• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI LINGKUNGAN SANTO MARTINUS BLENDUNG, PAROKI SANTA THERESIA SEDAYU, DIY

B. Laporan Hasil Penelitian

Bagian ini akan disampaikan hasil dari penelitian di lingkungan St. Martinus Blendung temuan secara umum dan secara khusus. Dalam penelitian ini penulis mewancari 20 responden, pada tanggal 29 oktober 2009 sampai pada tanggal 27 november 2009. Proses wawancara dilakukan dengan mendatangi remaja satu persatu dirumahnya, hal ini dilakukan untuk membuat suasana kerjasama dalam mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya.

Hasil observasi dan wawancara yang diperoleh penulis dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Gambaran Umum dan Keadaan Umat Lingkungan Santo Martinus

a. Letak Geografis

Berdasarkan letak geografinya Lingkungan St. Martinus adalah bagian dari Paroki St. Theresia Sedayu, serta bagian dari wilayah Keuskupan Agung Semarang yang merupakan persekutuan (communio) umat beriman KAS. Persekutuan umat beriman ini “yang disatukan berdasarkan kesatuan Bapa dan Putera dan Roh Kudus” (Lumen Gentium 4). Paroki St. Theresia Sedayu termasuk kabupaten Bantul, seperti terungkap dalam buku PPDP-Paroki St. Theresia Sedayu yang terletak kira-kira 12 km ke arah barat dari kota Yogyakarta, di dekat rel kereta api jurusan Yogya – Kroya ( NN, 2008: 7). Sedangkan Lingkungan St. Martinus terletak di sebelah utara Paroki St. Theresia Sedayu yang termasuk Kabupaten Sleman dan dekat dengan perbatasan Kabupaten Bantul.

Sedangkan untuk pembagian Wilayah dan Lingkungan Paroki St. Theresia Sedayu dalam “Buku Kenangan Penuh Syukur 80 Th Gereja St. Theresia Sedayu (NN, 2007: 51-52)”, menyebutkan;

“Struktur paguyuban basis yang baru, Paroki St. Theresia Sedayu terbagi menjadi 25 lingkungan. Dalam sistem yang baru ini, tiap lingkungan memiliki santo-santa pelindung yang dicantumkan sebagai nama lingkungan. Berikut adalah nama kedua puluh lima lingkungan yang terbagi dalam lima wilayah, yaitu:

a) Wilayah Tengah; meliputi Ignatius (Ngingas), Yohanes Pembaptis (Gubug), Mateus (Jurug), Stephanus (Goser), Paulus (Sedayu), dan Andreas (Pedusan).

b) Wilayah Barat; meliputi Petrus Kanisus (Salamrejo), Yohanes Rasul (Sentolo), Antonius (Malangan), dan Yohanes Maria Vianey (Klangon). c) Wilayah Selatan; meliputi Lukas (Sundi), Markus (Semampir), Yoakhim

(Demangan), Fransiskus Asisi (Taman Sedayu Metes), dan Yohanes Bosco (Sedayu Permai Metes).

d) Wilayah Timur; meliputi Pius X (Surobayan), Vincentius (Panggang), Agustinus (Sengon), dan Petrus (Kemusuk).

e) Wilayah Utara; meliputi Gregorius (Tiwir), Martinus (Blendung), Fransiskus Xaverius (Gesikan), Yustinus (Nglahar), Albertus (Kaliduren), dan Aloysius (Kaliduren).

Dalam PPDP Paroki St. Thresia Sedayu menambahkan susunan yang ada di setiap lingkungan, yaitu sebagai berikut:

“Setiap lingkungan mempunyai susunan kepengurusan sebagai berikut: Ketua, Sekretaris, Bendahara, Tim Kerja Liturgi, Tim Kerja Pewartaan, Tim Kerja Pengembangan Sosial Ekonomi, Tim Kerja Ibu-Ibu lingkungan, Tim Kerja Pendampingan Keluarga Lingkungan, Tim Kerja Pangruktilaya. Sedangkan lingkungan yang mempunyai kemampuan lebih boleh mempunyai tim kerja lain” (NN, 2008: 19).

