• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

3. Laporan Praktikum Siswa

Kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini menugaskan siswa untuk praktikum membuat tape dan tempe secara berkelompok dan dibebaskan untuk tempat pembuatannya. Kemudian siswa ditugaskan untuk membuat karya ilmiah berupa laporan praktikum sesuai dengan percobaan yang mereka lakukan untuk nantinya dipresentasikan pada saat pembelajaran. Pembuatan laporan praktikum ini bertujuan untuk melihat sikap ilmiah siswa dalam pembuatan laporan, selain itu bertujuan untuk melihat disiplin siswa dalam pengumpulan laporan, ketepatan

prosedur kerja, dan kerapihan dalam membuat laporan praktikum. Setelah dilakukan penilaian pada laporan praktikum siswa kemudian data tersebut diolah dan dapat ditampilkan pada tabel 4.3 berukut;

Tabel 4.3. Hasil Penilaian Laporan Praktikum Siswa.

No Indikator Skor Total

Rata-Rata

Butir Nilai Persentase 1 Ketepatan Jadwal Pengumpulan 273 4,2 84,0% 2 Kelengkapan & Sistematika

Isi Laporan 255 3,9 78,5% 3 Ketepatan Prosedur Kerja 260 4,0 80,0% 4 Kerapihan 260 4,0 80,0% Jumlah 1048 16,1 322% Rata-rata 262,0 4,0 81%

Hasil penilaian laporan praktikum siswa pada tabel 4.3 menunjukan pada indikator kelengkapan dan sistematika isi laporan mendapat nilai presentase sebesar 78,5%, ini lebih kecil jika di bandingkan dengan indikator ketepatan jadwal pengumpulan dengan nilai persentase sebesar 84%. Hal ini terjadi karena dalam hal ketepatan waktu pengumpulan, siswa sebagian besar menyerahkan tugas mereka sesuai dengan kesepakatan jadwal pengumpulan adapun yang terlambat hanya 1 atau dua kelompok saja, ini berarti siswa memiliki disiplin yang bagus. Namun ketika tugas atau laporan praktikum tersebut diperiksa, ternyata masih ada beberapa siswa yang mengerjakan laporan praktikum mereka dilihat dari sistematika isi laporan kurang terstruktur, isi yang disajikan kurang lengkap sesuai dengan sistematika penulisan dan ada juga yang menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan laporan. Mungkin siswa tersebut masih belum memahami bagaimana sistematika penulisan dan bahasa yang baik dan benar yang dapat digunakan dalam penulisan laporan praktikum.

Pada tabel 4.3, selain indikator kelengkapan dan sistematika isi laporan, indikator yang lain mendapatkan nilai persentase lebih dari 80% pada indikator kerapihan, ketepatan prosedur kerja, bahkan pada indikator ketepatan jadwal pengumpulan mendapat nilai persentase sebesar 84%. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mengumpulkan laporan tepat waktu meskipun ada juga beberapa orang yang terlambat dalam mengumpulkan laporan praktikumnya. Untuk ketepatan prosedur kerja, rata-rata siswa sudah bisa memahami apa yang ditugaskan oleh guru dan membuat laporan sesuai dengan yang ditugaskan oleh guru. Dilihat dari sisi kerapihan pun laporan penelitian siswa terlihat rapih. Berikut ini disajikan data hasil penilaian laporan praktikum siswa pada gambar 4.3 berikut;

Gambar 4.3 Persentase Indikator Penilaian Laporan Praktikum Siswa.

Gambar 4.3 di atas menunjukkan seluruh indikator mendapatkan nilai persentase lebih dari 80%, hal ini dapat dikategorikan sangat baik. Meskipun ada satu indikator yang mendapat nilai persentase 78,5%, namun jika melihat tabel 4.3 yang menunjukkan rata-rata persentase sebesar 81%, maka hasil penilaian laporan

praktikum siswa dapat dikategorikan sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memiliki sikap ilmiah yang baik, disiplin yang baik, rapih dan sistematis.

