• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Salingtemas a.Pengertian Salingtemas a.Pengertian Salingtemas

DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA PIKIR

A. Deskripsi Teoritis

2. Model Pembelajaran Salingtemas a.Pengertian Salingtemas a.Pengertian Salingtemas

Menurut Miftakhul Anwar, Pendekatan Sains, Teknologi lingkungan dan masyarakat (Salingtemas) adalah pengindonesiaan dari Science-Technology-Society (STS) yang pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun 1980-an, dan selanjutnya berkembang di Inggris dan Australia. National Science Teacher Association atau NSTA, mendefinisikan pendekatan ini sebagai belajar/mengajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Dengan volume informasi dalam masyarakat yang terus meningkat dan kebutuhan bagi penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan hubungannya dengan kehidupan masyarakat dapat menjadi lebih mendalam, maka model pembelajaran SETS dapat sangat membantu bagi anak. Oleh karena, model pembelajaran ini mencakup interdisipliner konten dan benar-benar melibatkan anak sehingga dapat meningkatkan kemampuan anak. Model pembelajaran ini dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara kemajuan iptek, membanjirnya informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, dan nilai-nilai iptek itu sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari -hari4.

Menurut Sutarno dalam Mitri, urutan singkatan SETS membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S) terbentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S) diperlukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada lingkungan (E) secara fisik maupun mental. Dengan model pembelajaran ini, siswa dikondisikan agar mampu menerapkan prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi (sederhana atau yang lebih rumit tergantung jenjang pendidikan) disertai dengan pemikiran untuk mengurangi atau mencegah kemungkinan dampak negatif yang timbul dari munculnya produk teknologi ini terhadap lingkungan dan masyarakat5.

4Miftakhul Anwar, Penerapan Pendekatan SETS (Science Environment Technology And Social) Pada Pembelajaran Fisika Pada Diklat Guru Mapel Fisika MA, h.3, (http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/PendekatanSETS.pdf, Pada 10/12/2012).

5Mitri Irianti., Zulirfan., Arifah Zaini, Pembelajaran Sains Fisika Melalui Pendekatan SETS (Science Environment Technology Society) pada Siswa Kelas VIII MTs Nurul Falah Air Molek, Jurnal Geliga Sains 1 (2), 1-7, 2007, ISSN 1978-502X, h. 2, (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=106522&val=2276, pada 07/03/2014).

Sedangkan menurut Binadja dalam Juniati, model pembelajaran Salingtemas merupakan pembelajaran yang mengkaitkan keempat unsurnya yakni Sains, Lingkungan, Teknologi, dan masyarakat dalam pembelajaran. Materi pelajaran dikaitkan dengan contoh-contoh nyata yang berhubungan dengan masyarakat di sekitar peserta didik yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mudah memahami materi tersebut6.

Sains merupakan suatu tubuh pengetahuan (body of knowledge) dan proses penemuan pengetahuan. Teknologi merupakan suatu perangkat keras ataupun perangkat lunak yang digunakan untuk memecahkan masalah bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Sedangkan masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki wilayah, kebutuhan, dan norma-norma sosial tertentu. Sains, teknologi dan masyarakat satu sama lain saling berinteraksi. Model pembelajaran Salingtemas dapat menghubungkan kehidupan dunia nyata anak sebagai anggota masyarakat dengan kelas sebagai ruang belajar sains. Proses model pembelajaran ini dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak dalam mengidentifikasi potensi masalah, mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah, mempertimbangkan solusi alternatif, dan mempertimbangkan konsekuensi berdasarkan keputusan tertentu7.

b. Hakekat Salingtemas

Hakekat Salingtemas dalam pendidikan merefleksikan bagaimana harus melakukan dan apa saja yang bisa dijangkau oleh pendidikan Salingtemas. Pendidikan Salingtemas harus mampu membuat peserta didik yang mempelajarinya baik siswa maupun warga masyarakat benar-benar mengerti hubungan tiap-tiap elemen dalam Salingtemas. Hubungan yang tidak terpisahkan antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik dua arah yang dapat dikaji manfaat-manfaat maupun kerugian-kerugian yang dihasilkan. Pada akhirnya peserta didik mampu menjawab dan mengatasi setiap

6Juniati, Peningkatan Aktivitas, Motivasi Dan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Metode Sets Di Kelas IX-E SMP Negeri 3 Purworejo, Jawa Tengah Pada Konsep Energi dan Daya Listrik, Jurnal Berkala Fisika Indonesia, Volume 2, Nomor 1, Juli 2009, h. 16, (http://journal.uad.ac.id/index.php/BFI/article/download/275/110. Pada 13/02/2013).

problem yang berkaitan dengan kekayaan bumi maupun isu-isu sosial serta isu-isu global, hingga pada akhirnya bermuara menyelamatkan bumi8.