Sesuai dengan pembagian Wilayah diatas, lingkungan St Martinus termasuk Wilayah Utara. Yang mencakup beberapa dusun, yaitu: Dusun Depok, Dusun Blendung, Dusun Tiwir, Dusun Dukuh, Dusun Nangsri, dan Dusun Papungan. Di Dusun Blendung atau Lingkungan St. Martinus terdapat juga Balai Desa Sumbersari,

Sekolahan TK, Sekolahan SDN, dan Sekolahan SMPN. Sedangkan untuk Kapel St. Ambrosius berada di Dusun Tiwir yang tidak begitu jauh dari Dusun Blendung. Kapel ini di pergunakan umat Wilayah Sumbersari (Utara) untuk Misa setiap minggu Ke-dua hari sabtu sore dan hari minggu Ke-empat minggu pagi, jika tidak ada Misa diganti ibadat sabda biasanya pada sabtu sore, dan untuk tempat pelatihan Misdinar.

b. Keadaan Umat

Umat Lingkungan St. Martinus bertempat tinggal di daerah pedesaan, yang bertetangga rukun dengan umat beragama lain (Islam). Kerukunan tersebut dapat terlihat dengan adanya karang taruna, gotong royong, karawitan, perkumpulan ibu-ibu PKK, dan sebagainya. Tingkat sosial dan ekonomi umat di lingkungan St. Martinus beraneka ragam yang sebagian besar ekonomi menengah, yaitu banyaknya para pegawai kantoran. Mata pencaharian sebagian umat sehari-hari adalah bertani dan berdagang. Namun dengan adanya perbedaan penggolongan tersebut tidak mempengaruhi keselarasan antara umat Lingkungan St. Martinus untuk bekerjasama dan saling mengisi dalam mewujudkan paguyuban Lingkungan.

Jumlah umat Lingkungan St Martinus mencakup 46 KK (129 jiwa), yang dapat dilhat dari tabel jumlah umat Lingkungan St Martinus di Paroki St. Theresia Sedayu:

Tabel 3.

No Nama Dusun Jumlah Umat Jumlah

Remaja Jumlah Balita Jumlah KK 1 Blendung 49 10 5 27 KK 2 Depok 17 __ 3 5 KK 3 Dukuh 25 6 3 12 KK 4 Nangsri 3 1 __ 1 KK 5 Papungan 9 2 2 3 KK 6 Tiwir 56 7 6 29 KK Total 158 20 19 77 KK

Lingkungan Martinus merupakan salah satu dari lingkungan di Paroki St. Theresia Sedayu yang persebaran umatnya berada di lebih dari satu dusun. Umat tersebar dari beberapa dusun dari 46 KK yang terdiri dari: 5 KK yang berada di Dusun Depok, 13 KK di Dusun Blendung, 17 di Dusun Tiwir, 7 KK di Dusun Dukuh, 1 KK di Dusun Nangsri, dan 3 KK berada di Dusun Papungan. Jumlah remaja di Lingkungan St. Martinus selama tahun 2007 – 2009 (3 tahun terakhir) berjumlah 20 remaja. Namun penghitungan remaja tersebut didasarkan pada umur dan situasi mereka. Remaja tersebut sebagian masih baru karena dari PIA, mereka umumnya sudah bisa membaca dan menulis dan yang remaja dewasa umumnya adalah siswa-siswi SMP sampai SMA. Sedangkan bagi yang remaja tidak ada pendampingan

remaja, umumnya ikut mudika terkecuali yang ikut misdinar. Walaupun sebagian kecil sudah mengikuti kegiatan PIA, Misdinar, maupun Mudika hanya orang tertentu saja yang aktif. Pada setiap kegiatan bersama umat di lingkungan juga banyak yang tidak ikut berperan serta.

