BAB II. PEMBINAAN IMAN MANTAN PENDERITA KUSTA
D. Pembahasan Hasil Penelitian Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta
3. Manfaat Pembinaan Iman Mantan Penderita kusta
Variabel ini berfungsi untuk mengetahui manfaat yang dialami oleh
mantan penderita kusta setelah mengikuti pembinaan iman. Usaha tersebut dilihat
dari segi tanggapan mantan penderita kusta tentang manfaat pembinaan iman.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan tentang manfaat
pembinaan iman, RL 2 yang didukung jawaban oleh RL 3; RL 5; RL 7 dan RP 1
bermanfaat karena mereka merasa tidak sendirian. Berkat pembinaan iman
mereka saling meneguhkan dan menyemangati satu sama lain. Ada pula sebagian
kecil responden yang semakin percaya akan kehadiran Tuhan dalam kehidupan
mereka sehingga mereka menjadi lebih percaya diri dan berani. Dari berbagai
manfaat yang dialami responden, pembinaan iman ini mendorong mereka agar
lebih semangat untuk bangkit menjalani kehidupan dalam keluarga maupun
bermasyarakat.
4. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembinaan Iman
Variabel ini berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan
faktor-faktor penghambat pelaksanaan pembinaan iman di lingkungan Sitanala di
Tangerang Keuskupan Agung Jakarta.
a. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan pembinaan iman di Lingkungan Sitanala
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan tentang faktor-faktor
pendukung pelaksanaan pembinaan iman, menurut jawaban RL 2; RL 3; RL 4;
RL 6; RL 7; RP 6; RP 7 faktor pendukung pelaksanaan pembinaan iman adalah
adanya kesadaran dari diri sendiri. Pembinaan iman sangat dibutuhkan untuk
membantu responden dalam menghayati, mendalami dan mengembangkan iman
hidupnya sehingga niat dari pribadi responden sangat tinggi. Sebagian kecil
responden terdorong untuk mengikuti pembinaan iman karena adanya kepedulian
dari sesama umat yang saling mengingatkan dan juga untuk memberikan contoh
b. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan pembinaan iman di Lingkungan Sitanala
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan tentang faktor-faktor
penghambat pembinaan iman, menurut jawaban RL 1 – RL 7 dan RP 1 – RP 7
faktor penghambat pelaksanaan pembinaan iman pada umumnya adalah kesehatan
karena keadaan fisik para responden yang kurang sempurna. Selain itu para
responden merasa malas karena cuaca yang tidak mendukung dan minimnya biaya
untuk transportasi.
D. Pembahasan Hasil Penelitian Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta di Lingkungan Sitanala Tangerang Keuskupan Agung Jakarta
Pada bagian ini disampaikan pembahasan hasil penelitian tentang
pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang
Keuskupan Agung Jakarta. Dalam pembahasan ini penulis membaginya sesuai
dengan urutan variabel penelitian yang telah diuraikan di atas dan disusun dengan
dukungan berbagai sumber serta pemahaman dari penulis sendiri.
1. Pelaksanaan Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta
Pembinaan iman mantan penderita kusta secara umum terlaksana dengan
baik karena didukung oleh keterlibatan peserta, tujuan yang relevan, proses yang
lancar, sarana dan metode.
a. Dari Segi Peserta
Para peserta yang dimaksudkan disini adalah para mantan penderita kusta
yang ada di lingkungan Sitanala di Tangerang. Berdasarkan hasil wawancara
pembinaan iman mantan penderita kusta hampir selalu datang. Namun seiring
berjalannya waktu ada beberapa peserta yang mulai tidak aktif karena kondisi
kesehatan yang sudah tidak kuat. Kendati demikian, pembinaan iman yang
dilaksanakan mempunyai pengaruh yang cukup positif terhadap perkembangan
iman mereka. Hal ini dapat dilihat dari semangat mantan penderita kusta dalam
hidupnya meski sudah tidak aktif mengikuti pembinaan iman. Ada sebagian kecil
peserta yang tidak datang disebabkan kondisi jarak tempuh yang jauh menuju
tempat dilaksanakannya pembinaan iman dan tidak memungkinkan untuk berjalan
jauh.
