SEDAYU, DIY
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh : Gunarto NIM : 041124019
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
SANTO MARTINUS BLENDUNG, PAROKI SANTA THERESIA SEDAYU, DIY
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh : Gunarto NIM : 041124019
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan Skripsi
Perkembangan dan kemajuan Gereja masa depan adalah tanggung jawab kita
bersama sebagai anggotanya dan itu tidak bisa dipungkiri lagi. Keberadaan Gereja di
masa yang mendatang tergantung seberapa banyak kita menaburkan benih iman
kepada generasi muda, juga seberapa dalam kita peduli terhadap tumbuh kembangnya
iman saat ini. Dalam kehidupan di masyarakat, remaja sedang belajar dan mengolah
kedewasannya sebagai proses pengembangan imannya. Pada masa yang
menyenangkan ini pula, remaja sedang dalam proses pencarian jati dirinya. Dalam
proses itu mereka sedang mengembangkan diri dan memilah-milah dalam memilih
mana yang terbaik bagi dirinya. Hanya dari pengaruh yang baik dari kehidupan
disekitar perkembangan remaja semakin terolah dengan baik. Orang yang lebih tua,
harus bisa memberikan contoh yang baik dalam bertindak, tidak hanya mengajak dan
menyuruh, tetapi harus bisa juga memberikan contoh dan terlibat bersama remaja.
Hal semacam ini akan menjadi dukungan yang berarti demi masa depan mereka dan
kemantapan mereka sebagai murid Kristus. Baik disadari, bahwa remaja zaman
sekarang berbeda jauh dengan kehidupan waktu muda orangtua mereka.
Permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi semakin beraneka macam seperti:
melihat acara televisi (pengaruh media), asyik bermain chating/internet, dan
sebagainya.
Sesuai dengan permasalahan yang mereka alami dan libati dalam kehidupan
sehari-hari, mereka semakin sulit untuk meletakan harapan dan pengembangan
imannya. Dalam Nota Pastoral KAS dikatakan: Namun yang paling terasa yaitu
berkembangnya berbagai arus zaman menjadikan remaja tidak mudah memilih nilai
yang bermakna dan berguna bagi hidup mereka (DKP-KAS, 2008: 4). Hal ini juga
dirasakan dalam pengembangan iman remaja di lingkungan Paroki Sedayu, dimana
remaja mulai terbawa arus perubahan jaman. Hanya sebagian kecil remaja yang
terlibat ikut kegiatan bina iman umat. Keterlibatan remaja sebagai masa depan
Gereja untuk mengikuti kegiatan gerejani makin luntur karena arus zaman. Dalam
setiap pelaksanaan kegiatan lingkungan, jarang remaja ikut ambil bagian, seperti
dalam latihan koor, Doa Rosario, Doa Novena, Perayaan hari besar maupun hari pesta
St. pelindung lingkungan, Doa lingkungan, dan sebagainya.
Sesuai dengan Nota Pastoral DKP-KAS, Keuskupan Agung Semarang
mengajak remaja terlibat dalam mengelola berbagai kegiatan bersama umat. Dengan
terlibat dalam kehidupan umat, dan remaja sejak dini dipupuk semangatnya untuk
ikut bertanggungjawab dalam hidup umat. Pembinaan seperti ini diharapkan dapat
menumbuhkan keyakinan, bahwa hidup adalah anugerah, panggilan, dan perutusan
(DKP-KAS, 2008: 5). Pelibatan remaja disetiap kegiatan lingkungan menjadikan
merasa diberi tanggungjawab karena merasa dibutuhkan. Selain itu juga tidak merasa
kegiatan tersebut, seperti halnya memimpin Doa rosario, membaca kitab suci,
mengisi pendalaman iman sesuai kreatifitas remaja, dan sebagainya. Pencairan
suasana yang tegang dan serius akan membuat semakin nyaman dalam mengikuti
kegiatan. Umumnya pemimpin pendalaman iman dalam menyampaikan pembinaan
amat monoton, yang membuat bosan remaja. Hanya dengan diberi kesempatan dan
kepercayaan remaja dapat terlibat dan menjadi bagian sebagai umat di lingkungan,
karena umat lingkungan tidak hanya terdiri dari orang tua saja, tetapi keseluruhan dari
sampai orang tua. Didalam lingkungan juga semua umat setara dalam
bertanggungjawab dengan ketua lingkungan sebagai pengkoordinir.
Perkembangan iman remaja umumnya dimulai dari dalam keluarga. Keluarga
merupakan tempat penanaman dan pengembangan iman yang pertama dan utama
dimulai dari pihak orang tua, baru oleh lingkungan sekitar. Dalam keluarga, dapat
terlibat dalam upaya mendalami iman bersama, sewaktu orangtua memberikan
bimbingan iman kepada anaknya. Setelah dari keluarga juga belajar terlibat dalam
pelayanan kasih umat lingkungan sekitar. Dalam persekutuan orang-orang beriman
semakin melibatkan dan mengembangkan kegiatan gerejani dalam lingkup luas yaitu
paroki. Lingkungan merupakan tempat berkumpul dan bertemunya umat secara
langsung. Oleh karena itu mulai dari keluarga orangtua mengemban misi untuk
menjaga dan melibatkan remaja. Keterlibatan remaja dalam kegiatan umat itu
merupakan tindakan serta partisipasi nyata dalam mengambil bagian
Dari uraian diatas ternyata perkembangan umat di Lingkungan umumnya
dilakukan bersama-sama/keseluruhan umat Lingkungan. Kegiatan di Lingkungan
yang melibatkan keseluruhan umat terutama remaja merupakan suatu upaya untuk
mengembangkan gereja kecil, yaitu paguyuban Lingkungan. Oleh sebab itu, dalam
skripsi ini penulis mengupayakan keterlibatan remaja dalam pengembangan umat di
Lingkungan. Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan diatas, penulis
memberi judul skripsi yang akan ditulis ini dengan “REKOLEKSI SEBAGAI
UPAYA MELIBATKAN REMAJA DALAM PENGEMBANGAN UMAT DI
LINGKUNGAN SANTO MARTINUS BLENDUNG, PAROKI SANTA THERESIA
SEDAYU, DIY ”.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan skripsi ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apakah faktor-faktor penghambat dan pendukung untuk melibatkan remaja
dalam kegiatan umat Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia
Sedayu?
2. Bagaimana perkembangan remaja di Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki
St. Theresia Sedayu selama ini?
3. Rekoleksi yang bagaimana, dapat meningkatkan keterlibatan remaja dalam
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini, adalah sebagai berikut:
1. Menemukan faktor-faktor penghambat untuk melibatkan remaja dalam kegiatan
umat di Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia Sedayu.
2. Menemukan faktor-faktor pendukung untuk melibatkan remaja dalam kegiatan
umat di Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia Sedayu.
3. Menjelaskan Rekoleksi yang dapat meningkatkan keterlibatan remaja dalam
kegiatan umat di Lingkungan.
4. Mengetahui kegiatan apa saja yang dapat melibatkan remaja untuk
mengembangkan umat di Lingkungan.
5. Memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) Pendidikan, Program
Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini, yang dapat menjadi gambaran dalam
pendampingan iman remaja dapat dipraktekan untuk melibatkan dalam
pengembangan umat di Lingkungan St. Martinus Blendung, Paroki St. Theresia
Sedayu. Penulisan skripsi ini ditujukan bagi:
1. Bagi Para Pendamping Umat Di Lingkungan St. Martinus Blendung, Paroki St.
Setelah membaca skripsi ini diharapkan mereka makin menyadari pentingnya
melibatkan remaja untuk mengembangkan umat Lingkungan.
2. Bagi Para Pendamping Remaja Lingkungan.
Mereka semakin termotivasi dalam kegiatan pelayanannya untuk mendampingi
remaja dalam mewujudkan paguyuban Lingkungan yang menyegarkan.
3. Bagi Para Pemerhati Remaja Di Daerah Lain.
Sebagai masukan untuk melaksanakan pendampingan dan pengembangan iman
remaja.
4. Bagi Penulis.
Semakin mendalami Rekoleksi sebagai salah satu upaya untuk melibatkan
remaja dalam pengembangan umat Lingkungan.
5. Bagi Pembaca.
Mendapat masukan pentingnya upaya melibatkan remaja dalam pengembangan
umat di Lingkungan.
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif
analitis dengan memanfaatkan studi pustaka yang selanjutnya dimanfaatkan untuk
mengkaji perolehan data dari penelitian lapangan, selanjutnya kajian ini menjadi
F. Sistematika Penulisan
Judul dari skripsi ini adalah “Rekoleksi Sebagai Upaya Melibatkan Remaja
Dalam Pengembangan Umat Di Lingkungan Santo Martinus Blendung, Paroki Santa
Theresia Sedayu, DIY”, yang dipaparkan dalam lima bab yaitu sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan yang terdiri dari: Latar belakang penulisan; gambaran isi
dari penulisan, rumusan permasalahan; berupa pertanyaaan dari segala hal yang
menjadi permasalahan skripsi ini. Tujuan penulisan; yang menjadi acuan dari
penulisan sehingga penulisan berjalan sesuai tujuan tersebut. Manfaat penulisan;
untuk menunjukkan, bahwa penulisan yang dilakukan sungguh memiliki manfaat
baik bagi pihak luar maupun bagi penulis sendiri. Metode penulisan; dilakukan
dengan metode deskriptif analitis dengan memanfaatkan studi pustaka yang
selanjutnya dimanfaatkan untuk mengkaji perolehan data dari penelitian lapangan,
selanjutnya kajian ini menjadi bahan untuk penyelesaian skripsi ini. Sistematika
penulisan; menunjukan gambaran global isi penulisan.