c. Kegiatan-kegiatan Umat Di Lingkungan St. Martinus Blendung

Demi berkembangnya umat secara menyeluruh, Paroki St. Theresia Sedayu membuat pemekaran Lingkungan. Dari 25 lingkungan tersebut, lingkungan Blendung memakai nama St. Martinus yang diketuai saat ini oleh Bapak Fx. Gimin. Umat Lingkungan Blendung menghayati dan mengenang perjuangan St. Martinus yang menjunjung tinggi keadilan dan menentang sistem paksaan dalam artian menjunjung kebebasan. Martinus merupakan salah seorang diantara orang-orang suci pertama yang bukan martir. Nilai-nilai Iman inilah yang mau diperjuangkan oleh umat Lingkungan Blendung sebagai landasan untuk mengembangkan dan mewujudkan paguyuban iman di Lingkungan yang diperingati setiap tanggal 11 November.

Adapun untuk kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan di Lingkungan St. Martinus, seperti yang tertulis dalam Buku Kenangan Penuh Syukur 80 Th Gereja St. Theresia Sedayu, menyebutkan;

Namun dengan keadaan yang demikian adanya tidaklah mematahkan semangat umat untuk giat dalam berkegiatan di Lingkungan. Dapat dilihat dari kegiatan lingkungan yang sudah dilaksanakan oleh umat di lingkunagn Martinus Blendung, diantaranya:

1) Renungan pendalaman iman oleh Ibu-ibu dan Bapak-bapak setiap malam selasa, ditutup dengan arisan.

3) Kegiatan UB (Usaha Bersama) oleh Bapak-bapak, pertemuan dilaksan setiap malam jumat kliwon dan selalu diawali dengan pendalaman iman secara bergilir.

4) Pertemuan Ibu-ibu Lingkungan setiap tanggal & setiap bulannya.

5) Kegiatan bersama-sama seperti Doa Rosario, mengunjungi orang sakit, ziarah bersama.

6) Paguyuban Ibu-ibu dalam paguyuban Pangruktiloyo.

7) Kegiatan Pendampingan Iman (PIA) setiap hari Minggu jam 10.00 yang didampingi oleh mudika.

8) Pertemuan rutin mudika setiap sebulan satu kali.

9) Selain itu umat juga bersama-sama melaksan tugas koor baik di Kapel maupun di Gereja.

Selain kegiatan diatas, umat Martinus juga mengadakan renungan-renungan baik selama Adven, prapaskah maupun Bulan Kitab Suci. Dengan mengikut sertakan beberapa mudika dalam kepengurusan lingkungan diharapkan membawa suasana lingkungan yang semakain segar menceriakan sehingga semua umat semakin banyak yang terlibat (NN, 2007: 51-52).

d. Perkembangan Umat Selama Tiga Tahun Terakhir

Kegiatan-kegiatan pengembangan umat di Lingkungan disesuaikan dari adanya empat tim kerja yang telah dibentuk oleh dewan paroki sesuai 4 bidang utama kegiatan Gereja. Kegiatan pengembangan umat di Lingkungan tersebut tidak terorganisir dengan baik, namun bisa berjalan. Bidang-bidang tersebut diantaranya:

Tim kerja bidang Liturgi/Peribadatan, menjalankan kegiatannya dengan melaksan tugas saat mendapatkan tugas koor di kapel ataupun di gereja paroki serta pembagian tugas (lektor, pemazmur, dan putra altar); termasuk juga adanya pembinaan bagi para putra altar; serta penyediaan uang khas untuk merangkai bunga saat dapat tugas menghias altar di kapel maupun di gereja.

Tim kerja bidang Pewartaan/Kerygma, menjalankan kegiatannya dengan melaksan pendampingan iman ; mendata dan mendaftarkan para calon baptis,

komuni, dan krisma di paroki; pendalaman Kitab Suci yang biasanya diikuti oleh ibu-ibu.

Tim kerja bidang koinonia atau persaudaraan dan keakraban, kegiatan ini sering ditemui ketika umat lingkungan sedang berkumpul sebelum pelaksanaan Misa atau doa bersama dan sesudah perayaan misa atau doa bersama. Di sini dialami dan dibangun kebersamaan antar saudara seiman; juga terjadi seperti dalam kegiatan pertemuan ibu-ibu Warga Katolik maupun pertemuan Usaha Bersama (UB) oleh bapak-bapak yang diawali terlebih dahulu dengan pendalaman iman; dan pertemuan rutin mudika sebulan sekali.

