• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Hasil Penelitian Wawancara dengan Para Guru

BAB I. PENDAHULUAN

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

3. Laporan Hasil Penelitian Wawancara dengan Para Guru

Pada bagian ini penulis akan melaporkan hasil penelitian wawancara dengan para guru di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Responden dalam penelitian wawancara ini adalah, R1 guru dan sekaligus wali kelas IX-A, R2 guru dan sekaligus wali kelas IX-C, R3 guru dan sekaligus wali kelas IX-B, R4 guru yang bertanggung jawab mengajar mata pelajaran pendidikan agama (pendidikan religiositas). Hasil wawancara dilaporkan untuk melengkapi data tentang sejauh mana SMP Kanisius

Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik dalam mengupayakan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di sekolah.

Tabel 8. Hasil Penelitian Wawancara dengan Para Guru di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta

No Pertanyaan Jawaban Responden

1. Sudah berapa lama bapak/ibu bekerja di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta? 11 tahun 6 bulan 7 tahun 10 tahun 6 tahun R1 R2 R3 R4

2. Apa yang menjadi kekhasan di SMP Kanisius Kalasan dengan sekolah pada umumnya?

Aspek Religiositas Belief

Pada asa remaja, sebagian besar dari mereka mengalami keragu-raguan dalam kepercayaan kepada Tuhan, remaja merasa bosan dengan ajaran agama yang mereka anggap kuno. Dalam hal seperti ini remaja memerlukan pertolongan untuk mampu mengolah masa transisi yang dialami oleh para remaja salah satunya adalah dengan adanya PPR (paradigma pendagogik reflektif) dengan harapan siswa dapat menjadi pribadi yang unggul dalam iman sekaligus berkarakter.

Aspek Religiositas Knowledge Untuk menggali kemampuan siswa dalam hal dogma dan ajaran agama supaya siswa mengetahui maksud dari

R4

hari raya keagamaan, hukum dan dogma-dogma agama salah satunya adalah dengan adanya pendidikan religiositas yang belum tentu ada di sekolah pada umumnya.

Aspek Religiositas Effect

Semangat religiositas effect guru di SMP Kanisius Kalasan dikembangkan dengan baik, mengacu pada tindakan konkret yang dilakukan meningkatkan pelayanan terhadap para siswa, seperti mengadakan pendampingan pada masalah yang sedang dihadapi siswa baik dalam keluarga atau di sekolah, salah satunya yaitu mengadakan kunjungan ke rumah siswa untuk mengetahui latar belakang situasi keluarga siswa. R1, R3 3. Sejauh mana pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta?

Aspek Religiositas Belief

Aspek religiositas belief, mengacu pada keyakinan akan keberadaan Tuhan, di sekolah sudah diupayakan, yaitu dengan mengadakan Misa pelajar, memberikan kesempatan siswa untuk menjalankan ibadah Sholat bagi yang beragama Muslim, agar semakin menumbuhkan keyakinan yang kuat akan keberadaan Tuhan.

Aspek Religiositas practice

Aspek religiositas practice, mengacu pada serangkaian perilaku yang

R2, R4

R1, R2, R3, R4

diharapkan dari seseorang yang menyatakan keyakinan agama. Penekanannya pada tindakan spesifik mengerjakan kewajiban ritual keagamaannya, misal mengikuti Misa kudus pada hari minggu, untuk mengembangkan religiositas practice siswa, SMP Kanisius Kalasan mengadakan koor Gereja, lomba BKSN, paduan suara, ikut serta dalam tugas Gereja seperti PA, dan supaya dapat menciptakan hidup doa maka adanya doa malaikat Tuhan dengan melibatkan siswa, novena, ziarah rohani.

