• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Total Quality Management dan Penerapan ISO 9001-2008 d

Tata nilai organisasi yang menjadi ciri dan karakter dasar sebagai

bentuk sikap mental yang akan mewarnai kehidupan penyelenggaraan

pendidikan di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan semangat

profesionalisme islami, keindonesiaan dan humanisme yang selalu

menyertai penyelenggaraan pendidikan tinggi melalui proses pembelajaran.

Perguruan Tinggi sebagai kekuatan moral dalam proses pembangunan

71

secara global. Dalam mencapai visi misi yang ditetapkan perlu adanya tata

kelola organisasi yang baik (good governance) dan akan berjalan jika individu-individu dalam organisasi tersebut mempunyai sistem nilai yang

memotivasi masing-masing individu untuk menerima, mendukung, dan

melaksanakan tata kelola yang baik (good governance) (Laporan Kinerja PPJM, 2010).

Sistem nilai tersebut merupakan inti dari good governance yang

disebut sebagai corporate culture / budaya organisasi. Oleh karena itu jika masing-masing individu di dalam institusi tersebut tidak berubah maka tidak

akan terjadi suatu perubahan dalam institusi tersebut. Perubahan yang

terjadi pada suatu institusi membutuhkan adanya perubahan seluruh unsur

penyusun dalam institusi tersebut, sehingga dapat tercipta suatu perubahan

nyata yang akan meningkatkan kinerjanya (Laporan Kinerja PPJM, 2010).

Di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ke depan perlu adanya

identifikasi dan perumusan secara spesifik tentang nilai-nilai budaya

corporate agar lebih efektif dalam rangka pencapaian visi dan misi fakultas. Penggalian nilai, memformulasikan, dan merumuskan nilai-nilai budaya

corporate diharapkan dapat menjadi pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan di fakultas ini ke depan (Laporan Kinerja PPJM, 2010).

Penerapan Total Quality Management (TQM) dan adopsi sistem ISO 9001:2008 merupakan salah satu jawaban tepat dalam upaya continous quality improvement pendidikan di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat ini dan masa yang akan datang. Selain itu penjaminan mutu berbasis

72

BAN-PT juga terus dilakukan. Pada sisi eksternal, pelaksanaan sistem

penjaminan mutu dimotivasi oleh beberapa hal, diantaranya: (1) pemenuhan

aspirasi yang tercantum dalam Higher Education Long-Term Strategy

(HELTS) 2003-2010 dan Undang-Undang Sisdiknas No.20/2003 mengenai

pentingnya pelaksanaan sistem penjaminan mutu, (2) sistem akreditasi yang

dilakukan oleh BAN-PT (Laporan Kinerja PPJM, 2010).

Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa salah satu bagian dalam

penilaian akreditasi program studi maupun institusi (universitas) adalah ada

tidaknya sistem penjaminan mutu yang secara internal bertanggung jawab

untuk melaksanakan penjaminan mutu. Keadaan di atas mendorong FEB

bergerak pada berbagai tingkat manajemen pendidikan untuk

mengembangkan sistem penjaminan mutu yang terintegrasi (Laporan

Kinerja PPJM, 2010).

Di samping itu, perkembangan pendidikan tinggi di tanah air maupun

di lingkungan regional dan internasional menunjukkan semakin sentralnya

peran penjaminan mutu dalam manajemen fakultas. Hal ini ditunjukkan oleh

kecenderungan berbagai pendekatan dan model yang sesuai dengan

karakteristik organisasinya. Munculnya kesamaan quality framework

memberikan peluang bagi berbagai universitas dalam maupun luar negeri

untuk melakukan kerjasama, tidak hanya dalam aktivitas penjaminan mutu

namun lebih jauh berhubungan degree comparability. Munculnya degree comparability ini diharapkan mampu memfasilitasi mobilitas mahasiswa antar perguruan tinggi, sehingga pada akhirnya mahasiswa mampu

73

memperoleh learning experience yang memuaskan (Laporan Kinerja PPJM, 2010).