Tim kerja bidang diakonia atau pelayanan sosial dan kemasyarakatan, mengadakan kegiatan bersih-bersih makam/pasarean dan kerja bakti membersihkan selokan yang ada di desa/perkampungan blendung (sekali dalam 1 tahun). Adapun kehendak baik dari salah satu keluarga umat katolik yang membuka lapangan pekerjaan berupa penggilingan padi dan peternakan sapi, yang perkerjanya dari kaum yang tidak punya.

2. Temuan Khusus Hasil Wawancara

Peneliti mulai mencari data dengan melakukan wawancara dengan responden sebagai langkah awal dalam menindak lanjuti adanya keprihatinan kegiatan remaja di lingkungan. Hal ini menjadi tugas yang berat dalam mencari informasi, karena membuat janji terlebih dahulu pada responden lalu mendatangi kerumahnya untuk diwawancari. Tidak semua responden menerima untuk diwawancari, ada sebagaian

yang tidak menerima karena masih malu dan sibuk dengan kegiatan sekolah. Hasil dari wawancara dengan remaja ditulis sesuai dari ungkapan yang di ucapkan remaja sendiri, sedangkan yang di tulis hanya perwakilan dari sebagian responden yang telah dikuatkan dari pendapat responden yang lain. Mengapa hal ini dilakukan karena hasil atau jawaban dari wawancara dengan remaja ada kesamaan.

Peneliti melaporkan hasil wawancara serta berdasarkan alasan-alasan dari remaja sendiri, yaitu sebagai berikut:

a. Keterlibatan remaja di dalam kegiatan di Lingkungan.

Peneliti mendapatkan hasil dari wawancara dengan remaja untuk melihat bagaimana kehadiran remaja dalam kegiatan di Lingkungan beserta alasannya yaitu sebagai berikut:

1) Apakah setiap ada kegiatan di lingkungan sering menghadirinya?

− Sering ikut, karena dalam artian berusaha untuk mengikuti kegiatan yang ada karena ingin berkumpul.

− Sering datang dan berusaha untuk datang, karena terkadang dirumah tidak ada teman dan ikut karena diajak oleh bapak dan ibu .

− Kadang-kadang, karena menghadiri saat senang dengan kegiatan yang di ikuti. − Lumayan, tapi tidak sering banget (namanya juga muda kalo mau datang ya

datang tapi kalo tidak ya tidak atau tergantung teman yang lain). − Iya kadang-kadang kalo misalnya ada ujian waktunya untuk belajar.

− Karena sudah banyak tugas dari sekolahan, malas jika berkumpul dengan orang tua.

− Merasa tidak bebas jika berkumpul dengan orang tua itu, lebih asik jika berkumpul dengan teman-teman sebayannya.

b. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Keterlibatan Remaja Bersama Umat Di Lingkungan.

(Pendukung dan penghambat Internal):

1) Apakah mengerti maksud yang mau disampaikan dalam kegiatan tersebut?

Ada 13 responden yang menyatakan mengerti maksud dalam mengikuti kegiatan di Lingkungan. Alasannya sebagai berikut:

− Mengerti karena untuk kebersamaan

− Mengerti karena mendengarkan dari si pengisi acara dan belajar yang disampaikan lalu mendalami. Senang (memperkaya pengetahuan) dan untuk interaksi sosial.

− Ya kalo yang bicara jelas dan tidak bikin ngantuk tidak mau dengerin.

2) Apakah senang menghadirinya?

− Senang bisa berkumpul dengan teman-teman biar guyub.

− Senang soalnya bisa berkumpul dan tukar pikiran dengan saudara yang lain. − Senang banget, tapi kadang terbentur dengan pekerjaan sekolah.

− Senang dalam kegiatan tertentu saja bisa kumpul-kumpul dengan mudika. − Tidak senang kumpul dengan orangtua karena terlalu resmi dan faktor usia. − Merasa tidak nyaman saja.

