• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Landasan Teori SMM ISO 9001:2008

1. Pengertian SMM ISO 9001:2008

Menurut Heizer dan Render (2009:306) ISO dalam bahasa Yunani

berarti sama atau seragam, seperti seragam di seluruh dunia. Kemudian,

Sugian (2006:112) menjelaskan bahwa ISO (International Standarization for Organization) adalah organisasi internasional untuk standarisasi, agensi internasional yang mengkhususkan dirinya dalam

hal standarisasi yang dibentuk oleh badan-badan standar nasional dari

156 negara dan telah menghasilkan 15.649 standar (posisi 31 Desember

2005).

Lebih jauh lagi Nasution (2005:300) mendefinisikan ISO

merupakan organisasi internasional khusus dalam hal standarisasi.

Sampai tahun 1996, ISO telah memiliki anggota yang terdiri dari

organisasi-organisasi standarisasi nasional yang berasal dari sekitar

seratus negara. Tujuan ISO adalah mengembangkan dan

mempromosikan standar-standar untuk umum yang berlaku secara

18

9000 yang merupakan hasil kerja dari komite teknik 176 (Technical Committee 176-TC).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ISO

diambil dari bahasa Yunani yang artinya sama hal ini sesuai dengan

tujuan lembaga internasional ISO yang menyediakan dan

mempromosikan standar mutu yang berlaku umum di dunia

internasional.

Sementara itu, Gaspersz (2012:11) menjelaskan ISO 9001 adalah

suatu standar internasional untuk sistem manajemen kualitas. ISO 9001

menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan

penilaian dari suatu sistem manajemen kualitas, yang bertujuan untuk

menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang atau

jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Lebih lanjut, Gaspersz (2012:11) menjelaskan ISO 9001 bukan

merupakan standar produk, karena tidak menyatakan persyaratan-

persyaratan yang harus dipenuhi oleh produk (barang atau jasa). Tidak

ada kriteria penerimaan produk dalam ISO 9001, sehingga kita tidak

dapat menginspeksi suatu produk terhadap standar-standar produk. ISO

9001 hanya merupakan standar sistem manajemen kualitas.

Senada dengan hal di atas, Heizer dan Render (2009:306)

menjelaskan kualitas secara global sangat penting sehingga dunia

bersatu menciptakan satu standar kualitas, ISO 9000. Fokus standar ini

19

kepemimpinan, dokumentasi terperinci, perintah kerja, dan

penyimpanan catatan. Perlu diketahui, prosedur-prosedur ini tidaklah

menyatakan apa pun mengenai kualitas yang sesungguhnya dari

produk, ISO 9000 seluruhnya membahas standar-standar yang harus

diikuti.

ISO 9001 hanya menetapkan persyaratan-persyaratan standar

sistem manajemen kualitas bukan standar produk. Namun demikian,

organisasi yang telah mengadopsi ISO 9001 dapat membantu organisasi

untuk mempercepat tercapainya produk yang berkualitas internasional.

Sementara itu, Suryatama (2014:26) menjelaskan bahwa pada

tanggal 14 November 2008 ISO telah menerbitkan standar SMM versi

2008. Quality Management System – Requirements secara umum tidak muncul adanya persyaratan baru pada standar ini dibandingkan versi

sebelumnya. Revisi yang dilakukan adalah untuk mempertegas

pernyataan-pernyataan dalam standar yang ingin dianggap perlu untuk

dijelaskan. Misalnya, jenis pengendalian yang dapat diterapkan untuk

outsourced processes, satu prosedur tunggal dapat digunakan untuk mengatur beberapa kegiatan yang wajib didokumentasikan, dan

penyelerasan dengan standar-standar terkait yang terbit dalam periode

2000-2008, seperti ISO 9000:2005, ISO 19011:2002, dan ISO

20

Senada dengan hal di atas, Yuri dan Nurchayo (2013:29)

menyatakan pada prinsipnya ISO 9001:2008 tidak mengemukakan

persyaratan baru namun hanya mengklarifikasi/lebih memperjelas

persyaratan yang telah ada pada ISO 9001:2000 dan mengarahkan

peningkatan konsistensi dengan ISO 14000:2004.