Bab II, dengan judul rekoleksi sebagai upaya melibatkan remaja dalam
pengembangan umat di lingkungan. Bab ini membahas tentang pengertian
perkembangan anak remaja, keterlibatan dalam pengembangan umat, arti umat
Lingkungan, rekoleksi sebagai usaha untuk memperkembangkan kehidupan iman
remaja melalui pendampingan rekoleksi remaja, diharapkan peserta dapat dikader
menjadi aktivis Lingkungan yang benar-benar menjadi murid-murid Kristus,
Bab III, Gambaran Umum Remaja Di Lingkungan Santo Martinus Blendung,
Paroki Santa Theresia, Sedayu, Diy. Bab ini membahas penelitian yang dilakukan
terhadap remaja Lingkungan Santo Martinus Blendung, Paroki Santa Theresia,
Sedayu yang meliputi; pengertian pengembangan iman remaja, keterlibatan remaja
dalam pengembangan umat, pengertian umat di lingkungan, harapan remaja terhadap
kegiatan pendampingan iman, hal-hal yang disukai dan tidak disukai remaja pada
kegiatan pendampingan iman.
Bab IV, Usulan Rekoleksi Sebagai Sarana Untuk Melibatkan Remaja Di
Lingkungan. Bab ini membahas dasar pemikiran penyusunan program rekoleksi,
tema dan dasar pemikirannya, penjabaran pendampingan remaja St. Martinus
Blendung, Paroki St. Theresia Sedayu, DIY melalui rekoleksi, dan contoh-contoh
persiapan rekoleksi
Bab V, pada penutup penulis memberikan kesimpulan dari seluruh isi dan
penulisannya. Penulis juga menyajikan hasil refleksi atas keseluruhan penulisan
skripsi. Selain itu penulis juga memberikan saran agar pelaksanaan Rekoleksi bagi
BAB II
GAMBARAN UMUM REMAJA
DI LINGKUNGAN SANTO MARTINUS BLENDUNG,
PAROKI SANTA THERESIA SEDAYU, DIY
A. Penelitian Tentang Keterlibatan Remaja Dalam Kegiatan Umat Di
Lingkungan St. Martinus Blendung
1. Pendahuluan
Berdasarkan uraian mengenai gambaran umum kegiatan remaja di Lingkungan
St. Martinus berkaitan dengan perkembangan umat di lingkungan pada bab II. Penulis
ingin mengetahui perkembangan remaja dan keterlibatannya dalam kegiatan di
Lingkungan, melalui sebuah penelitian yang dilakukan untuk mencari data. Hasil data
yang diperoleh diulas dan digunakan sebagai sumber penguat dalam penulisan
skripsi.
a. Latar Belakang
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana pengembangan
remaja dalam keterlibatannya di lingkungan, yang dimulai dari keaktifan remaja
dalam mengikuti kegiatan selama ini. Hal ini untuk menguatkan bahwa remaja masih
memerlukan pendampingan dari segi imannya. Dari gereja mengharapkan remaja
Katolik bisa tumbuh dalam iman Kristiani sebagai murid-murid Kristus yang sejati.
Oleh sebab itu remaja sejak awal mulai diajarkan untuk mulai terlibat dalam
kehidupan iman bersama umat yang lain. Pembinaan iman remaja sendiri tidak lepas
dari hubungan orang-orang terdekat, yakni keluarga serta umat di Lingkungan.
Namun dalam penelitian ini lebih-lebih untuk melihat keterlibatan remaja bersama
umat di Lingkungan dalam segala kegiatan gerejani yang ada. Mengapa hanya dalam
lingkup Lingkungan saja? Karena lingkup Lingkungan sebagai tempat berkumpulnya
jemaat yang paling kongkret. Di dalam lingkup Lingkungan umat saling berkumpul
dan bertemu secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang terungkap
dalam pemahaman tentang Lingkungan yaitu sebagai berikut:
“Jemaat lingkungan merupakan bagian kongkret Gereja, persekutuan umat iman yang dijiwai semangat persaudaraan Injili dan penuh-penuh melibatkan diri dalam masyarakat. Dalam kenyataan sehari-hari jemat lingkungan membaur dalam masyarakat sekitar, dalam konteks budaya, sosio-ekonomi dan sosio-politiknya, dan karena itu berada dalam posisi untuk secara langsung memberi kesaksian mengenai Injili Yesus Kristus. Melalui para anggota jemaat itulah iman kristiani langsung menggarami masyarakat dalam kehidupan sehari-hari” (KKD-KAS, tentang Pastoral Lingkungan dengan catatan, Hal. 4).
Pengembangan umat di lingkungan juga sebagai salah satu peluang untuk
mengembangkan jemaat secara menyeluruh dimana anak, remaja, mudika, dan orang
dewasa atau orang tua bisa berkumpul dalam iman dalam suasana yang
menyenangkan.
Penelitian ini dilakukan untuk menemukan peluang apa yang bisa untuk
mendampingi iman remaja sendiri berdasarkan usulan dari remaja. Dengan peluang
ini yang nantinya dilaksanakan untuk mendampingi mereka dalam membantu
menemukan keterlibatan mereka di Lingkungan sebagai murid-murid Kristus. Oleh
sebab itu, penelitian ini dilaksanakan untuk melihat faktor-faktor pendukung dan
Martinus Blendung. Dari waktu kewaktu Gereja telah berusaha terus untuk
meningkatkan pengembangan jemaat beriman Kristiani secara menyeluruh. Oleh
sebab itu melalui usulan sebuah rekoleksi ini bisa menjadikan salah satu gerakan
yang dapat mengembangkan jemaat beriman secara menyeluruh di Lingkungan.
Gerakan ini terutama ditujukan untuk remaja supaya menjadi penggerak generasi
baru didalam pengembangan Gereja dimasa mendatang.
b. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang remaja di Lingkungan St. Martinus, memunculkan
beberapa masalah yang hendak dikaji sebagai berikut:
1) Bagaimana keterlibatan remaja dalam kegiatan umat di Lingkungan St.
Martinus Blendung Paroki St. Theresia Sedayu?
2) Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat keterlibatan remaja dalam
kegiatan umat di Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia
Sedayu?
3) Bagaimana kegiatan-kegiatan yang diharapkan remaja terhadap pembinaan
iman yang dilaksanakan dalam mengembangkan umat di Lingkungan St.
Martinus Blendung Paroki St. Theresia Sedayu melalui Rekoleksi ?
c. Tujuan Penelitian
1) Mengetahui sejauh mana keterlibatan remaja dalam kegiatan umat di
Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia Sedayu.
2) Menemukan faktor-faktor pendukung dan penghambat remaja dalam kegiatan
umat di Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia Sedayu.
3) Kegiatan yang diharapkan dari remaja terhadap kegiatan pembinaan iman yang
akan dilaksanakan di Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia
Sedayu melalui Rekoleksi .
2. Kajian Pustaka
Remaja adalah orang yang berada pada masa peralihan anak-anak menjadi
orang dewasa. Karena pada masa peralihan inilah, maka ada banyak persoalan
sehubungan dengan kepribadian dan perkembangan remaja yang seharusnya
mendapat perhatian khusus dalam pembinaan. Elizabet B. Hurlock mengatakan,
perkembanagan itu melibatkan perubahan. Perkembangan, berkaitan dengan
perubahan kualitatif dan kuantitatif. Ia dapat didefinisikan sebagai deretan progresif
dari perubahan yang teratur dan koheren. “Progresif” menandai bahwa perubahannya
terarah, membimbing mereka maju dan bukan mundur. “Teratur” dan “Koheren”
menunjukan adanya hubungan nyata antara perubahan yang terjadi dan yang telah
mendahului atau yang akan mengikutinya (Elizabet B. Hurlock, 1988: 23). Masa
perkembangan bagi sangat perlu diperhatikan terutama dari segi perkembangan iman
dan jiwanya. Pengaruh dari perkembangan juga dipengaruhi dari pembentuk atau
keluarga harus ada yang membimbing untuk mengarahkan perubahan yang
berdampak positif bukan dampak negatife.
