• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekoleksi sebagai upaya melibatkan remaja dalam pengembangan umat di lingkungan Santo Martinus Blendung, Paroki Santa Theresia Sedayu, DIY - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Rekoleksi sebagai upaya melibatkan remaja dalam pengembangan umat di lingkungan Santo Martinus Blendung, Paroki Santa Theresia Sedayu, DIY - USD Repository"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

SEDAYU, DIY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh : Gunarto NIM : 041124019

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

SANTO MARTINUS BLENDUNG, PAROKI SANTA THERESIA SEDAYU, DIY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh : Gunarto NIM : 041124019

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan Skripsi

Perkembangan dan kemajuan Gereja masa depan adalah tanggung jawab kita

bersama sebagai anggotanya dan itu tidak bisa dipungkiri lagi. Keberadaan Gereja di

masa yang mendatang tergantung seberapa banyak kita menaburkan benih iman

kepada generasi muda, juga seberapa dalam kita peduli terhadap tumbuh kembangnya

iman saat ini. Dalam kehidupan di masyarakat, remaja sedang belajar dan mengolah

kedewasannya sebagai proses pengembangan imannya. Pada masa yang

menyenangkan ini pula, remaja sedang dalam proses pencarian jati dirinya. Dalam

proses itu mereka sedang mengembangkan diri dan memilah-milah dalam memilih

mana yang terbaik bagi dirinya. Hanya dari pengaruh yang baik dari kehidupan

disekitar perkembangan remaja semakin terolah dengan baik. Orang yang lebih tua,

harus bisa memberikan contoh yang baik dalam bertindak, tidak hanya mengajak dan

menyuruh, tetapi harus bisa juga memberikan contoh dan terlibat bersama remaja.

Hal semacam ini akan menjadi dukungan yang berarti demi masa depan mereka dan

kemantapan mereka sebagai murid Kristus. Baik disadari, bahwa remaja zaman

sekarang berbeda jauh dengan kehidupan waktu muda orangtua mereka.

Permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi semakin beraneka macam seperti:

(21)

melihat acara televisi (pengaruh media), asyik bermain chating/internet, dan

sebagainya.

Sesuai dengan permasalahan yang mereka alami dan libati dalam kehidupan

sehari-hari, mereka semakin sulit untuk meletakan harapan dan pengembangan

imannya. Dalam Nota Pastoral KAS dikatakan: Namun yang paling terasa yaitu

berkembangnya berbagai arus zaman menjadikan remaja tidak mudah memilih nilai

yang bermakna dan berguna bagi hidup mereka (DKP-KAS, 2008: 4). Hal ini juga

dirasakan dalam pengembangan iman remaja di lingkungan Paroki Sedayu, dimana

remaja mulai terbawa arus perubahan jaman. Hanya sebagian kecil remaja yang

terlibat ikut kegiatan bina iman umat. Keterlibatan remaja sebagai masa depan

Gereja untuk mengikuti kegiatan gerejani makin luntur karena arus zaman. Dalam

setiap pelaksanaan kegiatan lingkungan, jarang remaja ikut ambil bagian, seperti

dalam latihan koor, Doa Rosario, Doa Novena, Perayaan hari besar maupun hari pesta

St. pelindung lingkungan, Doa lingkungan, dan sebagainya.

Sesuai dengan Nota Pastoral DKP-KAS, Keuskupan Agung Semarang

mengajak remaja terlibat dalam mengelola berbagai kegiatan bersama umat. Dengan

terlibat dalam kehidupan umat, dan remaja sejak dini dipupuk semangatnya untuk

ikut bertanggungjawab dalam hidup umat. Pembinaan seperti ini diharapkan dapat

menumbuhkan keyakinan, bahwa hidup adalah anugerah, panggilan, dan perutusan

(DKP-KAS, 2008: 5). Pelibatan remaja disetiap kegiatan lingkungan menjadikan

merasa diberi tanggungjawab karena merasa dibutuhkan. Selain itu juga tidak merasa

(22)

kegiatan tersebut, seperti halnya memimpin Doa rosario, membaca kitab suci,

mengisi pendalaman iman sesuai kreatifitas remaja, dan sebagainya. Pencairan

suasana yang tegang dan serius akan membuat semakin nyaman dalam mengikuti

kegiatan. Umumnya pemimpin pendalaman iman dalam menyampaikan pembinaan

amat monoton, yang membuat bosan remaja. Hanya dengan diberi kesempatan dan

kepercayaan remaja dapat terlibat dan menjadi bagian sebagai umat di lingkungan,

karena umat lingkungan tidak hanya terdiri dari orang tua saja, tetapi keseluruhan dari

sampai orang tua. Didalam lingkungan juga semua umat setara dalam

bertanggungjawab dengan ketua lingkungan sebagai pengkoordinir.

Perkembangan iman remaja umumnya dimulai dari dalam keluarga. Keluarga

merupakan tempat penanaman dan pengembangan iman yang pertama dan utama

dimulai dari pihak orang tua, baru oleh lingkungan sekitar. Dalam keluarga, dapat

terlibat dalam upaya mendalami iman bersama, sewaktu orangtua memberikan

bimbingan iman kepada anaknya. Setelah dari keluarga juga belajar terlibat dalam

pelayanan kasih umat lingkungan sekitar. Dalam persekutuan orang-orang beriman

semakin melibatkan dan mengembangkan kegiatan gerejani dalam lingkup luas yaitu

paroki. Lingkungan merupakan tempat berkumpul dan bertemunya umat secara

langsung. Oleh karena itu mulai dari keluarga orangtua mengemban misi untuk

menjaga dan melibatkan remaja. Keterlibatan remaja dalam kegiatan umat itu

merupakan tindakan serta partisipasi nyata dalam mengambil bagian

(23)

Dari uraian diatas ternyata perkembangan umat di Lingkungan umumnya

dilakukan bersama-sama/keseluruhan umat Lingkungan. Kegiatan di Lingkungan

yang melibatkan keseluruhan umat terutama remaja merupakan suatu upaya untuk

mengembangkan gereja kecil, yaitu paguyuban Lingkungan. Oleh sebab itu, dalam

skripsi ini penulis mengupayakan keterlibatan remaja dalam pengembangan umat di

Lingkungan. Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan diatas, penulis

memberi judul skripsi yang akan ditulis ini dengan “REKOLEKSI SEBAGAI

UPAYA MELIBATKAN REMAJA DALAM PENGEMBANGAN UMAT DI

LINGKUNGAN SANTO MARTINUS BLENDUNG, PAROKI SANTA THERESIA

SEDAYU, DIY ”.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan skripsi ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Apakah faktor-faktor penghambat dan pendukung untuk melibatkan remaja

dalam kegiatan umat Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia

Sedayu?

2. Bagaimana perkembangan remaja di Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki

St. Theresia Sedayu selama ini?

3. Rekoleksi yang bagaimana, dapat meningkatkan keterlibatan remaja dalam

(24)

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini, adalah sebagai berikut:

1. Menemukan faktor-faktor penghambat untuk melibatkan remaja dalam kegiatan

umat di Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia Sedayu.

2. Menemukan faktor-faktor pendukung untuk melibatkan remaja dalam kegiatan

umat di Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia Sedayu.

3. Menjelaskan Rekoleksi yang dapat meningkatkan keterlibatan remaja dalam

kegiatan umat di Lingkungan.

4. Mengetahui kegiatan apa saja yang dapat melibatkan remaja untuk

mengembangkan umat di Lingkungan.

5. Memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) Pendidikan, Program

Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu

Pendidikan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan ini, yang dapat menjadi gambaran dalam

pendampingan iman remaja dapat dipraktekan untuk melibatkan dalam

pengembangan umat di Lingkungan St. Martinus Blendung, Paroki St. Theresia

Sedayu. Penulisan skripsi ini ditujukan bagi:

1. Bagi Para Pendamping Umat Di Lingkungan St. Martinus Blendung, Paroki St.

(25)

Setelah membaca skripsi ini diharapkan mereka makin menyadari pentingnya

melibatkan remaja untuk mengembangkan umat Lingkungan.

2. Bagi Para Pendamping Remaja Lingkungan.

Mereka semakin termotivasi dalam kegiatan pelayanannya untuk mendampingi

remaja dalam mewujudkan paguyuban Lingkungan yang menyegarkan.

3. Bagi Para Pemerhati Remaja Di Daerah Lain.

Sebagai masukan untuk melaksanakan pendampingan dan pengembangan iman

remaja.

4. Bagi Penulis.

Semakin mendalami Rekoleksi sebagai salah satu upaya untuk melibatkan

remaja dalam pengembangan umat Lingkungan.

5. Bagi Pembaca.

Mendapat masukan pentingnya upaya melibatkan remaja dalam pengembangan

umat di Lingkungan.

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif

analitis dengan memanfaatkan studi pustaka yang selanjutnya dimanfaatkan untuk

mengkaji perolehan data dari penelitian lapangan, selanjutnya kajian ini menjadi

(26)

F. Sistematika Penulisan

Judul dari skripsi ini adalah “Rekoleksi Sebagai Upaya Melibatkan Remaja

Dalam Pengembangan Umat Di Lingkungan Santo Martinus Blendung, Paroki Santa

Theresia Sedayu, DIY”, yang dipaparkan dalam lima bab yaitu sebagai berikut:

Bab I, Pendahuluan yang terdiri dari: Latar belakang penulisan; gambaran isi

dari penulisan, rumusan permasalahan; berupa pertanyaaan dari segala hal yang

menjadi permasalahan skripsi ini. Tujuan penulisan; yang menjadi acuan dari

penulisan sehingga penulisan berjalan sesuai tujuan tersebut. Manfaat penulisan;

untuk menunjukkan, bahwa penulisan yang dilakukan sungguh memiliki manfaat

baik bagi pihak luar maupun bagi penulis sendiri. Metode penulisan; dilakukan

dengan metode deskriptif analitis dengan memanfaatkan studi pustaka yang

selanjutnya dimanfaatkan untuk mengkaji perolehan data dari penelitian lapangan,

selanjutnya kajian ini menjadi bahan untuk penyelesaian skripsi ini. Sistematika

penulisan; menunjukan gambaran global isi penulisan.

