• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKOLEKSI SEBAGAI UPAYA MELIBATKAN REMAJA DALAM PENGEMBANGAN UMAT DI LINGKUNGAN

C. Umat Lingkungan

Umat Lingkungan menjadi sasaran yang setrategis dalam pengembangan umat sebagai paguyuban Umat Allah yang beriman memasyarakat, artinya bahwa di Lingkungan umat wajib menghayati misi kesaksian mereka di tengah sesama yang beragama dan menganut agama lain dengan hidup yang diwarnai pengharapan atas nilai-nilai luhur masyarakat. PDDP-KAS merumuskan lingkungan sebagai: ”Paguyuban umat beriman yang bersekutu berdasarkan kedekatan tempat tinggal dengan jumlah antara 10 - 15 kepala keluarga” (PDDP-KAS, 2004; 1.1). Sedangkan PPDP Paroki Sedayu menetapkan: “Paguyuban umat beriman yang bersekutu berdasarkan kedekatan tempat tinggal dengan jumlah antara 15 - 50 kepala keluarga. Bila jumlah kepala keluarga dalam Lingkungan lebih dari 50, Lingkungan akan dimekarkan menjadi lebih dari satu Lingkungan. Demi pelayanan lebih intensif, Lingkungan dapat dibagi menjadi beberapa blok” (PPDP, 2008; 18).

Keuskupan Agung Semarang dalam pengharapan berjuang memperkembangkan umatnya dengan melakukan pemekaran Lingkungan di setiap Paroki. Perjuangan pemekaran Lingkungan itu diwujud nyatakan salah satunya dengan menggerakan para pengurus di Lingkungan untuk memperjuangkan keterlibatan dan remaja dalam pengembangan umat di Lingkungan, sehingga semua umat di Lingkungan semakin merasakan dan memiliki lingkungan dengan wajah gereja yang menyegarkan. Cita-cita ini merupakan sebuah misi yang perlu diwujudkan sesuai yang dinyatakan dalam DKP-KAS:

“Merupakan cita-cita, bahwa persaudaraan umat Lingkungan mencakup warga seluruh keluarga katolik yang terdiri dari kecil sampai orang tua. Di sini seluruh umat setara dan mereka berperan aktif dalam ambil bagian pada kegiatan yang ada. “Umat Lingkungan merupakan bagian kongkrit Gereja, persekutuan umat beriman yang dijiwai semangat persaudaraan Injili dan penuh-penuh melibatkan diri dalam masyarakat” (KDPL, 2007: 4 no.1.3). Menurut Nota Pastoral 2008, karena lingkupnya kecil, umat lingkungan dapat lebih memberi kesempatan kepada dan remaja untuk ambil bagian dalam kegiatan umat. Ini merupakan pengalaman yang penting dalam perkembangan iman anak dan remaja. Dalam pertemuan-pertemuan doa Lingkungan remaja dapat dilibatkan untuk membaca Kitab Suci serta membawakan doa dan nyanyian “(DKP-KAS 2008: 39).

Umat Lingkungan katolik hanya layak disebut sebagai Gereja kecil bila Lingkungan itu diwarnai oleh keakraban anggotanya satu sama lain sehingga terwujudlah sebuah comunnio, maksudnya: komunitas yang rukun dan akrab berdasarkan hormat dan kasih, walaupun juga bila kadang-kadang ada konflik antar umat di Lingkungan. Bila ada konflik, konflik itu diselesaikan dalam semangat dan suasana saling menghormati serta kasih, dan bukan dalam kondisi emosi yang tak terkendali. Melalui amanah dari Yesus Kristus sendiri yang telah memberi perintah kepada pengikut-Nya, untuk saling melayani (Yoh 13:14-15) dan untuk saling mengasihi (Yoh 13:34). Hanya dari orang-orang terdekatlah kita bias merasakan kasih dan untuk bisa saling melayani, yakni bersama keluarga dan umat di Lingkungan menjadi tempat pembenihan dan pengembangan panggilan hidup. Sebab keluarga sebagai tempat pendidikan yang pertama dan utama, diharapkan keluarga juga dapat menjadi tempat pembenihan dan pengembangan panggilan hidup. Dalam kaitannya dengan hal itu, keluarga maupun umat di lingkungan diharap dapat menjadi tempat berkembangnya kepribadian semua, sehingga kelak mereka menjadi