− Lebih senang kumpul dan nongkrong sambil gitaran sama teman-teman.

3) Apakah dalam mengikuti kegiatan tersebut penuh dengan semangat?

− Penuh semangat, perasaan senang dan semangat ada keinginan untuk berkumpul dengan teman sebaya.

− Sesuai dengan situasi. Semangat jika teman-teman yang lain juga berangkat. − Jelas dengan penuh semangat, karena bisa berkumpul merasakan guyub. − Semangat kalo ada teman-teman.

− Semangat, yang namanya kegiatan itu harus dijalani dengan semangat. (Pendukung dan penghambat eksternal):

4) Siapa yang sering mendorong untuk menghadiri kegiatan tersebut? − Keinginan diri sendiri

− Orangtua.

− Di suruh oleh kakak.

− Banyakan ajakan dari teman.

5) Hambatan yang muncul sewaktu mau mengikuti kegiatan di lingkungan? − Malas tidak ada teman sebayanya.

− Banyak tugas dari sekolahan dan waktunya tidak pas. − Acara terlalu lama dan gitu-gitu saja bikin ngantuk. − Malas untuk berkumpul dengan orang tua.

− Males karena capek habis pulang dari kegiatan di sekolahan.

− Karena males dan bosen karena itu-itu saja, monoton dan terlalu lama.

c. Kegiatan Yang Diharapkan Remaja Terhadap Kegiatan Pembinaan Iman Yang Akan Dilaksanakan Di Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia Sedayu Melalui Rekoleksi .

1) Metode yang bagaimana untuk pendampingan remaja nanti?

− Olah penglaman dan nonton film karena dengan liat film kita bisa langsung mengerti dan tidak bosen.

− Permainan beregu terus sering pengalaman.

2) Bentuk kegiatan dalam pendampingan nanti dengan cara apa? − Bentuk dengan rekoleksi singkat

− Dengan bentuk semi outbond dan rekoleksi singkat.

3) Tema apa yang mau diangkat dalam pendampingan nanti? − Kebersamaan; bersatu kita teguh bercerai kita runtuh − Peran serta remaja di dalam kegiatan di lingkungan

− Mendorong anak muda menjadi motor yang kreatif buat Lingkungan − Shering, berbagi cerita dan berbagi rasa

− Perkembangan remaja di Lingkungan − Peran remaja dalam membangun umat − Cinta kasih dan persaudaraan

− Kebersamaan remaja dalam menjalin hubungan

− Bersama anak, remaja, kaum muda, dan orang tua membangun Gereja − Remaja terlibat di Lingkungan

− Sungguh senang bisa berkumpul bersama − Remaja dengan perkembangan jaman

4) Kegiatan-kegiatan Lingkungan apa saja yang pernah di ikuti?

− Rosario, rekoleksi, doa bersama, novena, PIA, latihan koor, Putra Altar, menjenguk orang sakit, jalan salib, dan Mudika.

3. Pembahasan Hasil Wawancara

a. Keterlibatan Remaja Bersama Umat Di Lingkungan.

Dari hasil wawancara didapatkan ada beberapa remaja yang membagi waktunya untuk berkumpul bersama umat di Lingkungan, ada pula yang tidak berangkat sama

sekali. Dari sini peneliti dapat membahas hasil wawancara bersama remaja sesuai dengan kenyataannya, yaitu sebagai berikut:

Remaja yang menyatakan sering berangkat memberikan alasan yang menyatakan karena karena ingin berkumpul dan terkadang dirumah tidak ada teman serta ikut karena diajak oleh bapak dan ibu. Dari alasan tersebut remaja datang karena adanya peran aktif dari orang tua dalam mengajak ikut kegiatan. Peran orangtua sangat berpengaruh besar dalam perkembangan iman nantinya, hanya dimulai dari bimbingan awal yang baik bagi untuk mendapatkan hasil yang baik nantinya. Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa:

“Bimbingan paling diperlukan dalam tahapan awal belajar pada saat peletakan dasar awal. Bila sejak awal telah diletakan di atas rel yang benar dan didorong untuk tetap di sana hingga mereka terbiasa dengannya atau menyadarai mengapa hal itu paling baik, maka kecil kemungkinannya kelak mereka akan beralih ke rel yang salah” (Elizabeth B. Hurlock, 1988: 28).

