• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. GAMBARAN HIDUP DOA PRODIAKON DI STASI POJOK

C. Laporan Hasil Penelitian

1. Laporan Hasil Penelitian melalui Penyebaran Angket

Penulis melakukan penelitian dengan membagikan kuesioner kepada 20 responden, dan kuesioner yang sudah penulis bagikan semua kembali dengan jumlah yang sama. Penulis mendapatkan bantuan dari ketua prodiakon untuk memilih beberapa prodiakon berdasarkan latar belakang yang berbeda-beda. Ketua prodiakon yang menentukan jumlah responden berdasarkan jarak rumah, yang bisa dikunjungi di rumah, dan yang mampu memahami pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam kuesioner.

Pada bagian ini, penulis akan menunjukan seberapa pengaruh hidup doa dan dampaknya terhadap perkembangan spiritualitas prodiakon. Berdasarkan kuesioner, setiap variabel terdiri dari 10 item pernyataan yang tersedia.

a. Variabel 1

Tabel 2

Variabel 1 : Hidup Doa N = 20

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya memahami makna dari setiap doa yang saya ungkapkan kepada Bapa.

8 40%

12 60%

0 0

2 Saya menyadari pentingnya peran doa di dalam kehidupan ini.

11 55%

9 45%

0 0

3 Saya setiap hari rutin meluangkan waktu untuk berdoa bersama keluarga.

3 15% 6 30% 11 55% 0

4 Saya tidak begitu memperhatikan kehidupan doa keluarga saya.

0 10 50% 6 30% 4 20% 5 Saya hanya mampu berdoa dengan cara

doa lisan. 4 20% 7 35% 5 25% 4 20% 6 Saya merasa tidak berdoa bila tidak

berdoa dengan cara meditasi.

0 4 20% 12 60% 4 20% 7 Saya tidak dapat melakukan doa batin

karena saya susah mencari suasana hening. 2 10% 4 20% 9 45% 5 25%

8 Saya lebih mengutamakan berkat daripada permohonan ketika berdoa.

4 20% 9 45% 4 20% 3 15% 9 Saya terbiasa melakukan doa

permohonan. 3 15% 5 25% 8 40% 4 20% 10 Saya jarang melakukan doa pujian. 2

10% 8 40% 7 35% 3 15%

Berdasarkan hasil penelitian pada pernyataan pertama tabel 2 tentang memahami makna dari doa yang diungkapkan kepada Bapa memperoleh jawaban sangat setuju 40% atau setara 8 orang, sedangkan 60% atau setara 12 orang lainnya menjawab setuju, sehingga dengan hasil tersebut dapat dikatakan para prodiakon telah memahami setiap doa-doanya.

Pernyataan kedua mengenai kesadaran akan pentingnya doa terdapat jawaban 55% atau setara 11 orang menjawab sangat setuju, sedangkan 45% atau setara 9 orang menjawab setuju. Penulis mendapatkan gambaran bahwa peran doa dianggap sangat penting dalam kehidupan para prodiakon karena tidak ada yang memilih tidak setuju atau sangat tidak setuju dari analisis data yang ada.

Pernyataan ketiga mengenai kerutinan prodiakon dalam meluangkan waktunya untuk berdoa bersama keluarga terdapat jawaban 15% atau setara 3 orang menjawab sangat setuju, 30% atau setara 6 orang menjawab setuju, dan 55% atau setara 11 orang menjawab tidak setuju. Melihat dari hasil data tersebut, penulis mendapatkan gambaran bahwa sebagian besar dari mereka tidak dapat meluangkan waktu untuk berdoa bersama keluarganya. Hal tersebut disebabkan oleh macam-macam kesibukan dari prodiakon, misalnya sibuk mencari nafkah buat mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, namun sebagian kecil telah sering melakukan doa bersama keluarganya.

