• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Kecerdasan Emosional a. Pengertian

Inteligensi/kecerdasan berasal dari bahasa Latin yaitu intelligere yang berarti to organize, to relate, to bind together, yaitu menghubungkan atau menyamakan satu sama lain (Sriyanti,2013:121). Kecerdasan sampai saat ini menurut Philip Carter (2011:4) sulit untuk didefinisikan dan mungkin sebenarnya tidak memiliki definisi formal, akan tetapi menurutnya definisi yang pantas untuk kecerdasan adalah kemampuan belajar dan memahami.

Menurut Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind

(Goleman, 2000:50) Kecerdasan adalah kecakapan untuk menemui situasi-situasi baru atau belajar melakukan dengan tanggapan menyesuaikan diri yang baru.

Adapun Skinner (Sriyanti,2013:121), menerangkan intelligence is demonstrablein ability of the individual to make good responses from the

stand point of truth or fact. Penjelasan ini mengandung arti bahwa orang yang dianggap inteligen/cerdas, bila responsnya merupakan respons yang baik terhadap stimulus yang diterimanya, dengan kata lain seseorang perlu mempunyai lebih banyak hubungan antara stimulus dan respons dan hal tersebut dapat diperoleh dari pengalaman dan hasil respons-respons yang telah lalu.

Sedangkan kata emosi berasal dari akar kata moveree (Latin), berarti

11

bergerak menjauh. Secara literal emosi diartikan setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap (Goleman, 2000: 7).

Emosi dalam makna paling harfiah menurut Oxford English Dictionary dalam buku Goleman mendefinisikan emosi sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu. Setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”. Emosi juga merupakan suatu gejala psiko-fisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku, serta mengejewantah dalam bentuk ekspresi tertentu. Emosi dirasakan secara psiko-fisik karena terkait langsung dengan jiwa dan fisik. Emosi dapat berupa marah, takut, sedih, bahagia, cinta, malu dan sebagainya yang merupakan titik tolak bagi nuansa kehidupan emosional yang tidak habis-habisnya.

Mengenai pengertian tentang kecerdasan emosional sendiri Cooper dan Sawaf (Agustian,2001:289) mendefinisikan kecerdasan emosional merupakan kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.

Adapun Goleman menyebutkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan serta mengatur keadaan jiwa (Goleman, 2000: 67).

Dengan demikian kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih untuk merasakan dan memahami kepekaan emosi, mampu memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan dan mengatur keadaan jiwa.

12

Kecerdasan emosional bukan didasarkan pada kepintaran seseorang melainkan pada suatu yang disebut karakter atau karakteristik pribadi.

Kecerdasan emosional sangat berperan penting dalam keberhasilan hidup. EQ terkait dengan kemampuan membaca lingkungan sosial dan menatanya kembali. Juga terkait dengan kemampuan memahami secara spontan apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain, demikian juga kelebihan dan kekurangan kemampuan membaca, kemampuan untuk menjadi orang yang menyenangkan sehingga kehadirannya diinginkan orang lain. Oleh karena itu, semakin tinggi EQ seseorang, semakin besar kemungkinan untuk sukses.

b. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional

Ciri-ciri kecerdasan emosional meliputi kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar bebas stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa. Menurut Goleman (2002:30-31) ciri-ciri kecerdasan emosional dibagi kedalam 5 (lima) komponen sebagai berikut:

1) Kesadaran diri, yaitu mengenali perasaan waktu perasaan itu terjadi, mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan keprcayaan diri yang kuat.

2) Pengaturan diri, yaitu menangani emosi sehingga berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan

13

sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

3) Motivasi, yaitu menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif, bertindak efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

4) Empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya, dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.

5) Ketrampilan sosial, yaitu menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar.

Kecerdasan emosi terdiri atas kecakapan pribadi dan kecakapan sosial. Kecakapan pribadi meliputi: awareness (kesadaran diri), pengaturan diri dan motivasi. Sedangkan kecakapan sosial berfokus pada empati dan bagaimana seorang trampil secara sosial. Kecerdasan emosilah yang memberi kesadaran, yakni kesadaran diri (awareness) yang merupakan kemampuan emosi paling penting untuk melatih swakontrol. Kecerdasan emosi menjadikan seseorang mampu mengenali, berempati, bercinta, termotivasi, berasosiasi, dan dapat menyambut kesedihan dan kegembiraan yang tepat.