Setiap ada kegiatan bersama di Lingkungan juga ada yang jarang mengikutinya. Remaja menyatakan bahwa dalam mengikuti kegiatan jika saat keadaan senang dengan kegiatan tersebut. Seperti halnya merasa senang karena teman-temannya juga pada berangkat, kegiatan tersebut tidak menjenuhkan, dan jika ada ujian waktunya untuk belajar. Dari alasan-alasan remaja tersebut perlu dimaklumi karena masa-masa mereka sebagai masa perkembangan dalam memilih yang membuat nyaman baginya. Elizabeth B. Hurlock menyatakan:

“Tugas perkembangan menimbulkan kekuatan motivasi bagi untuk belajar hal-hal yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia tersebut. cepat belajar bahwa penerimaan sosial bergantung pada kemampuan mereka melakukan apa yang dapat dilakukan teman sebayanya. Semakin kuat keinginan mereka untuk diterima di masyarakat, semakin besar motivasi mereka untuk belajar

melakukan apa yang dapat dilakukan teman sebayanya” (Elizabeth B. Hurlock, 1988: 41).

Sesuai dengan kemajuan jaman remaja sekarang sudah mulai disibukan dalam dunia maya maupun nyata. Dalam dunia maya mereka mulai asik dengan bermain game ataupun chating/facebookan, sedangkan dalam dunia nyata mereka mulai disibukan dengan tugas-tugas dari sekolahan serta tuntutannya. Oleh sebab itu remaja jaman sekarang perlu diperhatikan lebih dini dan perlu diperhatiakan dalam perkembangan imannya. Jika sejak dini mulai dilatih untuk mulai bersosialisasi dengan lingkungannya akan semakin dewasa. Oleh sebab itu perlu diajarkan untuk bisa membagi waktu antara kegiatan pribadi, sekolah, dan bermasyarakat. Dari hasil wawancara masih banyak remaja yang tidak berangkat dalam kegiatan di Lingkungan dikarenakan adanya kesibukan dari sekolahan atau merasa tidak nyaman bila berkumpul dengan orang tua. Pendidikan di sekolahan jaman sekarang sudah mulai berubah fungsinya seperti halnya dituntut belajar dan belajar supaya menjadi juara (menimbulkan persaingan negatif bersama teman). Pergeseran fungsi sekolah ini juga sudah jauh dari yang diperjuangkan oleh para tokoh yang memperjuangkan pendidikan, yaitu:

“Para tokoh pendidikan bangsa Indonesia seperti Rm. F. Van Lith, SJ., Ki Hadjar Dewantara, K.H.A. Dahlan mencita-citakan lembaga pendidikan berfungsi sebagai upaya pencerdasan, pemanusiaan dan transformasi sosial. Dengan pemikiran semacam itu, lembaga pendidikan menumbuhkan tokoh-tokoh pemikir dan pemimpin yang berpengaruh bagi bangsa. Namun, perkembangan zaman membuat peran sekolah lebih dikaitkan dengan upaya untuk menyiapakan tenaga kerja siap pakai. Lembaga pendidikan zaman sekarang lebih mementingkan kompetensi dan ketrampilanm kerja daripada pengembangan pribadi yang utuh” (Nota Pastoral DKP-KAS 2008: 20)

