• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

Bagan 2.1 Literature map hasil penelitian yang relevan

2.3 Kerangka Berpikir

Matematika merupakan ilmu umum yang dipelajari di setiap sekolah terutama pada jenjang sekolah dasar. Matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitunganya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat (Ismail dkk dalam Hamzah & Muhlisraini, 2014:48). Berdasarkan hasil wawancara di sekolah SD Muhammadiyah Sagan Yogyakarta bersama kepala sekolah dan Guru kelas III bahwa ada dua siswa berkebutuhan khusus lambat belajar pada kelas III yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep dasar perkalian pada pembelajaran

Matematika. Kurangnya penggunaan alat peraga pada siswa lambat belajar menjadi hambatan dalam menyampaikan konsep dasar perkalian.

Ali (dalam Sundayana, 2014:7) mengungkapkan bahwa alat peraga adalah segalah sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang merangsang pikiran, perasaan serta perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat belajar. Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata lambat artinya tidak tangkas, tidak cekatan dalam bekerja. Anak lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan tugas (Setiawan, 2013:29). Marliyn & Bursuck (2015:53) menjelaskan bahwa teknologi dapat digunakan untuk membantu disabilitas baik yang ringan ataupun yang berat dalam banyak hal, misalnya untuk berkomunikasi, mengakses pembelajaran, menyelesaikan tugas, dan berpartisipasi secara penuh di sekolah dan juga di masyarakat. Siswa penyandang disabilitas dibolehkan untuk menggunakan teknologi bantu yang sesuai dengan kebutuhan. Teknologi bantu merujuk pada perangkat apa pun, baik itu suatu alat, produk, atau barang lainnya yang dapat digunakan untuk menaikkan, mempertahankan, atau meningkatkan kemampuan fungsional individu penyandang disabilitas. Desiningrum (2016:14) menyatakan siswa lambat belajar dalam memahami suatu materi harus dengan banyak menggunakan benda-benda konkret dibandingkan verbalisasi atau penejelasan materi yang banyak secara lisan karena hanya dapat membingungkan siswa lambat belajar itu sendiri.

Menurut Piaget (dalam Izzati dkk, 2008:105-106) menyatakan bahwa anak dengan usia 7-11 tahun pada tahapan operasional konkret Anak menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah-masalah aktual, anak mampu

menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang bersifat konkret. Berdasarkan penjelasan dari para ahli di atas dan dikaitkan dengan keadaan yang ada dilapangan bahwa anak lambat belajar memerlukan benda- benda konkret seperti alat peraga untuk membantu dalam memahami materi yang disampaikan. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengembangkan alat peraga matematika yaitu papan perkalian. Alat peraga yang akan dikembangkan ini agar dapat membantu siswa lambat belajar dalam memahami konsep dasar perkalian.

Dari hasil observasi pada pembelajaran matematika materi perkalian di kelas bahwa dua siswa lambat belajar mengalami keterlambatan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru serta dalam mengerjakan soal yang diberikan. Pada saat pembelajaran berlangsung, dua siswa kebanyakan melamun serta tidak konsentrasi pada pembelajaran saat itu. Dari hasil wawancara kedua bersama guru kelas III menyatakan bahwa dua siswa lambat belajar tersebut kesulitan dalam memahami konsep dasar perkalian. Selain itu, guru juga meminta peneliti medesain alat peraga untuk membantu siswa lambat belajar dalam memahami konsep dasar perkalian.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan alat peraga dalam pembelajaran di sekolah. Penelitian ini difokuskan untuk mengembangkan alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar. Papan perkalian ini hanya menjelaskan konsep dasar perkalian 1-10. Alat peraga papan perkalian didesain dengan menggunakan lima ciri-ciri yang dikembangkan oleh Montessori. Alat peraga Montessori merupakan alat peraga yang dirancangan untuk membantu siswa dalam belajar dan memahami materi pembelajaran. Lima ciri-ciri alat peraga Montessori yaitu

menarik dengan memberikan warna, bentuk, tekstur yang menarik serta berat yang ideal. Bergadasi, memiliki tekstur pada alat peraga yang dapat dirasakan oleh indra manusia seperti indra pengelihatan, dan indra peraba. Memiliki pengendali kesalahan yang dapat mengetahui kesalahanya sendiri ketika belajar dengan menggunakan alat peraga. Kemandirian, siswa dapat belajar secara mandiri dengan menggunakan alat peraga ini tanpa didampingi oleh guru. Kontekstual, Alat peraga dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang dapat dijumpai dilingkungan sekitar, awet dan tahan lama. Penggunaan alat peraga matematika materi perkalian untuk siswa dengan lambat belajar dan didesan dengan menggunakan lima ciri-ciri Montessori diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih mudah dalam memahami konsep dasar perkalian. Selain itu, alat peraga ini juga diharapkan dapat membantu guru dalam menangani siswa yang mengalami lambat belajar.

2.4 Pertanyaan Penelitian

2.4.1 Bagaimana prosedur pengembangan alat peraga matematika untuk siswa dengan lambat belajar berupa Papan Perkalian?

2.4.2 Bagaimana kualitas alat peraga matematika untuk siswa dengan lambat belajar berupa Papan Perkalian?

41 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan menjabarkan mengenai (1) jenis penelitian; (2) setting penelitian; (3) prosedur pengembangan; (4) uji validitas produk; (5) instrumen penelitian; (6) teknik pengumpulan data; (7) teknik analisis data; dan (8) waktu penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan yang lebih sering disebut dengan Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2015: 407) Research and Development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji kefektifan produk tertentu. Sukmadinata (2012: 164) mengungkapkan bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan.

Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa Research and

Development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk

mengembangkan produk baru atau untuk menyempurnakan produk lama yang kemudian akan diujikan keefektifan dari produk tersebut. Research and

Development (R&D) dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan alat

peraga matematika untuk siswa dengan lambat belajar.

Penelitian ini mengadaptasi 10 langkah-langkah Research and

Development (R&D), menurut Sugiyono (2015:409) Menyebutkan 10 langkah

(3) desain produk (4) validasi desain (5) revisi desain (6) ujicoba produk (7) revisi produk (8) ujicoba pemakaian (9) revisi produk dan (10) produksi masal.

Dokumen terkait