Bab II, dengan judul rekoleksi sebagai upaya melibatkan remaja dalam

pengembangan umat di lingkungan. Bab ini membahas tentang pengertian

perkembangan anak remaja, keterlibatan dalam pengembangan umat, arti umat

Lingkungan, rekoleksi sebagai usaha untuk memperkembangkan kehidupan iman

remaja melalui pendampingan rekoleksi remaja, diharapkan peserta dapat dikader

menjadi aktivis Lingkungan yang benar-benar menjadi murid-murid Kristus,

(27)

Bab III, Gambaran Umum Remaja Di Lingkungan Santo Martinus Blendung,

Paroki Santa Theresia, Sedayu, Diy. Bab ini membahas penelitian yang dilakukan

terhadap remaja Lingkungan Santo Martinus Blendung, Paroki Santa Theresia,

Sedayu yang meliputi; pengertian pengembangan iman remaja, keterlibatan remaja

dalam pengembangan umat, pengertian umat di lingkungan, harapan remaja terhadap

kegiatan pendampingan iman, hal-hal yang disukai dan tidak disukai remaja pada

kegiatan pendampingan iman.

Bab IV, Usulan Rekoleksi Sebagai Sarana Untuk Melibatkan Remaja Di

Lingkungan. Bab ini membahas dasar pemikiran penyusunan program rekoleksi,

tema dan dasar pemikirannya, penjabaran pendampingan remaja St. Martinus

Blendung, Paroki St. Theresia Sedayu, DIY melalui rekoleksi, dan contoh-contoh

persiapan rekoleksi

Bab V, pada penutup penulis memberikan kesimpulan dari seluruh isi dan

penulisannya. Penulis juga menyajikan hasil refleksi atas keseluruhan penulisan

skripsi. Selain itu penulis juga memberikan saran agar pelaksanaan Rekoleksi bagi

(28)

BAB II

GAMBARAN UMUM REMAJA

DI LINGKUNGAN SANTO MARTINUS BLENDUNG,

PAROKI SANTA THERESIA SEDAYU, DIY

A. Penelitian Tentang Keterlibatan Remaja Dalam Kegiatan Umat Di

Lingkungan St. Martinus Blendung

1. Pendahuluan

Berdasarkan uraian mengenai gambaran umum kegiatan remaja di Lingkungan

St. Martinus berkaitan dengan perkembangan umat di lingkungan pada bab II. Penulis

ingin mengetahui perkembangan remaja dan keterlibatannya dalam kegiatan di

Lingkungan, melalui sebuah penelitian yang dilakukan untuk mencari data. Hasil data

yang diperoleh diulas dan digunakan sebagai sumber penguat dalam penulisan

skripsi.

a. Latar Belakang

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana pengembangan

remaja dalam keterlibatannya di lingkungan, yang dimulai dari keaktifan remaja

dalam mengikuti kegiatan selama ini. Hal ini untuk menguatkan bahwa remaja masih

memerlukan pendampingan dari segi imannya. Dari gereja mengharapkan remaja

Katolik bisa tumbuh dalam iman Kristiani sebagai murid-murid Kristus yang sejati.

Oleh sebab itu remaja sejak awal mulai diajarkan untuk mulai terlibat dalam

kehidupan iman bersama umat yang lain. Pembinaan iman remaja sendiri tidak lepas

(29)

dari hubungan orang-orang terdekat, yakni keluarga serta umat di Lingkungan.

Namun dalam penelitian ini lebih-lebih untuk melihat keterlibatan remaja bersama

umat di Lingkungan dalam segala kegiatan gerejani yang ada. Mengapa hanya dalam

lingkup Lingkungan saja? Karena lingkup Lingkungan sebagai tempat berkumpulnya

jemaat yang paling kongkret. Di dalam lingkup Lingkungan umat saling berkumpul

dan bertemu secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang terungkap

dalam pemahaman tentang Lingkungan yaitu sebagai berikut:

“Jemaat lingkungan merupakan bagian kongkret Gereja, persekutuan umat iman yang dijiwai semangat persaudaraan Injili dan penuh-penuh melibatkan diri dalam masyarakat. Dalam kenyataan sehari-hari jemat lingkungan membaur dalam masyarakat sekitar, dalam konteks budaya, sosio-ekonomi dan sosio-politiknya, dan karena itu berada dalam posisi untuk secara langsung memberi kesaksian mengenai Injili Yesus Kristus. Melalui para anggota jemaat itulah iman kristiani langsung menggarami masyarakat dalam kehidupan sehari-hari” (KKD-KAS, tentang Pastoral Lingkungan dengan catatan, Hal. 4).

Pengembangan umat di lingkungan juga sebagai salah satu peluang untuk

mengembangkan jemaat secara menyeluruh dimana anak, remaja, mudika, dan orang

dewasa atau orang tua bisa berkumpul dalam iman dalam suasana yang

menyenangkan.

Penelitian ini dilakukan untuk menemukan peluang apa yang bisa untuk

mendampingi iman remaja sendiri berdasarkan usulan dari remaja. Dengan peluang

ini yang nantinya dilaksanakan untuk mendampingi mereka dalam membantu

menemukan keterlibatan mereka di Lingkungan sebagai murid-murid Kristus. Oleh

sebab itu, penelitian ini dilaksanakan untuk melihat faktor-faktor pendukung dan

(30)

Martinus Blendung. Dari waktu kewaktu Gereja telah berusaha terus untuk

meningkatkan pengembangan jemaat beriman Kristiani secara menyeluruh. Oleh

sebab itu melalui usulan sebuah rekoleksi ini bisa menjadikan salah satu gerakan

yang dapat mengembangkan jemaat beriman secara menyeluruh di Lingkungan.

Gerakan ini terutama ditujukan untuk remaja supaya menjadi penggerak generasi

baru didalam pengembangan Gereja dimasa mendatang.

b. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang remaja di Lingkungan St. Martinus, memunculkan

beberapa masalah yang hendak dikaji sebagai berikut:

1) Bagaimana keterlibatan remaja dalam kegiatan umat di Lingkungan St.

Martinus Blendung Paroki St. Theresia Sedayu?

2) Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat keterlibatan remaja dalam

kegiatan umat di Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia

Sedayu?

3) Bagaimana kegiatan-kegiatan yang diharapkan remaja terhadap pembinaan

iman yang dilaksanakan dalam mengembangkan umat di Lingkungan St.

Martinus Blendung Paroki St. Theresia Sedayu melalui Rekoleksi ?

c. Tujuan Penelitian

(31)

1) Mengetahui sejauh mana keterlibatan remaja dalam kegiatan umat di

Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia Sedayu.

2) Menemukan faktor-faktor pendukung dan penghambat remaja dalam kegiatan

umat di Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia Sedayu.

3) Kegiatan yang diharapkan dari remaja terhadap kegiatan pembinaan iman yang

akan dilaksanakan di Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia

Sedayu melalui Rekoleksi .

2. Kajian Pustaka

Remaja adalah orang yang berada pada masa peralihan anak-anak menjadi

orang dewasa. Karena pada masa peralihan inilah, maka ada banyak persoalan

sehubungan dengan kepribadian dan perkembangan remaja yang seharusnya

mendapat perhatian khusus dalam pembinaan. Elizabet B. Hurlock mengatakan,

perkembanagan itu melibatkan perubahan. Perkembangan, berkaitan dengan

perubahan kualitatif dan kuantitatif. Ia dapat didefinisikan sebagai deretan progresif

dari perubahan yang teratur dan koheren. “Progresif” menandai bahwa perubahannya

terarah, membimbing mereka maju dan bukan mundur. “Teratur” dan “Koheren”

menunjukan adanya hubungan nyata antara perubahan yang terjadi dan yang telah

mendahului atau yang akan mengikutinya (Elizabet B. Hurlock, 1988: 23). Masa

perkembangan bagi sangat perlu diperhatikan terutama dari segi perkembangan iman

dan jiwanya. Pengaruh dari perkembangan juga dipengaruhi dari pembentuk atau

(32)

keluarga harus ada yang membimbing untuk mengarahkan perubahan yang

berdampak positif bukan dampak negatife.