Jadi dapat disimpulkan bahwa SMM ISO 9001:2008 merupakan

sistem manajemen mutu revisi dari ISO 9001:2000 yang terbit pada

tahun 2008. Perbedaan yang paling jelas versi 2008 lebih menekankan

pada efektivitas proses pelaksanaan dan penyelerasan dengan standar-

standar yang terbit dalam periode 2000-2008, seperti ISO 9000:2005,

ISO 19011:2002, dan ISO 14001:2004.

2. Aplikasi PDCA dalam model SMM ISO 9001

ISO 9001 didasarkan pada metodologi peningkatan terus menerus

yang dikenal sebagai Plan-Do-Check-Act (PDCA). Gaspersz (2012:35) menjelaskan metodologi PDCA secara singkat sebagai berikut:

a. Rencanakan (Plan) : tetapkan tujuan-tujuan dan proses-proses yang diperlukan untuk memberikan hasil sesuai dengan kebutuhan

pelanggan dan kebijakan organisasi.

b. Laksanakan (Do) : implementasi proses-proses.

c. Periksa (Check) : memonitor atau memantau dan mengukur proses- proses beserta produk terhadap kebijakan, tujuan-tujuan dan

21

d. Bertindak (Act) : melakukan tindakan untuk meningkatkan terus- menerus kinerja proses.

Aplikasi metodologi peningkatan terus-menerus PDCA (Plan-Do- Check-Act) dalam model sistem manajemen kualitas ISO 9001 (Gaspersz, 2012:64-68), sebagai berikut:

a. Rencanakan (Plan = P)

1) Menetapkan proses-proses beserta sekuens dan interaksi di

antara proses-proses, termasuk menetapkan kriteria dan

metode yang dibutuhkan untuk operasi dan pengendalian

proses,

2) Mengidentifikasi tujuan-tujuan kualitas,

3) Menetapkan sumber-sumber daya yang diperlukan,

4) Menetapkan kompetensi, pelatihan, dan kesadaran dari

sumber daya manusia yang diperlukan,

5) Menetapkan sumber daya infrastruktur yang dibutuhkan

6) Menetapkan lingkungan kerja yang diperlukan untuk

mencapai kesesuaian terhadap persyaratan produk,

7) Mengidentifikasi persyaratan-persyaratan dokumentasi yang

diperlukan dalam Sistem Manajemen Kualitas.

b. Laksanakan (Do = D)

1) Menciptakan struktur manajemen, menetapkan tanggung

22

2) Mengangkat secara formal seorang wakil manajemen yang

bebas dari tugas-tugas lain dan bertanggung jawab penuh

terhadap Sistem Manajemen Kualitas,

3) Menetapkan dan melakukan proses komunikasi internal

tentang Sistem Manajemen Kualitas ke seluruh organisasi,

4) Memberikan sumber daya yang cukup untuk melaksanakan

dan memelihara Sistem Manajemen Kualitas serta secara

terus-menerus meningkatkan efektivitasnya dalam

memuaskan pelanggan melalui memenuhi kebutuhan

pelanggan,

5) Menyediakan sumber daya manusia yang memiliki

kompetensi, pelatihan yang cukup dan kesadaran untuk

mempromosikan dan melaksanakan Sistem Manajemen

Kualitas,

6) Memberikan infrastruktur yang dibutuhkan untuk mencapai

kesesuaian terhadap persyaratan produk,

7) Mengelola lingkungan kerja yang diperlukan untuk mencapai

kesesuaian terhadap persyaratan produk,

8) Melaksanakan realisasi produk dengan memperhatikan

perencanaan realisasi produk, proses-proses terkait

pelanggan, desain dan pengembangan produk, persyaratan

23

dan pelayanan di bawah kondisi terkendali, serta

mengendalikan pemantauan dan peralatan pengukuran.

c. Periksa (Check = C)