orang-orang dewasa yang benar-benar manusiawi dan sekaligus benar-benar katolik. Di sana, mereka dibantu untuk mencari dan menemukan panggilan Allah atas dirinya untuk menjadi imam, bruder, suster, ataupun bapak serta ibu keluarga.

D. Rekoleksi

1. Pengertian Rekoleksi

Sesuai dengan ungkapan Mangunhardjana dalam bukunya Membimbing Rekoleksi, “recollectio, sebagai usaha untuk memperkembangkan kehidupan iman atau rohani, sudah merupakan hal yang lazim di lingkungan Gereja Katolik Indonesia. Karena rekoleksi sudah umum dijalankan oleh segala macam anggota Gereja: umat, biarawan-biarawati, para imam diosesan dan religius“ (Mangunhardjana, 1985: 7). Sesuai dari asal katanya, rekoleksi berasal dari dua suku kata dari kata re dan koleksi. Re: kembali dan koleksi: yang berarti mengumpulkan. Jadi pengertian rekoleksi adalah pengumpulan kembali pengalaman-pengalaman hidup beriman. Seperti dalam Retret dan pemeriksanan batin, bahan yang diolah dalam rekoleksi diambil dari pengalaman hidup yang sudah dijalani sebelumnya. Dalam pemeriksaan batin, bahan diambil dari pengalaman hidup kita dijam-jam yang sudah kita lalui sebelumnya.

Kegiatan pengolahan Rohani ini bisa disebut dengan Retret dan pemeriksaan batin maupun Rekoleksi, karena dalam pelaksanaannya tidak banyak perbedannya. Seperti Rm. Mangunhardjana mengucapkan:

“Yang dilakukan dalam rekoleksi mirip dengan hal yang kita lakukan dalam retret dan pemeriksaan batin : meninjau karya Allah, dalam diri kita, cara kerja

serta bimbingan-Nya dan tanggapan kita terhadap karya Allah itu. Hanya mengingat banyaknya unsur dan segi karya Allah, cara kerja serta bimbingan-Nya dan tanggapan kita terhadap karya Allah itu, apalagi dengan mengingat waktu yang tersedia untuk rekoleksi itu pendek saja, maka dalam rekoleksi, kita membatasi bahan.” (Mangunhardjana, 1985: 18).

2. Menjadi Murid Kristus

Seperti yang terungkapkan dalam buku Katolisisme bab VI. Hidup Kristiani dan Panggilan menjadi Murid (Thomas Rausch, 2001: 169 - 170 ), menyatakan:

Kata “murid”, yang dalam bahasa Yunani adalah mathetes, disebut 250 kali dalam Perjanjian Baru, kebanyakan dalam Injil dan Kisah Para Rasul. Kata “mengikuti” atau akolouthe dalam bahasa Yunani terdapat 70 kali. Menjadi murid berarti mengikuti Yesus.

Keempat, menjadi murid Yesus adalah ikut serta dalam pelayanan-Nya. Tidak seperti murid-murid Rabbi yang harus menghafalkan ajaran-ajaran guru mereka, murid-murid Yesus dipanggil untuk melayani seperti yang dilakukan Yesus. Yesus mengutus mereka untuk mengajar dan bertindak atas nama-Nya, untuk menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, dan memaklumkan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat (Mrk 6:7-12; Luk 10:2-12). Menjadi murid tidak hanya ikut melayani tetapi juga ambil bagian dalam kemiskinan dan menyertai pengembaraan-Nya (Mat 8:20). Mereka bersikap hormat terhadap penguasa, tetapi bukan tidak keritis (Mrk 12:17; Mat 23:2-3). Yesus memperingatkan mereka bahwa mereka akan ditolak, dikejar-kejar oleh penguasa oleh penguasa religius dan sipil, bahkan terasing dari keluarga mereka (Mat 10).