Tantangan remaja di jaman sekarang sudah semakin banyak dan luas, terlebih

pada gerak kehidupan menggereja dan bermasyarakat. Hal ini terlihat dari segi

permasalahan kehidupannya, seperti halnya: cinta dan seks, depresi, tidak percaya

diri, masalah dalam keluarga, terjerumus kemajuan peralatan elektronik, dan lain

sebagainya. Agar remaja memiliki semangat dalam menjalani kehidupannya, perlulah

suatu pembinaan iman yang benar. Salah satunya remaja diajak untuk terlibat dalam

kegiatan-kegiatan gerejani. Hal ini menjadikan suatu pembinaan iman semakin

terolah dan semakin kuat. Seperti halnya dalam buku Nota Pastoral yang menyatakan:

remaja juga sedang berkembang dalam hal iman. Anak dan remaja dapat mengembangkan iman mereka dengan mengikuti aneka macam kegiatan bina iman; dengan membaca buku-buku rohani, dengan berdoa dan ikut serta dalam ibadat bersama umat lingkungan, wilayah atau paroki; dengan belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan hidup Yesus, dan dengan terlibat dalam hidup umat, dan remaja sejak dini dipupuk semangatnya untuk ikut bertanggungjawab dalam hidup umat. Pembinaan seperti ini diharapkan dapat menumbuhkan keyakinan, bahwa hidup adalah anugerah, panggilan dan perutusan. Ditumbuhkan pula semangat untuk mengabdikan diri bagi perutusan Gereja: baik sebagai awam yang cerdas, tekun dan setia menjadi garam dan ragi di tengah masyarakat, maupun dengan terbuka menanggapi panggilan khusus sebagai imam, bruder atau suster. Oleh karena itu, sangat didorong agar anak dan remaja diberi peran dalam kegiatan umat, misalanya dalam ibadat dengan memberikan kepada mereka tugas untuk koor, lektor, pembawa persembahaan dan tugas-tugas lainnya (Nota Pastoral KAS, 2008: 4).

Gereja dalam jemaat lingkungan adalah persekutuan umat yang dengan

semangat persaudaraan Injili berada langsung membaur dalam masyarakat sekitar.

Oleh karenanya jemaat lingkungan hanya ada dalam posisi menggarami masyarakat

(33)

lingkungan masih perlu berusaha agar hidup dan posisinya dihayati sesuai dengan

ajaran Injil. (“Kebijakan-Kebijakan Dasar Keuskupan Agung Semarang”, 2008: 4).

Pada hakikatnya umat lingkungan adalah persaudaraan Injili yang memiliki

posisi strategis menjadi garam, ragi, dan terang masyarakat (Mat. 5:13, 15). Umat

lingkungan merupakan “bagian kongkrit Gereja, persekutuan umat beriman yang

dijiwai semangat persaudaraan Injili dan penuh-penuh melibatkan diri dalam

masyarakat”. Kegiatannya tidak terbatas pada bagian kegiatan internal yang meliputi

liturgy dan tata organisasi, tetapi juga mengembangkan kegiatan eksternal

kemasyarakatan (bdk. PDDP 2004 ps.8).

Karena lingkupnya yang kecil, umat lingkungan dapat memberi kesempatan

bagi dan remaja untuk merasa sebagai bagian dari umat. Ini adalah suatau

pengalaman yang sangat penting dalam perkembangan iman dan remaja. Dalam

pertemuan doa-doa lingkunagan dan remaja dapat dilibatkan untuk membaca Kitab

Suci serta membawakan doa dan nyanyian. Bahkan tidak tertutup kemungkinan untuk

memberi kesempatan bagi dan remaja untuk merencan pertemuan doa lingkungan,

dengan ungkapan doa dan nyanyian yang sesuai dengan semangat remaja. (Nota

Pastoral KAS, 2008: 38).

3. Metodologi Penelitian

Pada bagian ini, penulis membahas mengenai metode penelitian yang meliputi:

pendekatan penelitian, pemilihan setting dan waktu penelitian, responden penelitian,

(34)

a. Pendekatan Penelitian

Berhubung yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah untuk

mendiskripsikan keterlibatan remaja dalam kegiatan di Lingkungan St. Martinus

Blendung, maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

Dalam penelitian ini untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata

tertulis atau lisan sesuai dengan realitas yang saling berhubungan tanpa adanya

manipulasi atau perlakuan yang di buat-buat terhadapnya. Jadi, baik subyek maupun

obyek penelitiannya bersifat alamiah.

b. Pemilihan Seting dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di Lingkungan Santo Martinus Blendung

Paroki Santa Thereia Sedayu. Berdasarkan keprihatinan atas remaja yang kurang

diperhatikan dan kurang pula keterlibatannya dalam hidup menggereja. Adapun

penelitian ini akan diadakan pada bulan Oktober-November 2009.

c. Responden

Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang

berumur 12 tahun – 23 tahun dari lingkup Lingkungan St. Martinus Blendung,

dengan jumlah remaja sekitar 20. Untuk memperlancar pencarian data, peneliti

melakukan wawancara dengan mengambil seluruh remaja yang aktif dalam kegiatan

(35)

d. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan dipakai adalah

dengan wawancara mendalam sebagai teknik komunikasi langsung supaya

pertanyaan yang diajukan dapat dipahami responden dengan jelas. Seperti yang telah

diungkapkan oleh wasito: “wawancara merupakan alat pengumpul data untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu: pewawancara (interview),

responden (interview), pedoman wawancara, dan situasi wawancara” (Wasito, 1992:

71). Wawancara diarahkan pada pemahaman responden tentang masalah yang diteliti,

melalui pertanyaan yang bersetruktur namun tetap terbuka.

Pengumpulan data juga dilakukan dengan observasi untuk mengamati secara

langsung kegiatan remaja di Lingkungan. Menggunakan kamera digital untuk

mengambil foto-foto sebagai alat untuk mendokumentasikan kejadian di lapangan.

e. Variabel Penelitian

Penelitian ini dilaksan untuk mengukur 3 variabel supaya mempermudah dalam

pelaksanaan pendampingan iman remaja, yaitu sebagai berikut:

1. Keterlibatan remaja dalam kegiatan umat di Lingkungan St. Martinus Blendung

Paroki St. Theresia Sedayu.

2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat keterlibatan remaja dalam kegiatan

(36)

3. Kegiatan yang diharapkan dari remaja terhadap kegiatan pembinaan iman yang

akan dilaksan di Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia Sedayu

melalui Rekoleksi.

f. Definisi Operasional

Didalam definisi operasional ini terdapat 3 pemahaman yang dijabarkan yaitu

sebagai berikut:

1. Keterlibatan remaja dalam kegiatan umat di Lingkungan St. Martinus Blendung

Paroki St. Theresia Sedayu.

Keterlibatan remaja dalam kegiatan umat di Lingkungan adalah sebagai

usaha peran serta atau partisipasi remaja untuk ambil bagian di dalam suatu

kegiatan untuk mencapai keberhasilannya. Keberhasilan disini diartikan berapa

jumlah kehadiran remaja (frekuentif) untuk ikut terlibat dalam mengguyubkan

umat di lingkungan dan dari kesungguhannya dalam mengikuti kegiatan

(intensitas).

2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat keterlibatan remaja bersama umat di

Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia Sedayu.

Faktor-faktor pendukung dan penghambat keterlibatan remaja bersama

umat adalah suatu usaha untuk membantu remaja menemukan hal-hal yang

menjadi penghambat dan pendukung keterlibatannya dalam mengikuti kegiatan

di lingkungan baik dari segi internal (diri sendiri) maupun eksternal

(37)

Lingkungan), maupun situasi kondisi pelaksanaan kegiatan (waktu pelaksanaan,

jarak tempat kegiatan, proses pelakasanaan kegiatan).

3. Kegiatan yang diharapkan dari remaja terhadap kegiatan pembinaan iman yang

di laksanakan di Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia Sedayu

melalui Rekoleksi .

Dalam persiapan pelaksanaan Rekoleksi remaja dalam wawancara

diminta untuk memberikan usulan metode pelaksanaan dengan mengangkat topik

yang menarik dan bentuk kegiatan yang diinginkan.

g. Kisi-kisi

Untuk mempermudah dan mempelancar dalam melaksan wawancara, maka

penulis membuat pedoman wawancara atau pertanyaan-pertanyaan berdasarkan

definisi operasional melalui kisi-kisi sebagai berikut:

Tabel 1.

Operasional Variabel Aspek Indikator

1. Keterlibatan Remaja

Dalam Kegiatan Umat

Di Lingkungan

Keterlibatan remaja

dalam kegiatan

−Hadir atau tidak hadir

(frekuentif).

− Mampu menjelaskan

maksud dari kegiatan

atau pertemuan yang

diikuti (intensitas). 2. Faktor-Faktor Pendukung Dan Pendukung: − Internal

(38)

kegiatan-Penghambat Keterlibatan

Remaja Bersama Umat

Di Lingkungan

Penghambat:

Internal

Eksternal

kegiatan di lingkungan:

mengikuti (hadir).

−Ingin mengikuti

kegiatan-kegiatan di lingkungan:

semangat.

−Ada ajakan dari teman.

−Disuruh oleh orang tua.

−Disuruh oleh umat lain

(pengurus lingkungan).

−Keinginan untuk

mengikuti

kegiatan-kegiatan: tidak ingin.

−Tidak ingin mengikuti

kegiatan-kegiatan di

lingkungan: malas (lebih

senang dirumah liat Tv

atau main bersama

teman).

−Tempat kegiatan yang

jaraknya jauh.

−Kegiatan dilaksanakan

(39)

lama.

−Proses pelaksanaan

kegiatan yang monoton.

−Tidak diperbolehkan oleh

orang tua.

3. Kegiatan Yang

Diharapkan Dari Remaja

Terhadap Kegiatan

Pembinaan Iman Yang

Akan Di Laksanakan Di

Lingkungan St. Martinus

Paroki St. Theresia

Sedayu

Melalui Rekoleksi

Metode pendampingan

Bentuk kegiatan

− remaja mengusulkan

secara langsung metode

pendampingan yang

dipakai.

−Bentuk kegiatan remaja

yang dilaksanakan.

−Usulan Tema dari remaja

Tabel 2.

Pedoman Wawancara

No. Aspek Item

1. Keterlibatan remaja

dalam kegiatan

1. Apakah setiap ada kegiatan di Lingkungan

menghadirinya?