Trait, motive, self concept, dan self-control merupakan bagian dari aspek kepribadian seseorang. Kemampuan mengelola faktor-faktor tersebut dipandang sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan dalam

14

berbagai sisi kehidupan, termasuk Pendidikan, pekerjaan, berkeluarga, bersosialisasi, menjalin relasi yang meluas, dan mengambil keputusan penting (Sulistami dkk, 2006:38).

c. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional, menurut Goleman (2000:267-282) yaitu:

1) Faktor Keluarga

Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam mempelajari emosi. Peran serta orang tua sangat dibutuhkan karena orang tua adalah subjek pertama yang perilakunya diidentifikasi, diinternalisasi yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari kepribadian anak. Kecerdasan ini dapat diajarkan pada saat anak masih bayi dengan contoh-contoh ekspresi. Kehidupan emosi yang dipupuk dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak dikemudian hari, sebagai contoh: melatih kebiasaan hidup disiplin dan bertanggung jawab, kemampuan berempati, kepedulian, dan sebagainya.

Hal ini akan menjadikan anak menjadi lebih mudah untuk menangani dan menenangkan diri dalam menghadapi permasalahan, sehingga anak-anak dapat berkonsentrasi dengan baik dan tidak memiliki banyak masalah tingkah laku seperti tingkah laku kasar dan negatif.

15

Lingkungan ini adalah masyarakat, lingkungan penduduk dan sekolah. Kecerdasan emosi ini berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental anak. Pembelajaran ini biasanya ditunjukkan dalam aktivitas bermain anak seperti bermain peran. Anak berperan sebagai individu di luar dirinya dengan emosi yang menyertainya sehingga anak akan mulai belajar mengerti keadaan orang lain.

Pengembangan kecerdasan emosi dapat ditingkatkan melalui berbagai macam bentuk pelatihan, diantaranya adalah pelatihan asertivitas, empati dan masih banyak lagi bentuk pelatihan yang lainnya.

Menurut Agustian (2007:142) faktor-faktor yang berpengaruh dalam peningkatan kecerdasan emosi yaitu:

1) Faktor psikologis

Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor internal ini akan membantu individu dalam mengelola, mengontrol, mengendalikan, dan mengkoordinasikan keadaan emosi agar termanifestasi dalam perilaku secara efektif. Peningkatan kecerdasan emosi secara fisiologis dapat dilakukan dengan meditasi seperti mendengarkan bacaan Al-Qur’an dan

puasa. Puasa dengan segala konsekuensinya tidak hanya mengendalikan dorongan fisiologis manusia, namun juga mampu mengendalikan kekuasaan implus emosi.

16

Kegiatan secara berulang-ulang akan menciptakan kebiasaan, dan kebiasaan rutin tersebut akan menghasilkan pengalaman yang berujung pada pembentukan nilai (value). Reaksi emosional apabila diulang-ulang pun akan berkembang menjadi suatu kebiasaan. Pengendalian diri tidak muncul begitu saja tanpa dilatih. 3) Faktor Pendidikan

Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana belajar individu untuk mengembangkan kecerdasan emosi. Individu mulai dikenalkan dengan berbagai bentuk emosi dan bagaimana mengelolanya melalui pendidikan. Pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sistem pendidikan di sekolah tidak boleh hanya menekankan pada kecerdasan akademik saja, memisahkan kehidupan dunia dan akhirat, serta menjadikan ajaran agama sebagai ritual saja.

Dapat disimpulkan bahwa tingkat kecerdasan emosi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern berupa faktor keluarga dan non keluarga. Adapun beberapa hal yang mampu membantu meningkatkan kecerdasan emosi adalah melalui latihan fisiologis emosi serta pendidikan keagamaan yang ada di lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah.

2. Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an

1. Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur’an menurut Bahasa dapat berarti himpunan, kumpulan dan bacaan. Sedangkan Al-Qur’an menurut istilah ada beberapa pendapat.