Aspek Religiositas Feeling

Aspek religiositas feeling juga sudah dilaksanakan di sekolah, karena menyangkut aspek perasaan atau religiositas feeling. religiositas feeling tentu tidak datang secara tiba-tiba perlu ada faktor yang mendukung untuk mengembangkan religiositas feeling agar siswa semakin dapat merasakan kehadiran Tuhan, salah satunya yaitu dengan menumbuhkan semangat hidup doa, maka adanya doa malaikat Tuhan dengan melibatkan siswa dan novena.

Aspek Religiositas Knowledge Aspek religiositas knowledge juga sudah dilaksanakan di SMP Kanisius

R1, R2, R4

R1, R3, R4

Kalasan salah satunya dengan adanya pendidikan religiositas untuk memperkenalkan siswa pada maksud dari hari raya agamanya, hukum atau dogma ajaran agama.

Aspek Religiositas effect

Aspek religiositas effect juga sudah dilaksanakan di SMP Kanisius Kalasan, salah satunya yaitu melalui pelajaran bahasa jawa, siswa diajarkan tentang menghargai sesama. Misal seperti tata krama, unggah-unggoh. Aspek religiositas effect mengacu pada peilaku yang sifatnya memiliki peilaku baik juga diupayakan melalui retret supaya dapat membantu siswa untuk mengembangkan relasi dengan Tuhan serta memotivasi untuk mengasihi sesama dalam hidup sehari-hari.

R1, R2, R4 4. Mengapa religiositas perlu dilaksanakan di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta?

Aspek Religiositas Feeling

Religiositas perlu dilaksanakan di sekolah untuk mengembangkan aspek religiositas feeling yang berkaitan suara hati, karena yang menjadi salah satu kekhasan sekolah Katolik adalah religiositas feeling, sehingga dapat meningkatkan kepribadian yang baik dalam diri anak.

Aspek Religiositas Knowladge Tentu religiositas perlu dilaksanakan, salah satunya adalah religiositas

R1

R2, R3, R4

knowledge, karena perlu mengantur prinsip-prinsip dasar pendidikan iman, sebab sekolah Katolik di satu pihak sebagai lembaga masyarakat dan sekaligus adalah “komunitas Kristen” yang tujuan pendidikannya berakar dalam Kristus dan Injil-Nya, sehingga diperlukan sinkronasi antara keduanya yang akan berdampak pada perkembangan siswa secara utuh. Maka sampai sekarang pendidikan religiositas tetap ada sebagai mapel dan religiositas juga menjadi identitas sekolah

5. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta? Menghambat:

Petugas atau pelatih sulit disinkronasikan dan mengganggu jam pelajaran, karena guru juga mengajar mapel yang lain.

Banyak program tapi sulit terlaksana karena berbenturan jam.

Mendukung:

Relasi dan kerjasama yang baik dengan siswa dan guru.

Siswa antusias setiap ada kegiatan peduli lingkungan.

Menghambat:

Untuk mengembangkan religiositas tidak ada guru pendidikan agama Mendukung:

Kerjasama sekolah, guru dan siswa

R1

yang baik, sehingga misal guru A gak bisa ya diganti dengan guru B.

Menghambat:

Siswa yang sulit dibenahi atau latar belakang siswa yang sulit untuk memiliki kesadaran, misal dalam pembelajaran religiositas diberi tugas, tapi ada saja yang tidak mengerjakan.

Mendukung:

Keterlibatan semua pihak baik itu orang tua siswa, guru dan sekolah.

Menghambat:

Kekurangan guru pendidik dan tidak adanya guru agama.

Mendukung:

Saling peduli dan bahu-membahu antara para guru.

R3

R4

6. Menurut Bapak/ibu hal-hal apa yang dapat dilakukan untuk pelaksanaan pengembangan religiositas siswa?

Usaha Pengembangan dalam Aspek Feeling

Usaha perlu dalam pengembangan religiositas feeling, sehingga tercipta dimensi religiositas dalam kesediaan untuk melayani, maka Perlu adanya kemauan dari dalam diri guru yang kuat untuk meningkatkan religiositas siswa.