Dalam Sistem Penjaminan Mutu (SPM) FEB UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta organisasi yang bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan

pelaksanaan sistem penjaminan mutu akademik di tingkat fakultas adalah

PPJM fakultas yang didirikan atas Surat Keputusan Dekan FEB tahun 2010

(Laporan Kinerja PPJM, 2010).

Dalam kaitannya dengan fungsi pengelolaan sistem dokumentasi,

PPJM fakultas dan Program Studi memiliki tanggung jawab untuk

membantu fakultas dan unsur pelaksana fakultas dalam mengelola dokumen

dibawah ini:

1. Kebijakan mutu akademik fakultas,

2. Peraturan akademik fakultas,

3. Standar akademik fakultas,

4. Manual mutu akademik fakultas, dan

5. Pedoman prosedur (instruksi kerja).

Selain fungsi mengelola, PPJM juga bertugas untuk mengembangkan

pedoman mutu akademik fakultas. Kelima dokumen di atas akan menjadi

acuan bagi pimpinan fakultas bersama dengan PPJM dalam

mengembangkan dan mengelola dokumen sejenis di tingkat fakultas. PPJM

merupakan unit di tingkat fakultas dan program studi yang

mengkoordinasikan aktivitas penjaminan mutu akademik. Pada tingkat

74

penjaminan mutu adalah Gugus Tugas Penjaminan Mutu (GPM) (Laporan

Kinerja PPJM, 2010).

Oleh karena organisasi yang mengkoordinasikan penjaminan mutu

didesain secara berjenjang, maka PPJM berkewajiban untuk memastikan

bahwa sistem penjaminan mutu dan implementasinya di fakultas dan

program studi berjalan dengan baik, dan untuk itu perlu ada fungsi

koordinasi antara PPJM dan dekanat (Laporan Kinerja PPJM, 2010).

FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki kerangka kerja

peningkatan kualitas institusi yang memperhatikan 4 aspek utama, yaitu

Perencanaan, Pelaksanaan, Pengevaluasian, dan Perbaikan. Hal ini ditujukan

agar dalam pelaksanaan sistem penjaminan mutu terdapat alur kerja yang

meningkat dan bekelanjutan. Empat aspek utama dalam kerangka kerja

SPM-FEB UIN adalah sebagai berikut (Laporan Kinerja PPJM, 2010) :

Pada sub sistem SPM yang pertama yaitu sub sistem perencanaan

(PLAN), beberapa aspek mendasar yang harus disiapkan diantaranya:

1. Penyusunan kebijakan mutu akademik. Kebijakan mutu akademik

disusun dan ditetapkan oleh pimpinan universitas atau fakultas.

Formulasi kebijakan ini merujuk pada visi, misi, dan tujuan organisasi.

Di samping itu, kebutuhan stakeholders juga menjadi konsideran utama, yang dimanifestasikan melalui, societal needs, industrial needs, dan professional need.

75

2. Pada tahap selanjutnya, fakultas menetapkan quality objectives dan standar mutu akademik. Standar mutu akademik ini berisi indikator

kinerja kunci dalam konteks pelaksanaan kebijakaan mutu akademik.

Di samping itu, standar mutu akademik juga berisi butir mutu yang

mencerminkan kesehatan organisasi pada berbagai area mutu akademik.

3. Pada tahap selanjutnya, kebijakan mutu akademik dan standar mutu

akademik secara operasional diterjemahkan dalam pedoman mutu

akademik. Dokumen ini berisi berbagai langkah yang harus ditempuh

dalam rangka pelaksanaan kebijakan mutu akademik dan pencapaian

standar mutu akademik.

4. Salah satu komponen dalam pedoman mutu akademik adalah pedoman

prosedur. Pedoman prosedur menjelaskan berbagai tahap pekerjaan

yang harus dilalui dalam menyelesaikan tugas tertentu dalam

organisasi. Pedoman prosedur ini didesain untuk menjamin efektifitas

dan efisiensi upaya pencapaian standar mutu akademik.