2. Apakah mengerti maksud yang ingin disampaikan

(40)

2. Pendukung:

Internal

Eksternal

3. Apakah senang menghadiri setiap ada kegiatan di

Lingkungan?

4. Apakah dalam mengikuti kegiatan tersebut penuh

dengan semangat?

5. Kira-kira siapa yang sering mendorong untuk

menghadiri kegiatan tersebut? (Ada ajakan dari

teman, disuruh oleh orang tua, disuruh oleh umat

lain atau pengurus lingkungan).

3. Penghambat:

Internal

Eksternal

6. Apakah tidak senang untuk meghadiri kegiatan di

Lingkungan?

7. Kenapa tidak ingin mengikuti kegiatan-kegiatan di

Lingkungan?

8. Hambatan apa yang muncul sewaktu mau

menghadiri kegiatan di Lingkungan? (Tempat

kegiatan yang jaraknya jauh, kegiatan

dilaksanakan malam hari dan terlalu lama, proses

pelaksanaan kegiatan yang monoton, tidak

diperbolehkan oleh orang tua.)

4. Metode

pendampingan

9. Metode yang bagaimana untuk pendampingan

remaja nanti?

(41)

b. Nonton film

c. Permainan

d. Olah pengalaman

5. Bentuk kegiatan 10. Bentuk kegiatan dalam pendampingan dengan

cara yang bagaimana?

a. Rekoleksi Singkat

b. Out bond

c. Seminar

6. Usulan Tema 11. Dalam pendampingan remaja nanti tema apa

yang mau diangkat?

h. Teknik Analisa Data

Analisa yang digunakan dalam penelitian ini memakai data kualitatif yaitu

dengan membaca data yang telah diolah. Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah

menemukan teori dari data (Moleong, 1989: 104). Analisa data juga dipergunakan

untuk mendalami dan memahami hasil penelitian secara sistematis yang dilakukan

selama pelaksanaan dilakukan, jadi data yang telah diperoleh langsung dikerjakan.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Moleong yaitu sebagai berikut:

(42)

B. Laporan Hasil Penelitian

Bagian ini akan disampaikan hasil dari penelitian di lingkungan St. Martinus

Blendung temuan secara umum dan secara khusus. Dalam penelitian ini penulis

mewancari 20 responden, pada tanggal 29 oktober 2009 sampai pada tanggal 27

november 2009. Proses wawancara dilakukan dengan mendatangi remaja satu

persatu dirumahnya, hal ini dilakukan untuk membuat suasana kerjasama dalam

mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya.

Hasil observasi dan wawancara yang diperoleh penulis dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Gambaran Umum dan Keadaan Umat Lingkungan Santo Martinus

a. Letak Geografis

Berdasarkan letak geografinya Lingkungan St. Martinus adalah bagian dari

Paroki St. Theresia Sedayu, serta bagian dari wilayah Keuskupan Agung Semarang

yang merupakan persekutuan (communio) umat beriman KAS. Persekutuan umat

beriman ini “yang disatukan berdasarkan kesatuan Bapa dan Putera dan Roh Kudus”

(Lumen Gentium 4). Paroki St. Theresia Sedayu termasuk kabupaten Bantul, seperti

terungkap dalam buku PPDP-Paroki St. Theresia Sedayu yang terletak kira-kira 12

km ke arah barat dari kota Yogyakarta, di dekat rel kereta api jurusan Yogya – Kroya

( NN, 2008: 7). Sedangkan Lingkungan St. Martinus terletak di sebelah utara Paroki

St. Theresia Sedayu yang termasuk Kabupaten Sleman dan dekat dengan perbatasan

(43)

Sedangkan untuk pembagian Wilayah dan Lingkungan Paroki St. Theresia

Sedayu dalam “Buku Kenangan Penuh Syukur 80 Th Gereja St. Theresia Sedayu

(NN, 2007: 51-52)”, menyebutkan;

“Struktur paguyuban basis yang baru, Paroki St. Theresia Sedayu terbagi menjadi 25 lingkungan. Dalam sistem yang baru ini, tiap lingkungan memiliki santo-santa pelindung yang dicantumkan sebagai nama lingkungan. Berikut adalah nama kedua puluh lima lingkungan yang terbagi dalam lima wilayah, yaitu:

a) Wilayah Tengah; meliputi Ignatius (Ngingas), Yohanes Pembaptis (Gubug), Mateus (Jurug), Stephanus (Goser), Paulus (Sedayu), dan Andreas (Pedusan).

b) Wilayah Barat; meliputi Petrus Kanisus (Salamrejo), Yohanes Rasul (Sentolo), Antonius (Malangan), dan Yohanes Maria Vianey (Klangon). c) Wilayah Selatan; meliputi Lukas (Sundi), Markus (Semampir), Yoakhim

(Demangan), Fransiskus Asisi (Taman Sedayu Metes), dan Yohanes Bosco (Sedayu Permai Metes).

d) Wilayah Timur; meliputi Pius X (Surobayan), Vincentius (Panggang), Agustinus (Sengon), dan Petrus (Kemusuk).

e) Wilayah Utara; meliputi Gregorius (Tiwir), Martinus (Blendung), Fransiskus Xaverius (Gesikan), Yustinus (Nglahar), Albertus (Kaliduren), dan Aloysius (Kaliduren).

Dalam PPDP Paroki St. Thresia Sedayu menambahkan susunan yang ada di

setiap lingkungan, yaitu sebagai berikut:

“Setiap lingkungan mempunyai susunan kepengurusan sebagai berikut: Ketua, Sekretaris, Bendahara, Tim Kerja Liturgi, Tim Kerja Pewartaan, Tim Kerja Pengembangan Sosial Ekonomi, Tim Kerja Ibu-Ibu lingkungan, Tim Kerja Pendampingan Keluarga Lingkungan, Tim Kerja Pangruktilaya. Sedangkan lingkungan yang mempunyai kemampuan lebih boleh mempunyai tim kerja lain” (NN, 2008: 19).

Sesuai dengan pembagian Wilayah diatas, lingkungan St Martinus termasuk

Wilayah Utara. Yang mencakup beberapa dusun, yaitu: Dusun Depok, Dusun

Blendung, Dusun Tiwir, Dusun Dukuh, Dusun Nangsri, dan Dusun Papungan. Di

(44)

Sekolahan TK, Sekolahan SDN, dan Sekolahan SMPN. Sedangkan untuk Kapel St.

Ambrosius berada di Dusun Tiwir yang tidak begitu jauh dari Dusun Blendung.

Kapel ini di pergunakan umat Wilayah Sumbersari (Utara) untuk Misa setiap minggu

Ke-dua hari sabtu sore dan hari minggu Ke-empat minggu pagi, jika tidak ada Misa

diganti ibadat sabda biasanya pada sabtu sore, dan untuk tempat pelatihan Misdinar.

b. Keadaan Umat

Umat Lingkungan St. Martinus bertempat tinggal di daerah pedesaan, yang

bertetangga rukun dengan umat beragama lain (Islam). Kerukunan tersebut dapat

terlihat dengan adanya karang taruna, gotong royong, karawitan, perkumpulan

ibu-ibu PKK, dan sebagainya. Tingkat sosial dan ekonomi umat di lingkungan St.

Martinus beraneka ragam yang sebagian besar ekonomi menengah, yaitu banyaknya

para pegawai kantoran. Mata pencaharian sebagian umat sehari-hari adalah bertani

dan berdagang. Namun dengan adanya perbedaan penggolongan tersebut tidak

mempengaruhi keselarasan antara umat Lingkungan St. Martinus untuk bekerjasama

dan saling mengisi dalam mewujudkan paguyuban Lingkungan.

Jumlah umat Lingkungan St Martinus mencakup 46 KK (129 jiwa), yang dapat

(45)

Tabel 3.

No Nama Dusun Jumlah Umat Jumlah

Remaja

Jumlah

Balita

Jumlah

KK

1 Blendung 49 10 5 27 KK

2 Depok 17 __ 3 5 KK

3 Dukuh 25 6 3 12 KK

4 Nangsri 3 1 __ 1 KK

5 Papungan 9 2 2 3 KK

6 Tiwir 56 7 6 29 KK

Total 158 20 19 77 KK

Lingkungan Martinus merupakan salah satu dari lingkungan di Paroki St.

Theresia Sedayu yang persebaran umatnya berada di lebih dari satu dusun. Umat

tersebar dari beberapa dusun dari 46 KK yang terdiri dari: 5 KK yang berada di

Dusun Depok, 13 KK di Dusun Blendung, 17 di Dusun Tiwir, 7 KK di Dusun Dukuh,

1 KK di Dusun Nangsri, dan 3 KK berada di Dusun Papungan. Jumlah remaja di

Lingkungan St. Martinus selama tahun 2007 – 2009 (3 tahun terakhir) berjumlah 20

remaja. Namun penghitungan remaja tersebut didasarkan pada umur dan situasi

mereka. Remaja tersebut sebagian masih baru karena dari PIA, mereka umumnya

sudah bisa membaca dan menulis dan yang remaja dewasa umumnya adalah

(46)

remaja, umumnya ikut mudika terkecuali yang ikut misdinar. Walaupun sebagian

kecil sudah mengikuti kegiatan PIA, Misdinar, maupun Mudika hanya orang tertentu

saja yang aktif. Pada setiap kegiatan bersama umat di lingkungan juga banyak yang

tidak ikut berperan serta.

c. Kegiatan-kegiatan Umat Di Lingkungan St. Martinus Blendung

Demi berkembangnya umat secara menyeluruh, Paroki St. Theresia Sedayu

membuat pemekaran Lingkungan. Dari 25 lingkungan tersebut, lingkungan Blendung

memakai nama St. Martinus yang diketuai saat ini oleh Bapak Fx. Gimin. Umat

Lingkungan Blendung menghayati dan mengenang perjuangan St. Martinus yang

menjunjung tinggi keadilan dan menentang sistem paksaan dalam artian menjunjung

kebebasan. Martinus merupakan salah seorang diantara orang-orang suci pertama

yang bukan martir. Nilai-nilai Iman inilah yang mau diperjuangkan oleh umat

Lingkungan Blendung sebagai landasan untuk mengembangkan dan mewujudkan

paguyuban iman di Lingkungan yang diperingati setiap tanggal 11 November.