Sains (Biologi) dimulai dengan menganggap aneh atau mempertanyakan suatu penomena, dilanjutkan dengan penciptaan kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang dimaksud, kemudian mengguji jawaban mana yang memiliki alasan kuat dan dapat diterima; technology secara sederhana belajar memanipulasi alam untuk manfaat, sesuatu yang manusia sudah melakukannya dengan terampil sejak awal keberadaannya, dan kehidupan (society) dimulai dengan pandangan bahwa tidak ada seorang sosok pribadi pun yang terpisah dari lingkungan (environmental), dan hubungan dengan orang lain adalah dasar keberadaanya.

c. Tujuan Salingtemas

Menurut Darwiyanto, Tujuan pendekatan Salingtemas adalah untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya. Tujuan utama pendidikan dengan Model pembelajaran Salingtemas adalah mempersiapkan peserta didik menjadi wagra negara dan warga masyarakat yang memiliki suatu kemampuan dan kesadaran untuk:

1) menyelidiki, menganalisis, memahami dan menerapkan konsep-konsep/prinsip-prinsip dan proses sain dan teknologi pada situasi nyata. 2) melakukan perubahan.

3) membuat keputusan-keputusan yang tepat dan mendasar tentang isu/masalah-masalah yang sedang dihadapi yang memiliki komponen sain dan teknologi. 4) merencanakan kegiatan-kegiatan baik secara individu maupun kelompok

dalam rangka pengambilan tindakan dan pemecahan isu-isu atau masalah-masalah yang sedang dihadapi.

5) bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan dan tindakannya.

6) mempersiapkan peserta didik untuk menggunakan sains bagi pengembangan hidup dan mengikuti perkembangan dunia teknologi.

7) mengajar para peserta didik untuk mengambil tanggung jawab dengan isu-isu lingkungan, teknologi, atau masyarakat.

8) mengidentifikasi pengetahuan fundamental sehingga peserta didik secara tuntas memperoleh kepandaian dengan isu-isu Salingtemas9.

Sains dan teknologi dalam kehidupan masyarakat khususnya dunia pendidikan mempunyai hubungan yang erat. Hal ini dapat dipahami karena ilmu pengetahuan pada dasarnya menjelaskan tentang konsep. Sedangkan teknologi merupakan suatu seni/keterampilan sebagai perwujudan dari konsep yang telah dipelajari dan diipahami. Dengan kata lain untuk memahami sains dan teknologi berarti harus memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah dengan menggunakan konsep-konsep ilmu, mengenal teknologi yang ada di masyarakat serta dampaknya, mampu menggunakan dan memelihara hasil teknologi, kreatif membuat hasil teknologi sederhana, dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakatnya.

Gambar 2.1. Hubungan timbal balik unsur-unsur pendidikan Salingtemas10.

9Darwiyanto, Pembelajaran IPA Berwawasan Science Environment Technology and Society (SETS), h.3, (http://bdksemarang.kemenag.go.id/?p=read&id=170#sthash.DKON6SM4.dpbs, Pada 17/01/2012).

d. Salingtemas dalam Pendidikan

Hakekat Salingtemas dalam pendidikan merefleksikan bagaimana harus melakukan dan apa saja yang bisa dijangkau oleh pendidikan Salingtemas. Pendidikan Salingtemas harus mampu membuat peserta didik yang mempelajarinya baik siswa maupun warga masyarakat benar-benar mengerti hubungan tiap-tiap elemen dalam Salingtemas. Hubungan yang tidak terpisahkan antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik dua arah yang dapat dikaji manfaat-manfaat maupun kerugian-kerugian yang dihasilkan. Pada akhirnya peserta didik mampu menjawab dan mengatasi setiap problem yang berkaitan dengan kekayaan bumi maupun isu-isu sosial serta isu-isu global, hingga pada akhirnya bermuara menyelamatkan bumi.

Pembelajaran IPA berwawasan Salingtemas adalah suatu model pembelajaran pembelajaran ipa yang menghubung-kaitkan antara konsep yang sedang dipelajari dengan elemen-elemen lingkungan, teknologi dan masyarakat. Model pembelajaran ini memiliki landasan filosofis untuk membawa siswa memiliki wawasan terbuka dan memandang sains atau IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan, karena pada dasarnya dalam kehidupan manusia, elemen-elemen tersebut sebenarnya saling terkait. Urutan akronim SETS membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S) ke bentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S) perlu dipikirkan berbagai implikasinya pada lingkungan (E) baik lingkungan fisik maupun mental. Belajar IPA (Science) hakikatnya belajar tentang fenomena-fenomena alam yang terjadi di sekitar kita. Dimulai menganggap aneh atau mempertanyakan suatu fenomena yang ada dilingkungan sekitar kita (evironmental), dilanjutkan dengan penciptaan kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk pertanyaan yang dimaksud dan menguji jawaban-jawaban mana yang memiliki alasan kuat dan dapat diterima. Selanjutnya, teknologi (Technology) secara sederhana diartikan sebabagi belajar memanipulasi alam untuk manfaat atau keuntungan pribadi, dimana manusia sebenarnya telah melakukannya sejak awal keberadaannya. Sedangkan kehidupan manusia dalam masyarakat (Society) dimulai dengan pandangan bahwa tidak seorang pun yang

dapat memisahkan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, adalah aneh bila dalam pembelajaran IPA, kita hanya memberikan penekanan pada konsep tanpa menghubung-kaitkan dengan elemen-elemen lain selain Salingtemas 11.