1) Melakukan pemantauan dan pengukuran terhadap kepuasan

pelanggan,

2) Melakukan audit internal secara berkala,

3) Melakukan pemantauan dan pengukuran produk,

4) Mengevaluasi status kesesuaian dan mengendalikan produk-

produk yang tidak memenuhi persyaratan,

5) Melakukan analisis data yang berkaitan dengan kepuasan

pelanggan, kesesuaian terhadap persyaratan produk, kinerja

proses dan produk, serta kinerja pemasok,

6) Mengidentifikasi penyebab ketidaksesuaian dan mengambil

tindakan korektif dan/atau tindakan pencegahan,

7) Mengendalikan dokumen-dokumen yang diperlukan

efektivitas Sistem Manajemen Kualitas,

8) Mengendalikan catatan-catatan atau rekaman-rekaman yang

berkaitan dengan Sistem Manajemen Kualitas.

d. Bertindak (Act = A)

1) Melakukan peninjauan-ulang manajemen terhadap Sistem

Manajemen Kualitas pada interval waktu yang tepat,

2) Mengidentifikasi area untuk perbaikan atau peningkatan

24

3) Melakukan tindakan-tindakan korektif untuk menghilangkan

penyebab-penyebab ketidaksesuaian agar mencegah

pengulangan kembali ketidaksesuaian itu,

4) Melaksanakan tindakan-tindakan pencegahan untuk

menghilangkan penyebab-penyebab potensial dari

ketidaksesuaian sehingga mencegah terjadinya

ketidaksesuaian.

Aplikasi PDCA di dalam organisasi dapat membantu organisasi

untuk melakukan perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus.

Pada akhirnya, akan memberikan banyak manfaat dan kepuasan bagi

seluruh stakeholders organisasi. 3. Prinsip – prinsip SMM ISO 9001:2008

Gasperz (2012:12-20) menjelaskan prinsip-prinsip ini dapat

digunakan oleh manajemen senior sebagai suatu kerangka kerja (frame work) yang membimbing organisasi menuju peningkatan kinerja, delapan prinsip sistem manajemen kualitas berdasarkan ISO 9001,

diantaranya:

a. Fokus Pelanggan

Organisasi tergantung pada pelanggan mereka. Karena itu,

manajemen organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan di

25

b. Kepemimpinan

Pemimpin organisasi menetapkan kesatuan tujuan dan arah

dari organisasi. Mereka harus menciptakan dan memelihara

lingkungan internal agar orang-orang dapat menjadi terlibat secara

penuh dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.

c. Keterlibatan Personil

Orang pada semua tingkat merupakan faktor yang sangat

penting dari suatu organisasi dan keterlibatan mereka secara penuh

akan memungkinkan kemampuan mereka digunakan untuk manfaat

organisasi.

d. Pendekatan Proses

Suatu hasil yang akan tercapai secara lebih efisien, apabila

aktivitas dan sumber daya yang berkaitan dikelola sebagai suatu

proses dapat didefinisikan sebagai integrasi sekuensial dari orang,

material, mesin, dan peralatan, dalam suatu lingkungan guna

menghasilkan nilai tambah output bagi pelanggan. Suatu proses

mengkonversi yang terorganisasi.

e. Pendekatan Sistem Terhadap Manajemen

Pengidentifikasian, pemahaman, dan pengolahan, dari

proses-proses yang saling berkaitan sebagai suatu sistem, akan

memberikan kontribusi pada efektivitas dan efisiensi organisasi

26

f. Peningkatan Terus-menerus

Peningkatan terus menerus dari kinerja organisasi secara

keseluruhan harus menjadi tujuan tetap dari organisasi.

Peningkatan terus menerus didefinisikan sebagai suatu proses yang

berfokus pada upaya terus-menerus, meningkatkan efektivitas atau

efisiensi organisasi untuk memenuhi kebijakan dan tujuan dari

organisasi itu. Peningkatan terus-menerus membutuhkan langkah-

langkah konsolidasi yang progresif, menanggapi perkembangan

kebutuhan dan ekspektasi pelanggan, dan akan menjamin suatu

evolusi dinamik dari sistem manajemen kualitas.

g. Pendekatan Faktual dalam Pembuatan Keputusan

Keputusan yang efektif adalah yang berdasarkan pada

analisa dan data informasi untuk menghilangkan akar penyebab

masalah, sehingga masalah-masalah kualitas dapat terselesaikan

secara efektif dan efisien. Keputusan manajemen organisasi,

seyogyanya ditunjukkan untuk meningkatkan kinerja organisasi

dan efektivitas implementasi sistem manajemen kualitas.

h. Hubungan Pemasok yang Saling Menguntungkan

Suatu organisasi dan pemasoknya adalah saling tergantung,

dan suatu hubungan yang saling menguntungkan akan

meningkatkan kemampuan bersama dalam menciptakan nilai

27

ISO 9001 memiliki delapan prinsip manajemen kualitas sebagai

pedoman bagi organisasi, perlu keterlibatan seluruh tingkatan

organisasi untuk menerapkan secara konsisten dan taat terhadap

prinsip-prinsip manajemen mutu sehingga akan mendatangkan banyak

manfaat dan mencapai tujuan yang ditetapkan organisasi.