Adapun untuk kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan di Lingkungan St.

Martinus, seperti yang tertulis dalam Buku Kenangan Penuh Syukur 80 Th Gereja St.

Theresia Sedayu, menyebutkan;

Namun dengan keadaan yang demikian adanya tidaklah mematahkan semangat umat untuk giat dalam berkegiatan di Lingkungan. Dapat dilihat dari kegiatan lingkungan yang sudah dilaksanakan oleh umat di lingkunagn Martinus Blendung, diantaranya:

1) Renungan pendalaman iman oleh Ibu-ibu dan Bapak-bapak setiap malam selasa, ditutup dengan arisan.

(47)

3) Kegiatan UB (Usaha Bersama) oleh Bapak-bapak, pertemuan dilaksan setiap malam jumat kliwon dan selalu diawali dengan pendalaman iman secara bergilir.

4) Pertemuan Ibu-ibu Lingkungan setiap tanggal & setiap bulannya.

5) Kegiatan bersama-sama seperti Doa Rosario, mengunjungi orang sakit, ziarah bersama.

6) Paguyuban Ibu-ibu dalam paguyuban Pangruktiloyo.

7) Kegiatan Pendampingan Iman (PIA) setiap hari Minggu jam 10.00 yang didampingi oleh mudika.

8) Pertemuan rutin mudika setiap sebulan satu kali.

9) Selain itu umat juga bersama-sama melaksan tugas koor baik di Kapel maupun di Gereja.

Selain kegiatan diatas, umat Martinus juga mengadakan renungan-renungan baik selama Adven, prapaskah maupun Bulan Kitab Suci. Dengan mengikut sertakan beberapa mudika dalam kepengurusan lingkungan diharapkan membawa suasana lingkungan yang semakain segar menceriakan sehingga semua umat semakin banyak yang terlibat (NN, 2007: 51-52).

d. Perkembangan Umat Selama Tiga Tahun Terakhir

Kegiatan-kegiatan pengembangan umat di Lingkungan disesuaikan dari

adanya empat tim kerja yang telah dibentuk oleh dewan paroki sesuai 4 bidang

utama kegiatan Gereja. Kegiatan pengembangan umat di Lingkungan tersebut tidak

terorganisir dengan baik, namun bisa berjalan. Bidang-bidang tersebut diantaranya:

Tim kerja bidang Liturgi/Peribadatan, menjalankan kegiatannya dengan

melaksan tugas saat mendapatkan tugas koor di kapel ataupun di gereja paroki serta

pembagian tugas (lektor, pemazmur, dan putra altar); termasuk juga adanya

pembinaan bagi para putra altar; serta penyediaan uang khas untuk merangkai bunga

saat dapat tugas menghias altar di kapel maupun di gereja.

Tim kerja bidang Pewartaan/Kerygma, menjalankan kegiatannya dengan

(48)

komuni, dan krisma di paroki; pendalaman Kitab Suci yang biasanya diikuti oleh

ibu-ibu.

Tim kerja bidang koinonia atau persaudaraan dan keakraban, kegiatan ini

sering ditemui ketika umat lingkungan sedang berkumpul sebelum pelaksanaan Misa

atau doa bersama dan sesudah perayaan misa atau doa bersama. Di sini dialami dan

dibangun kebersamaan antar saudara seiman; juga terjadi seperti dalam kegiatan

pertemuan ibu-ibu Warga Katolik maupun pertemuan Usaha Bersama (UB) oleh

bapak-bapak yang diawali terlebih dahulu dengan pendalaman iman; dan pertemuan

rutin mudika sebulan sekali.

Tim kerja bidang diakonia atau pelayanan sosial dan kemasyarakatan,

mengadakan kegiatan bersih-bersih makam/pasarean dan kerja bakti membersihkan

selokan yang ada di desa/perkampungan blendung (sekali dalam 1 tahun). Adapun

kehendak baik dari salah satu keluarga umat katolik yang membuka lapangan

pekerjaan berupa penggilingan padi dan peternakan sapi, yang perkerjanya dari kaum

yang tidak punya.

2. Temuan Khusus Hasil Wawancara

Peneliti mulai mencari data dengan melakukan wawancara dengan responden

sebagai langkah awal dalam menindak lanjuti adanya keprihatinan kegiatan remaja di

lingkungan. Hal ini menjadi tugas yang berat dalam mencari informasi, karena

membuat janji terlebih dahulu pada responden lalu mendatangi kerumahnya untuk

(49)

yang tidak menerima karena masih malu dan sibuk dengan kegiatan sekolah. Hasil

dari wawancara dengan remaja ditulis sesuai dari ungkapan yang di ucapkan remaja

sendiri, sedangkan yang di tulis hanya perwakilan dari sebagian responden yang telah

dikuatkan dari pendapat responden yang lain. Mengapa hal ini dilakukan karena hasil

atau jawaban dari wawancara dengan remaja ada kesamaan.

Peneliti melaporkan hasil wawancara serta berdasarkan alasan-alasan dari

remaja sendiri, yaitu sebagai berikut:

a. Keterlibatan remaja di dalam kegiatan di Lingkungan.

Peneliti mendapatkan hasil dari wawancara dengan remaja untuk melihat

bagaimana kehadiran remaja dalam kegiatan di Lingkungan beserta alasannya yaitu

sebagai berikut:

1) Apakah setiap ada kegiatan di lingkungan sering menghadirinya?

− Sering ikut, karena dalam artian berusaha untuk mengikuti kegiatan yang ada

karena ingin berkumpul.

− Sering datang dan berusaha untuk datang, karena terkadang dirumah tidak ada

teman dan ikut karena diajak oleh bapak dan ibu .

− Kadang-kadang, karena menghadiri saat senang dengan kegiatan yang di ikuti.

− Lumayan, tapi tidak sering banget (namanya juga muda kalo mau datang ya

datang tapi kalo tidak ya tidak atau tergantung teman yang lain).

(50)

− Karena sudah banyak tugas dari sekolahan, malas jika berkumpul dengan orang

tua.

− Merasa tidak bebas jika berkumpul dengan orang tua itu, lebih asik jika

berkumpul dengan teman-teman sebayannya.

b. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Keterlibatan Remaja Bersama Umat

Di Lingkungan.

(Pendukung dan penghambat Internal):

1) Apakah mengerti maksud yang mau disampaikan dalam kegiatan tersebut?

Ada 13 responden yang menyatakan mengerti maksud dalam mengikuti

kegiatan di Lingkungan. Alasannya sebagai berikut:

− Mengerti karena untuk kebersamaan

− Mengerti karena mendengarkan dari si pengisi acara dan belajar yang

disampaikan lalu mendalami. Senang (memperkaya pengetahuan) dan untuk

interaksi sosial.

− Ya kalo yang bicara jelas dan tidak bikin ngantuk tidak mau dengerin.

2) Apakah senang menghadirinya?

− Senang bisa berkumpul dengan teman-teman biar guyub.

− Senang soalnya bisa berkumpul dan tukar pikiran dengan saudara yang lain.

(51)

− Senang dalam kegiatan tertentu saja bisa kumpul-kumpul dengan mudika.

− Tidak senang kumpul dengan orangtua karena terlalu resmi dan faktor usia.

− Merasa tidak nyaman saja.

− Lebih senang kumpul dan nongkrong sambil gitaran sama teman-teman.

3) Apakah dalam mengikuti kegiatan tersebut penuh dengan semangat?

− Penuh semangat, perasaan senang dan semangat ada keinginan untuk berkumpul

dengan teman sebaya.

− Sesuai dengan situasi. Semangat jika teman-teman yang lain juga berangkat.

− Jelas dengan penuh semangat, karena bisa berkumpul merasakan guyub.

− Semangat kalo ada teman-teman.

− Semangat, yang namanya kegiatan itu harus dijalani dengan semangat.

(Pendukung dan penghambat eksternal):

4) Siapa yang sering mendorong untuk menghadiri kegiatan tersebut?

− Keinginan diri sendiri

− Orangtua.

− Di suruh oleh kakak.

− Banyakan ajakan dari teman.

5) Hambatan yang muncul sewaktu mau mengikuti kegiatan di lingkungan?

(52)

− Banyak tugas dari sekolahan dan waktunya tidak pas.

− Acara terlalu lama dan gitu-gitu saja bikin ngantuk.

− Malas untuk berkumpul dengan orang tua.

− Males karena capek habis pulang dari kegiatan di sekolahan.

− Karena males dan bosen karena itu-itu saja, monoton dan terlalu lama.

c. Kegiatan Yang Diharapkan Remaja Terhadap Kegiatan Pembinaan Iman Yang

Akan Dilaksanakan Di Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia

Sedayu Melalui Rekoleksi .

1) Metode yang bagaimana untuk pendampingan remaja nanti?

− Olah penglaman dan nonton film karena dengan liat film kita bisa langsung

mengerti dan tidak bosen.

− Permainan beregu terus sering pengalaman.

2) Bentuk kegiatan dalam pendampingan nanti dengan cara apa?