Berdasarkan pengalaman yang penulis lihat, peserta pembinaan iman di
lingkungan Sitanala ini yaitu mantan penderita kusta dan umat lainnya. Mantan
penderita kusta sebenarnya lebih membutuhkan pendekatan secara pribadi yang
berupa perhatian khusus agar bisa merasakan kasih sayang dan sapaan yang
mendalam. Namun masih cukup memprihatinkan bagi mereka yang rajin
mengikuti pelaksanaan pembinaan iman karena hanya dilaksanakan pada saat-saat
tertentu saja yakni Masa Adven, Masa Prapaskah, Bulan Rosario dan doa-doa
tertentu. Mereka sangat mengharapkan pembinaan iman yang secara rutin
dilaksanakan seminggu sekali di lingkungan Sitanala. Pembinaan iman ini
memenuhi kebutuhan mereka untuk semakin dekat menjalin relasi dengan sesama
sehingga mereka merasa diterima, dihargai dan diperhatikan. Dengan demikian,
pertemuan pembinaan iman dan komunikasi iman umat yang kontinu dapat
memperdalam hubungan inter-relasi atau hubungan pribadi antar pribadi
b. Dari Segi Tujuan
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan kedua, secara umun
tujuan dari pembinaan iman ini dapat tercapai karena makna yang didapat dari
pembinaan iman dapat diterapkan oleh peserta dalam hidup sehari-hari secara
pribadi dan bersama.Pembinaan iman mempunyai tujuan membantu umat supaya
hidup beriman mereka semakin berkembang dengan membuka diri akan
kehadiran Allah di tengah-tengah mereka sebagai sebuah pertobatan. Dari hari ke
hari mereka diharapkan semakin menghayati pengalaman hidupnya menurut
semangat dan teladan Yesus Kristus. Umat beriman mengalami dan menyadari
seluruh pengalaman hidupnya ditebus oleh Kristus dan dipakai oleh Roh Kudus
untuk mengantar mereka kepada Allah Bapa. Umat beriman tidak diselamatkan
sendiri-sendiri namun dipanggil selaku anggota umat. Akan tetapi disadari pula
bahwa upaya untuk memperkembangkan iman bukan merupakan usaha manusia
semata melainkan berkat rahmat dan bantuan Roh Kudus. Roh Kuduslah yang
membimbing dan berkarya di dalam hati, pikiran mendorong dan menyemangati
mereka dalam upaya memperkembangkan iman mereka.
c. Dari Segi Relevansi
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan ketiga, responden
menangkap tujuan pembinaan iman dapat membantu responden dalam
pembaharuan hidupnya dan perkembangan imannya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun untuk responden tujuan pembinaan iman yang sangat relevan dengan
maupun umat lain sehingga tujuan pembinaan iman ini dapat membantu
responden menjadi lebih percaya diri, tidak putus asa dan tidak minder. Dalam
pembinaan iman ini diharapkan adanya suatu perubahan menjadi lebih baik dari
dalam diri peserta walaupun membutuhkan suatu proses. Mereka sangat
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa mengalami perubahan terutama
perubahan untuk bisa menerima keadaan setelah mengalami sakit kusta
bertahun-tahun sebagai bagian hidupnya. Dalam proses tersebut mantan penderita kusta
sedikit demi sedikit mengalami perubahan semakin percaya diri dan percaya
kepada Tuhan sehingga apa yang didapat dari pembinaan iman sangat mengena
bagi perjalanan hidupnya. Penghayatan iman ini akan terus berkembang apabila
imannya dibina secara terus menerus. Pembinaan iman yang dilaksanakan secara
khusus dan terus menerus sangat penting karena mantan penderita kusta
sungguh-sungguh membutuhkan perhatian dan sapaan agar semakin percaya diri dan tidak
putus asa.
d. Dari Segi Proses
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan keempat, proses
pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang belum
terlaksana dengan cukup baik. Dalam proses pembinaan iman, ada beberapa
tahap yang membantu mantan penderita kusta untuk dapat menghayati imannya,
yakni diawali dengan doa pembukaan. Doa menghantar mereka untuk masuk
dalam diri dan menjalin relasi dengan Tuhan. Kedua bertolak dari suatu topik
Suci dan merenungkan Sabda Tuhan. Sabda Tuhan yang sudah direnungkan dan
dibahas membantu mereka untuk menghayati imannya dan memahami ajaran
Tuhan melalui Kitab Suci. Dengan adanya pembahasan Kitab Suci peserta dapat
saling tanya jawab dan sharing akan pengalaman hidupnya.
Menurut penulis, proses pembinaan iman yang terjadi di lingkungan
Sitanala kurang menyentuh pribadi peserta karena sharing pengalaman bertitik
tolak dari bacaan Kitab Suci sehingga sulit untuk meneguhkan pengalaman
imannya. Sharing pengalaman yang bertitik tolak pada topik yang sudah
ditentukan lebih membantu peserta untuk mempermudah mengungkapkan
kesaksian hidup yang pernah dialaminya kemudian sharing peserta diteguhkan
dari bacaan Kitab Suci. Bacaan Kitab Suci ini menjadi dasar untuk meneguhkan
dan menyemangati peserta dalam mengembangkan iman mereka. Namun secara
umum dalam proses pembinaan iman yang sudah terlaksana, peserta sudah cukup
dibantu untuk menghayati imannya dengan lebih baik. Tetapi di sisi lain dalam
proses pembinaan iman ini seringkali terhambat oleh kesibukan kerja dan
berbagai macam kegiatan lain dari pembina dan juga kurang kratif. Hal ini
disebabkan proses pelaksanaan pembinaan iman masih didominasi oleh katekis.