Tabel 4.4 : Frekuensi Rata-rata Hasil Belajar Afektif Siswa

Instrumen Persentase

Penilaian Proses Praktikum 82,8% Penilaian LKS Praktikum 80,8% Penilaian Laporan Praktikum 81,0% Jumlah 244,6% Rata-rata 81,5%

B. Pembahasan

Frekuensi rata- rata hasil belajar afektif siswa SMA Negeri 1 Pasawahan yang diperoleh berdasarkan analisis data pada tabel 4.5 menunjukkan nilai persentase pada kelas X sebesar 82,8% pada penilaian proses praktikum, 80,8% pada penilaian LKS Praktikum, dan 81% pada penilaian laporan praktikum. Ini berarti hasil belajar afektif melalui model pembelajaran Salingtemas pada konsep jamur kelas X tergolong Amat Baik dengan rata-rata penilaian afektif sebesar 81,5%.

Nilai ini didapat karena siswa mampu mempunyai perhatian yang besar, aktif dalam belajar, kreatif, memiliki ketelitian yang baik, selalu menjaga kebersihan, peduli terhadap lingkungan, dan memiliki inisiatif yang baik selama pembelajaran biologi berlangsung. Selain itu siswa memiliki sikap ilmiah yang baik, disiplin yang baik, rapih dan sistematis.

Melihat hasil penilaian dari LKS praktikum dan laporan penelitian siswa, siswa memiliki antusias atau minat yang baik dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran salingtemas, tertarik terhadap media dan model pembelajaran yang digunakan yaitu berupa praktikum, diskusi kelompok dan tugas lapangan dengan model pembelajaran Salingtemas yang mengambil konsep jamur. Ini terlihat dari nilai persentase yang didapat dati hasil penilaian LKS dan Laporan praktikum yang sangat baik. Hal ini didapat karena

penggunaan model pembelajaran salingtemas, dengan model pembelajaran salingtemas siswa dapat mengidentifikasi masalah-masalah sosial, menggunakan kegiatan laboratorium yang berasal dari sumber lokal untuk memecahkan masalah, siswa aktif mencari informasi yang diperlukan, menekankan ketrampilan proses yang dapat digunakan oleh siswa dalam memecahkan masalah, mengidentifikasi sejauh mana sains dan teknologi berdampak dimasa yang akan datang, serta siswa dapat bersikap lebih baik dan menerapkan pembelajaran yang telah didapat dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahawa pembelajaran afektif dengan menggunakan model pembelajaran salingtemas dapat meningkatkan hubungan sosial yang baik selama pembelajaran. Hal senada diungkapkan oleh Karen Neuman Allen bahwa pembelajaran afektif konsisten dengan prinsip-prinsip pekerjaan sosial, dari penggunaan hati nurani, pengakuan seni dan ilmu praktek pekerjaan sosial, kepentingan memperbaiki hubungan, dan integrasi berharga untuk yang memiliki profesi. Lebih sepenuhnya menghargai pembelajaran afektif membantu untuk memahami prinsip kerja kognitif social dan mungkin dapat menunjukan beberapa keterampilan1.

Hasil penilaian proses praktikum pada penilaian afektif dengan menggunakan model pembelajaran salingtemas menunjukkan bahwa aktifitas siswa dalam pembelajaran sangat baik, hal ini dapat dilihat dari nilai persentase rata-rata sebesar 82,8% (Tabel 4.4). Hal senada diungkapkan oleh Ajib Setyo yang menyatakan bahwa perangkat pembelajaran berpendekatan SETS pada materi fotosintesis yang dikembangkan, dikategorikan sangat bermakna untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran dan menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan2. Hal senada juga diungkapkan oleh juniarti yang menyatakan bahwa aktivitas peserta didik belajar fisika meningkat dan penggunaan model

1Karen Neuman Allen., Bruce D. Friedman, Affective learning: A taxonomy for teaching social work values, Journal of Social Work Values and Ethics, Volume 7, Number 2, White Hat Communications, 2010, (http://www.socialworker.com/jswve, Pada 20/03/2013).