Tantangan remaja di jaman sekarang sudah semakin banyak dan luas, terlebih
pada gerak kehidupan menggereja dan bermasyarakat. Hal ini terlihat dari segi
permasalahan kehidupannya, seperti halnya: cinta dan seks, depresi, tidak percaya
diri, masalah dalam keluarga, terjerumus kemajuan peralatan elektronik, dan lain
sebagainya. Agar remaja memiliki semangat dalam menjalani kehidupannya, perlulah
suatu pembinaan iman yang benar. Salah satunya remaja diajak untuk terlibat dalam
kegiatan-kegiatan gerejani. Hal ini menjadikan suatu pembinaan iman semakin
terolah dan semakin kuat. Seperti halnya dalam buku Nota Pastoral yang menyatakan:
remaja juga sedang berkembang dalam hal iman. Anak dan remaja dapat mengembangkan iman mereka dengan mengikuti aneka macam kegiatan bina iman; dengan membaca buku-buku rohani, dengan berdoa dan ikut serta dalam ibadat bersama umat lingkungan, wilayah atau paroki; dengan belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan hidup Yesus, dan dengan terlibat dalam hidup umat, dan remaja sejak dini dipupuk semangatnya untuk ikut bertanggungjawab dalam hidup umat. Pembinaan seperti ini diharapkan dapat menumbuhkan keyakinan, bahwa hidup adalah anugerah, panggilan dan perutusan. Ditumbuhkan pula semangat untuk mengabdikan diri bagi perutusan Gereja: baik sebagai awam yang cerdas, tekun dan setia menjadi garam dan ragi di tengah masyarakat, maupun dengan terbuka menanggapi panggilan khusus sebagai imam, bruder atau suster. Oleh karena itu, sangat didorong agar anak dan remaja diberi peran dalam kegiatan umat, misalanya dalam ibadat dengan memberikan kepada mereka tugas untuk koor, lektor, pembawa persembahaan dan tugas-tugas lainnya (Nota Pastoral KAS, 2008: 4).
Gereja dalam jemaat lingkungan adalah persekutuan umat yang dengan
semangat persaudaraan Injili berada langsung membaur dalam masyarakat sekitar.
Oleh karenanya jemaat lingkungan hanya ada dalam posisi menggarami masyarakat
lingkungan masih perlu berusaha agar hidup dan posisinya dihayati sesuai dengan
ajaran Injil. (“Kebijakan-Kebijakan Dasar Keuskupan Agung Semarang”, 2008: 4).
Pada hakikatnya umat lingkungan adalah persaudaraan Injili yang memiliki
posisi strategis menjadi garam, ragi, dan terang masyarakat (Mat. 5:13, 15). Umat
lingkungan merupakan “bagian kongkrit Gereja, persekutuan umat beriman yang
dijiwai semangat persaudaraan Injili dan penuh-penuh melibatkan diri dalam
masyarakat”. Kegiatannya tidak terbatas pada bagian kegiatan internal yang meliputi
liturgy dan tata organisasi, tetapi juga mengembangkan kegiatan eksternal
kemasyarakatan (bdk. PDDP 2004 ps.8).
Karena lingkupnya yang kecil, umat lingkungan dapat memberi kesempatan
bagi dan remaja untuk merasa sebagai bagian dari umat. Ini adalah suatau
pengalaman yang sangat penting dalam perkembangan iman dan remaja. Dalam
pertemuan doa-doa lingkunagan dan remaja dapat dilibatkan untuk membaca Kitab
Suci serta membawakan doa dan nyanyian. Bahkan tidak tertutup kemungkinan untuk
memberi kesempatan bagi dan remaja untuk merencan pertemuan doa lingkungan,
dengan ungkapan doa dan nyanyian yang sesuai dengan semangat remaja. (Nota
Pastoral KAS, 2008: 38).
3. Metodologi Penelitian
Pada bagian ini, penulis membahas mengenai metode penelitian yang meliputi:
pendekatan penelitian, pemilihan setting dan waktu penelitian, responden penelitian,
a. Pendekatan Penelitian
Berhubung yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah untuk
mendiskripsikan keterlibatan remaja dalam kegiatan di Lingkungan St. Martinus
Blendung, maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.
Dalam penelitian ini untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata
tertulis atau lisan sesuai dengan realitas yang saling berhubungan tanpa adanya
manipulasi atau perlakuan yang di buat-buat terhadapnya. Jadi, baik subyek maupun
obyek penelitiannya bersifat alamiah.
b. Pemilihan Seting dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di Lingkungan Santo Martinus Blendung
Paroki Santa Thereia Sedayu. Berdasarkan keprihatinan atas remaja yang kurang
diperhatikan dan kurang pula keterlibatannya dalam hidup menggereja. Adapun
penelitian ini akan diadakan pada bulan Oktober-November 2009.
c. Responden
Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang
berumur 12 tahun – 23 tahun dari lingkup Lingkungan St. Martinus Blendung,
dengan jumlah remaja sekitar 20. Untuk memperlancar pencarian data, peneliti
melakukan wawancara dengan mengambil seluruh remaja yang aktif dalam kegiatan
d. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan dipakai adalah
dengan wawancara mendalam sebagai teknik komunikasi langsung supaya
pertanyaan yang diajukan dapat dipahami responden dengan jelas. Seperti yang telah
diungkapkan oleh wasito: “wawancara merupakan alat pengumpul data untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu: pewawancara (interview),
responden (interview), pedoman wawancara, dan situasi wawancara” (Wasito, 1992:
71). Wawancara diarahkan pada pemahaman responden tentang masalah yang diteliti,
melalui pertanyaan yang bersetruktur namun tetap terbuka.
Pengumpulan data juga dilakukan dengan observasi untuk mengamati secara
langsung kegiatan remaja di Lingkungan. Menggunakan kamera digital untuk
mengambil foto-foto sebagai alat untuk mendokumentasikan kejadian di lapangan.
e. Variabel Penelitian
Penelitian ini dilaksan untuk mengukur 3 variabel supaya mempermudah dalam
pelaksanaan pendampingan iman remaja, yaitu sebagai berikut:
1. Keterlibatan remaja dalam kegiatan umat di Lingkungan St. Martinus Blendung
Paroki St. Theresia Sedayu.
2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat keterlibatan remaja dalam kegiatan
3. Kegiatan yang diharapkan dari remaja terhadap kegiatan pembinaan iman yang
akan dilaksan di Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia Sedayu
melalui Rekoleksi.
f. Definisi Operasional
Didalam definisi operasional ini terdapat 3 pemahaman yang dijabarkan yaitu
sebagai berikut:
1. Keterlibatan remaja dalam kegiatan umat di Lingkungan St. Martinus Blendung
Paroki St. Theresia Sedayu.
Keterlibatan remaja dalam kegiatan umat di Lingkungan adalah sebagai
usaha peran serta atau partisipasi remaja untuk ambil bagian di dalam suatu
kegiatan untuk mencapai keberhasilannya. Keberhasilan disini diartikan berapa
jumlah kehadiran remaja (frekuentif) untuk ikut terlibat dalam mengguyubkan
umat di lingkungan dan dari kesungguhannya dalam mengikuti kegiatan
(intensitas).
2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat keterlibatan remaja bersama umat di
Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia Sedayu.
Faktor-faktor pendukung dan penghambat keterlibatan remaja bersama
umat adalah suatu usaha untuk membantu remaja menemukan hal-hal yang
menjadi penghambat dan pendukung keterlibatannya dalam mengikuti kegiatan
di lingkungan baik dari segi internal (diri sendiri) maupun eksternal
Lingkungan), maupun situasi kondisi pelaksanaan kegiatan (waktu pelaksanaan,
jarak tempat kegiatan, proses pelakasanaan kegiatan).
3. Kegiatan yang diharapkan dari remaja terhadap kegiatan pembinaan iman yang
di laksanakan di Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia Sedayu
melalui Rekoleksi .
Dalam persiapan pelaksanaan Rekoleksi remaja dalam wawancara
diminta untuk memberikan usulan metode pelaksanaan dengan mengangkat topik
yang menarik dan bentuk kegiatan yang diinginkan.
g. Kisi-kisi
Untuk mempermudah dan mempelancar dalam melaksan wawancara, maka
penulis membuat pedoman wawancara atau pertanyaan-pertanyaan berdasarkan
definisi operasional melalui kisi-kisi sebagai berikut:
Tabel 1.
Operasional Variabel Aspek Indikator
1. Keterlibatan Remaja
Dalam Kegiatan Umat
Di Lingkungan
Keterlibatan remaja
dalam kegiatan
−Hadir atau tidak hadir
(frekuentif).
− Mampu menjelaskan
maksud dari kegiatan
atau pertemuan yang
diikuti (intensitas). 2. Faktor-Faktor Pendukung Dan Pendukung: − Internal −
kegiatan-Penghambat Keterlibatan
Remaja Bersama Umat
Di Lingkungan
Penghambat:
− Internal
− Eksternal
kegiatan di lingkungan:
mengikuti (hadir).
−Ingin mengikuti
kegiatan-kegiatan di lingkungan:
semangat.
−Ada ajakan dari teman.
−Disuruh oleh orang tua.
−Disuruh oleh umat lain
(pengurus lingkungan).
−Keinginan untuk
mengikuti
kegiatan-kegiatan: tidak ingin.
−Tidak ingin mengikuti
kegiatan-kegiatan di
lingkungan: malas (lebih
senang dirumah liat Tv
atau main bersama
teman).
−Tempat kegiatan yang
jaraknya jauh.
−Kegiatan dilaksanakan
lama.
−Proses pelaksanaan
kegiatan yang monoton.
−Tidak diperbolehkan oleh
orang tua.
3. Kegiatan Yang
Diharapkan Dari Remaja
Terhadap Kegiatan
Pembinaan Iman Yang
Akan Di Laksanakan Di
Lingkungan St. Martinus
Paroki St. Theresia
Sedayu
Melalui Rekoleksi
Metode pendampingan
Bentuk kegiatan
− remaja mengusulkan
secara langsung metode
pendampingan yang
dipakai.
−Bentuk kegiatan remaja
yang dilaksanakan.
−Usulan Tema dari remaja
Tabel 2.