− Bentuk dengan rekoleksi singkat

− Dengan bentuk semi outbond dan rekoleksi singkat.

3) Tema apa yang mau diangkat dalam pendampingan nanti?

− Kebersamaan; bersatu kita teguh bercerai kita runtuh

(53)

− Mendorong anak muda menjadi motor yang kreatif buat Lingkungan

− Shering, berbagi cerita dan berbagi rasa

− Perkembangan remaja di Lingkungan

− Peran remaja dalam membangun umat

− Cinta kasih dan persaudaraan

− Kebersamaan remaja dalam menjalin hubungan

− Bersama anak, remaja, kaum muda, dan orang tua membangun Gereja

− Remaja terlibat di Lingkungan

− Sungguh senang bisa berkumpul bersama

− Remaja dengan perkembangan jaman

4) Kegiatan-kegiatan Lingkungan apa saja yang pernah di ikuti?

− Rosario, rekoleksi, doa bersama, novena, PIA, latihan koor, Putra Altar,

menjenguk orang sakit, jalan salib, dan Mudika.

3. Pembahasan Hasil Wawancara

a. Keterlibatan Remaja Bersama Umat Di Lingkungan.

Dari hasil wawancara didapatkan ada beberapa remaja yang membagi waktunya

(54)

sekali. Dari sini peneliti dapat membahas hasil wawancara bersama remaja sesuai

dengan kenyataannya, yaitu sebagai berikut:

Remaja yang menyatakan sering berangkat memberikan alasan yang

menyatakan karena karena ingin berkumpul dan terkadang dirumah tidak ada teman

serta ikut karena diajak oleh bapak dan ibu. Dari alasan tersebut remaja datang karena

adanya peran aktif dari orang tua dalam mengajak ikut kegiatan. Peran orangtua

sangat berpengaruh besar dalam perkembangan iman nantinya, hanya dimulai dari

bimbingan awal yang baik bagi untuk mendapatkan hasil yang baik nantinya.

Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa:

“Bimbingan paling diperlukan dalam tahapan awal belajar pada saat peletakan dasar awal. Bila sejak awal telah diletakan di atas rel yang benar dan didorong untuk tetap di sana hingga mereka terbiasa dengannya atau menyadarai mengapa hal itu paling baik, maka kecil kemungkinannya kelak mereka akan beralih ke rel yang salah” (Elizabeth B. Hurlock, 1988: 28).

Setiap ada kegiatan bersama di Lingkungan juga ada yang jarang

mengikutinya. Remaja menyatakan bahwa dalam mengikuti kegiatan jika saat

keadaan senang dengan kegiatan tersebut. Seperti halnya merasa senang karena

teman-temannya juga pada berangkat, kegiatan tersebut tidak menjenuhkan, dan jika

ada ujian waktunya untuk belajar. Dari alasan-alasan remaja tersebut perlu dimaklumi

karena masa-masa mereka sebagai masa perkembangan dalam memilih yang

membuat nyaman baginya. Elizabeth B. Hurlock menyatakan:

(55)

melakukan apa yang dapat dilakukan teman sebayanya” (Elizabeth B. Hurlock, 1988: 41).

Sesuai dengan kemajuan jaman remaja sekarang sudah mulai disibukan dalam

dunia maya maupun nyata. Dalam dunia maya mereka mulai asik dengan bermain

game ataupun chating/facebookan, sedangkan dalam dunia nyata mereka mulai

disibukan dengan tugas-tugas dari sekolahan serta tuntutannya. Oleh sebab itu remaja

jaman sekarang perlu diperhatikan lebih dini dan perlu diperhatiakan dalam

perkembangan imannya. Jika sejak dini mulai dilatih untuk mulai bersosialisasi

dengan lingkungannya akan semakin dewasa. Oleh sebab itu perlu diajarkan untuk

bisa membagi waktu antara kegiatan pribadi, sekolah, dan bermasyarakat. Dari hasil

wawancara masih banyak remaja yang tidak berangkat dalam kegiatan di Lingkungan

dikarenakan adanya kesibukan dari sekolahan atau merasa tidak nyaman bila

berkumpul dengan orang tua. Pendidikan di sekolahan jaman sekarang sudah mulai

berubah fungsinya seperti halnya dituntut belajar dan belajar supaya menjadi juara

(menimbulkan persaingan negatif bersama teman). Pergeseran fungsi sekolah ini juga

sudah jauh dari yang diperjuangkan oleh para tokoh yang memperjuangkan

pendidikan, yaitu:

(56)

Hasil dari wawancara dengan remaja didapatkan bahwa dalam setiap kegiatan

remaja masih kurang antusias untuk mengikutinya. Hal ini terlihat dari hasil

wawancara tentang keterlibatan remaja dalam kegiatan di Lingkungan. Masih banyak

remaja yang tidak mengikuti kegiatan di Lingkungan terutama bersama seluruh umat.

Hasil dari wawancara didapatkan hanya 3 orang yang menyatakan sering mengikuti

kegiatan dalam artian selalu menyempatkan waktu untuk berangkat, sedangkan yang

kadang-kadang ada 12 responden dan yang tidak berangkat 4 responden. Dari hasil

wawancara itu peneliti menyimpulkan bahwa remaja di Lingkungan St. Martinus

masih memerlukan pendampingan supaya semakin terlibat dalam kegiatan-kegiatan

di Lingkungan. Peran itu tidak dari pendamping sendiri namun dari remaja sendiri

dan peran orangtua sebagai pembimbing utama. Mengapa peneliti ingin membimbing

remaja dari sejak dini karena hal ini dilakukan untuk membiasakan remaja semakin

terlibat dalam kegiatan Lingkungan. Hal ini dilakukan tidak dengan paksaan tetapi

dengan membiasakan remaja selalu berperan serta di Lingkungan, terutama merubah

cara pandang orang tua terhadap remaja yang kurang melibatkan dalam setiap

kegiatan.

b. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Keterlibatan Remaja Bersama

Umat Di Lingkungan.

Peneliti juga mencari faktor pendukung dan penghambat remaja dari dalam diri

(Internal) dan dari luar (external). Dengan menanyakan apakah mengerti maksud

(57)

tersebut penuh dengan semangat. Dari hasil wawancara didapatkan banyak remaja

yang mengerti dan memahami maksud dari kegiatan di Lingkungan yang di ikuti,

mereka juga sangat senang dan semangat dalam mengikuti kegiatan tersebut. Dari

hasil wawancara menyatakan senang karena bisa bertemu atau berkumpul bersama

umat se-Lingkungan, dengan berkumpul bersama mereka bisa merasakan guyub dan

meriah (gayeng). Namun tidak semua responden menyatakan senang, masih ada

sebagian yang menyatakan tidak senang jika berkumpul dengan orang tua. Mereka

memberikan pernyataan itu karena dengan alasan berkumpul bersama orang tua itu

tidak nyaman, terlalu resmi, dan faktor usia. Terkadang mereka juga masih senang

jika berkumpul dengan teman-teman sebayanya dengan membuat acara sendiri seperti

gitaran sambil nongkrong. “Pada masa ini perkembangan pribadi remaja masih

dalam masa pengolahan, karena pada remaja iman berkembang dari proses menerima

begitu saja, sampai dengan usaha untuk men-sintese-kan nilai-nilai iman yang mereka

kembangkan dalam kehidupan bersama” (Nota Pastoral DKP-KAS, 2008: 31).

Hambatan yang paling besar dalam diri adalah perasaan malas karena kesibukan

tugas sekolah dan belajar saat ada ujian (hambatan internal). Perasaan malas remaja

untuk ikut kegiatan bersama Lingkungan itu wajar, karena sudah lelah dengan

kegiatan di sekolahan maupun tugas-tugasnya. Oleh karena itu masa luang itu mereka

gunakan untuk berkumpul bersama teman-temannya, melihat acara Televisi, bermain

game, chatingan dan lain sebagainya. Oleh sebab itu remaja tidak perlu dipaksa

maupun diancam supaya berangkat berkegiatan Lingkungan, karena mereka masih

(58)

sejak awal, remaja diantar kepada kaidah-kaidah hidup kristiani serta

mewujudkannya dalam hidup sehari-hari. Secara khusus, remaja perlu dibimbing

mengembangkan hati nurani (bdk. GE 1), sehingga mampu memlih mana yang baik

dan mana yang jahat, serta mampu bertindak atas pilihan itu (Nota pastoral

DKP-KAS, 2008: 30). Perkembangan pribadi remaja juga disertai dengan perkembangan

mental serta emosional yang sangat rentan dengan kepribadiannya kelak. Dalam

bukunya “Pendampingan Kaum Muda” A.M. Mangunhardjana menyatakan:

“Mereka mulai berpikir secara kritis. Dengan kecakapan berpikir abstrak dan kritis itu, kaum muda menggali pengertian tentang diri mereka sendiri, membentuk gambaran diri mereka, peranan yang diharapkan dari mereka, panggilan hidup, dan masa depan mereka. semua ini adalah masalah yang tidak ringan bagi mereka. Oleh karena itu kaum muda kerap nampak resah, suka menyendiri, dan melamun”( Mangunhardjana, 1986: 13).