Usaha Pengembangan dalam Aspek

R3

Knowledge

Upaya pengembangan religiositas knowledge perlu diupayakan, agar guru sebagai pendidik dapat mensinkronasi antara sekolah sebagai lembaga pendidikan dan sekaligus mampu menjadi komunitas Kristen, maka nilai- nilai Kristiani dapat tumbuh dengan baik dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, oleh sebab itu guru perlu mengetahu apa saja pengembangan religiositas secara professional, dengan begitu guru tidak kehilangan arah dalam mencerdaskan siswa sekaligus mengembangkan religiositas siswa, agar siswa dapat berkembang secara utuh.

Usaha Pengembangan dalam Aspek Effect

Usaha pengembangan religiositas effect juga perlu, salah satunya adalah dengan mengadakan kegiatan berfariasi, bisa melalui kegiatan yang dilaksanakan diluar sekolah, misal kunjungan panti jompo, bakti sosial dll sehingga siswa memiliki kepribadian yang baik kepada sesama.

R4

R1

Dari hasil wawancara dengan responden sudah berapa lama Bapak/ibu bekerja di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Responden 1, bekerja menjadi guru di SMP

Kanisius Kalasan Yogyakarta selama 11 tahun 6 bulan. Responden 2 menjadi guru selama 11 tahun (4 tahun menjadi guru di Kanisius Gayam dan 7 tahun di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta). Responden 3 menjadi guru di SMP Kanisius Kalasan selama 10 tahun. Responden 4 bekerja menjadi guru selama 8 tahun (2 tahun di Kanisius Gayam, 6 tahun di SMP Kanisius Kalasan).

Menurut responden apa yang menjadi kekhasan SMP Kanisius Kalasan dengan sekolah pada umumnya. Responden 1 mengatakan bahwa yang menjadi kekhasan di SMP Kanisius Kalasan adalah pelayanan terhadap anak dan mengadakan pendampingan yang lebih mendalam terhadap masalah yang dihadapi anak baik dalam keluarga dan di sekolah. Dari sisi lain responden 2 mengatakan ada pendidikan religiositas di SMP Kanisius Kalasan yang belum tentu ada di sekolah pada umumnya, memperhatikan keberagaman agama siswa. Responden 3 mengatakan bahwa kekhasan di SMP Kanisius Kalasan yaitu memiliki kepedulian kepada siswa, adanya solidaritas dalam pelayanan kepada anak atau memperhatikan siswa dan peduli kepada siswa dengan melakukan kunjungan ke rumah siswa. Responden 4 mengatakan bahwa di SMP Kanisius Kalasan ada PPR (Paradigma Pendagogik Reflektif) dan guru merupakan pendidik sekaligus orang tua dan sahabat bagi siswa.

Dari hasil wawancara dengan responden sejauh mana pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan. Responden 1 mengatakan pelaksanaan yang sudah dilakukan di SMP Kanisius Kalasan untuk mengembangkan religiositas siswa adalah dengan mengadakan koor Gereja, lomba BKSN, paduan suara, ikut serta dalam tugas Gereja seperti PA dll, rutin mengadakan doa malaikat Tuhan dengan melibatkan siswa, pendidikan religiositas dan rekoleksi.

Responden 2 mengatakan bahwa pelaksannaan pengembangan religiositas siswa sudah baik menciptakan nilai-nilai Katolik di sekolah, seperti misa, rekoleksi, ziarah, novena, dan mengembangkan hidup doa siswa. Responden 3 juga mengungkapkan adanya pendidikan religiositas, melibatkan siswa dalam tugas Gereja seperti koor atau putra altar, dan melalui pelajaran bahasa jawa, siswa diajarkan tentang menghargai sesama misal seperti tata krama, unggah-unggoh. Responden 4 juga menambahkan bahwa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjalankan ibadah Sholat bagi yang beragama Muslim, ada pendidikan religiositas, ada pentas seni seperti teater, Misa pelajar dan paduan suara.