Pedoman Wawancara
No. Aspek Item
1. Keterlibatan remaja
dalam kegiatan
1. Apakah setiap ada kegiatan di Lingkungan
menghadirinya?
2. Apakah mengerti maksud yang ingin disampaikan
2. Pendukung:
− Internal
− Eksternal
3. Apakah senang menghadiri setiap ada kegiatan di
Lingkungan?
4. Apakah dalam mengikuti kegiatan tersebut penuh
dengan semangat?
5. Kira-kira siapa yang sering mendorong untuk
menghadiri kegiatan tersebut? (Ada ajakan dari
teman, disuruh oleh orang tua, disuruh oleh umat
lain atau pengurus lingkungan).
3. Penghambat:
− Internal
Eksternal
6. Apakah tidak senang untuk meghadiri kegiatan di
Lingkungan?
7. Kenapa tidak ingin mengikuti kegiatan-kegiatan di
Lingkungan?
8. Hambatan apa yang muncul sewaktu mau
menghadiri kegiatan di Lingkungan? (Tempat
kegiatan yang jaraknya jauh, kegiatan
dilaksanakan malam hari dan terlalu lama, proses
pelaksanaan kegiatan yang monoton, tidak
diperbolehkan oleh orang tua.)
4. Metode
pendampingan
9. Metode yang bagaimana untuk pendampingan
remaja nanti?
b. Nonton film
c. Permainan
d. Olah pengalaman
5. Bentuk kegiatan 10. Bentuk kegiatan dalam pendampingan dengan
cara yang bagaimana?
a. Rekoleksi Singkat
b. Out bond
c. Seminar
6. Usulan Tema 11. Dalam pendampingan remaja nanti tema apa
yang mau diangkat?
h. Teknik Analisa Data
Analisa yang digunakan dalam penelitian ini memakai data kualitatif yaitu
dengan membaca data yang telah diolah. Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah
menemukan teori dari data (Moleong, 1989: 104). Analisa data juga dipergunakan
untuk mendalami dan memahami hasil penelitian secara sistematis yang dilakukan
selama pelaksanaan dilakukan, jadi data yang telah diperoleh langsung dikerjakan.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Moleong yaitu sebagai berikut:
B. Laporan Hasil Penelitian
Bagian ini akan disampaikan hasil dari penelitian di lingkungan St. Martinus
Blendung temuan secara umum dan secara khusus. Dalam penelitian ini penulis
mewancari 20 responden, pada tanggal 29 oktober 2009 sampai pada tanggal 27
november 2009. Proses wawancara dilakukan dengan mendatangi remaja satu
persatu dirumahnya, hal ini dilakukan untuk membuat suasana kerjasama dalam
mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya.
Hasil observasi dan wawancara yang diperoleh penulis dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Gambaran Umum dan Keadaan Umat Lingkungan Santo Martinus
a. Letak Geografis
Berdasarkan letak geografinya Lingkungan St. Martinus adalah bagian dari
Paroki St. Theresia Sedayu, serta bagian dari wilayah Keuskupan Agung Semarang
yang merupakan persekutuan (communio) umat beriman KAS. Persekutuan umat
beriman ini “yang disatukan berdasarkan kesatuan Bapa dan Putera dan Roh Kudus”
(Lumen Gentium 4). Paroki St. Theresia Sedayu termasuk kabupaten Bantul, seperti
terungkap dalam buku PPDP-Paroki St. Theresia Sedayu yang terletak kira-kira 12
km ke arah barat dari kota Yogyakarta, di dekat rel kereta api jurusan Yogya – Kroya
( NN, 2008: 7). Sedangkan Lingkungan St. Martinus terletak di sebelah utara Paroki
St. Theresia Sedayu yang termasuk Kabupaten Sleman dan dekat dengan perbatasan
Sedangkan untuk pembagian Wilayah dan Lingkungan Paroki St. Theresia
Sedayu dalam “Buku Kenangan Penuh Syukur 80 Th Gereja St. Theresia Sedayu
(NN, 2007: 51-52)”, menyebutkan;
“Struktur paguyuban basis yang baru, Paroki St. Theresia Sedayu terbagi menjadi 25 lingkungan. Dalam sistem yang baru ini, tiap lingkungan memiliki santo-santa pelindung yang dicantumkan sebagai nama lingkungan. Berikut adalah nama kedua puluh lima lingkungan yang terbagi dalam lima wilayah, yaitu:
a) Wilayah Tengah; meliputi Ignatius (Ngingas), Yohanes Pembaptis (Gubug), Mateus (Jurug), Stephanus (Goser), Paulus (Sedayu), dan Andreas (Pedusan).
b) Wilayah Barat; meliputi Petrus Kanisus (Salamrejo), Yohanes Rasul (Sentolo), Antonius (Malangan), dan Yohanes Maria Vianey (Klangon). c) Wilayah Selatan; meliputi Lukas (Sundi), Markus (Semampir), Yoakhim
(Demangan), Fransiskus Asisi (Taman Sedayu Metes), dan Yohanes Bosco (Sedayu Permai Metes).
d) Wilayah Timur; meliputi Pius X (Surobayan), Vincentius (Panggang), Agustinus (Sengon), dan Petrus (Kemusuk).
e) Wilayah Utara; meliputi Gregorius (Tiwir), Martinus (Blendung), Fransiskus Xaverius (Gesikan), Yustinus (Nglahar), Albertus (Kaliduren), dan Aloysius (Kaliduren).
Dalam PPDP Paroki St. Thresia Sedayu menambahkan susunan yang ada di
setiap lingkungan, yaitu sebagai berikut:
“Setiap lingkungan mempunyai susunan kepengurusan sebagai berikut: Ketua, Sekretaris, Bendahara, Tim Kerja Liturgi, Tim Kerja Pewartaan, Tim Kerja Pengembangan Sosial Ekonomi, Tim Kerja Ibu-Ibu lingkungan, Tim Kerja Pendampingan Keluarga Lingkungan, Tim Kerja Pangruktilaya. Sedangkan lingkungan yang mempunyai kemampuan lebih boleh mempunyai tim kerja lain” (NN, 2008: 19).
Sesuai dengan pembagian Wilayah diatas, lingkungan St Martinus termasuk
Wilayah Utara. Yang mencakup beberapa dusun, yaitu: Dusun Depok, Dusun
Blendung, Dusun Tiwir, Dusun Dukuh, Dusun Nangsri, dan Dusun Papungan. Di
Sekolahan TK, Sekolahan SDN, dan Sekolahan SMPN. Sedangkan untuk Kapel St.
Ambrosius berada di Dusun Tiwir yang tidak begitu jauh dari Dusun Blendung.
Kapel ini di pergunakan umat Wilayah Sumbersari (Utara) untuk Misa setiap minggu
Ke-dua hari sabtu sore dan hari minggu Ke-empat minggu pagi, jika tidak ada Misa
diganti ibadat sabda biasanya pada sabtu sore, dan untuk tempat pelatihan Misdinar.
b. Keadaan Umat
Umat Lingkungan St. Martinus bertempat tinggal di daerah pedesaan, yang
bertetangga rukun dengan umat beragama lain (Islam). Kerukunan tersebut dapat
terlihat dengan adanya karang taruna, gotong royong, karawitan, perkumpulan
ibu-ibu PKK, dan sebagainya. Tingkat sosial dan ekonomi umat di lingkungan St.
Martinus beraneka ragam yang sebagian besar ekonomi menengah, yaitu banyaknya
para pegawai kantoran. Mata pencaharian sebagian umat sehari-hari adalah bertani
dan berdagang. Namun dengan adanya perbedaan penggolongan tersebut tidak
mempengaruhi keselarasan antara umat Lingkungan St. Martinus untuk bekerjasama
dan saling mengisi dalam mewujudkan paguyuban Lingkungan.
Jumlah umat Lingkungan St Martinus mencakup 46 KK (129 jiwa), yang dapat
Tabel 3.
No Nama Dusun Jumlah Umat Jumlah
Remaja
Jumlah
Balita
Jumlah
KK
1 Blendung 49 10 5 27 KK
2 Depok 17 __ 3 5 KK
3 Dukuh 25 6 3 12 KK
4 Nangsri 3 1 __ 1 KK
5 Papungan 9 2 2 3 KK
6 Tiwir 56 7 6 29 KK
Total 158 20 19 77 KK
Lingkungan Martinus merupakan salah satu dari lingkungan di Paroki St.