5. Pengaturan pola kerja juga dilakukan melalui dokumen instruksi kerja

yang membantu tiap personil di organisasi dalam menyelesaikan

pekerjaan mandiri sesuai dengan deskripsi kerjanya.

6. Pada sub sistem perencanaan, juga didesain berbagai bentuk barang dan

dokumen pendukung lainnya dalam rangka pelaksanaan aktivitas

termasuk berbagai instrumen monitoring, evaluasi, dan audit mutu

76

7. Pada tingkat program studi, program studi harus menyusun kompetensi

lulusan dan spesifikasi program studi yang menunjukkan berbagai

kompetensi yang didesain oleh program studi dan berbagai upaya yang

dikembangkan dalam rangka pencapaian kompetensi lulusan tersebut

(Laporan Kinerja PPJM, 2010).

Kerangka kualitas selanjutnya adalah sub sistem pelaksanaan. Dalam

sub sistem ini, setiap arus organisasi, yaitu universitas (melalui berbagai

direktorat dan unit pendukung lainnya), fakultas dan program studi

melaksanakan berbagai aktivitas dalam rangka melaksanakan kebijakan

mutu akademik dan mencapai standar mutu akademik. Pada tahap ini, setiap

pelaksanaan program kerja, pedoman mutu, pedoman prosedur, dan lain-

lainnya harus terekam setiap saat. Rekaman kegiatan (quality records) ini menjadi sangat penting dalam rangka mendukung efektifitas monitoring dan

evaluasi serta audit mutu akademik internal. Oleh karena itu, setiap unit

organisasi harus memiliki mekanisme quality records yang baik (Laporan Kinerja PPJM, 2010).

Sub sistem lain yang membangun kerangka kualitas adalah evaluasi.

Tahap evaluasi dilakukan dalam rangka melihat upaya pelaksanaan

kebijakan mutu akademik dan upaya pemenuhan standar mutu akademik.

Sistem evaluasi dinamakan sebagai Audit Mutu Internal (AMI) (Laporan

77

AMI ini mencakup kegiatan desk evaluation dan visitasi. Audit dilakukan secara berjenjang, universitas melakukan audit mutu pada tingkat

fakultas, sedangkan fakultas melakukan audit pada program studi di

bawahnya. Sedangkan program studi melaksanakan monitoring dan evaluasi

mandiri dalam area akademik (Laporan Kinerja PPJM, 2010).

Berdasarkan Laporan Kinerja PPJM diatas, bahwa FEB UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta mengadopsi sistem manajemen mutu ISO 9001:2008

dengan baik yang mendasarkan pada metodologi peningkatan terus-menerus

yang dikenal sebagai PDCA (Plan-Do-Check-Act).

Penerapan SMM ISO 9001:2008 dapat menjadi alat kontrol mutu

yang baik karena SMM ISO 9001:2008 mempromosikan penggunaan

pendekatan proses, menurut Gasperz (2011:22) pendekatan proses

memudahkan fokus pelanggan dan meningkatkan kepuasan pelanggan

melalui identifikasi dari proses-proses kunci dalam organisasi,

pengembangan yang berurutan, dan peningkatan terus-menerus.

Dengan adanya sertifikasi ISO 9001:2008, menunjukkan bahwa FEB

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah memenuhi standar dan pengakuan

dari badan internasional dalam hal sistem manajemen kualitas di dalam

penyelenggaraan pendidikannya. Tentunya sistem manajemen mutu yang

sangat baik tidak akan berarti tanpa didukung seluruh sivitas akademika,

diperlukan komitmen dan partisipasi dari seluruh sivitas akademika FEB

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan cara melaksanakan

78

dengan semangat untuk terus menerus meningkatkan mutu pelayanan

pendidikan dari waktu ke waktu.

Kemudian, pada sub bab selanjutnya akan dijelaskan mengenai

pengaruh antar variabel independen dan variabel dependen, peneliti

menggunakan software SPSS versi 21.0 sebagai alat bantu untuk menjelaskan pengaruh antara variabel independen dengan variabel

dependen.

Dokumen terkait