Pernyataan keempat mengenai kurangnya perhatian prodiakon terhadap kehidupan doa keluarganya terdapat jawaban 50% atau setara 10 orang menjawab setuju, 30% atau setara 6 orang menjawab tidak setuju dan 20% menjawab sangat tidak setuju. Berdasarkan data yang ada, penulis berpendapat bahwa 10 orang telah memperhatikan kehidupan doa keluarganya dan 10 orang lainnya tidak memperhatikan karena faktor kesibukan dengan kerjaannya atau sibuk dengan urusan pribadi pada masing-masing orang.

Pernyataan kelima mengenai prodiakon yang hanya mampu berdoa secara lisan mendapatkan jawaban 20% atau setara 4 orang menjawab sangat setuju, 35% atau setara 7 orang menjawab setuju, 25% atau setara 5 orang menjawab tidak setuju, dan 20% atau setara 4 orang menjawab sangat tidak setuju. Dengan data tersebut penulis mendapat gambaran bahwa 11 orang telah mampu melakukan doa secara lisan dan 9 orang belum mampu melakukan doa secara lisan dikarenakan pengetahuan dan kemampuan setiap orang berbeda-beda.

Pernyataan keenam mengenai prodiakon yang tidak merasa benar-benar berdoa apabila tidak berdoa dengan cara meditasi mendapatkan jawaban 20% atau setara 4 orang menjawab setuju, 60% atau setara 12 orang menjawab tidak setuju, dan 20% atau setara 4 orang menjawab sangat tidak setuju. Melihat hasil dari data tersebut, penulis mendapatkan gambaran bahwa 16 orang mampu berdoa meskipun tidak dengan cara meditasi melainkan dengan bentuk-bentuk doa lainnya dan 4 orang merasa sungguh-sungguh berdoa dengan cara meditasi.

Pernyataan ketujuh mengenai prodiakon yang tidak mampu melakukan doa batin karena susah untuk mencari sausana hening mendapatkan jawaban 10% atau setara 2 orang menjawab sangat setuju, 20% atau setara 4 orang menjawab setuju, 45% atau setara 9 orang menjawab tidak setuju, dan 25% atau setara 5 orang menjawab sangat tidak setuju. Dari hasil data yang ada, peneliti mendapatkan gambaran bahwa 14 orang mampu melakukan doa batin meskipun dalam suasana keramaian sedangkan 6 orang hanya mampu melakukan doa hening di tempat yang hening.

Pernyataan kedelapan mengenai prodiakon yang lebih mengutamakan berkat daripada permohonan dalam isi doanya mendapatkan jawaban 20% atau setara 4 orang menjawab sangat setuju, 45% atau setara 9 orang menjawab setuju, 20% atau setara 4 orang menjawab tidak setuju, dan 15% atau seetara 3 orang menjawab sangat tidak setuju. Berdasarkan data tersebut, peneliti mendapatkan gambaran bahwa 13 orang mengutamakan doa berkat atau memuji dan mengagungkan kebesaran Allah dan 7 orang mengutamakan doa permohonan kepada Allah.

Pernyataan kesembilan mengenai prodiakon yang terbiasa melakukan doa permohonan mendapatkan jawaban 15% atau setara 3 orang menjawab sangat setuju, 25% atau setara 5 orang menjawab setuju, 40% atau setara 8 orang menjawab tidak setuju, dan 20% atau setara 4 orang menjawab sangat tidak setuju. Dengan data tersebut penulis mendapat gambaran bahwa 8 orang telah terbiasa melakukan doa permohonan sedangkan 12 orang tidak terbiasa melakukan doa permohonan, mungkin karena mereka lebih memilih doa syukur atau doa penyembahan kepada Allah.