Theresia Sedayu yang persebaran umatnya berada di lebih dari satu dusun. Umat
tersebar dari beberapa dusun dari 46 KK yang terdiri dari: 5 KK yang berada di
Dusun Depok, 13 KK di Dusun Blendung, 17 di Dusun Tiwir, 7 KK di Dusun Dukuh,
1 KK di Dusun Nangsri, dan 3 KK berada di Dusun Papungan. Jumlah remaja di
Lingkungan St. Martinus selama tahun 2007 – 2009 (3 tahun terakhir) berjumlah 20
remaja. Namun penghitungan remaja tersebut didasarkan pada umur dan situasi
mereka. Remaja tersebut sebagian masih baru karena dari PIA, mereka umumnya
sudah bisa membaca dan menulis dan yang remaja dewasa umumnya adalah
remaja, umumnya ikut mudika terkecuali yang ikut misdinar. Walaupun sebagian
kecil sudah mengikuti kegiatan PIA, Misdinar, maupun Mudika hanya orang tertentu
saja yang aktif. Pada setiap kegiatan bersama umat di lingkungan juga banyak yang
tidak ikut berperan serta.
c. Kegiatan-kegiatan Umat Di Lingkungan St. Martinus Blendung
Demi berkembangnya umat secara menyeluruh, Paroki St. Theresia Sedayu
membuat pemekaran Lingkungan. Dari 25 lingkungan tersebut, lingkungan Blendung
memakai nama St. Martinus yang diketuai saat ini oleh Bapak Fx. Gimin. Umat
Lingkungan Blendung menghayati dan mengenang perjuangan St. Martinus yang
menjunjung tinggi keadilan dan menentang sistem paksaan dalam artian menjunjung
kebebasan. Martinus merupakan salah seorang diantara orang-orang suci pertama
yang bukan martir. Nilai-nilai Iman inilah yang mau diperjuangkan oleh umat
Lingkungan Blendung sebagai landasan untuk mengembangkan dan mewujudkan
paguyuban iman di Lingkungan yang diperingati setiap tanggal 11 November.
Adapun untuk kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan di Lingkungan St.
Martinus, seperti yang tertulis dalam Buku Kenangan Penuh Syukur 80 Th Gereja St.
Theresia Sedayu, menyebutkan;
Namun dengan keadaan yang demikian adanya tidaklah mematahkan semangat umat untuk giat dalam berkegiatan di Lingkungan. Dapat dilihat dari kegiatan lingkungan yang sudah dilaksanakan oleh umat di lingkunagn Martinus Blendung, diantaranya:
1) Renungan pendalaman iman oleh Ibu-ibu dan Bapak-bapak setiap malam selasa, ditutup dengan arisan.
3) Kegiatan UB (Usaha Bersama) oleh Bapak-bapak, pertemuan dilaksan setiap malam jumat kliwon dan selalu diawali dengan pendalaman iman secara bergilir.
4) Pertemuan Ibu-ibu Lingkungan setiap tanggal & setiap bulannya.
5) Kegiatan bersama-sama seperti Doa Rosario, mengunjungi orang sakit, ziarah bersama.
6) Paguyuban Ibu-ibu dalam paguyuban Pangruktiloyo.
7) Kegiatan Pendampingan Iman (PIA) setiap hari Minggu jam 10.00 yang didampingi oleh mudika.
8) Pertemuan rutin mudika setiap sebulan satu kali.
9) Selain itu umat juga bersama-sama melaksan tugas koor baik di Kapel maupun di Gereja.
Selain kegiatan diatas, umat Martinus juga mengadakan renungan-renungan baik selama Adven, prapaskah maupun Bulan Kitab Suci. Dengan mengikut sertakan beberapa mudika dalam kepengurusan lingkungan diharapkan membawa suasana lingkungan yang semakain segar menceriakan sehingga semua umat semakin banyak yang terlibat (NN, 2007: 51-52).
d. Perkembangan Umat Selama Tiga Tahun Terakhir
Kegiatan-kegiatan pengembangan umat di Lingkungan disesuaikan dari
adanya empat tim kerja yang telah dibentuk oleh dewan paroki sesuai 4 bidang
utama kegiatan Gereja. Kegiatan pengembangan umat di Lingkungan tersebut tidak
terorganisir dengan baik, namun bisa berjalan. Bidang-bidang tersebut diantaranya:
Tim kerja bidang Liturgi/Peribadatan, menjalankan kegiatannya dengan
melaksan tugas saat mendapatkan tugas koor di kapel ataupun di gereja paroki serta
pembagian tugas (lektor, pemazmur, dan putra altar); termasuk juga adanya
pembinaan bagi para putra altar; serta penyediaan uang khas untuk merangkai bunga
saat dapat tugas menghias altar di kapel maupun di gereja.
Tim kerja bidang Pewartaan/Kerygma, menjalankan kegiatannya dengan
komuni, dan krisma di paroki; pendalaman Kitab Suci yang biasanya diikuti oleh
ibu-ibu.
Tim kerja bidang koinonia atau persaudaraan dan keakraban, kegiatan ini
sering ditemui ketika umat lingkungan sedang berkumpul sebelum pelaksanaan Misa
atau doa bersama dan sesudah perayaan misa atau doa bersama. Di sini dialami dan
dibangun kebersamaan antar saudara seiman; juga terjadi seperti dalam kegiatan
pertemuan ibu-ibu Warga Katolik maupun pertemuan Usaha Bersama (UB) oleh
bapak-bapak yang diawali terlebih dahulu dengan pendalaman iman; dan pertemuan
rutin mudika sebulan sekali.
Tim kerja bidang diakonia atau pelayanan sosial dan kemasyarakatan,
mengadakan kegiatan bersih-bersih makam/pasarean dan kerja bakti membersihkan
selokan yang ada di desa/perkampungan blendung (sekali dalam 1 tahun). Adapun
kehendak baik dari salah satu keluarga umat katolik yang membuka lapangan
pekerjaan berupa penggilingan padi dan peternakan sapi, yang perkerjanya dari kaum
yang tidak punya.
2. Temuan Khusus Hasil Wawancara
Peneliti mulai mencari data dengan melakukan wawancara dengan responden
sebagai langkah awal dalam menindak lanjuti adanya keprihatinan kegiatan remaja di
lingkungan. Hal ini menjadi tugas yang berat dalam mencari informasi, karena
membuat janji terlebih dahulu pada responden lalu mendatangi kerumahnya untuk
yang tidak menerima karena masih malu dan sibuk dengan kegiatan sekolah. Hasil
dari wawancara dengan remaja ditulis sesuai dari ungkapan yang di ucapkan remaja
sendiri, sedangkan yang di tulis hanya perwakilan dari sebagian responden yang telah
dikuatkan dari pendapat responden yang lain. Mengapa hal ini dilakukan karena hasil
atau jawaban dari wawancara dengan remaja ada kesamaan.
Peneliti melaporkan hasil wawancara serta berdasarkan alasan-alasan dari
remaja sendiri, yaitu sebagai berikut:
a. Keterlibatan remaja di dalam kegiatan di Lingkungan.
Peneliti mendapatkan hasil dari wawancara dengan remaja untuk melihat
bagaimana kehadiran remaja dalam kegiatan di Lingkungan beserta alasannya yaitu
sebagai berikut:
1) Apakah setiap ada kegiatan di lingkungan sering menghadirinya?
− Sering ikut, karena dalam artian berusaha untuk mengikuti kegiatan yang ada
karena ingin berkumpul.
− Sering datang dan berusaha untuk datang, karena terkadang dirumah tidak ada
teman dan ikut karena diajak oleh bapak dan ibu .
− Kadang-kadang, karena menghadiri saat senang dengan kegiatan yang di ikuti.
− Lumayan, tapi tidak sering banget (namanya juga muda kalo mau datang ya
datang tapi kalo tidak ya tidak atau tergantung teman yang lain).
− Karena sudah banyak tugas dari sekolahan, malas jika berkumpul dengan orang
tua.
− Merasa tidak bebas jika berkumpul dengan orang tua itu, lebih asik jika
berkumpul dengan teman-teman sebayannya.
b. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Keterlibatan Remaja Bersama Umat
Di Lingkungan.
(Pendukung dan penghambat Internal):
1) Apakah mengerti maksud yang mau disampaikan dalam kegiatan tersebut?
Ada 13 responden yang menyatakan mengerti maksud dalam mengikuti
kegiatan di Lingkungan. Alasannya sebagai berikut:
− Mengerti karena untuk kebersamaan
− Mengerti karena mendengarkan dari si pengisi acara dan belajar yang
disampaikan lalu mendalami. Senang (memperkaya pengetahuan) dan untuk
interaksi sosial.
− Ya kalo yang bicara jelas dan tidak bikin ngantuk tidak mau dengerin.
2) Apakah senang menghadirinya?
− Senang bisa berkumpul dengan teman-teman biar guyub.
− Senang soalnya bisa berkumpul dan tukar pikiran dengan saudara yang lain.
− Senang dalam kegiatan tertentu saja bisa kumpul-kumpul dengan mudika.
− Tidak senang kumpul dengan orangtua karena terlalu resmi dan faktor usia.
− Merasa tidak nyaman saja.
− Lebih senang kumpul dan nongkrong sambil gitaran sama teman-teman.
3) Apakah dalam mengikuti kegiatan tersebut penuh dengan semangat?
− Penuh semangat, perasaan senang dan semangat ada keinginan untuk berkumpul
dengan teman sebaya.
− Sesuai dengan situasi. Semangat jika teman-teman yang lain juga berangkat.
− Jelas dengan penuh semangat, karena bisa berkumpul merasakan guyub.
− Semangat kalo ada teman-teman.
− Semangat, yang namanya kegiatan itu harus dijalani dengan semangat.
(Pendukung dan penghambat eksternal):
4) Siapa yang sering mendorong untuk menghadiri kegiatan tersebut?
− Keinginan diri sendiri
− Orangtua.
− Di suruh oleh kakak.
− Banyakan ajakan dari teman.
5) Hambatan yang muncul sewaktu mau mengikuti kegiatan di lingkungan?
− Banyak tugas dari sekolahan dan waktunya tidak pas.
− Acara terlalu lama dan gitu-gitu saja bikin ngantuk.
− Malas untuk berkumpul dengan orang tua.