4. Tujuan dan Manfaat SMM ISO 9001:2008

Organisasi penyedia jasa atau produk yang menerapkan SMM

ISO 9001 mempunyai banyak tujuan tidak hanya sebagai jaminan

penyediaan pelaksanaan sistem manajemen mutu yang sesuai standar

internasional tetapi memiliki beberapa tujuan lainnya. Nasution

(2005:288) mengemukakan bahwa tujuan utama dari ISO 9000 antara

lain:

a. Organisasi dapat mencapai dan mempertahankan kualitas produk

atau jasa yang dihasilkan, sehingga secara berkesinambungan dapat

memenuhi kebutuhan para pembeli.

b. Organisasi dapat memberikan keyakinan kepada pihak

manajemennya sendiri bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah

dicapai dan dapat dipertahankan.

c. Organisasi dapat memberikan keyakinan kepada pihak pembeli

bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah atau akan dicapai dalam

28

Gaspersz (2012:20) menjelaskan bahwa, apabila kedelapan

prinsip manajemen kualitas yang merupakan filosofi dasar dari sistem

manajemen kualitas ISO 9001 diterapkan secara taat asas dan benar,

maka berbagai manfaat bersama akan diperoleh, antara lain :

a. Pelanggan dan pengguna produk akan menerima produk-produk

sesuai kebutuhan, tersedia apabila dibutuhkan, dan dapat

diandalkan dalam pemanfaatannya.

b. Orang-orang dalam organisasi akan memperoleh manfaat melalui

peningkatan: kondisi kerja, kepuasan kerja, keselamatan dan

kesehatan kerja, semangat kerja, dan jaminan kestabilan dalam

bekerja.

c. Pemilik dan investor akan memperoleh manfaat melalui

peningkatan : return on investment (ROI), hasil-hasil operasional, pangsa pasar, dan keuntungan.

d. Pemasok dan mitra bisnis akan memperoleh manfaat melalui

peningkatan : kestabilan, pertumbuhan, kemitraan dan pemahaman

bersama.

e. Masyarakat akan memperoleh manfaat melalui : pemenuhan

persyaratan-persyaratan hukum dan peraturan, peningkatan

kesehatan dan keselamatan, penurunan dampak lingkungan,

29

Penerapan SMM ISO 9001:2008 ke dalam sistem manajemen

organisasi dapat memberikan rasa percaya bagi pengguna produk

maupun jasa bahwa organisasi tersebut memberikan produk ataupun

jasa yang mempunyai sistem manajemen mutu berstandar internasional.

Organisasi produk maupun jasa yang menjalankan sistem manajemen

mutu ISO secara benar dan berkelanjutan maka akan mendapatkan

banyak manfaat dan memberikan keuntungan bagi seluruh

stakeholders.

C. Mutu Pelayanan Pendidikan

1. Pengertian Mutu Pelayanan Pendidikan

Institusi pendidikan dapat dikatakan bermutu jika organisasi sudah

memastikan bahwa harapan dan kebutuhan pelanggan terpenuhi.

Senada dengan hal tersebut, Deming (1982:176) dalam Nasution

(2005:3) menyatakan, kualitas atau mutu adalah kesesuaian dengan

kebutuhan pasar atau konsumen.