Hasil dari wawancara dengan remaja didapatkan bahwa dalam setiap kegiatan remaja masih kurang antusias untuk mengikutinya. Hal ini terlihat dari hasil wawancara tentang keterlibatan remaja dalam kegiatan di Lingkungan. Masih banyak remaja yang tidak mengikuti kegiatan di Lingkungan terutama bersama seluruh umat. Hasil dari wawancara didapatkan hanya 3 orang yang menyatakan sering mengikuti kegiatan dalam artian selalu menyempatkan waktu untuk berangkat, sedangkan yang kadang-kadang ada 12 responden dan yang tidak berangkat 4 responden. Dari hasil wawancara itu peneliti menyimpulkan bahwa remaja di Lingkungan St. Martinus masih memerlukan pendampingan supaya semakin terlibat dalam kegiatan-kegiatan di Lingkungan. Peran itu tidak dari pendamping sendiri namun dari remaja sendiri dan peran orangtua sebagai pembimbing utama. Mengapa peneliti ingin membimbing remaja dari sejak dini karena hal ini dilakukan untuk membiasakan remaja semakin terlibat dalam kegiatan Lingkungan. Hal ini dilakukan tidak dengan paksaan tetapi dengan membiasakan remaja selalu berperan serta di Lingkungan, terutama merubah cara pandang orang tua terhadap remaja yang kurang melibatkan dalam setiap kegiatan.

b. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Keterlibatan Remaja Bersama

Umat Di Lingkungan.

Peneliti juga mencari faktor pendukung dan penghambat remaja dari dalam diri (Internal) dan dari luar (external). Dengan menanyakan apakah mengerti maksud yang mau disampaikan dalam kegiatan, serta apakah dalam mengikuti kegiatan

tersebut penuh dengan semangat. Dari hasil wawancara didapatkan banyak remaja yang mengerti dan memahami maksud dari kegiatan di Lingkungan yang di ikuti, mereka juga sangat senang dan semangat dalam mengikuti kegiatan tersebut. Dari hasil wawancara menyatakan senang karena bisa bertemu atau berkumpul bersama umat se-Lingkungan, dengan berkumpul bersama mereka bisa merasakan guyub dan meriah (gayeng). Namun tidak semua responden menyatakan senang, masih ada sebagian yang menyatakan tidak senang jika berkumpul dengan orang tua. Mereka memberikan pernyataan itu karena dengan alasan berkumpul bersama orang tua itu tidak nyaman, terlalu resmi, dan faktor usia. Terkadang mereka juga masih senang jika berkumpul dengan teman-teman sebayanya dengan membuat acara sendiri seperti gitaran sambil nongkrong. “Pada masa ini perkembangan pribadi remaja masih dalam masa pengolahan, karena pada remaja iman berkembang dari proses menerima begitu saja, sampai dengan usaha untuk men-sintese-kan nilai-nilai iman yang mereka kembangkan dalam kehidupan bersama” (Nota Pastoral DKP-KAS, 2008: 31). Hambatan yang paling besar dalam diri adalah perasaan malas karena kesibukan tugas sekolah dan belajar saat ada ujian (hambatan internal). Perasaan malas remaja untuk ikut kegiatan bersama Lingkungan itu wajar, karena sudah lelah dengan kegiatan di sekolahan maupun tugas-tugasnya. Oleh karena itu masa luang itu mereka gunakan untuk berkumpul bersama teman-temannya, melihat acara Televisi, bermain game, chatingan dan lain sebagainya. Oleh sebab itu remaja tidak perlu dipaksa maupun diancam supaya berangkat berkegiatan Lingkungan, karena mereka masih belajar mengolah dirinya. Namun pembinaan imannya juga perlu diberikan supaya

sejak awal, remaja diantar kepada kaidah-kaidah hidup kristiani serta mewujudkannya dalam hidup sehari-hari. Secara khusus, remaja perlu dibimbing mengembangkan hati nurani (bdk. GE 1), sehingga mampu memlih mana yang baik dan mana yang jahat, serta mampu bertindak atas pilihan itu (Nota pastoral DKP-KAS, 2008: 30). Perkembangan pribadi remaja juga disertai dengan perkembangan mental serta emosional yang sangat rentan dengan kepribadiannya kelak. Dalam bukunya “Pendampingan Kaum Muda” A.M. Mangunhardjana menyatakan:

“Mereka mulai berpikir secara kritis. Dengan kecakapan berpikir abstrak dan kritis itu, kaum muda menggali pengertian tentang diri mereka sendiri, membentuk gambaran diri mereka, peranan yang diharapkan dari mereka, panggilan hidup, dan masa depan mereka. semua ini adalah masalah yang tidak

Dokumen terkait