2Ajib Setyo, Pembelajaran Bermakna Berpendekatan SETS pada Pelajaran Biologi untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap ingkungan, Jurnal Bioma, Vol. 1, No. 2, Oktober 2011, h. 161-170, (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=88259&val=532, pada

pembelajaran SETS pada konsep Energi dan Daya Listrik dapat meningkatkan aktivitas, motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas IX SMP Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2009/20103.

Tabel 4.4 menunjukkan nilai afektif siswa tersebut didapat tidak hanya karena model pembelajaran yang digunakan, tetapi ada juga faktor-faktor lain yang mempengaruhi sikap dan minat siswa dalam pembelajaran. Faktor psikologis seperti motivasi, emosi, kebutuhan, pemikiran, kekuasaan, dan kepatuhan. Berdasarkan hasil penelitian, siswa terlihat sangat antusias dan patuh dalam mengikuti pembelajaran dikarenakan materi yang diberikan berhubungan dengan kebutuhan dan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa yang memiliki pengetahuan yang lebih dan siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terlihat lebih menonjol dalam pembelajaran.

Faktor cultural atau kebudayaan seperti status social, lingkungan, keluarga, dan pendidikan. Ketika penelitian berlangsung, siswa bersikap lebih sopan dan ramah terhadap guru, memiliki hubungan sosial yang baik antar teman, dan partisipasi kelompok yang baik. Hal ini karena karakteristik masyarakat desa Pasawahan yang memang ramah dan sopan terhadap sesama. Dengan demikian variable psikologis dan cultural selalu saling mempengaruhi dalam rangka menimbulkan, memelihara, atau mengubah sikap siswa.

Selain faktor yang mempengaruhi pada ranah sikap diatas, ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi ranah minat dari pembelajaran siswa. Kondisi fisik atau jasmani siswa saat mengikuti pelajaran biologi sangat berpengaruh terhadap minat dan aktivitas belajarnya. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi kesehatan siswa yang sehat dan prima lebih fokus dan perhatian dalam pembelajaran, sedangkan siswa yang kurang sehat atau sakit tidak dapat maksimal bisa mengikuti pembelajaran.

Pengalaman belajar biologi di jenjang pendidikan sebelumnya, Siswa yang dijadikan sebagai sempel pada penelitian ini adalah siswa kelas X, selama proses

3Juniati, Peningkatan Aktivitas, Motivasi Dan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Metode Sets Di Kelas IX-E SMP Negeri 3 Purworejo, Jawa Tengah Pada Konsep Energi Dan Daya Listrik, Jurnal Berkala Fisika Indonesia, Volume 2, Nomor 1, Juli 2009,

pembelajaran dalam penelitian ini siswa terlihat memiliki cara dan minat belajar yang beragam, ada siswa terlihat antusias, fokus, dan rajin. Namun ada pula siswa ang sedikit malas dan kurang perhatian, hal ini dikarenakan siswa masih terbawa oleh pengalaman belajar siswa pada jenjang SMP.

Metode dan gaya mengajar guru juga memberi pengaruh terhadap minat siswa dalam pembelajar biologi. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran Salingtemas yang dapat menumbuhkan minat dan sikap siswa. Cara penyampaian pelajaran yang kurang menarik menjadikan siswa kurang berminat dan kurang bersemangat untuk mengikutinya. Namun sebaliknya, jika pelajaran disampaikan dengan cara dan gaya yang menarik perhatian, maka akan menjadikan siswa tertarik dan bersemangat untuk selalu mengikutinya dan kemudian mendorongnya untuk terus mempelajarinya.

Fasilitas dan alat dalam belajar memiliki peran penting dalam memotivasi minat siswa pada suatu pelajaran. Tempat yang menjadi penelitian yaitu SMA Negeri 1 Pasawahan telah memiliki fasilitas dan alat penunjang biologi yang memadai, seperti tersedianya laboratrium yang lengkap dengan peralatannya. Situasi dan kondisi lingkungan turut memberi pengaruh terhadap minat belajar siswa dalam pelajaran. Minat siswa berdasarkan hasil penelitian menunjukkan persentase rata-rata sebesar 85,95%, hal ini dipengaruhi juga oleh faktor situasi dan kondisi lingkungan tempat mereka belajar, dimana SMA Negeri 1 Pasawahan terletak di lembah atau kaki gunung ciremai dengan suasana pedesaan yang tentram, keadaan udara yang segar, dan nyaman untuk mendukung proses pembelajaran siswa.