Sementara itu, Idochi Anwar (2013:63) menjelaskan, mutu sering

kali ditafsirkan dengan beragam definisi, bergantung kepada pihak dan

sudut pandang mana konsep itu dipersepsikan. Dengan demikian, arti

mutu pendidikan ini berkenaan dengan apa yang dihasilkan dan siapa

pemakai pendidikan. Pengertian tersebut merujuk kepada nilai tambah

yang diberikan oleh pendidikan, dan pihak-pihak yang memproses serta

30

Pendidikan adalah proses sosial dalam memanusiakan manusia

melalui pembelajaran yang dilakukan dengan sadar, baik secara

terencana maupun tidak. Proses pendidikan bukan hanya apa yang

disebut dengan transfer of knowledge, transfer of value, transfer of skill, namun keseluruhan kegiatan yang dapat memanusiakan manusia sehingga menjadi individu yang mampu mengembangkan dirinya dalam

menghadapi dan memecahkan berbagai permasalahan dalam

kehidupannya. Dengan kata lain, menjadi manusia yang memiliki

keterampilan hidup, yang meliputi keterampilan sosial (modal sosial),

keterampilan ekonomi, keterampilan politik, keterampilan budaya

(Sihombing, 2002 dalam Rubaman, 2008:30).

Menurut Rosyada (2004:290) dalam konteks layanan akademik,

dosen selain harus profesional yang ditandai dengan penguasaan

terhadap bahan ajar dengan baik, serta penguasaan berbagai strategi

pembelajaran dan teknik-teknik evaluasi, juga harus mampu

mengembangkan strategi pembelajaran yang membelajarkan mahasiswa

dan tidak membiarkan mahasiswa tertinggal, sehingga tidak ada

mahasiswa yang kompetensinya di bawah harapan. Semua akan keluar

dengan kompetensi ideal.

Dalam hal ini, konsumen yang merasakan manfaat dari pelayanan

pendidikan yang bermutu adalah masyarakat dengan demikian ukuran

suatu institusi pendidikan bermutu bukanlah dipersepsikan oleh

31

Selanjutnya, Suharsaputra (2010:231) menjelaskan kualitas

pendidikan bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya, dia

merupakan hasil dari suatu proses pendidikan; jika suatu proses

pendidikan berjalan baik, efektif dan efisien, maka terbuka peluang

yang sangat besar memperoleh hasil pendidikan yang berkualitas.

Dengan adanya layanan pendidikan yang bermutu maka kepuasan

pelanggan pun dapat terpenuhi.

Oleh karena itu, peningkatan mutu pelayanan pendidikan adalah

suatu keharusan yang tidak bisa ditunda lagi di saat tuntutan dan

harapan masyarakat yang semakin meningkat akan lulusan yang

bermutu. Lulusan bermutu hanya dapat dihasilkan melalui proses

pendidikan yang bermutu, ketika lulusan yang dihasilkan bermutu dapat

dikatakan bahwa institusi pendidikan tersebut telah berhasil menjawab

tuntutan dan harapan masyarakat.

Kemudian, dalam hal proses mutu pendidikan Sudjana (1989)

dalam Idochi Anwar (2013:16) menjelaskan, mutu pendidikan merujuk

kepada kegiatan penanganan transformasi masukan-masukan melalui

subsitem pemrosesan menjadi keluaran – serta hasil-hasil yang berasal dari masukan dan tindakan berikutnya melalui umpan balik dan

evaluasi keluaran. Konsep proses tersebut didasarkan atas asumsi

bahwa pendidikan sebagai sistem terbuka mengandung subsistem

masukan, keluaran, dan umpan balik secara internal dan eksternal.

32

menunjukkan kebermutuan subsistem dalam sistem proses, yang

meliputi tindakan kerja, komunikasi, dan monitoring.

Subsistem tindakan kerja adalah komponen organisasi yang

menentukan ukuran kemampuan sistem dalam melaksanakan apa yang

seharusnya dikerjakan. Subsistem komunikasi berfungsi dan

memberikan informasi yang memadai mengenai seluruh tahapan

tindakan sistem dan subsistem. Sedangkan subsistem monitoring adalah

kontrol sistem terhadap kegiatan dan akuntabilitas subsistem dalam

hubungan sinergisnya di seluruh sistem (Idochi Anwar, 2013:16-17).

Mutu pelayanan pendidikan dalam penelitian ini lebih menekankan

kepada jasa layanan pendidikan yang diberikan oleh FEB UIN Jakarta

melalui tenaga pendidik atau dosen. Berdasarkan uraian di atas dapat

dijelaskan mutu pelayanan pendidikan adalah upaya yang dilakukan

institusi pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas

dengan cara pengelolaan proses pendidikan yang bermutu dengan

ditunjang oleh sumber daya manusia yang profesional.

