• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

Bagan 3.1 Langkah Research and Development (R&D)

Tahap-tahap dalam bagan 3.1 akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Potensi dan Masalah

Tahap pertama dalam penelitian ini adalah potensi dan masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayungkan akan memiliki nilai tambah. Sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Pontesi dan masalah di kemukakan dalam penelitian harus ditujukan dengan data empirik. Pontesi dan masalah sangat penting dilakukan guna memperoleh informasi awal untuk melakukan penelitian.

2. Pengumpulan Data

Tahap kedua, setelah mendapatkan potensi dan masalah dapat ditunjukan secara faktual dan uptode, maka selanjutnya perlu

Potensi dan Masalah Desain Produk Pengump -ulan data Validasi Desain Revisi Desain Revisi Produk Ujicoba Produk Ujicoba Pemakaia n Revisi

dikumpulkan informasi yang digunakan sebagai bahan perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut.

3. Desain Produk

Tahap ketiga adalah desain produk yaitu dengan membuat rancangan produk yang lengkap dengan spesifikasinya. Menurut Sugiyono (2015:413) desain produk harus diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya. Desain produk harus dilengkapi dengan penjelasan mengenai bahan-bahan yang digunakan untuk membuat setiap komponen pada produk tersebut, ukuran dan toleransinya, alat yang digunakan untuk mengerjakan, serta prosedur kerja. Dalam desain produk harus menilai kefektifan produk agar dapat kekurangan dan kelebihanya.

4. Validasi Desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai racangan produk secara rasioanal akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang telah dirancang. juga bertujuan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan produk tersebut.

5. Revisi Desain

Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan para ahli, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelamahan tersebut

selanjutnya dicoba untuk kurangi dengan cara memperbaiki desain. Kelamahan yang telah ditemukan ketika validasi produk oleh validator kemudian peneliti dapat memperbaiki kelemahan tersebut.

6. Uji coba Produk

Desain produk yang sudah diperbaiki kemudian diwujudkan dalam media yang nyata. Uji coba tahap awal dilakukan dengan simulasi pada subjek terbatas. Sugiyono (2015:415) mengatakan bahwa pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi apakah produk baru tersebut lebih efektif dan efisien dibandingkan produk yang lama atau yang lain. Jika dalam ujicoba produk mendapatkan kelamahan pada produk, langkah selanjutnya adalah merevisi produk tersebut.

7. Revisi Produk

Produk kemudian dilakukan uji coba pemakaian yang dilakukan dalam lingkup yang lebih luas. Dalam uji coba ini tetap dilakukan penilaian kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk memperbaiki produk.

8. Uji coba pemakaian

Setelah pengujian terhadap produk berhasil, dan mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting, maka selanjutnya produk diterapkan dalam lingkup lembaga pendidikan yang lebih luas. Dalam operasinya produk harus tetap dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaiki lebih lanjut.

9. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan, apabila dalam pemakaian dalam lembaga pendidikan yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalam uji pemakaian, sebaiknya pembuatan produk dalam hal ini dapat mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada, sehingga dapat digunakan untuk peneyempurnaan dan pembuatan produk baru lagi. 10.Pembuatan Produk Masal

Bila produk telah dinyatakan efektif tidak ada kekuranganya lagi dalam beberapa kali pengujian maka dapat diterapkan pada setiap lembaga pendidikan. Pembuatan produk massal ini dilakukan apabila produk yang telah diujicoba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal. Untuk dapat memproduksi masal, maka peneliti perlu berkerja sama dengan perusahaan.

Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan alat peraga Matematika materi perkalian 1-10 untuk siswa dengan lambat belajar di kelas III. Alat peraga yang dikembangkan menggunakan lima ciri-ciri alat peraga Montessori yaitu menarik, bergradasi, memiliki pengendali kesalahan (auto-correction), memiliki nilai kemandirian (auto education) dan kontekstual (bahan-bahan yang mudah untuk didapatkan di lingkungan sekitar).

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini dua siswa berkebutuhan khusus jenis lambat belajar kelas III SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta, tahun ajaran 2016/2017. Pertimbangan dalam pemilihan siswa lambat belajar

sebagai subjek penelitinan berdasarkan wawancara bersama kepala sekolah dan guru serta melakukan observasi. Observasi pada saat pembelajaran Matematika menujukkan bahwa dua siswa lambat belajar memiliki permasalahan yang menojol dibandingkan dengan siswa pada umumya, terkait kemampuan memahami konsep dasar perkalian karena siswa dengan lambat belajar ini membutuhkan waktu untuk mengelolah setiap pembelajaran yang diberikan.

3.2.2 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah alat peraga papan perkalian. Papan ini didesain untuk siswa berkebutuhan khusus lambat belajar agar dapat memahami konsep perkalian, karena siswa lambat belajar dalam penelitian ini belum menguasai seutuhnya perkalian 1-5 maka papan perkalian ini didesain terlipat menjadi dua bagian. Bagian depan alat peraga ini terdiri dari perkalian 1-5 sedangkan untuk bagian belakang papan terdiri dari perkalian 6-10. Alat peraga ini dikembangkan dari perkalian enam sampai sepuluh saja.

3.2.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta. Salah satu sekolah inkulisi yang berada di Yogyakarta.

3.2.4 Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan penelitian dalam melaksanakan penelitian R & D pada 8 November 2016 – 11 Aprli 2017.

3.3 Prosedur Pengembangan

Tahap-tahap dalam penelitian ini mengunakan 10 langkah-langkah dari Sugiyono dengan memodifikasi menjadi tujuh langkah yaitu (1) potensi dan masalah (2) pengumpulan data (3) desain produk (4) validasi desain dan (5) revisi desain (6) uji coba produk (7) Revisi Produk. Peneliti hanya menggunakan tujuh tahapan saja karena untuk mencapai tahapan selanjutnya memerlukan lingkup lembaga pendidikan yang luas dan harus memenuhi syarat ISBN. Ketujuh tahapan tersebut akan disajikan dalam bagan 3.2 berikut.

Dokumen terkait