56

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa siswa- siswi kelas X SMA Negeri 1 Pasawahan mempunyai hasil belajar afektif yang Amat Baik pada ranah sikap dan minat siswa melalui model pembelajaran salingtemas. Hal ini dikarenakan siswa mampu mempunyai perhatian yang besar, aktif dalam belajar, kreatif, memiliki ketelitian yang baik, selalu menjaga kebersihan, peduli terhadap lingkungan, dan memiliki inisiatif yang baik selama pembelajaran biologi berlangsung. Siswa juga memiliki sikap ilmiah yang baik, disiplin yang baik, rapih dan sistematis. Selain itu siswa memiliki antusias atau minat yang baik dalam kegiatan pembelajaran, tertarik dengan materi pembelajaran ang diberikan yaitu tentang jamur, tertarik terhadap media dan model pembelajaran yang digunakan yaitu berupa praktikum, diskusi kelompok dan tugas lapangan dengan model pembelajaran Salingtemas.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Pihak sekolah (kepala sekolah, guru, dan siswa) harus bekerja sama dalam meningkatkan hasil belajar afektif siswa dengan meningkatkan fasilitas, kualitas penampilan mengajar dan mengikuti pembelajaran secara serius. 2. Aspek afektif pada diri siswa besar peranannya dalam pendidikan, karenanya

tidak dapat kita abaikan begitu saja. Pengukuran terhadap aspek ini amat berguna dan lebih dari itu kita harus memanfaatkan pengetahuan kita mengenai karakteristik-karakteristik afektif siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.

3. Sebagai guru kelas hendaknya menguasai beberapa metode mengajar, agar tidak terlalu monoton agar siswa tertarik untuk mempelajari biologi.

57

Allen, Karen Neuman, and Bruce D Friedman. Affective learning: A taxonomy for teaching social work values. Journal of Social Work Values and Ethics, Volume 7, Number 2, White Hat Communications. 2010. (http://www.socialworker.com/jswve. Pada 20/03/2013).

Amir, M. ”Aplikasi Teori Humanisme dalam Kegiatan Pembelajaran”. 2013. (http://filsafat.kompasiana.com/2013/10/28/aplikasi-teori-humanisme-dalam-kegiatan-pembelajaran--604568.html., pada 1/29/2014).

Anwar, Miftakhul. Penerapan Pendekatan SETS Science Environment Technology And Social Pada Pembelajaran Fisika Pada Diklat Guru Mapel Fisika MA. 2012. (http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/PendekatanSETS.pdf. Pada 10/12/2013).

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2006.

Chotimah, Umi. Pengembangan Instrumen Penilaian Domain Afektif pada Mata Pelajaran PKn di Sekolah Menengah Pertama. 2012. (http://eprints.unsri.ac.id/1076/1/4._Laporan_Penelitian_(Pengembangan_instr umen_dst)_UC.pdf,, pada 22/01/2013).

Darwiyanto. Pembelajaran IPA Berwawasan Science Environment Technology

and Society SETS. 2012.

(http://bdksemarang.kemenag.go.id/?p=read&id=170#sthash.DKON6SM4.dp bs. Pada 17/01/2012).

Dass, Pradeep M. 2005. Using a Science/Technology/Society Approach To Prepare Reform-Oriented Science Teachers: The Case of a Secondary Science Methods Course. Journal Issues in Teacher Education. Volume 14. Number 1. 2005, (http://www1.chapman.edu/ITE/15dass.pdf, pada 17/01/2013).

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta: Pustaka Al-Fatih. 2009.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2008.

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2008. (http://sarwanto.staff.fkip.uns.ac.id/files/2009/05/penilaian_afektif.pdf, pada 30/01/2013).