− Males karena capek habis pulang dari kegiatan di sekolahan.
− Karena males dan bosen karena itu-itu saja, monoton dan terlalu lama.
c. Kegiatan Yang Diharapkan Remaja Terhadap Kegiatan Pembinaan Iman Yang
Akan Dilaksanakan Di Lingkungan St. Martinus Blendung Paroki St. Theresia
Sedayu Melalui Rekoleksi .
1) Metode yang bagaimana untuk pendampingan remaja nanti?
− Olah penglaman dan nonton film karena dengan liat film kita bisa langsung
mengerti dan tidak bosen.
− Permainan beregu terus sering pengalaman.
2) Bentuk kegiatan dalam pendampingan nanti dengan cara apa?
− Bentuk dengan rekoleksi singkat
− Dengan bentuk semi outbond dan rekoleksi singkat.
3) Tema apa yang mau diangkat dalam pendampingan nanti?
− Kebersamaan; bersatu kita teguh bercerai kita runtuh
− Mendorong anak muda menjadi motor yang kreatif buat Lingkungan
− Shering, berbagi cerita dan berbagi rasa
− Perkembangan remaja di Lingkungan
− Peran remaja dalam membangun umat
− Cinta kasih dan persaudaraan
− Kebersamaan remaja dalam menjalin hubungan
− Bersama anak, remaja, kaum muda, dan orang tua membangun Gereja
− Remaja terlibat di Lingkungan
− Sungguh senang bisa berkumpul bersama
− Remaja dengan perkembangan jaman
4) Kegiatan-kegiatan Lingkungan apa saja yang pernah di ikuti?
− Rosario, rekoleksi, doa bersama, novena, PIA, latihan koor, Putra Altar,
menjenguk orang sakit, jalan salib, dan Mudika.
3. Pembahasan Hasil Wawancara
a. Keterlibatan Remaja Bersama Umat Di Lingkungan.
Dari hasil wawancara didapatkan ada beberapa remaja yang membagi waktunya
sekali. Dari sini peneliti dapat membahas hasil wawancara bersama remaja sesuai
dengan kenyataannya, yaitu sebagai berikut:
Remaja yang menyatakan sering berangkat memberikan alasan yang
menyatakan karena karena ingin berkumpul dan terkadang dirumah tidak ada teman
serta ikut karena diajak oleh bapak dan ibu. Dari alasan tersebut remaja datang karena
adanya peran aktif dari orang tua dalam mengajak ikut kegiatan. Peran orangtua
sangat berpengaruh besar dalam perkembangan iman nantinya, hanya dimulai dari
bimbingan awal yang baik bagi untuk mendapatkan hasil yang baik nantinya.
Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa:
“Bimbingan paling diperlukan dalam tahapan awal belajar pada saat peletakan dasar awal. Bila sejak awal telah diletakan di atas rel yang benar dan didorong untuk tetap di sana hingga mereka terbiasa dengannya atau menyadarai mengapa hal itu paling baik, maka kecil kemungkinannya kelak mereka akan beralih ke rel yang salah” (Elizabeth B. Hurlock, 1988: 28).
Setiap ada kegiatan bersama di Lingkungan juga ada yang jarang
mengikutinya. Remaja menyatakan bahwa dalam mengikuti kegiatan jika saat
keadaan senang dengan kegiatan tersebut. Seperti halnya merasa senang karena
teman-temannya juga pada berangkat, kegiatan tersebut tidak menjenuhkan, dan jika
ada ujian waktunya untuk belajar. Dari alasan-alasan remaja tersebut perlu dimaklumi
karena masa-masa mereka sebagai masa perkembangan dalam memilih yang
membuat nyaman baginya. Elizabeth B. Hurlock menyatakan:
melakukan apa yang dapat dilakukan teman sebayanya” (Elizabeth B. Hurlock, 1988: 41).
Sesuai dengan kemajuan jaman remaja sekarang sudah mulai disibukan dalam
dunia maya maupun nyata. Dalam dunia maya mereka mulai asik dengan bermain
game ataupun chating/facebookan, sedangkan dalam dunia nyata mereka mulai
disibukan dengan tugas-tugas dari sekolahan serta tuntutannya. Oleh sebab itu remaja
jaman sekarang perlu diperhatikan lebih dini dan perlu diperhatiakan dalam
perkembangan imannya. Jika sejak dini mulai dilatih untuk mulai bersosialisasi
dengan lingkungannya akan semakin dewasa. Oleh sebab itu perlu diajarkan untuk
bisa membagi waktu antara kegiatan pribadi, sekolah, dan bermasyarakat. Dari hasil
wawancara masih banyak remaja yang tidak berangkat dalam kegiatan di Lingkungan
dikarenakan adanya kesibukan dari sekolahan atau merasa tidak nyaman bila
berkumpul dengan orang tua. Pendidikan di sekolahan jaman sekarang sudah mulai
berubah fungsinya seperti halnya dituntut belajar dan belajar supaya menjadi juara
(menimbulkan persaingan negatif bersama teman). Pergeseran fungsi sekolah ini juga
sudah jauh dari yang diperjuangkan oleh para tokoh yang memperjuangkan
pendidikan, yaitu:
Hasil dari wawancara dengan remaja didapatkan bahwa dalam setiap kegiatan
remaja masih kurang antusias untuk mengikutinya. Hal ini terlihat dari hasil
wawancara tentang keterlibatan remaja dalam kegiatan di Lingkungan. Masih banyak
remaja yang tidak mengikuti kegiatan di Lingkungan terutama bersama seluruh umat.
Hasil dari wawancara didapatkan hanya 3 orang yang menyatakan sering mengikuti
kegiatan dalam artian selalu menyempatkan waktu untuk berangkat, sedangkan yang
kadang-kadang ada 12 responden dan yang tidak berangkat 4 responden. Dari hasil
wawancara itu peneliti menyimpulkan bahwa remaja di Lingkungan St. Martinus
masih memerlukan pendampingan supaya semakin terlibat dalam kegiatan-kegiatan
di Lingkungan. Peran itu tidak dari pendamping sendiri namun dari remaja sendiri
dan peran orangtua sebagai pembimbing utama. Mengapa peneliti ingin membimbing
remaja dari sejak dini karena hal ini dilakukan untuk membiasakan remaja semakin
terlibat dalam kegiatan Lingkungan. Hal ini dilakukan tidak dengan paksaan tetapi
dengan membiasakan remaja selalu berperan serta di Lingkungan, terutama merubah
cara pandang orang tua terhadap remaja yang kurang melibatkan dalam setiap
kegiatan.
b. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Keterlibatan Remaja Bersama
Umat Di Lingkungan.
Peneliti juga mencari faktor pendukung dan penghambat remaja dari dalam diri
(Internal) dan dari luar (external). Dengan menanyakan apakah mengerti maksud
tersebut penuh dengan semangat. Dari hasil wawancara didapatkan banyak remaja
yang mengerti dan memahami maksud dari kegiatan di Lingkungan yang di ikuti,
mereka juga sangat senang dan semangat dalam mengikuti kegiatan tersebut. Dari
hasil wawancara menyatakan senang karena bisa bertemu atau berkumpul bersama
umat se-Lingkungan, dengan berkumpul bersama mereka bisa merasakan guyub dan
meriah (gayeng). Namun tidak semua responden menyatakan senang, masih ada
sebagian yang menyatakan tidak senang jika berkumpul dengan orang tua. Mereka
memberikan pernyataan itu karena dengan alasan berkumpul bersama orang tua itu
tidak nyaman, terlalu resmi, dan faktor usia. Terkadang mereka juga masih senang
jika berkumpul dengan teman-teman sebayanya dengan membuat acara sendiri seperti
gitaran sambil nongkrong. “Pada masa ini perkembangan pribadi remaja masih
dalam masa pengolahan, karena pada remaja iman berkembang dari proses menerima
begitu saja, sampai dengan usaha untuk men-sintese-kan nilai-nilai iman yang mereka
kembangkan dalam kehidupan bersama” (Nota Pastoral DKP-KAS, 2008: 31).
Hambatan yang paling besar dalam diri adalah perasaan malas karena kesibukan
tugas sekolah dan belajar saat ada ujian (hambatan internal). Perasaan malas remaja
untuk ikut kegiatan bersama Lingkungan itu wajar, karena sudah lelah dengan
kegiatan di sekolahan maupun tugas-tugasnya. Oleh karena itu masa luang itu mereka
gunakan untuk berkumpul bersama teman-temannya, melihat acara Televisi, bermain
game, chatingan dan lain sebagainya. Oleh sebab itu remaja tidak perlu dipaksa
maupun diancam supaya berangkat berkegiatan Lingkungan, karena mereka masih
sejak awal, remaja diantar kepada kaidah-kaidah hidup kristiani serta
mewujudkannya dalam hidup sehari-hari. Secara khusus, remaja perlu dibimbing
mengembangkan hati nurani (bdk. GE 1), sehingga mampu memlih mana yang baik
dan mana yang jahat, serta mampu bertindak atas pilihan itu (Nota pastoral
DKP-KAS, 2008: 30). Perkembangan pribadi remaja juga disertai dengan perkembangan
mental serta emosional yang sangat rentan dengan kepribadiannya kelak. Dalam
bukunya “Pendampingan Kaum Muda” A.M. Mangunhardjana menyatakan:
“Mereka mulai berpikir secara kritis. Dengan kecakapan berpikir abstrak dan kritis itu, kaum muda menggali pengertian tentang diri mereka sendiri, membentuk gambaran diri mereka, peranan yang diharapkan dari mereka, panggilan hidup, dan masa depan mereka. semua ini adalah masalah yang tidak ringan bagi mereka. Oleh karena itu kaum muda kerap nampak resah, suka menyendiri, dan melamun”( Mangunhardjana, 1986: 13).