Pernyataan tersebut dipertegas dengan mengapa religiositas perlu dilaksanakan di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Responden 1 mengatakan religiositas perlu dilaksanakan di sekolah ini, karena ini menjadi salah satu kekhasan dan sekaligus dapat meningkatkan kepribadian yang baik dalam diri anak. Responden 2 mengatakan tentu religiositas perlu dilaksanakan, terlihat sampai sekarang pendidikan religiositas tetap ada sebagai mapel dan pendidikan religiositas juga menjadi identitas sekolah. Responden 3 mengatakan religiositas menjadi identitas khas sekolah, maka menjadi sangat penting untuk tetap dilaksanakan. Responden 4 mempertegas kembali dengan mengatakan bahwa SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta mempunyai ciri khas yang salah satunya itu, ada pengembangan religiositas seperti pendidikan religiositas, maka pendidikan religiositas masih sangat perlu dilaksanakan, kalau tidak ada pendidikan religiositas identitas sekolah bisa hilang.

Menurut responden faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Faktor yang mendukung pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Responden 1 mengatakan relasi dan kerjasama yang baik dengan siswa dan guru, serta siswa pun antusias setiap ada kegiatan peduli lingkungan. Responden 2 menambahkan bahwa kerjasama sekolah, guru dan siswa yang baik, sehingga misal guru A gak bisa ya diganti dengan guru B. Responden 3 kembali mempertegas kedua responden 1 dan responden 2, bahwa keterlibatan semua pihak baik itu orang tua siswa, guru dan sekolah menjadi faktor yang mendukung. Responden 4 kembali mempertegas yaitu faktor yang mendukung pelaksanaan pengembangan religiositas adalah saling peduli dan bahu-membahu antara para guru.

Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Responden 1 mengatakan faktor yang dapat menghambat adalah petugas atau pelatih sulit disinkronasikan dan mengganggu jam pelajaran, karena guru juga mengajar mapel yang lain dan banyak program tapi sulit terlaksana karena berbenturan jam. Responden 2 mengatakan untuk mengembangkan religiositas tidak ada guru pendidikan agama. Responden 3 mengatakan siswa yang sulit dibenahi atau latar belakang siswa yang sulit untuk memiliki kesadaran, misal dalam pelajaran religiositas diberi tugas, tapi ada saja yang tidak mengerjakan. Responden 4 menegaskan kembali apa yang sudah dikatan oleh responden 2, yaitu kekurangan guru pendidik dan tidak adanya guru agama.

Dari hasil wawancara dengan responden, menurut bapak/ibu hal-hal apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa.

Responden 1 mengatakan guru yang menguasai bidang pengembangan religiositas secara professional, karena selama ini hanya sampiran, dan kegiatan dilaksanakan dengan lebih berfariasi. Responden 2 mengatakan bagaimanapun guru di sini tidak ada yang memiliki latar belakang pendidikan agama (Kateketik), maka perlu mendatangkan guru agama supaya guru-guru yang lain juga mengetahui usaha yang harus dilakukan. Responden 3 mengatakan perlu adanya kemauan dari dalam diri guru yang kuat untuk meningkatkan religiositas siswa. Responden 4 mengatakan pendidikan religiositas dan pengembangannya perlu dilakukan oleh guru yang mengetahui religiositas. Dari jawaban melalui wawancara yang dilakukan oleh para guru terlihat bahwa sebagian besar guru belum menyadari akan peran mereka untuk ikut mengembangkan religiositas siswa, meski responden sebenarnya sudah melakukan untuk ikut melaksanakan perkembangan religiositas siswa tetapi ternyata mereka belum menyadari peran tersebut, tapi responden 2 mengatakan dengan jujur memang benar perlu adanya kemauan dari dalam diri guru yang kuat untuk meningkatkan religiositas siswa

Dokumen terkait