TINJAUAN PUSTAKA
2.1.4. Laporan Laba Rugi
Laba secara umum merupakan selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi (Harnanto, 2003).
Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu (Harahap, 1997).
Pengakuan pendapatan dan beban pada perusahaan asuransi diatur berdasarkan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 khususnya dalam paragraf 26-36 sebagai berikut:
1. Premi yang diperoleh sehubungan dengan kontrak asuransi dan reasuransi
diakui sebagai pendapatan selama periode polis (kontrak) berdasarkan proporsi jumlah proteksi yang diberikan. Dalam hal periode polis berbeda secara signifikan dengan periode resiko (misalnya pada penutupan jenis pertanggungan asuransi konstruksi), maka seluruh premi yang diperoleh diakui sebagai pendapatan selama periode resiko, kecuali sebagaimana diatur dalam butir b berikut.
2. Apabila jumlah premi masih dapat disesuaikan, misalnya premi ditentukan
pada akhir kontrak atau premi disesuaikan pada akhir kontrak berdasarkan nilai pertanggungan, maka pendapatan premi diakui sebagai berikut:
a. Apabila jumlah premi dapat diestimasi secara layak, maka pendapatan
premi diakui selama periode kontrak dan estimasi jumlah premi tersebut disesuaikan setiap periode untuk mencerminkan jumlah premi yang sebenarnya.
b. Apabila jumlah premi tidak dapat diestimasi secara layak, maka premi diperlakukan dengan menggunakan metode uang muka (deposit method) sampai jumlah premi dapat diestimasi secara layak.
3. Premi dari polis bersama diakui sebesar pangsa premi yang diterima oleh
perusahaan.
4. Perusahaan asuransi (ceding company) dapat memperoleh ganti rugi atas
klaim sehubungan dengan kontrak asuransi yang ditutupnya, dengan melakukan kontrak reasuransi dengan asuradur lainnya atau reasuradur. Selanjutnya, reasuradur dapat melakukan kontrak reasuransi dengan reasuradur lain yang dikenal sebagai proses retrosesi. Perlakuan akuntansinya, tergantung pada apakah kontrak reasuransi tersebut merupakan reasuransi prospektif atau retroaktif. Jumlah premi yang dibayar atau bagian premi atas transaksi reasuransi prospektif diakui sebagai premi reasuransi selama periode kontrak yang jumlahnya proporsional dengan proteksi yang diberikan. Jika bagian premi reasuransi masih dapat disesuaikan dan jumlahnya dapat diestimasi secara layak, maka jumlah premi reasuransi yang diakui selama sisa periode kontrak adalah sebesar estimasi premi yang akan dibayar tersebut.
5. Pembayaran atau kewajiban atas transaksi reasuransi retroaktif diakui sebagai
piutang reasuransi sebesar jumlah kewajiban yang dicatat sehubungan dengan kontrak reasuransi yang mendasari. Apabila kewajiban yang dicatat melebihi jumlah yang dibayar, maka piutang reasuransi harus dinaikkan untuk
ditanggunhkan. Keuntungan ditangguhkan diamortisasi selama estimasi sisa periode penyelesaian (settlement period).
6. Apabila pembayaran atau kewajiban atas transaksi reasuransi retroaktif
melebihi jumlah kewajiban yang dicatat, ceding company harus menaikkan kewajiban yang bersangkutan atau mengurangi piutang reasuransi, atau keduanya pada saat kontrak reasuransi dilakukan. Perbedaan tersebut dibebankan pada laporan laba rugi.
7. Perubahan dalam estimasi jumlah kewajiban sehubungan dengan kontrak
reasuransi yang mendasari diakui dalam laporan laba rugi pada periode perubahan. Piutang reasuransi harus mencerminkan perubahan yang berhubungan dengan jumlah klaim yang dapat diperoleh dari reasuradur dan keuntungannya ditangguhkan dan diamortisasi.
8. Apabila kontrak reasuransi mencakup baik reasuransi prospektif maupun
retroaktif, maka transaksi reasuransi tersebut dipertanggungjawabkan secara terpisah.
9. Beban klaim sehubungan dengan terjadinya peristiwa kerugian atas obyek
asuransi yang dipertanggungkan, meliputi klaim yang disetujui (settled claims), klaim dalam proses penyelesaian (outstanding claims), klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, dan beban penyelesaian klaim (claims settlement expenses), diakui sebagai beban klaim pada saat timbulnya kewajiban untuk memenuhi klaim. Hak subrogasi diakui sebagai pengurang
10.Jumlah klaim dalam proses penyelesaian, termasuk klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, ditentukan berdasarkan estimasi kewajiban klaim tersebut. Perubahan jumlah estimasi kewajiban klaim, sebagai akibat proses penelahaan lebih lanjut dan perbedaan antara jumlah estimasi klaim dengan klaim yang dibayarkan diakui dalam laporan laba rugi periode terjadinya perubahan. Pendapatan premi disajikan sedemikian rupa, sehingga menunjukkan jumlah premi bruto, premi reasuransi, dan kenaikan (penurunan) premi yang belum merupakan pendapatan. Premi reasuransi disajikan sebagai pengurang premi bruto. Bagian reasuradur atas klaim yang telah disetujui dan atau dibayar dan estimasi bagian reasuradur atas klaim dalam proses penyelesaian, termasuk klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, disajikan sebagai pengurang beban klaim. Komisi yang diperoleh dari transaksi kontrak reasuransi merupakan pengurang beban komisi. Dalam hal jumlah komisi yang diperoleh lebih besar dari jumlah beban komisi, maka selisih tersebut disajikan sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi.