Sedangkan hambatan eksternal mereka terlalu jenuh dengan mengikuti kegiatan
yang monoton dan membuat ngantuk. Sedangkan kegiatannya terlalu lama dan yang
mengisi membuat kantuk tidak menyenangkan. remaja juga tidak begitu senang bila
kumpul dengan orang tua karena merasa terlalu resmi dan faktor usia. Mereka juga
tidak jadi berangkat bila teman yang lain mengajak kumpul dan bermain. Remaja
merasa terdorong untuk menghadiri dalam kegiatan dari orang tua dan yang paling
besar ajakan dari teman. Setiap perkembangan remaja diikuti pula perkembangan
sosial, dimana masih senang jika berkumpul dengan teman sebayanya. Oleh karena
itu perluasan berhubungan dengan orang lain lebih diperhatikan bagaimana remaja
bisa bergerak bersama-sama dalam suatu kegiatan bersama Lingkungan. A.M
“Perkembangan sosial kaum muda menyangkut perluasan jalinan hubungan dengan orang lain. Dengan lewatnya umur k-k dan berkat pertumbuhan fisik mereka, pergaulan kaum muda tidak terbatas lagi dengan orang-orang dalam lingkungan keluarga, tetapi meluas ke teman-teman sebaya, orang-orang di lingkungan tempat tinggal dan masyarakat luas. Masalah-masalah penting penting yang di hadapi kaum muda sehubungan dengan perkembangan sosial ialah masalah-masalah disekitar pergaulan mereka dengan teman-teman seperti: cara masuk dalam kelompok, bergaul dengan kelompok, dan peranan mereka dalam kelompok, seperti: peneriman diri oleh kelompok, penghargaan kelompok, dan macam keterlibatan yang diberika kepada mereka oleh kelompok” (Mangunhardjana, 1986: 14).
Dari hasil wawancara, responden semakin semangat jika dalam pertemuan ada
teman sebayanya banyak yang datang. Hal ini diutarakan dari sebagian responden dan
terlihat dalam kenyataannya remaja yang hadir lumayan banyak. Dari hasil
wawancara ini peneliti menyimpulkan bahwa remaja sangat antusias untuk
menghadiri kegiatan di Lingkungan jika teman sebayanya banyak yang hadir. Remaja
masih merasa lebih bebas dan senang jika dalam bersosialisasinya dengan
teman-teman seumurnya. Oleh sebab itu kebersamaan umat untuk mewujudkan paguyuban
Lingkungan masih kurang terasa, terutama dari kurangnya terlibat remaja didalam
setiap kegiatan Lingkungan.
c. Kegiatan Yang Diharapkan Remaja Terhadap Kegiatan Pembinaan Iman
Yang Akan Dilaksanakan Di Lingkungan St. Martinus Blendung, Paroki St.
Theresia, Sedayu Melalui Rekoleksi.
Untuk memperlancar dalam kegiatan pendampingan nantinya, maka penulis
menanyakan kepada responden tentang metode dan bentuk kegiatan yang dipakai
jawaban ada yang ingin melihat film, permainan, dan out bond. Namun kebanyakan
responden mengatakan sangat senang dengan olah pengalaman atau rekoleksi singkat.
Bentuk kegiatan dalam pendampingan nanti responden meminta supaya bentuk
kegiatan tidak monoton dan terlalu serius. Harapan pendampingan dari responden
kegiatan dibuat semeriah mungkin, dalam artian tetap gayeng dan bahan yang
disampaikan tidak terlalu berat. Dalam hal ini peneliti juga menanyakan tentang tema
apa yang mau diangkat dalam pendampingan nanti. Banyak responden menjawab
tentang kebersamaan, keterlibatan, dan peran serta remaja dalam berkegiatan di
Lingkungan. Dari usulan remaja sendiri diharapkan pendampingan yang dilaksanakan
dapat diterima dan diikuti secara tulus tanpa berat hati. Remaja juga pernah
berkegiatan di Lingkungan dengan mengikuti rosario bersama, doa bersama, novena,
PIA, latihan koor, Putra Altar, menjenguk orang sakit, jalan salib, dan Mudika.
Namun kegiatan tesebut hanya di ikuti oleh sebagian remaja dan mulai beberapa
tahun terakhir mulai surut. Dari pengalaman mereka, peneliti menggali lebih dalam
faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung dalam berkegiatan bersama
di Lingkungan. Oleh karena itu dari hasil penelitian gerak bersama dalam pembinaan
iman remaja itu perlu melibatkan semua pihak, seperti yang terungkap dalam Nota
Pastoral 2008:
pengungkapan dan perwujudan iman. Pembinaan iman dan remaja juga perlu menggunakan metode yang beraneka ragam agar dapat menjadikan bergembira dan bergairah dalam pembinaaan iman. Pendek kata, diperlukan suatu pendekatan menyeluruh dan melibatkan semua pihak dalam pembinaan iman dan remaja” (Nota Pastoral DKP-KAS, 2008: 34-35).
C. Kesimpulan Penelitian
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa remaja di Lingkungan St.
Martinus masih memerlukan pendampingan iman dan perlu digerakan kembali untuk
terlibat dalam kegiatan di Lingkungan. Sebenarnya remaja sangat senang bisa
berkumpul bersama dengan orang tua, karena masih ada hal yang tidak sesuai dengan
keinginan remaja. Seperti halnya: sembahyangan atau doa bersama yang selesainya
terlalu lama dan prosesnya sangat monoton atau menjenuhkan, sehingga remaja
merasa tidak senang untuk menghadirinya.
Dari usulan remaja di Lingkungan pendampingan yang akan dilaksanakan
sangat cocok dengan model rekoleksi. Model kegiatan Rekoleksi sebagai salah satu
sarana dan peluang mendampingi iman remaja untuk semakin melibatkan dalam
kegiatan gerejani terutama di Lingkungan. Melalui rekoleksi ini remaja mulai
diguyubkan dan dikenalkan pengertian paguyuban umat Lingkungan dan pemahaman
sebagai murid-murid Kristus yang sejati. Upaya penelitian keterlibatan remaja
terhadap kegiatan di Lingkungan tidak hanya sampai pengambilan data, namun
BAB III
REKOLEKSI SEBAGAI UPAYA MELIBATKAN REMAJA
DALAM PENGEMBANGAN UMAT DI LINGKUNGAN
A. Perkembangan Remaja Dalam Iman
1. Pengertian Perkembangan
Seseorang dalam masa pertumbuhannya tentu mengalami perubahan entah dari
segi fisik maupun segi kesadaran moralnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan dari
segi fisik khususnya pada bagian otak, semakin mempunyai kemampuan untuk
berpikir, mengingat, dan belajar. Namun perubahan tersebut tidak hanya terbatas pada
pertumbuhan fisik saja. Berkaitan dengan pertumbuhan tersebut ada juga
perkembangan kesadaran moral. Dari segi moral dengan bertambahnya usia orang
terbentuk menjadi semakin baik atau semakin buruk. Elizabet B. Hurlock
merumuskan tentang perkembangan yaitu:
“Perkembangan itu melibatkan suatu perubahan. Perkembangan, berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif. Hal ini dapat didefinisikan sebagai deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren. “Progresif” menandai bahwa perubahannya terarah, membimbing mereka maju dan bukan mundur. “Teratur” menunjukan adanya hubungan nyata antara perubahan yang terjadi dan yang telah mendahului atau yang akan mengikutinya” (Elizabet B. Hurlock, 1988: 23).
Untuk menuntaskan tugas perkembangan sesuai dengan umurnya sangatlah
perlu mendapat perhatian, karena perkembangan tidaklah dapat dihasilkan oleh si
anak remaja sendirian. Sangatlah membutuhkan bantuan yang nyata dari orang lain
demi perkembangan dirinya entah itu perkembangan fisik maupun rohaninya.
Perkembangan adalah perubahan yang nyata dan itu mengarah ke depan secara
bertahap yang bersifat membangun. Setiap perubahan yang terjadi diharapkan dapat
mengembangkan diri untuk semakin mendewasakan kepribadian dan rohaninya.
Tujuan perubahan tersebut adalah menjadi terbaik secara fisik dan mental.
Hurlock memberikan sebuah contoh, bagaimana seseorang dapat mendidik secara
bebas dan bahagia dengan memberikan kesempatan kepada anak remaja untuk
berkembang kepribadiannya:
“Seorang dalam mencapai tujuan itu tergantung dari hambatan yang dihadapinya dan bagaimana ia berhasil menanggulanginya. Hambatan itu berupa lingkungan, misalnya berkembang dalam lingkungan dimana anak-anak kehilangan kesempatan belajar dan budaya yang tidak menunjang; atau dari diri sendiri seperti rasa takut untuk mencoba melakukan apa yang mereka rasakan mampu karena kritik masyarakat. Banyak kreatif gagal mencapai puncak kemampuan kreativitasnya karena kritik masyarakat yang dini terhadap upayanya yang kreatif itu”. (Elizabet B. Hurlock, 1988: 23)
2. Pengertian Remaja
Tentang pengertian remaja Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya “Pembinaan
Remaja”, berkata:
Segi psikologi, maka batas usia remaja lebih banyak bergantung kepada keadaan masyarakat di mana remaja itu hidup. Perubahan jasmani dari kedewasa kira-kira umur 12 atau permulaan 13 tahun.
