BAB IV: USAHA MENINGKATKAN PELAKSANAAN PEMBINAAN IMAN
5. Langkah-Langkah Shared Christian Praxis (SCP)
Katekese model Shared Christian Praxis (SCP) ini diawali dengan langkah pendahuluan. Langkah ini bertujuan untuk mendorong umat menemukan
topik pertemuan yang bertolak dari kehidupan konkret yang selanjutnya menjadi
tema dasar pertemuan. Maksudnya supaya tema dasar yang diangkat
sungguh-sungguh mencerminkan pokok-pokok hidup, keprihatinan, permasalahan dan
kebutuhan mereka.
Sumarno Ds (2012: 18) menyampaikan pandangan Thomas H. Groome
yang menyatakan bahwa ada lima langkah dalam katekese model Shared Christian Praxis (SCP) yaitu:
a. Langkah I : Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual
Berdasarkan tema dasar, langkah ini membantu peserta untuk
mengungkapkan pengalaman hidup faktual (fakta). Bisa pengalaman peserta
sendiri, atau kehidupan dan permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat atau
golongan keduanya. Peserta membagikan pengalaman hidup yang
sungguh-sungguh dialami dan tidak boleh ditanggapi sebagai suatu laporan. Dalam
pengungkapan pengalaman ini dapat diungkapkan dalam bentuk lambang, tarian,
nyanyian, puisi, pantonim dan lain sebagainya yang mudah dimengerti oleh
peserta lain dan betul-betul mengungkapkan pengalaman hidup faktual.
Dalam langkah ini peran dan tanggung jawab pembimbing adalah sebagai
fasilitator yang menciptakan suasana pertemuan menjadi hangat dan mendukung
peserta untuk membagikan praksis hidupnya berkaiatan dengan tema dasar.
menyinggung harga diri seseorang, sesuai dengan latar belakang peserta, dan
bersifat terbuka dan objektif. Sikap pembimbing perlu ramah, sabar, hormat,
bersahabat, peka pada latar belakang keadaan dan permasalahan peserta (Sumarno
Ds, 2012:19).
b. Langkah II : Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual
Tujuan dari langkah ini mengajak peserta untuk memperdalam saat
refleksi dan mengantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup.
Refleksi ini membantu peserta untuk menggali secara lebih dalam pemahaman
mereka yang tindakannya meliputi (alasan, minat, asumsi, ideologi) segi
pemahamannya, (sumber-sumber historis) segi kenangannya, (konsekuensi
historis yang diharapkan dan dibayangkan) segi imajinasinya. Dalam langkah ini,
pendamping bertanggung jawab untuk menciptakan suasana pertemuan yang
menghormati dan mendukung setiap gagasan serta sambung saran peserta dan
mengundang refleksi kritis setiap peserta. Selain itu pendamping mampu
mendorong peserta supaya mengadakan dialog dan penegasan bersama yang
bertujuan memperdalam, menguji pemahaman, kenangan dan imajinasi peserta,
mengajak setiap peserta untuk berbicara tetapi tidak memaksa menggunakan
pertanyaan yang menggali tidak menginterogasi dan mengganggu harga diri dan
apa yang dirahasiakan peserta. Pendamping perlu menyadari kondisi peserta
lebih-lebih mereka yang tidak biasa melakukan refleksi kritis terhadap
c. Langkah III : Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau
Langkah ini, bertujuan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan
Visi Kristiani agar lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan peserta
yang konteks dan latar belakang kebudayaannya berlainan. Tradisi
mengungkapkan tanggapan iman jemaat Kristiani sepanjang sejarah perwahyuan
ilahi, seperti terungkap dalam Kitab Suci, dogma, pengajaran Gereja, liturgi,
spiritulitas, devosi, seni dalam Gereja, kepemimpinan dan kehidupan jemaat
beriman. Visi kristiani mengungkapkan janji dan tanggung jawab yang berasal
dari Tradisi yang bertujuan untuk mendorong jemaat beriman supaya
berpartisispasi di dalam menengakkan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di
tengah-tengah kehidupan manusia. Tradisi dan Visi Kristiani mengungkapkan
perwahyuan diri dan kehendak Allah yang memuncak dalam misteri hidup dan
karya Yesus Kristus serta mengungkapkan tanggapan manusia atas perwahyuan
tersebut. Sifat perwahyuan ilahi: dialogal, dan menyejarah (Sumarno Ds,
2012:20).
Pembimbing perlu menghormati Tradisi dan Visi Kristiani sebagai yang
otentik dan normatif. Cara dan isi tafsiran bertujuan untuk memberikan informasi
dan membantu peserta agar nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani menjadi miliknya
serta dapat menggunakan metode yang tepat. Selain itu, pembimbing bersikap
tidak mendikte tetapi mengantar peserta ke tingkat kesadaran. Pembimbing harus
mengikutsertakan kesaksian iman, harapan dan hidupnya sendiri dalam
memberikan tafsiran sehingga harus membuat persiapan yang matang (Sumarno
d. Langkah IV : Interpretasi/Tafsir Dialektis antara Tradisi dan Visi Kristiani dengan Tradisi dan Visi Peserta
Pada langkah keempat ini peserta diajak untuk mendialogkan hasil
pengolahan mereka pada langkah pertama dan kedua dengan isi dan pokok
langkah ketiga. Dialog peserta mempertanyakan bagaimana nilai-nilai Tradisi dan
Visi Kristiani meneguhkan, mengkritik atau mempertanyakan, dan mengundang
mereka untuk melangkah pada kehidupan yang lebih baik dengan semangat, nilai
dan iman yang baru demi terwujudnya Kerajaan Allah.
Tujuan dalam langkah ini adalah mangajak peserta untuk menemukan dirinya
sendiri nilai hidup yang hendak digaris bawahi. Di satu pihak peserta
mengintegrasikan nilai-nilai hidup mereka ke dalam Tradisi dan visi Kristiani,
dilain pihak mempersonalisasikan dan memperkaya dinamika Tradisi dan visi
Kristiani. Peran pendamping yaitu menghormati kebebasan dan hasil penegasan
peserta termasuk peserta yang menolak tafsiran pembimbing. Selain itu
meyakinkan peserta bahwa mereka mampu mempertemukan nilai pengalaman
hidup dan visi mereka dengan nilai Tradisi dan visi Kristiani. Pendamping
mampu mendorong peserta untuk merubah sikap dari pendengar pasif menjadi
pihak yang aktif. Selanjutnya, mampu mendengar dengan hati tanggapan,
pendapat dan pemikiran peserta (Sumarno Ds, 2012:22).
e. Langkah V : Keputusan Baru demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia ini
Pada langkah ini, pembimbing mengajak peserta agar sampai pada
Allah yang terus berlangsung dalam kontinuitasnya dengan Tradisi Gereja dan
visi Kristiani. Peran seorang pembimbing dalam langkah kelima ini yaitu
menyadari hakikat praktis, inovatif dan transformatif. Pembimbing mampu
merumuskan pertanyaan yang operasional serta menekankan sikap optimis yang
realistis pada peserta. Selanjutnya pembimbing dapat merangkum hasil langkah
pertama sampai keempat supaya dapat lebih membantu peserta dan mengusahakan
supaya peserta sampai pada keputusan pribadi maupun bersama. Pada rangkaian
penutup peserta diajak merayakan liturgi sederhana untuk mendoakan keputusan
dan niat-niat yang sudah diungkapkan (Sumarno Ds, 2012:22).
B.Alasan Pemilihan Shared Christian Praxis (SCP) Sebagai Model Katekese