Direktorat Pembinaan SMA. Petunjuk Teknis Penyusunan Perangkat Penilaian Afektif di SMA. Direktorat Pembinaan SMA. 2010. (http://regulasi.sman1jember.sch.id/Peraturan%20Pemerintah%20&%20Ment eri/Petunjuk%20Teknis%20dan%20Pedoman/26.%20Juknis%20Penyusunan %20Pedoman%20Penilaian%20_ISI-Revisi__2910.pdf. Pada 20/02/2013).

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. 2004. Pedoman Khusus Pengembangn Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. (http://id.scribd.com/doc/56149251/Ped-Penilaian-Afektif-1-12Jan04. Pada 14/01/2013).

Dwi, Agus Wasisto. Pembelajaran Biologi yang Berbasis Imtaq dengan Pendekatan Integratif Science. Environment. Society. Technology and Religion. Jurnal: PROSPECT. Februari 2009. Tahun 5. Nomor 8. 2009. (http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=61900&idc=3 2. Pada 12/02/2013).

Faisal, Sanapiah. Format-format Penelitian Sosial. Ed.1., Cet. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2001.

Irianti, Mitri, Zulirfan, dan Arifah Zaini. Pembelajaran Sains Fisika Melalui Pendekatan SETS (Science Environment Technology Society) pada Siswa Kelas VIII MTs Nurul Falah Air Molek. Jurnal Geliga Sains 1 (2). 1-7. ISSN:1978-502X. 2007.. . . . (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=106522&val=2276, pada 07/03/2014).

Juniati. Peningkatan Aktivitas. Motivasi Dan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Metode Sets Di Kelas IX-E SMP Negeri 3 Purworejo. Jawa Tengah Pada Konsep Energi Dan Daya Listrik. Jurnal Berkala Fisika Indonesia. Volume 2. Nomor 1. 2009.. . . . (http://journal.uad.ac.id/index.php/BFI/article/download/275/110. Pada 13/02/2013).

Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. 2011.

Prayito. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Humanistik Berbasis Konstruktivisme Berbantuan E-Learning Materi Segitiga Kelas VII. 2011. Jurnal AKSIOMA. Vol. 2. No. 2/September (2011). (http://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id, pada 08/03/2014).

Pusat Kurikulum. 2007. Kurikulum Visi SETS Model Kurikulum Pendidikan Yang Menerapkan Visi SETS (Science, Environment, Technology, And Society). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. (http://scmariani-unnes.blogspot.com/2008/11/kurikulum-visi-sets.html. Pada 14/03/2013)Putri, Lili Surayya Eka. Metodologi Penelitian untuk Bidang Sains. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007.

Qomari, Rohmad. Pengembangan Instrumen Evaluasi Domain Afektif. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, INSANIA, Vol. 13, No. 1, Jan-Apr 2008, 87-109. 2008. (http://insaniaku.files.wordpress.com/2009/03/7-pengembangan-instrumen-evaluasi-domain-afektif-rohmad-qomari.pdf. Pada 13/12/2012).

Setyo, Ajib. Pembelajaran Bermakna Berpendekatan SETS pada Pelajaran Biologi untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap ingkungan.Jurnal Bioma. Vol. 1. No. 2. 2011.. . . . (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=88259&val=532, pada 12/03/2013).

Shephard, Kerry. Higher education for sustainability: seeking affective learning outcomes. International Journal of Sustainability in Higher Education. Vol. 9 No. 1. Emerald Group Publishing Limite. 2008.. . . . (www.emeraldinsight.com/reprints. Pada 14/02/2013).

Siregar, Syofian. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011.

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2003.

Sofyan, Ahmad, dan Tonih Feronika, Burhanudin Milama. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006.

Sudatha, I Gde Wawan. Penilaian Ranah Afektif. 2011. (http://www.undiksha.ac.id/e-learning/staff/images/img_info/4/lt_10-548.pdf, pada 31/01/2013).

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009.

Sudjiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008.

Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS & Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar : Beserta Penjelasannya. Bandung: Citra Umbara. 2008.

Yörük, Nuray, Inci Morgil, and Nilgun Secken. The effects of science. technology. society. environment STSE interactions on teaching chemistry. Journal Natural Science Vol.2. No.12. 1417-1424. 2010. (http://www.scirp.org/journal/NS/. Pada 15/05/2013).

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan

Dokumen terkait