e. Dari Segi Sarana
Pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala di
Tangerang terkesan monoton dan membosankan. Menurut penulis, hal ini
disebabkan karena pembina kurang kreatif untuk menggunakan sarana lain yang
gambar, poster, foto, kaset cerita, dan musik. Audio Visual ini dapat
menyampaikan sesuatu dengan lebih mengena daripada uraian tertulis.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan kelima, sarana yang ada
hanya lilin, salib, rosario, Kitab Suci, patung, lingkaran Adven. Kendati sarana
Audio Visual belum begitu lengkap namun peserta berusaha untuk tetap
mengikuti pembinaan iman yang diadakan di lingkungan Sitanala. Sarana dalam
pembinaan iman mempunyai peranan yang juga cukup penting karena sarana
adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud
dan tujuan dalam suatu kegiatan. Dengan menggunakan sarana, peserta lebih
mudah untuk memahami apa yang diberikan pembina dalam proses pembinaan
iman.
f. Dari Segi Metode
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan keenam, metode yang
sering digunakan dalam pembinaan iman di lingkungan Sitanala di Tangerang
adalah sharing dan tanya jawab. Berdasarkan hasil penelitian tersebut secara
umum metode yang digunakan belum cukup memadai untuk pembinaan iman
yang hidup dan menarik. Hal ini disebabkan karena kurangnya metode yang
dimiliki oleh pembina misalnya bercerita atau menonton film. Selain itu
terbatasnya buku-buku petunjuk yang dapat membantu pembina untuk
mengembangkan keterampilan terutama keterampilan untuk mengembangkan
dan menarik. Di sinilah pembina dituntut untuk lebih kreatif dalam mengemas
secara menarik agar pembinaan iman yang disajikan tidak membosankan peserta.
2. Partisipasi Mantan Penderita Kusta dalam Pembinaan Iman
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan ketujuh, partisipasi
peserta terhadap pelaksanaan pembinaan iman mantan penderita kusta hanya
sebagai peserta. Hal ini disebabkan karena keadaan para mantan penderita kusta
yang kurang memungkinkan untuk terlibat dalam tugas-tugas yang ada. Mantan
penderita kusta kebanyakan sudah tidak jelas untuk membaca dan tidak percaya
diri untuk terlibat dalam proses pembinaan iman seperti membaca Kitab Suci,
sharing pengalaman dll. Namun meskipun keterlibatannya hanya sebagai peserta
tetapi mereka sungguh-sungguh mengikuti proses pembinaan iman dengan
senang.
3. Manfaat Pembinaan Iman Mantan Penderita Kusta
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pertanyaan kedelapan,
nampaknya mantan penderita kusta menyadari bahwa pembinaan iman yang
dilaksanakan di lingkungan Sitanala cukup bermanfaat karena mereka merasa
tidak sendirian. Dalam pembinaan iman mereka saling meneguhkan dan
menyemangati satu sama lain. Ada pula sebagian kecil responden yang semakin
percaya akan kehadiran Tuhan dalam kehidupan mereka sehingga mereka menjadi
percaya diri dan lebih berani. Dari berbagai manfaat yang dialami responden,
sehingga relasi antar keluarga menjadi semakin erat. Sesama mantan penderita
kusta saling mendukung dan tolong menolong. Mereka merasa tidak sendirian dan
saling meneguhkan satu sama lain. Dengan demikian, manfaat pembinaan iman
ini mendorong mereka agar lebih semangat untuk bangkit menjalani kehidupan
dalam keluarga maupun masyarakat.
4. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembinaan Iman
Berdasarkan hasil wawancara pada pertanyaan kesembilan, ditemukan
bahwa faktor yang mendukung pembinaan iman adalah kesadaran dari pribadi
masing-masing, saling mengingatkan satu sama lain, dan memberi contoh kepada
anaknya. Dengan adanya faktor pendukung kegiatan pembinaan iman secara
umum dapat dikatakan berjalan dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara pertanyaan kesepuluh, pelaksanaan
pembinaan iman ini seringkali terhambat karena kondisi kesehatan yang kurang
memungkinkan dan faktor cuaca sehingga peserta menjadi malas selain itu adanya
hambatan biaya yang cukup mahal untuk naik transportasi becak.
Pelaksanaan pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan
Sitanala sudah berjalan dengan baik dan lancar. Kendala-kendala yang ada dapat
diatasi dengan adanya kerjasama yang baik dan dukungan dari berbagai pihak.
Namun yang paling utama adalah relasi yang lebih dekat antar mantan penderita
kusta sehingga pembinaan iman yang diberikan akan lebih menggerakkan hati