. Ketiga landasan teori ini dibungkus dalam satu wadah dan dimodifikasi kedalam Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA) sebagai alat bantu mendefinisikan permasalahan.

Model Malcolm Baldrige Criteria For Performance Excellence (MBCPE)

merupakan model yang betujuan untuk memodelkan peran dari kategori-kategori (elemen-elemen) yang terdapat dalam organisasi dalam rangka mengadopsi prinsip-prinsip manajemen pengendalian kualitas, di mana kepemimpinan merupakan pendorong utama yang diikuti dengan pendorong manajemen mutu terpadu untuk menghasilkan penilaian tentang kualitas hidup, adapun gambaran lengkapnya seperti kerangka berikut ini.

Sumber: Health Care Criteria, 2006

Gambar 1.2. Kerangka Baldrige

Gambar tersebut di atas menunjukkan bahwa terdapat 7 kategori saling berkaitan dan berproses untuk mengukur tingkat kualitas hidup penderita HIV/AIDS, ketujuh kategori tersebut adalah:

1. Leadership/Kepemimpinan

Leadership diharapkan dapat mengarahkan visi dan misi dan mengkomunikasikan hal tersebut kepada jajaran bawahannya dan sekaligus memotivasi mereka. Kriteria kepemimpinan yang dinilai dalam disertasi ini adalah kepemimpinan struktural dan kepemimpinan fungsional. Bahan penilaian adalah tentang konstruk kepemimpinan (pijakan awal variabel

kepemimpinan transformasi, transaksi, laisez faire dan lingkungan sekitar rumah sakit).

2. Strategic Planning/Perencanaan Strategi

Perencanaan Strategis adalah strategi pelayanan HIV/AIDS di rumah sakit, penilaian dilaksanakan dengan melihat bagaimana pelayanan HIV/AIDS dijalankan dan mengukur kemajuan rencana tersebut dalam evaluasi mutu. 3. Customer and Market Focus/Fokus Pasien

Dalam aspek ini SDM yang terlibat dalam proses pelayanan HIV/AIDS perlu mengetahui kebutuhan dan keinginan penderita HIV/AIDS dengan selalu membina hubungan dengan mereka, dan mendengarkan suara mereka. Penilaian dilaksanakan dalam rangka apakah SDM yang bekerja di pelayanan HIV/AIDS memperhatikan kebutuhan pasien.

4. Measurement, Analysis and Knowledge Management/Metode Tolok Ukur

Garis besar dari kategori ini adalah untuk mengetahui bagaimana organisasi menganalisa dengan memanfaatkan sistem informasi yang ada, dalam penelitian ini aspek pengukuran dikategorikan dalam evaluasi mutu.

5. Staff Focus/Kualitas SDM

Dalam aspek staff focus, dinilai kualitas SDM yang bekerja di pelayanan HIV/AIDS sehingga mereka dapat melayani pasien HIV/AIDS dengan baik.

6. Process Management/Manajemen Proses

Dalam aspek ini dilihat bagaimana sistem atau prosedur kerja direncanakan, disusun dan dilaksanakan untuk melayani penderita HIV/AIDS sebaik-baiknya.

7. Results/Hasil yang Diperoleh

Dalam aspek ini seluruh hasil-hasil diperhitungkan, melihat gambaran kualitas hidup penderita HIV/AIDS.

Ketiga landasan teori yang terdapat dalam 7 kategori Malcolm Baldrige

National Quality Award (MBNQA) adalah sebagai berikut:

1. Teori Kepemimpinan Mutu

Kepemipinan mutu adalah kemampuan untuk memimpin dan menentukan secara benar apa yang harus dikerjakan, menurut Bass (dalam Vance dan Larson, 2002), antara lain adalah fokus pada kegiatan mutu. Perilaku pemimpin untuk membangkitkan motivasi kerja dan kepuasan kerja bawahannya dilaksanakan dengan berbagai model kepemimpinan. Model tranformasional diyakini mampu membangun komitmen organisasional karyawan melalui upaya-upaya nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan asumsi-asumsi mengenai visi dan misi organisasi (Henckle, 2004, Golding, 2003, Janssen, 2004), model transaksional memberdayakan bawahan dengan proses transaksi dan pertukaran (exchanges process) yang bersifat ekonomis berdasarkan pertimbangan ekonomi.

Model lainnya yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model yang dibangun secara Kualitatif kemungkinan bisa berasal dari gaya kepemimpinan lainnya, gabungan dari beberapa gaya kepemimpinan atau variabel yang berkembang di lapangan. Model inilah nantinya menjadi orisinalitas dalam penelitian ini.

2. Manajemen Mutu Terpadu (MMT)

MMT/TQM (Total Quality Management) adalah: Suatu pendekatan manajemen berdasarkan partisipasi semua anggotanya untuk meningkatkan kualitas hidup penderita HIV/AIDS, adapun variabel dalam MMT diuraikan sebagai berikut: a. Kualitas SDM

Kualitas SDM adalah kemampuan SDM mendukung pelayanan HIV/AIDS, berkomunikasi dan mengenal sasaran mutu (Douglas, dkk, 2004).

b. Fokus ke pelanggan

SDM yang bekerja di pelayanan HIV/AIDS sudah memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan saat ini dan yang akan datang bahkan memberi pelayanan melebihinya (ISO, 9000).

c. Manajemen proses

Manajemen proses adalah program rumah sakit tentang tatacara pemberian pelayanan pengobatan ARV bagi ODHA, seperti: Pemberian ARV kepada ibu hamil yang positif HIV, menerima ARV profilaksis, juga manajemen proses tentang pelayanan yang diberikan rumah sakit berupa: promosi sampai rehabilitasi, termasuk tehnik voluntary counseling and testing

(VCT), care support and treatment (CST), prevention of mother to child

HIV transmission (PMTCT), tuberculosis-HIV, sexually transmitted infection dan pelayanan dari segi ilmu gizi, laboratorium, radiologi, rekam

medis dan pelaporan (Purwaningtias, Subronto, dan Hasanbasri, 2007). d. Evaluasi mutu

Evaluasi mutu adalah customer fed back, data yang bermutu, standar pelayanan, evaluasi yang dilaksanakan terhadap rencana strategi yang telah dilaksanakan untuk melayani pasien HIV/AIDS.

3. Kualitas Hidup

Kualitas hidup adalah standar hidup yang sangat objektif dan mampu menyebabkan perasaan senang (subjektif) (Gollner, 2002). Pengukuran kualitas hidup sangat banyak, dalam penelitian ini dipakai versi WHO (2004), yang terdiri dari kategori kesehatan fisik, psikologis, sosial dan lingkungan hidup.

BAB II

Dokumen terkait