Sedangkan hambatan eksternal mereka terlalu jenuh dengan mengikuti kegiatan

yang monoton dan membuat ngantuk. Sedangkan kegiatannya terlalu lama dan yang

mengisi membuat kantuk tidak menyenangkan. remaja juga tidak begitu senang bila

kumpul dengan orang tua karena merasa terlalu resmi dan faktor usia. Mereka juga

tidak jadi berangkat bila teman yang lain mengajak kumpul dan bermain. Remaja

merasa terdorong untuk menghadiri dalam kegiatan dari orang tua dan yang paling

besar ajakan dari teman. Setiap perkembangan remaja diikuti pula perkembangan

sosial, dimana masih senang jika berkumpul dengan teman sebayanya. Oleh karena

itu perluasan berhubungan dengan orang lain lebih diperhatikan bagaimana remaja

bisa bergerak bersama-sama dalam suatu kegiatan bersama Lingkungan. A.M

(59)

“Perkembangan sosial kaum muda menyangkut perluasan jalinan hubungan dengan orang lain. Dengan lewatnya umur k-k dan berkat pertumbuhan fisik mereka, pergaulan kaum muda tidak terbatas lagi dengan orang-orang dalam lingkungan keluarga, tetapi meluas ke teman-teman sebaya, orang-orang di lingkungan tempat tinggal dan masyarakat luas. Masalah-masalah penting penting yang di hadapi kaum muda sehubungan dengan perkembangan sosial ialah masalah-masalah disekitar pergaulan mereka dengan teman-teman seperti: cara masuk dalam kelompok, bergaul dengan kelompok, dan peranan mereka dalam kelompok, seperti: peneriman diri oleh kelompok, penghargaan kelompok, dan macam keterlibatan yang diberika kepada mereka oleh kelompok” (Mangunhardjana, 1986: 14).

Dari hasil wawancara, responden semakin semangat jika dalam pertemuan ada

teman sebayanya banyak yang datang. Hal ini diutarakan dari sebagian responden dan

terlihat dalam kenyataannya remaja yang hadir lumayan banyak. Dari hasil

wawancara ini peneliti menyimpulkan bahwa remaja sangat antusias untuk

menghadiri kegiatan di Lingkungan jika teman sebayanya banyak yang hadir. Remaja

masih merasa lebih bebas dan senang jika dalam bersosialisasinya dengan

teman-teman seumurnya. Oleh sebab itu kebersamaan umat untuk mewujudkan paguyuban

Lingkungan masih kurang terasa, terutama dari kurangnya terlibat remaja didalam

setiap kegiatan Lingkungan.

c. Kegiatan Yang Diharapkan Remaja Terhadap Kegiatan Pembinaan Iman

Yang Akan Dilaksanakan Di Lingkungan St. Martinus Blendung, Paroki St.

Theresia, Sedayu Melalui Rekoleksi.

Untuk memperlancar dalam kegiatan pendampingan nantinya, maka penulis

menanyakan kepada responden tentang metode dan bentuk kegiatan yang dipakai

(60)

jawaban ada yang ingin melihat film, permainan, dan out bond. Namun kebanyakan

responden mengatakan sangat senang dengan olah pengalaman atau rekoleksi singkat.

Bentuk kegiatan dalam pendampingan nanti responden meminta supaya bentuk

kegiatan tidak monoton dan terlalu serius. Harapan pendampingan dari responden

kegiatan dibuat semeriah mungkin, dalam artian tetap gayeng dan bahan yang

disampaikan tidak terlalu berat. Dalam hal ini peneliti juga menanyakan tentang tema

apa yang mau diangkat dalam pendampingan nanti. Banyak responden menjawab

tentang kebersamaan, keterlibatan, dan peran serta remaja dalam berkegiatan di

Lingkungan. Dari usulan remaja sendiri diharapkan pendampingan yang dilaksanakan

dapat diterima dan diikuti secara tulus tanpa berat hati. Remaja juga pernah

berkegiatan di Lingkungan dengan mengikuti rosario bersama, doa bersama, novena,

PIA, latihan koor, Putra Altar, menjenguk orang sakit, jalan salib, dan Mudika.

Namun kegiatan tesebut hanya di ikuti oleh sebagian remaja dan mulai beberapa

tahun terakhir mulai surut. Dari pengalaman mereka, peneliti menggali lebih dalam

faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung dalam berkegiatan bersama

di Lingkungan. Oleh karena itu dari hasil penelitian gerak bersama dalam pembinaan

iman remaja itu perlu melibatkan semua pihak, seperti yang terungkap dalam Nota

Pastoral 2008:

(61)

pengungkapan dan perwujudan iman. Pembinaan iman dan remaja juga perlu menggunakan metode yang beraneka ragam agar dapat menjadikan bergembira dan bergairah dalam pembinaaan iman. Pendek kata, diperlukan suatu pendekatan menyeluruh dan melibatkan semua pihak dalam pembinaan iman dan remaja” (Nota Pastoral DKP-KAS, 2008: 34-35).

C. Kesimpulan Penelitian

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa remaja di Lingkungan St.

Martinus masih memerlukan pendampingan iman dan perlu digerakan kembali untuk

terlibat dalam kegiatan di Lingkungan. Sebenarnya remaja sangat senang bisa

berkumpul bersama dengan orang tua, karena masih ada hal yang tidak sesuai dengan

keinginan remaja. Seperti halnya: sembahyangan atau doa bersama yang selesainya

terlalu lama dan prosesnya sangat monoton atau menjenuhkan, sehingga remaja

merasa tidak senang untuk menghadirinya.

Dari usulan remaja di Lingkungan pendampingan yang akan dilaksanakan

sangat cocok dengan model rekoleksi. Model kegiatan Rekoleksi sebagai salah satu

sarana dan peluang mendampingi iman remaja untuk semakin melibatkan dalam

kegiatan gerejani terutama di Lingkungan. Melalui rekoleksi ini remaja mulai

diguyubkan dan dikenalkan pengertian paguyuban umat Lingkungan dan pemahaman

sebagai murid-murid Kristus yang sejati. Upaya penelitian keterlibatan remaja

terhadap kegiatan di Lingkungan tidak hanya sampai pengambilan data, namun

(62)

BAB III

REKOLEKSI SEBAGAI UPAYA MELIBATKAN REMAJA

DALAM PENGEMBANGAN UMAT DI LINGKUNGAN

A. Perkembangan Remaja Dalam Iman

1. Pengertian Perkembangan

Seseorang dalam masa pertumbuhannya tentu mengalami perubahan entah dari

segi fisik maupun segi kesadaran moralnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan dari

segi fisik khususnya pada bagian otak, semakin mempunyai kemampuan untuk

berpikir, mengingat, dan belajar. Namun perubahan tersebut tidak hanya terbatas pada

pertumbuhan fisik saja. Berkaitan dengan pertumbuhan tersebut ada juga

perkembangan kesadaran moral. Dari segi moral dengan bertambahnya usia orang

terbentuk menjadi semakin baik atau semakin buruk. Elizabet B. Hurlock

merumuskan tentang perkembangan yaitu:

“Perkembangan itu melibatkan suatu perubahan. Perkembangan, berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif. Hal ini dapat didefinisikan sebagai deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren. “Progresif” menandai bahwa perubahannya terarah, membimbing mereka maju dan bukan mundur. “Teratur” menunjukan adanya hubungan nyata antara perubahan yang terjadi dan yang telah mendahului atau yang akan mengikutinya” (Elizabet B. Hurlock, 1988: 23).

Untuk menuntaskan tugas perkembangan sesuai dengan umurnya sangatlah

perlu mendapat perhatian, karena perkembangan tidaklah dapat dihasilkan oleh si

anak remaja sendirian. Sangatlah membutuhkan bantuan yang nyata dari orang lain

demi perkembangan dirinya entah itu perkembangan fisik maupun rohaninya.

(63)

Perkembangan adalah perubahan yang nyata dan itu mengarah ke depan secara

bertahap yang bersifat membangun. Setiap perubahan yang terjadi diharapkan dapat

mengembangkan diri untuk semakin mendewasakan kepribadian dan rohaninya.

Tujuan perubahan tersebut adalah menjadi terbaik secara fisik dan mental.

Hurlock memberikan sebuah contoh, bagaimana seseorang dapat mendidik secara

bebas dan bahagia dengan memberikan kesempatan kepada anak remaja untuk

berkembang kepribadiannya:

“Seorang dalam mencapai tujuan itu tergantung dari hambatan yang dihadapinya dan bagaimana ia berhasil menanggulanginya. Hambatan itu berupa lingkungan, misalnya berkembang dalam lingkungan dimana anak-anak kehilangan kesempatan belajar dan budaya yang tidak menunjang; atau dari diri sendiri seperti rasa takut untuk mencoba melakukan apa yang mereka rasakan mampu karena kritik masyarakat. Banyak kreatif gagal mencapai puncak kemampuan kreativitasnya karena kritik masyarakat yang dini terhadap upayanya yang kreatif itu”. (Elizabet B. Hurlock, 1988: 23)

2. Pengertian Remaja

Tentang pengertian remaja Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya “Pembinaan

Remaja”, berkata:

Segi psikologi, maka batas usia remaja lebih banyak bergantung kepada keadaan masyarakat di mana remaja itu hidup. Perubahan jasmani dari kedewasa kira-kira umur 12 atau permulaan 13 tahun.

Segi agama, para ahli jiwa agama menganggap bahwa beragama biasanya terjadi sebelum umur 24 tahun, maka dari itu remaja mungkin diperpanjang sampai umur 24 tahun. (Zakiah Daradjat, 1975: 8).

Dari kata-kata Dr. Zakiah Daradjat di atas dapat disimpulkan bahwa masa

remaja adalah masa peralihan dari menjelang dewasa. Pada masa ini bukan hanya

(64)

menjurus pada pencarian identitasnya untuk membangun jati dirinya. Sehubungan

dengan ini Mgr. Suharyo dalam Nota Pastoral 2008 mengungkapkan: “Masa anak dan

remaja adalah masa yang penuh kegembiraan. Anak dan remaja sedang dalam proses

menemukan identitas diri mereka. Mereka sedang belajar untuk mengembangkan diri

dan memilih nilai-nilai yang bermakna dan berguna bagi hidup mereka (DKP-KAS,

2008: 4). Sehingga batasan umur untuk anak remaja yang penulis dapatkan atau

perkirakan antara umur 12 th – 18 th.