17

Shubhi al-Shalih berpendapat bahwa Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang berupa mu’jizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw,

tertulis dalam mushhaf, dinukilkan secara mutawatir dan merupakan ibadah bagi yang membacanya (Budiharjo,2012:2).

Al-Qur’an menurut kalangan pakar Ushul Fiqih, Fiqih, dan Bahasa

Arab adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad Saw, yang lafadz-lafadznya mengandung mu’jizat, membacanya

mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada musshaf, mulai dari awal surat Al-Fatihah sampai akhir surat An-Nas (Anwar,2008:45).

Muhammad Abu Syahbah (Budiharjo,2012:2) menambahkan bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada junjungan kita

Muhammad Saw, yang lafadznya merupakan mu’jizat, ibadah bagi yang

membacanya, dinukilkan secara mutawatir, berfaedah untuk menguatkan dan meyakinkan, ditulis dalam mushhaf, diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri surat An-Nas, merupakan petunjuk Allah kepada makhluk-Nya, hukum Tuhan untuk penghuni dunia, penutup kitab-kitab samawy dan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat.

Maka dapat dipahami bahwa Al-Qur’an menurut pengertian yang telah dipaparkan memiliki beberapa unsur yaitu:

1) Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw 2) Mu’jizat Nabi Muhammad Saw

3) Dinukilkan secara mutawatir

18

5) Tertulis dalam mushhaf, diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas

6) Penutup kitab-kitab terdahulu.

2. Manfaat Al-Qur’an

Al-Qur’an selain sebagai sumber pokok ajaran Islam dan peringatan

serta pelajaran bagi manusia merupakan kitab suci yang mempunyai

mu’jizat dan beragam manfaat yang rasional maupun irrasional. Al-Qur’an

mempunyai manfaat bagi para pembaca dan sekaligus pendengarnya pun pahala yang diperolehnya.

Anwar (2010:27-28) menjelaskan bahwa Al-Qur’an mengandung

beberapa aspek yang bermanfaat serta berpengaruh bagi kesehatan, diantaranya:

1) Mengandung unsur meditasi (As-Syifa)

Al-Qur’an mengandung unsur meditasi sehingga sering disebut

sebagai “As-Syifa” atau penyembuh. Ulama menafsirkan

Al-Qur’an sebagai sebuah petunjuk yang dapat mengantar manusia

kepada kesehatan jasmani dan rohani, sehingga dengan kesehatan itu manusia mampu menjalankan ketaatannya kepada Allah Swt.

Kesembuhan yang ditawarkan Al-Qur’an tidak bisa didapatkan secara instan, namun harus melalui 3 aspek utama dalam mengimani Al-Qur’an, yaitu sebagai kitab yang dapat dilihat,

dibaca dan didengar. Dengan membaca dan mendengarkan

19

ketenangan yang dapat membantu proses terwujudnya kesehatan dalam tubuh.

Firman Allah Q.S Fussilat ayat 44:

َنيِذَّلِل َوُه ْلُق

ءاَف ِشَو ىًدُه اوُنَمآ

“…Katakanlah: Al-Qur‟an itu adalah petunjuk dan penawar bagi

orang-orang mukmin….”

2) Mengandung unsur autosugesti

Dari segi kejiwaan, unsur sugesti yang terdapat dalam

Al-Qur’an merupakan suatu ungkapan baik atau disebut juga dengan

istilah ahsanu al-hadits yang mampu memberikan efek sugesti positif bagi pendengar maupun pembacanya, sehingga dapat menimbulkan perasaan tenang dan tentram.

3) Mengandung unsur relaksasi

Terdapat pada tanda baca waqaf di dalam Al-Qur’an. Tanda ini

mengisyaratkan seseorang harus berhenti membaca dan pada setiap proses memulai bacaan kembali, membuat seseorang melakukan penarikan napas yang dilakukan secara teratur pada setiap tanda waqaf. Kegiatan inilah yang membuat kondisi tubuh berada dalam keadaan rileks.