Dengan demikian, rekoleksi dapat dimengerti sebagai pemeriksaan batin untuk mengikuti jejak Yesus Kristus, sehingga rekoleksi ini bisa memantapkan dan memunculkan kader-kader baru dalam menyebar luaskan Kerajaan-Nya yang membahagiakan. Rekoleksi yang dilaksan di lingkungan ini juga bisa diikuti ayah, ibu, dan . Namun dalam penulisan skripsi ini penulis mempersempit rekoleksi yang diperuntukan remaja, yang pesertanya berusia sekitar 12 tahun – 18 tahun. Rekoleksi

ini ditujukan untuk melihat kembali apa saja yang telah dilakukan di lingkungan sebagai perwujudan imannya. Setelahnya, lalu apa yang akan dilakukan dalam melibatkan diri pada kegiatan di lingkungan. Dari pengalaman, gaya rekoleksi semacam ini menyenangkan karena penyadaran untuk menemukan pengalaman iman dan hubungan dengan Allah dan Yesus Kristus dilaksan dalam proses. Proses penyadaran ini dilakukan lewat berbagai kreasi lagu dan gerakan. Dalam suasana yang nyaman peserta diajak untuk terlibat penuh mengikuti acara rekoleksi dari awal hingga akhir. Adapun Tim yang mendampingi adalah teman-teman dari jaringan Tim M3-PAM dan KKM. Karena penulis sudah lama terlibat dalam kegiatan ini maka tidak ada kendala untuk bekerjasama dengan mereka dalam mengadakan kegiatan rekoleksi semacam ini.

Harus diakui bahwa rekoleksi semacam ini sebetulnya bukan disusun untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk kepentingan kelompok atau lebih demi kepentingan bersama. Rekoleksi ini dilaksanakan karena adanya keprihatinan, perkembangan umat di lingkungan semakin menurun. Kegiatan rekoleksi ini digunakan sebagai sarana demi keterlibatan remaja dalam perkembangan iman umat, terlebih di lingkungan dengan melihat pengalaman iman yang dimulai dari dalam keluarga dan keterlibatan yang sudah dilakukan di lingkungan. Rekoleksi ditujukan untuk melihat tindakan ataupun kegiatan rohani apa yang telah di ikuti di Lingkungan.

Dalam rekoleksi ini setiap remaja yang telah dibagi dalam kelompok diajak untuk menemukan kesenangan dan kesusahan apa saja yang dirasakan dalam

mengikuti kegiatan di lingkungan. Karena ada sharing dalam kelompok, rekoleksi ini menjadi meriah. Setelah selesai dalam kelompok, pendamping setiap kelompok menjelaskan hasilnya dan ditampilkan sesuai dengan gaya dan kreativitas masing-masing. Hasil dari tiap kelompok dipaparkan di layar dengan bantuan laptop dan proyektor LCD, lalu dari hasil setiap kelompok dicari persamaan dan perbedaannya. Disini peran moderator sangat diperlukan untuk menemukan garis merah dari hal-hal yang muncul. Setelah bersama-sama melihat persamaan dan perbedaan antara kelompok yang satu dan yang lain peserta diajak untuk membuat suatu keterlibatan di lingkungan. Dari pengalaman, hasil keterlibatan mereka bermacam-macam, antara lain: membuat doa rosario gaya remaja, mengambil bagian dalam setiap doa lingkungan, ziarah bersama umat se-Lingkungan, dan sebagainya.

BAB IV

USULAN PROGRAM REKOLEKSI SEBAGAI SARANA UNTUK

Dokumen terkait