3. Perkembangan Iman Remaja

Masa perkembangan pada sangat perlu diperhatikan terutama dari segi

kejiwaan dan imannya. Perkembangan ini juga dipengaruhi oleh pembentuk atau

pendamping utama, yaitu orangtua sendiri atau orang dewasa, dengan demikian baik

itu ayah atau ibu dari si perlu mengarahkan si kearah yang positif.

Dalam kaitannya dengan pengembangan iman remaja Gravissimum Educationis

mengatakan:

(65)

para orangtua harus sadar betapa pentingnya keluarga yang benar-benar Kristen untuk Kehidupan dan kemajuaan umat Allah sendiri (Konsili Vatikan II, 1983: 296).

Dalam Nota pastoral KAS juga ada pernyataan,

” Anak dan remaja juga sedang berkembang dalam hal iman. Anak dan remaja dapat mengembangkan iman mereka dengan mengikuti aneka macam kegiatan bina iman; dengan membaca buku-buku rohani, dengan berdoa dan ikut serta dalam ibadat bersama umat lingkungan, wilayah atau paroki; dengan belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan hidup Yesus, dan dengan terlibat dalam kegiatan-kegiatan umat. Dengan terlibat dalam kehidupan umat, anak dan remaja sejak dini dipupuk semangatnya untuk ikut bertanggung jawab dalam hidup umat. Pembinaan ini diharapkan dapat menumbuhkan keyakinan, bahwa hidup adalah anugerah, panggilan dan perutusan (DKP-KAS, 2006-2010: 4).

Berkat perkembangannya makin bisa pula berpikir. Dengan demikian dapat

diartikan, bahwa perkembangan iman seseorang terbentuk sejak masa kanak-kanak,

sejak ia mendapat rangsangan-rangsangan dari orang lain yang lebih tua daripada

dirinya. Perkembangan pada seorang anak lebih dipengaruhi oleh apa yang ia lihat

secara langsung, meliputi tindakan yang ia saksikan dan ia rasakan, dan bukan

merupakan akibat dari apa yang ia dengar. Perilaku biasanya meniru tindakan orang

dewasa yang dijumpainya. Dengan adanya ajakan dari orang tua untuk berdoa, ke

gereja, berziarah, mengikuti doa bersama, dan kegiatan-kegiatan rohani yang lain,

akan terbiasa untuk mengikutinya. Oleh sebab itu pendidikan iman kepada remaja

sebaiknya tidak hanya berupa uraian yang berasal dari ajaran-ajaran Kristiani atau

buku rohani saja, melainkan juga harus yang menyangkut perilaku sehari-hari. Pada

masa perkembangannya remaja memerlukan perhatian yang khusus, terlebih pada

(66)

perhatian saja, melainkan yang dapat mengarahkan diri ke depan, pendek kata yang

sifatnya membangun.

Kecakapan berpikir logis tidak dibawa sejak lahir, melainkan merupakan hasil daripada perkembangan rohaniah, dan merupakan kunci konstruksi aktif, serta merupakan “pembeberan” dengan lingkungan yang terjadi dalam masa kanak-kanak. Konstruksi rohani yang muncul dari pengolahan logis ini, mula-mula beralas pada tingkah laku - tingkah laku sensoris-motoris, kemudian atas dasar tanggapan-tanggapan simbolis beraga, dan akhirnya atas dasar pengolahan pikir secara logis (Soemadi, 1964: 67).

Perkembangan iman remaja dapat terlihat dalam perbuatannya yang benar dan

ditandai dengan kasih. Dalam perilakunya yang ditandai dengan kasih secara tidak

langsung mengolah kepribadiannya untuk semakin melayani sesama dengan tulus,

dengan demikian maka perkembangan iman si remaja akan semakin nyata dan

membawa perubahan ke depan yang bisa membangun kepribadiannya. Oleh karena

itu seperti yang tercantum dalam buku Iman Katolik: ”Iman, lebih-lebih kalau telah

berkembang menjadi pengharapan dan kasih, merupakan sikap ‘penyerahan diri

seutuhnya kepada Allah’ (DV 5). Dalam hidup manusia sikap batin itu harus

diwujud-nyatakan, pertama-tama dalam kasih kepada sesama (KWI, 1996: 161).

Setiap perkembangan yang mengarah pada suatu perubahan dalam diri dan

remaja memerlukan bantuan dari orang lain. Orang tua Katolik mewujudkan

tanggung jawab mereka atas kelangsungan hidup beriman-nya antara lain dengan

mendidik dan mengajarkan cinta kasih. Dengan menciptakan lingkungan keluarga

yang kondusif mereka menjadikan fisik dan mental semakin terolah sehingga

nantinya siap memasuki kehidupan sosial. Dalam keluarga diajak mengenal hidup

(67)

B. Terlibat Dalam Pengembangan Umat

Dengan ikut ambil bagian dalam kegiatan umat remaja bisa dikatakan ikut

terlibat dalam pengembangan umat sesuai pengertian keterlibatan yang diungkapakan

oleh Berngan,

Istilah keterlibatan sama juga dengan suatu peran ataupun partisipasi yang dapat diartikan sebagai peran serta seseorang atau kelompok terhadap suatu kebijakan tertentu. Partisipasi adalah tingkah laku manusia dalam wujud ikut serta dalam suatu kelompok atau kegiatan, sehingga partisipasi ini dapat dikatakan merupakan suatu aktivitas (Berngan, 1972: 24).

Selanjutnya partisipasi berarti kesediaan untuk membantu keberhasilan suatu

kegiatan. Partisipasi juga merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan

suatu kegiatan. Partisipasi remaja dapat juga diartikan sebagai keterlibatan atau peran

serta remaja dalam setiap kegiatan yang ada. Dengan keterlibatannya, remaja

diharapkan semakin ikut ambil bagian dalam setiap kegiatan lingkungan. Berkat

keterlibatan ini diharapkan nantinya dapat bersikap, bertindak, dan bertingkah laku

semakin positif sehingga bermanfaat demi perkembangan umat di Lingkungan.

Dalam hal ini melibatkan remaja untuk pengembangan umat merupakan tugas

bersama para orang tua, para pendamping, para pengurus lingkungan, para pengurus

wilayah, para pengurus paroki, dan terutama dari remaja itu sendiri. Remaja

bukanlah objek untuk pengembangan umat, tetapi subjek yang diharapkan berperan

serta pada berbagai kesempatan dan tugas. Pengalaman remaja merasakan diri

sebagai Umat Allah pertama kali berasal dari dalam keluarga. Orangtua menjadikan

keluarga sebagai sarana untuk mewartakan Injil kepada-Nya, namun sebaliknya

(68)

tersebut belajar terlibat dalam pengembangan umat. “dengan itu, anak-remaja mulai

terlibat dalam “Gereja Keluarga” yang melambangkan kasih Allah kepada

Gereja-Nya. Dalam keluarga pula, anak-remaja belajar ikut mendengar dan didengarkan

pendapatnya, ikut menampilkan Gereja yang melibatkan dan mengembangkan”

(DKP-KAS, 2008: 37).

“Keterlibatan anak dan remaja dalam kehidupan umat merupakan bagian integral dari proses pembinaan iman anak dan remaja. Melalui keterlibatan, anak dan remaja dipandang sebagai subyek dalam pembinaan serta dihargai hak-haknya untuk ikut serta dalam kehidupan umat. Berpangkal dari pendekatan menyeluruh dan melibatkan banyak pihak dalam pembinaan iman anak dan remaja, upaya melibatkan anak dan remaja untuk pengembangan umat juga menyangkut berbagai segi kehidupan umat” (DKP-KAS, 2008: 36).

Untuk pengembangan iman pribadi remaja mulai dilibatkan dalam

paguyuban-paguyuban remaja seperti: PIA, PIR, Putra-putri Altar, serta aneka wadah kegiatan

remaja yang lain. Remaja sedang bela

Gambar

Operasional VariabelTabel 1.  Aspek
Tabel 2. Pedoman Wawancara
No Nama Dusun Tabel 3. Jumlah Umat Jumlah

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa Borland Delphi 7 dapat menampilkan data terukur dari sensor ultrasonik SRF05 dan menampilkan data dalam bentuk

Perobahan itu menurutnya adalah hasil dari meminjam alat-alat elaborasi (teori sosial) yang dimiliki oleh ilmuan di luar Islam. Dari sini muncullah

Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebaya maka untuk menghindari hal-hal negatif yang dapat

Berdasarkan hasil analisis data dan wawancara di atas dapat diketahui bahwa pengunjung NSC Jember sangat memperhatikan kualitas pelayanan yang diberikan oleh pihak

Sedangkan menurut Apriadji (2002), sampah atau dalam bahasa inggrisnya waste , adalah zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik berupa bahan buangan yang

digunakan sebagai media pembelajaran. Flip book ini bisa digunakan secara individu maupun kelompok. Seperti halnya media pembelajaran lainnya, flip book mempunyai

Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan MANDIRI INVESTA DANA SYARIAH yang telah dipenuhi sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak

Uraikan latar belakang dari kegiatan penelitian yang disulkan dan uraikan juga kemanfaatan penelitian ini untuk Provinsi Jawa Barata tau masyarakat Jawa Barat