2. Manajemen Mutu Terpadu Pelayanan Pendidikan

Idochi Anwar (2013:19) menjelaskan sebagaimana yang terjadi

pada dunia produksi pada umumna, kepedulian akan mutu produk

pendidikan pun didorong oleh persoalan dasar; bagaimana

mengintegrasikan semua fungsi dan proses dalam suatu organisasi agar

tercapai peningkatan mutu secara berkelanjutan. Konsep Manajemen

33

organisasi modern, memang berorientasi kepada persoalan dasar

tersebut.

Sementara itu, Ismaun (1999) dalam Idochi Anwar (2013:19-20)

menjelaskan pola pikir MMT bersifat futuristik dan sistemik. Futuristik,

karena berwawasan ke depan. Sistemik, karena ia menekankan

efektivitas sistem daripada jumlah keluaran-parsial per subsistem.

Dalam keseluruhan fungsi organisasi bagi siklus kehidupan suatu

produk, suatu sistem dinilai efektif apabila integrasi dan sinergisme

fungsi-fungsi subsistem desain, perencanaan, produksi, distribusi, dan

pelayanan. Pada tingkat manajemen, dituntut pula integrasi; strategi

dengan fokus pelanggan, piranti mutu, dan keterlibatan karyawan

(Idochi Anwar, 2013:20).

Dari sudut pandang penerapan MMT, dituntut untuk

mengutamakan pelayanan terbaik yang didasarkan atas prinsip-prinsip

sebagai berikut: (1) berorientasi pada kebutuhan dan harapan pengguna

jasa; (2) bekerja secara tim dalam proses manajemen; (3) pengambilan

keputusan berdasarkan fakta dan data; (4) continous improvement; (5) perbaikan yang konsisten untuk memenuhi dan berusaha melampaui

kebutuhan dan harapan pelanggan. Prinsip-prinsip tersebut mempunyai

tujuan pokok untuk mencegah terjadinya kesalahan dan perbaikan mutu

34

3. Kategori School Client

Menurut Greenwood (1994:27) dalam Rosyada (2004:283)

terdapat lima kategori school client, yaitu: a. Siswa-siswa yang memperoleh pelajaran.

b. Orang tua siswa yang membayar baik langsung maupun tidak

langsung untuk biaya pendidikan anak-anaknya.

c. Pendidikan lanjut atau institusi pendidikan tempat siswa

melanjutkan studi.

d. Para pemakai tenaga kerja yang perlu untuk merekrut staf terampil,

memiliki keahlian dan berpendidikan sesuai dengan kebutuhan.

e. Negara yang memerlukan pegawai terdidik dengan baik.

D. Mutu Pelayanan Administrasi Akademik

1. Pengertian Mutu Pelayanan Administrasi Akademik

Salah satu syarat organisasi untuk meraih keuntungan dan

mendapatkan kepercayaan masyarakat adalah dengan menyediakan

kualitas/mutu yang lebih unggul dibanding pesaingnya. Russell dan

Taylor (2001:177) yang dialihbahasakan oleh Wibowo (2012:137)

mendefinisikan kualitas sebagai totalitas tampilan dan karakteristik

produk atau jasa yang berusaha keras dengan segenap kemampuannya

memuaskan kebutuhan tertentu.

Kemudian, dalam pengertian administrasi secara harfiah Danim

dan Yunan (2010:53) menjelaskan kata administrasi dalam makna

35

melayani, membantu, menolong, memudahkan, mengatur, atau

memenuhi. Dengan demikian, administrasi merujuk pada kegiatan atau

usaha untuk membantu, melayani, memudahkan, atau mengatur semua

kegiatan dalam mencapai suatu tujuan.

Selanjutnya, Burhanuddin (2005:11) dalam Mulyono (2010:40)

menjelaskan administrasi pendidikan/akademik merupakan perpaduan

dari dua kata, yaitu administrasi dan akademik. Masing-masing dari

kata tersebut memiliki arti tersendiri, tetapi bila dirangkaikan

membentuk arti baru. Pada hakikatnya, administrasi akademik

merupakan penerapan ilmu administrasi ke dalam dunia pendidikan

atau dalam pembinaan, pengembangan, dan pengendalian usaha

praktik-praktik pendidikan.