Segi agama, para ahli jiwa agama menganggap bahwa beragama biasanya terjadi sebelum umur 24 tahun, maka dari itu remaja mungkin diperpanjang sampai umur 24 tahun. (Zakiah Daradjat, 1975: 8).
Dari kata-kata Dr. Zakiah Daradjat di atas dapat disimpulkan bahwa masa
remaja adalah masa peralihan dari menjelang dewasa. Pada masa ini bukan hanya
menjurus pada pencarian identitasnya untuk membangun jati dirinya. Sehubungan
dengan ini Mgr. Suharyo dalam Nota Pastoral 2008 mengungkapkan: “Masa anak dan
remaja adalah masa yang penuh kegembiraan. Anak dan remaja sedang dalam proses
menemukan identitas diri mereka. Mereka sedang belajar untuk mengembangkan diri
dan memilih nilai-nilai yang bermakna dan berguna bagi hidup mereka (DKP-KAS,
2008: 4). Sehingga batasan umur untuk anak remaja yang penulis dapatkan atau
perkirakan antara umur 12 th – 18 th.
3. Perkembangan Iman Remaja
Masa perkembangan pada sangat perlu diperhatikan terutama dari segi
kejiwaan dan imannya. Perkembangan ini juga dipengaruhi oleh pembentuk atau
pendamping utama, yaitu orangtua sendiri atau orang dewasa, dengan demikian baik
itu ayah atau ibu dari si perlu mengarahkan si kearah yang positif.
Dalam kaitannya dengan pengembangan iman remaja Gravissimum Educationis
mengatakan:
para orangtua harus sadar betapa pentingnya keluarga yang benar-benar Kristen untuk Kehidupan dan kemajuaan umat Allah sendiri (Konsili Vatikan II, 1983: 296).
Dalam Nota pastoral KAS juga ada pernyataan,
” Anak dan remaja juga sedang berkembang dalam hal iman. Anak dan remaja dapat mengembangkan iman mereka dengan mengikuti aneka macam kegiatan bina iman; dengan membaca buku-buku rohani, dengan berdoa dan ikut serta dalam ibadat bersama umat lingkungan, wilayah atau paroki; dengan belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan hidup Yesus, dan dengan terlibat dalam kegiatan-kegiatan umat. Dengan terlibat dalam kehidupan umat, anak dan remaja sejak dini dipupuk semangatnya untuk ikut bertanggung jawab dalam hidup umat. Pembinaan ini diharapkan dapat menumbuhkan keyakinan, bahwa hidup adalah anugerah, panggilan dan perutusan (DKP-KAS, 2006-2010: 4).
Berkat perkembangannya makin bisa pula berpikir. Dengan demikian dapat
diartikan, bahwa perkembangan iman seseorang terbentuk sejak masa kanak-kanak,
sejak ia mendapat rangsangan-rangsangan dari orang lain yang lebih tua daripada
dirinya. Perkembangan pada seorang anak lebih dipengaruhi oleh apa yang ia lihat
secara langsung, meliputi tindakan yang ia saksikan dan ia rasakan, dan bukan
merupakan akibat dari apa yang ia dengar. Perilaku biasanya meniru tindakan orang
dewasa yang dijumpainya. Dengan adanya ajakan dari orang tua untuk berdoa, ke
gereja, berziarah, mengikuti doa bersama, dan kegiatan-kegiatan rohani yang lain,
akan terbiasa untuk mengikutinya. Oleh sebab itu pendidikan iman kepada remaja
sebaiknya tidak hanya berupa uraian yang berasal dari ajaran-ajaran Kristiani atau
buku rohani saja, melainkan juga harus yang menyangkut perilaku sehari-hari. Pada
masa perkembangannya remaja memerlukan perhatian yang khusus, terlebih pada
perhatian saja, melainkan yang dapat mengarahkan diri ke depan, pendek kata yang
sifatnya membangun.
Kecakapan berpikir logis tidak dibawa sejak lahir, melainkan merupakan hasil daripada perkembangan rohaniah, dan merupakan kunci konstruksi aktif, serta merupakan “pembeberan” dengan lingkungan yang terjadi dalam masa kanak-kanak. Konstruksi rohani yang muncul dari pengolahan logis ini, mula-mula beralas pada tingkah laku - tingkah laku sensoris-motoris, kemudian atas dasar tanggapan-tanggapan simbolis beraga, dan akhirnya atas dasar pengolahan pikir secara logis (Soemadi, 1964: 67).
Perkembangan iman remaja dapat terlihat dalam perbuatannya yang benar dan
ditandai dengan kasih. Dalam perilakunya yang ditandai dengan kasih secara tidak
langsung mengolah kepribadiannya untuk semakin melayani sesama dengan tulus,
dengan demikian maka perkembangan iman si remaja akan semakin nyata dan
membawa perubahan ke depan yang bisa membangun kepribadiannya. Oleh karena
itu seperti yang tercantum dalam buku Iman Katolik: ”Iman, lebih-lebih kalau telah
berkembang menjadi pengharapan dan kasih, merupakan sikap ‘penyerahan diri
seutuhnya kepada Allah’ (DV 5). Dalam hidup manusia sikap batin itu harus
diwujud-nyatakan, pertama-tama dalam kasih kepada sesama (KWI, 1996: 161).
Setiap perkembangan yang mengarah pada suatu perubahan dalam diri dan
remaja memerlukan bantuan dari orang lain. Orang tua Katolik mewujudkan
tanggung jawab mereka atas kelangsungan hidup beriman-nya antara lain dengan
mendidik dan mengajarkan cinta kasih. Dengan menciptakan lingkungan keluarga
yang kondusif mereka menjadikan fisik dan mental semakin terolah sehingga
nantinya siap memasuki kehidupan sosial. Dalam keluarga diajak mengenal hidup
B. Terlibat Dalam Pengembangan Umat
Dengan ikut ambil bagian dalam kegiatan umat remaja bisa dikatakan ikut
terlibat dalam pengembangan umat sesuai pengertian keterlibatan yang diungkapakan
oleh Berngan,
Istilah keterlibatan sama juga dengan suatu peran ataupun partisipasi yang dapat diartikan sebagai peran serta seseorang atau kelompok terhadap suatu kebijakan tertentu. Partisipasi adalah tingkah laku manusia dalam wujud ikut serta dalam suatu kelompok atau kegiatan, sehingga partisipasi ini dapat dikatakan merupakan suatu aktivitas (Berngan, 1972: 24).
Selanjutnya partisipasi berarti kesediaan untuk membantu keberhasilan suatu
kegiatan. Partisipasi juga merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan
suatu kegiatan. Partisipasi remaja dapat juga diartikan sebagai keterlibatan atau peran
serta remaja dalam setiap kegiatan yang ada. Dengan keterlibatannya, remaja
diharapkan semakin ikut ambil bagian dalam setiap kegiatan lingkungan. Berkat
keterlibatan ini diharapkan nantinya dapat bersikap, bertindak, dan bertingkah laku
semakin positif sehingga bermanfaat demi perkembangan umat di Lingkungan.
Dalam hal ini melibatkan remaja untuk pengembangan umat merupakan tugas
bersama para orang tua, para pendamping, para pengurus lingkungan, para pengurus
wilayah, para pengurus paroki, dan terutama dari remaja itu sendiri. Remaja
bukanlah objek untuk pengembangan umat, tetapi subjek yang diharapkan berperan
serta pada berbagai kesempatan dan tugas. Pengalaman remaja merasakan diri
sebagai Umat Allah pertama kali berasal dari dalam keluarga. Orangtua menjadikan
keluarga sebagai sarana untuk mewartakan Injil kepada-Nya, namun sebaliknya
tersebut belajar terlibat dalam pengembangan umat. “dengan itu, anak-remaja mulai
terlibat dalam “Gereja Keluarga” yang melambangkan kasih Allah kepada
Gereja-Nya. Dalam keluarga pula, anak-remaja belajar ikut mendengar dan didengarkan
pendapatnya, ikut menampilkan Gereja yang melibatkan dan mengembangkan”
(DKP-KAS, 2008: 37).
“Keterlibatan anak dan remaja dalam kehidupan umat merupakan bagian integral dari proses pembinaan iman anak dan remaja. Melalui keterlibatan, anak dan remaja dipandang sebagai subyek dalam pembinaan serta dihargai hak-haknya untuk ikut serta dalam kehidupan umat. Berpangkal dari pendekatan menyeluruh dan melibatkan banyak pihak dalam pembinaan iman anak dan remaja, upaya melibatkan anak dan remaja untuk pengembangan umat juga menyangkut berbagai segi kehidupan umat” (DKP-KAS, 2008: 36).
Untuk pengembangan iman pribadi remaja mulai dilibatkan dalam
paguyuban-paguyuban remaja seperti: PIA, PIR, Putra-putri Altar, serta aneka wadah kegiatan
remaja yang lain. Remaja sedang bela