Al-Qur’an memang Kitab istimewa yang menyempurnakan

Kitab-kitab suci sebelumnya, dengan segala keagungan dan

mu’jizat bagi umat yang mengimani kalam Allah Swt ini. Di

20

membuktikannya. Mendengarkan bacaan Al-Qur’an akan

menimbulkan efek yang luar bisa selain dari beberapa hal yang sudah disebutkan.

Menurut Abdurrahman (Yaqub,2015:19) suara yang diterima oleh telinga akan diterima oleh saraf pusat kemudian ditransmisikan keseluruh bagian tubuh, selanjutnya saraf vagus dan sistem limbik membantu kecepatan denyut jantung, respirasi mengontrol emosi. Mendengarkan murottal dapat pula memunculkan gelombang delta di daerah frontal yaitu sebagai pusat intelektual dan pengatur emosi.

3. Kandungan Surah Al-Qur’an yang Diperdengarkan

a. Ar-Rahman

Ar-Rahman yang berarti Yang Maha Pemurah merupakan surah ke 55 diantara surah-surah dalam Al-Qur’an, surah ini terdiri atas 78 ayat yang

termasuk surah-surah makkiyyah. Nama Rahman diambil dari kata Ar-Rahman yang terdapat pada ayat pertama surah ini. Ar-Ar-Rahman adalah salah satu dari nama-nama Allah Swt (Ahsin,2008:246).

M.Quraish Shihab menyebutkan bahwa penamaannya dengan surah Ar-Rahman atau Tuhan pelimpah kasih telah dikenal sejak zaman Nabi Saw. nama tersebut diambil dari kata awal surat ini. Ini adalah satu-satunya surat yang dimulai sesudah basmalah dengan nama atau sifat Allah swt., yakni ar Rahman. Surat ini dikenal juga dengan nama “Arus Al-Qur’an”

21

pengantinya dan pengantinya Al-Qu‟ran adalah surah Ar-Rahman” (HR.

Al Baihaqi).

Penamaan itu karena indahnya surah ini dan karena di dalamnya

terulang tiga puluh satu kali ayat “fabiayyi Ala-i Rabbikuma Tukadzdziban

nikmat yang manakah, di antara nikmat-nikmat Tuhan pemelihara kamu

berdua, yang kamu berdua dustakan?” Kalimat berulang-ulang ini diibaratkan dengan aneka hiasan yang dipakai oleh pengantin. Sebagian besar surah ini menerangkan sifat-sifat pemurah Allah Swt. kepada hamba-hambanya.

Diantara isinya adalah semua makhluk akan hancur kecuali Allah Swt., seluruh alam merupakan nikmat Allah Swt. terhadap umat manusia, manusia diciptakan dari tanah dan jin dari api, kewajiban mengukur, menakar, menimbang dengan adil, manusia dan jin tidak bisa melepaskan diri dari Allah Swt., banyak dari umat manusia yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan.

Sayyid Quthb (2010:117) dengan bahasanya, berpendapat bahwa surah ini merupakan pemberitahuan ihwal hamparan alam semesta dan pemberitahuan aneka nikmat Allah Swt. yang cemerlang lagi nyata, keajaiban makhluk-Nya, limpahan nikmat-Nya, pengaturan-Nya atas alam nyata ini berikut segala isinya, dan pada pengarahan semua makhluk agar menuju dzat-Nya Yang Mulia. Surah ini merupakan pembuktian umum ihwal seluruh alam nyata kepada dua makhluk, yaitu jin dan manusia, yang disapa oleh surah secara sama. Kedua makhluk ini tinggal di pelataran alam, dan disaksikan oleh segala yang maujud.

22

Surah ini juga menantang keduanya secara berulang-ulang, kalau-kalau keduanya mampu mendustakan aneka nikmat Allah setelah nikmat tersebut diterangkan secara rinci. Dia telah menjadikan seluruh alam semesta ini sebagai pelataran nikmat dan hamparan akhirat. Secara umum mengenai surah ar Rahman ayat 1-4, Allah menerangkan nikmat-nikmat-Nya sebagai rahmat untuk hamba-hamba-Nya, yaitu:

1) Bahwa Dia mengajarkan Al-Qur’an dan hukum-hukum syari’at

untuk menunjuk mahkluk-Nya dan menyempurnakan kebahagiaan mereka dalam penghidupan di dunia maupun di akhirat.