Pernyataan kesepuluh mengenai prodiakon yang jarang melakukan doa pujian mendapatkan jawaban 10% atau setara 2 orang menjawab sangat setuju, 40% atau setara 8 orang menjawab setuju, 35% atau setara 7 orang menjawab tidak setuju, dan 15% atau setara 3 orang menjawab sangat tidak setuju. Berdasarkan hasil dari data yang diperoleh, penulis mendapatkan gambaran bahwa 10 orang sering melakukan doa pujian dan 10 orang jarang melakukan doa pujian melainkan mereka lebih memilih isi doa lainnya misalnya doa berkat, penyembahan, permohonan, maupun doa syukur.

b. Variabel 2

Tabel 3

Variabel 2 : Dampaknya terhadap Perkembangan Spiritualitas N = 20

No Pernyataan SS S TS STS

11 Melalui doa, saya tidak merasa bosan untuk memimpin ibadat di lingkungan meskipun yang hadir hanya sedikit. 8 40% 9 45% 3 15% 0

12 Melalui doa, saya selalu mendahulukan tugas di gereja daripada kepentingan di rumah.

0 8 40% 7 35% 5 25%

13 Melalui doa, saya mampu menjalin relasi dengan baik di dalam keluarga maupun di masyarakat. 11 55% 7 35% 2 10% 0

14 Melalui doa, saya selalu sabar dan tabah saat menghadapi masalah dalam kehidupan. 7 35% 13 65% 0 0

15 Melalui bentuk doa yang saya lakukan, saya merasa tidak kecil hati apabila pelayanan saya tidak ditanggapi oleh umat.

6 30% 10 50% 4 20% 0

16 Melalui bentuk doa, saya mampu memotivasi umat untuk semakin rajin ke gereja. 4 20% 11 55% 5 25% 0

17 Melalui doa, saya merasakan kehadiran Roh Kudus yang menjadikan saya semakin yakin akan panggilan saya sebagai pewarta.

4 20% 7 35% 9 45% 0

mengendalikan pikiran, ucapan, maupun tindakan dalam melakukan pelayanan.

35% 65%

19 Melalui doa, saya merasa Tuhan telah menjadikan saya sebagai prodiakon yang tidak pandang bulu saat melakukan pelayanan. 9 45% 11 55% 0 0

20 Melalui doa, saya tidak pernah mengharapkan imbalan saat melayani umat. 5 25% 13 65% 2 10% 0

Berdasarkan hasil penelitian pada pernyataan nomor 11 yang terdapat dalam tabel 3 mengenai prodiakon tidak merasa bosan untuk memimpin doa di lingkungan meskipun umat yang hadir sedikit mendapatkan jawaban 40% atau setara 8 orang menjawab sangat setuju, 45% atau setara 9 orang memilih setuju, dan 15% atau setara 3 orang memilih tidak setuju. Dengan data tersebut penulis mendapatkan gambaran bahwa 17 orang tidak pernah merasa bosan untuk memimpin ibadat di lingkungan meskipun yang hadir hanya sedikit. Tindakan ini merupakan dampak positif dari doa yang mereka ungkapkan kepada Allah, sedangkan 3 orang yang memilih tidak setuju belum mendapatkan pengaruh dari setiap doanya.

Pernyataan pada nomor 12 mengenai prodiakon yang mendahulukan tugas di gereja daripada kepentingan di rumah mendapatkan jawaban 40% atau setara 8 orang memilih setuju, 35% atau setara 7 orang memilih tidak setuju, dan 25% atau setara 5 orang memilih sangat tidak setuju. Melalui data yang telah diperoleh,

penulis mendapat gambaran bahwa 12 orang lebih mementingkan urusan di rumah daripada melaksanakan tugasnya sebagai prodiakon di gereja sedangkan 8 orang lainnya lebih mendahulukan tugas di gereja.

Pernyataan pada nomor 13 mengenai prodiakon yang telah menjalin relasi dengan baik dalam keluarga maupun masyarakat mendapatkan jawaban 55% atau setara 11 orang memilih sangat setuju, 35% atau setara 7 orang memilih setuju, dan 10% atau setara 2 orang memilih tidak setuju. Dengan data ini penulis mendapat gambaran bahwa 18 orang merasakan bahwa melalui doanya, mereka mampu menjalin relasi dengan baik di dalam keluarga maupun di masyarakat, sedangkan yang 2 orang belum menemukan dampak dari doa-doa mereka.