Kemudian, dalam hal penerapan TQM di Perguruan Tinggi,

seluruh perangkat haruslah memiliki orientasi pelayanan terbaik

termasuk pelayanan administrasi yang dapat memenuhi harapan

pelanggan. Rosyada (2004:202) menjelaskan layanan administrasi yang

dapat memenuhi harapan pelanggan adalah layanan administrasi yang

efisien dan efektif, cepat, tepat dan akurat, dan para pegawai yang

36

Lebih lanjut, Rosyada (2004:282) menjelaskan peningkatan

kualitas layanan administrasi tidak cukup hanya dengan ramah dan

senyum di hadapan orang tua mahasiswa, mahasiswa, pemerintah atau

lainnya. Tetapi, dialog apa yang kurang dan apa yang perlu diperbaiki

dan apa yang harus ditingkatkan.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa mutu

pelayanan administrasi akademik adalah pelayanan administrasi di

institusi pendidikan yang berlangsung dengan efisien, efektif, cepat,

tepat, akurat dalam rangka untuk mendukung proses pendidikan yang

lebih efektif dan efisien.

Salah satu bentuk pelayanan sebuah perguruan tinggi selain

pelayanan pendidikan adalah pelayanan administrasi akademik. Mutu

pelayanan administrasi akademik dalam penelitian ini lebih

menekankan kepada jasa layanan yang diberikan FEB UIN Jakarta

melalui staf administrasi bagian akademik. Mahasiswa selaku penerima

jasa layanan mengharapkan mutu pelayanan administrasi akademik

yang handal dan tanpa kesalahan, layanan yang selalu tersedia saat

dibutuhkan, dan penyelesaian pelayanan administrasi mahasiswa sesuai

37

2. Kegiatan dan Peran Pelayanan Administrasi Akademik

Istilah administrasi di Indonesia sesungguhnya merupakan padanan

kata administratie, bahasa Belanda, sering diberi makna sebagai tata usaha atau tata laksana (Danim dan Yunan, 2010:20). G. Terry (1982)

dalam Danim dan Yunan (2010:54) mengemukakan kegiatan staf tata

laksana, yaitu: (1) mengetik, (2) menghitung, (3) memerika, (4)

menyimpan, (5) menelepon, (6) menggandakan, (7) mengirim surat,

dan (8) lain-lain.

Kemudian, secara lebih terperinci Nuraida (2008:1) dalam Umam

(2014:45) menjelaskan tata usaha memiliki peran pokok sebagai

berikut:

a. Melayani pelaksanaan pekerjaan-pekerajaan operatif untuk

mencapai tujuan organisasi.

b. Menyediakan keterangan-keterangan bagi pimpinan organisasi

untuk membuat keputusan atau melakukan tindakan yang tepat.

c. Membantu kelancaran perkembangan organisasi sebagai suatu

keseluruhan.

Sementara itu, dalam SK Kemdikbud No. 06 Tahun 2013

menjelaskan peran tenaga kependidikan adalah untuk menciptakan

suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis

dan dialogis menjadikan perlunya tenaga kependidikan memiliki

komitmen profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan sesuai

38

Berkaitan dengan tenaga akademik yang mengelola layanan pendidikan

dalam hal teknis administrasi ditangani oleh bagian administrasi bidang

akademik

Lebih lanjut, layanan administrasi akademik dikelompokan

menjadi tiga yaitu: layanan administrasi akademik mahasiswa, layanan

administrasi akademik untuk program studi dan layanan administrasi

akademik untuk dosen. Layanan administrasi akademik untuk

mahasiswa antara lain layanan registrasi dan herregistrasi, pengisian

rencana studi (KRS), surat menyurat yang berhubungan dengan

perkuliahan dan tugas akhir, layanan seminar dan ujian tugas akhir,

pencetakan transkrip, dan surat keterangan lulus (SKL), legalisir, dan

yang lainnya (SK Kemdikbud No. 06 tahun 2013).

Selanjutnya, dalam hal layanan administrasi akademik untuk

Dokumen terkait