2) Bahwa Dia telah menciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik dan menyempurnakannya dengan akal dan pengetahuan.

3) Bahwa Dia telah mengajari manusia kemampuan berbicara dan memahamkan kepada orang lain, hal mana tidak bisa terlaksana kecuali dengan adanya jiwa dan akal.

Surat ini menjelaskan kebesaran Allah Swt sebagai Sang Pencita dengan segala nikmat yang tidak bisa dihitung dengan hitungan angka menyiratkan pesan agar sebagai ciptaan-Nya yang telah diberi nikmat dari Allah Swt mampu mensyukurinya dan sadar bahwa manusia tidak ada apa-apanya dengan Allah Swt, maka tidak ada barang sedikitpun yang pantas disombongkan manusia.

b. Al-Waqi’ah

Al-Waqi’ah mempunyai arti Hari Kiamat surah ke 56 dan termasuk

surah makkiyyah. Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Ikrimah dari Ibnu

Abbas bahwa sahabat Abu Bakar pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, engkau kelihatan telah beruban.” Rasulullah Saw. menjawab: Telah

23

membuatku beruban surat Hud, surat Al-Waqiah, surat Al-Mursalat, surat An-Naba, dan surat At-Takwir. Imam Turmuzi telah meriwayatkan hadis ini, dan ia mengatakan bahwa predikat hadis ini hasan garib (Ahsin,2008:253)

Al-Hafiz ibnu Asakir telah mengatakan dalam biografi Abdullah ibnu

Mas’ud lengkap dengan sanadnya sampai kepada Amr ibnur Rabi ibnu

Tariq Al-Masri, telah menceritakan kepada kami As-Sirri ibnu Yahya Asy-Syaibani, dari Abu Syuja, dari Abu Zabyah yang mengatakan bahwa

Abdullah ibnu Mas’ud dalam sakitnya yang menghantarkan kepada kematiannya dijenguk oleh Usman ibnu Affan, lalu Usman bertanya, "Sakit apakah yang engkau rasakan?" Ibnu Masud menjawab, "Dosa-dosakulah yang membuatku sakit." Usman bertanya, "Apakah yang engkau inginkan?" Ibnu Mas’ud menjawab, "Rahmat Tuhanku." Usman bertanya, "Maukah engkau kudatangkan seorang tabib?" Ibnu Mas’ud menjawab, "Tabib akan membuatku bertambah parah." Usman bertanya, "Maukah aku

perintahkan agar kuberikan ata (pemberian) untukmu?" Ibnu Mas’ud

menjawab, "Saya tidak memerlukannya." Usman berkata, "Itu nantinya untuk anak-anak perempuanku sesudah kamu tiada." Ibnu Mas’ud

menjawab, "Apakah aku mengkhawatirkan anak-anak perempuanku jatuh fakir? Sesungguhnya aku telah memerintahkan kepada semua anak perempuanku agar setiap malam membaca surat Al-Waqiah karena aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:

اًدَبَب ٌةَكاَف ُوْب ِصُث ْمَم ،ٍ َلَْيَم َّ ُكُ ِةَعِكاَوْما َت َرو ُس َبَرَك ْنَم

“Barang siapa yang membaca surat Al-Waqiah setiap malam, niscaya tidak akan terkena kemiskinan selamanya.”

24

Kemudian Ibnu Asakir mengatakan bahwa demikianlah sanad hadis ini, tetapi yang benar adalah dari Syuja, seperti yang disebutkan di dalam riwayat Abdullah ibnu Wahb, dari As-Sirri.