Pernyataan pada nomor 14 mengenai prodiakon yang selalu sabar dan tabah saat menghadapi masalah mendapatkan jawaban 35% atau setara 7 orang memilih sangat setuju, dan 65% atau setara 13 orang memilih sangat setuju. Dari hasil data tersebut, penulis mendapatkan gambaran bahwa doa telah membuat 20 prodiakon menjadi sabar dan tabah saat menghadapi masalah di dalam kehidupannya.

Pernyataan pada nomor 15 mengenai prodiakon yang tidak kecil hati apabila pelayanannya tidak ditanggapi umat mendapatkan jawaban rata-rata 30% atau setara 6 orang memilih sangat setuju, 50% atau setara 10 orang memilih setuju dan 20% atau setara 4 orang memilih tidak setuju. Dengan data ini penulis mendapat gambaran bahwa 16 orang merasakan fungsi dari bentuk-bentuk doa sehingga mereka tidak kecil hati apabila pelayanannya tidak diterima oleh umat dan 4 orang masih merasa kecil hati bila pelayanannya diterima oleh umat.

Pernyataan pada nomor 16 mengenai prodiakon mampu memotivasi umatnya untuk rajin ke gereja mendapatkan jawaban rata-rata 20% atau setara 4 orang memilih sangat setuju, 55% atau setara 11 orang memilih setuju, dan 25% atau setara 5 orang memilih tidak setuju. Berdasarkan data tersebut penulis mendapat gambaran bahwa 15 orang prodiakon telah mampu mengajak umat untuk semakin rajin pergi ke gereja dengan yang 5 orang belum berhasil.

Pernyataan pada nomor 17 mengenai prodiakon yang menyadari akan panggilannya sebagai pewarta mendapatkan jawaban rata-rata 20% atau setara 4 orang memilih sangat setuju, 35% atau setara 7 orang memilih setuju, dan 45% atau setara 9 orang memilih tidak setuju. Dari data tersebut, penulis mendapat gambaran bahwa 11 orang telah menyadari panggilan hidupnya sebagai seorang pewarta dan 9 orang lainnya masih belum merasakan peran dari doa yang mampu menjadika mereka menyadari akan panggilannya sebagai seorang pewarta kabar gembira.

Pernyataan pada nomor 18 mengenai prodiakon yang mampu mengendalikan pikiran, ucapan maupun tindakannya saat melakukan pelayanan mendapatkan jawaban rata-rata 35% atau setara 7 orang memilih sangat setuju, dan 65% atau setara 13 orang memilih setuju. Dengan data ini penulis mendapat gambaran bahwa semua prodiakon mampu mengendalikan pikiran, ucapan, maupun tindakan dalam melakukan pelayanan namun dari 20 prodiakon terdapat 7 orang yang dengan sangat yakin dengan sepenuh hati menjawab sangat setuju.

Pernyataan pada nomor 19 mengenai prodiakon yang tidak pandang bulu saat melakukan pelayanan mendapatkan jawaban rata-rata 45% atau setara 9 orang memilih sangat setuju, 55% atau setara 11 orang memilih setuju. Berdasarkan data yang terlah diperoleh, penulis mendapatkan gambaran bahwa semua prodiakon tidak pandang bulu dalam melayani umatnya.

Pernyataan pada nomor 20 mengenai prodiakon yang tidak mengharapkan imbalan saat melakukan pelayanan mendapatkan jawaban rata-rata 25% atau setara 5 orang memilih sangat setuju, 65% atau setara 13 orang memilih setuju, dan 10% atau setara 2 orang memilih tidak setuju. Dengan data tersebut penulis mendapatkan gambaran bahwa 18 orang tidak mengharapkan imbalan saat melakukan pelayanan, sedangkan ada 2 orang yang masih mengharapkan imbalan saat melayani umatnya dan 2 orang ini tidak merasakan berkat dari setiap doa yang telah diungkapkan kepada Allah.

Dokumen terkait