Smith & Skousen (2003) menyebutkan 2 (dua) konsep dasar dalam penyusunan perhitungan laba rugi, yaitu:
1. The all inclusive concept
Dalam The American Institute of Certified Public Accountants yang merupakan pendapatan dan biaya bukan saja pendapatan dan biaya normal tetapi termasuk juga di dalamnya pendapatan dan biaya yang sifatnya luar biasa.
1) Pendapatan dan biaya yang normal, yaitu semua pendapatan dan biaya yang ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan, dapat diketahui sebelumnya dan terjadi secara berulang-ulang.
2) Pendapatan dan biaya yang abnormal, yaitu pendapatan dan biaya yang tidak ada
hubungannya dengan perusahaan, jarang terjadi dan tidak dapat diduga sebelumnya.
Dengan demikian daftar rugi laba akan menggambarkan hasil operasi perusahaan dalam suatu periode itu. Pemakaian konsep all inclusive mendapat dukungan dari American Assosiation dan Securities and Exchange Commission, dengan alasan sebagai berikut:
1) Bahwa suatu daftar laba rugi dimaksudkan untuk memperlihatkan hasil operasi
pada suatu periode tertentu yang menyangkut kejadian dari total income, baik pendapatan dari usaha normal maupun rugi laba dari kejadian luar biasa. Dengan demikian daftar laba rugi merupakan ukuran dalam menilai pelaksanaan kegiatan dari manajemen.
2) Jika daftar laba-rugi hanya berisi hal-hal yang normal saja, maka hal tersebut akan
mengalami kesukaran, yaitu:
a. Bagi pembaca laporan keuangan yang tidak terlatih tidak akan mengetahui
bahwa kegiatan perusahaan tidak seluruhnya ditunjukkan dalam daftar laba-rugi.
b. Dengan tidak dimasukkannya perkiraan luar biasa membuka pintu untuk memanipulasi current opening yaitu dengan menghilangkan keterangan penting dalam daftar laba yang belum dibagikan.
c. Dengan tidak dimasukkannya perkiraan-perkiraan tertentu maka daftar
laba-rugi seolah-olah bukan sebagai pengukur pendapatan, tetapi menjadi standar untuk menormalisir pendapatan.
2. The current operating performance concept
Menurut konsep current operating performance ini daftar laba-rugi pada setiap periode pembukuan berisi hal-hal yang terjadi secara normal saja, sedangkan kejadian luar biasa, harus dipisahkan dari laba-rugi operasi dan dimasukkan kedalam daftar laba yang ditahan untuk mengakumulisir laba bersih setiap periodenya. Konsep ini mendapat dukungan kuat dari the American Institute of Certified Public Accountants (AICPA).
Prinsip-prinsip yang umum diterapkan dalam penyusunan perhitungan laba rugi suatu perusahaan, antara lain:
1. Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok
perusahaan (penjualan barang dagangan, atau memberikan jasa layanan) diikuti dengan harga pokok barang yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.
2. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional terdiri dari biaya-biaya
3. Bagian ketiga menunjukkan hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan dan beban-beban yang dikeluarkan perusahaan di luar operasi untuk memperoleh laba bersih yang insidentil.
4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil, sehingga
diperoleh akhirnya laba bersih sebelum pajak.
5. Bagian kelima merupakan laba bersih setelah pajak sesuai dengan Undang-
Undang Perpajakan.
Paragraf 10 PSAK No 28, menyebutkan laporan laba rugi perusahaan asuransi disajikan dalam bentuk multiple step, ditunjukkan pada Tabel 2.3 di bawah ini. Tabel 2.3. PT. Asuransi ABC Laporan Laba Rugi untuk Tahun yang Berakhir pada
Tanggal 31 Desember 20X2 dan 20X1
20X2 20X1
PENDAPATAN PREMI
Premi bruto Premi reasuransi
Penurunan (kenaikan) premi yang belum merupakan pendapatan
xx (xx) (xx) xx (xx) (xx)
Jumlah Pendapatan Premi xx xx
BEBAN UNDERWRITING
Beban Klaim Klaim bruto Klaim reasuransi
Kenaikan (penurunan) estimasi klaim retensi sendiri
Jumlah beban klaim
Beban komisi neto Beban underwriting
Jumlah Beban Underwriting
xx (xx) xx xx xx xx xx xx (xx) xx xx xx xx xx Hasil Underwriting xx xx Hasil Investasi Beban Usaha/Operasi xx (xx) xx (xx) Laba Usaha/Operasi
Penghasilan (Beban) Lain-Lain
xx
xx
xx
xx
Laba Sebelum Pajak
Pajak Penghasilan
xx
xx
xx
xx
Laba (rugi) bersih xx Xx