ِن َ َبَْخَب : ٍبْىَو ُنْب ِ َّللَّا ُدْبَع َلاَك

ْنَع ،ةَيْبََ َِِب ْنَع ،وجَّدََ اًعاَ ُُ َّنَب َيىْ َيَ ُنْب ِّ رّسْما

َت َرو ُس َبَرَك ْنَم" :ُلوُلَي لمسو ِوْيَلَع ُ َّللَّا َّلَّ َص ِ َّللَّا لو ُسَر ُتْعِ َسَ :َلاَك ،ٍدوُع ْسَم ِنْب ِ َّللَّا ِدْبَع

اًدَبَب ٌةَكاَف ُوْب ِصُث ْمَم ٍ َلَْيَم َّ ُكُ ِةَعِكاَوْما

Abdullah ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku As-Sirri ibnu Yahya, bahwa Syuja pernah menceritakan hadis ini dari Abu Zabyah, dari Abdullah ibnu Masud yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa yang membaca surat Al-Waqi‟ah

setiap malam, niscaya tidak akan tertimpa kemiskinan selamanya

(Qutb,2010:142).

Membaca surat Al-Waqi’ah akan terhindar dari kemiskinan, diketahui

bahwa kegiatan membaca akan secara otomatis dibarengi dengan kegiatan mendengarkan pula, sedangkan beberapa ulama’ ada yang berpendapat

bahwa orang yang mendengarkan Al-Qur’an dengan seksama dan

memperhatikan maka akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang membaca Al-Qur’an dengan tartil.

Selain itu surat Al-Waqi’ah juga berisikan tentang proses terjadinya hari kiamat, barang siapa yang berada di golongan kanan (berbuat baik) maka akan mendapat balasan berupa surga dengan segala kenikmatan yang menyertainya akan tetapi barang siapa yang berada di golongan kiri (orang yang munkar) maka akan mendapat balasan berupa neraka yang menyala-nyala. Surat Al-Waqi’ah akan mengingatkan tentang kehidupan dunia yang

25

tidak kekal dan menyiratkan pesan agar manusia hidup di dunia ini hanyalah mencari bekal untuk kehidupan yang kekal yaitu di akhirat.

c. Al-Mulk

Mulk berarti Kerajaan, termasuk surah makkiyyah, 30 ayat, turun sesudah surat Ath-Thur. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Muhammad dan Ibnu Jafar. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syubah, dari Qatadah, dari Abbas Al-Jusyami, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw, yang telah bersabda:

ُ ْلُمْما ِهِدَيِب ِ َّلَّا َكَرابَث :ُ َلَ َرِفُغ َّتََّح اَ ِبِِحا َصِم ْتَعَف َش ًةَيٓب َينِج َلاَج ِنٓبْرُلْما ِفِ ًت َرو ُس َّنِا

Sesungguhnya di dalam Al-Qur‟an terdapat suatu surat berisikan tiga

puluh ayat dapat memberi syafa‟at bagi pembacanya hingga mendapat

ampunan yaitu Tabarakal Ladzi Biyadihil Mulku/surat Al-Mulk (Qur’an

pustaka.com).

Ibnu Abbas, bahwa ia pernah berkata kepada seseorang, "Maukah aku hadiahkan kepadamu suatu hadis yang akan membuatmu gembira?" Lelaki itu menjawab, "Tentu saja mau." Ibnu Abbas mengatakan, "Bacalah surat Al-Mulk dan ajarkanlah kepada keluargamu serta semua anakmu dan semua ahli baitmu yang masih anak-anak dan juga semua tetanggamu. Karena sesungguhnya surat Al-Mulk ini adalah surat yang menyelamatkan dan yang mendebat atau membela pembacanya kelak di hari kiamat di hadapan Tuhannya, dan memohon kepada-Nya agar menyelamatkannya dari azab neraka dan juga menyelamatkan penghafalnya dari siksa kubur."

Rasulullah Saw. telah bersabda:

26

“Sungguh aku menginginkan bila surat ini dihafal di dalam kalbu setiap orang umatku.”

Surat Al-Mulk menurut paparan tersebut adalah surat yang mampu mengantarkan pada keselamatan di dunia dan di akhirat. Surat Al-Mulk juga berisikan beberapa pokok yaitu pertama, keagungan Allah Swt atas penciptaan alam semesta yang tidak ada barang cacat sedikitpun yang menghidupkan dan mematikan makhluk-Nya.

Kedua, orang-orang kafir yang mendustakan Allah Swt akan mendapat

Dokumen terkait