e. Langkah-langkah model pembelajaran Salingtemas

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Salingtemas meliputi beberapa langkah, Dass mengemukakan empat langkah kegiatan kelas yang secara komprehensif merupakan upaya mengembangkan pemahaman murid dan pelaksanaan suatu proyek SETS yang berhubungan preservice guru12. Keempat langkah pembelajaran tersebut adalah fase invitasi atau undangan atau inisiasi, eksplorasi, mengusulkan penjelasan dan solusi, dan mengambil tindakan13.

1) Fase Invitasi, Pada Preservice teachers (PSTs) tahap ini, guru melakukan brainstorming dan menghasilkan beberapa kemungkinan topik untuk penyelidikan. Topik dapat bersifat global atau lokal, tetapi harus merupakan minat siswa dan memberikan wilayah yang cukup untuk penyelidikan bagi siswa. Menurut Aisyah dalam Darwiyanto, Apersepsi dalam kehidupan juga dapat dilakukan, yaitu mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa dengan materi yang akan dibahas. Dengan demikian, tampak adanya kesinambungan pengetahuan, karena diawali dengan hal-hal yang telah diketahui siswa sebelumnya dan ditekankan pada keadaan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari14.

2) Eksplorasi, pada tahap ini, guru dan siswa mengidentifikasi daerah kritis penyelidikan. Data-data dan informasi dapat dikumpulkan melalui pertanyaan-pertanyaan atau wawancara, kemudian menganalisis informasi tersebut. Data dan informasi dapat pula diperoleh melalui telekomunikasi, perpustakaan dan

11Darwiyanto, op cit., h. 5-6.

12Pradeep M Dass, Using a Science/Technology/Society Approach To Prepare Reform-Oriented Science Teachers: The Case of a Secondary Science Methods Course, Journal Issues in Teacher Education, Volume 14, Number 1, Spring 2005, h. 99, (http://www1.chapman.edu/ITE/15dass.pdf, pada 17/01/2013).

13Miftakhul Anwar, op cit., h. 13. 14Darwiyanto, op cit., h.7.

sumber-sumber dokumen publik lainnya. Dari sumber-sumber informasi, siswa dapat mengembangkan penyelidikan berbasis ilmu pengetahuan untuk menyelidiki isu-isu yang berkaitan dengan masalah ini. Pemahaman tentang hujan asam, misalnya, dilakukan dalam laboratorium untuk menyelidiki sifat-sifat asam dan basa. Penyelidikan ini memberikan pemahaman dasar untuk pengembangan, pengujian hipotesis, dan mengusulkan tindakan15. Menurut Aisyah dalam Miftakhul, tahap kedua ini merupakan proses pembentukan konsep yang dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan dan metode. Misalnya pendekatan keterampilan proses, pendekatan sejarah, pendekatan kecakapan hidup, metode demonstrasi, eksperimen di labolatorium, diskusi kelompok, bermain peran dan lain-lain. Pada akhir tahap kedua, diharapkan melalui konstruksi dan rekonstruksi siswa menemukan konsep-konsep yang benar atau konsep-konsep para ilmuan. Selanjutnya berbekal pemahaman konsep yang benar siswa melanjutkan analisis isu atau masalah yang disebut aplikasi konsep dalam kehidupan16.

3) Fase Mengusulkan Penjelasan dan Solusi, Pada tahap ini, siswa mengatur dan mensintesis informasi yang mereka telah kembangkan sebelumnya dalam penyelidikan. Proses ini termasuk komunikasi lebih lanjut dengan para ahli di lapangan, pengembangan lebih lanjut, memperbaiki, dan menguji hipotesis mereka, dan kemudian mengembangkan penjelasan tentatif dan proposal untuk solusi dan tindakan. Hasil tersebut kemudian dilaporkan dan disajikan kepada rekan-rekan kelas untuk menggambarkan temuan, posisi yang diambil, dan tindakan yang diusulkan17. Menurut Aisyah dalam Darwiyanto, apabila selama proses pembentukan konsep dalam tahap ini tidak tampak ada miskonsepsi yang terjadi pada siswa, demikian pula setelah akhir analisis isu dan penyelesaian masalah, guru tetap harus melakukan pemantapan konsep melalui penekanan pada konsep-konsep kunci yang penting diketahui dalam bahan kajian tertentu. Hal ini dilakukan karena konsep-konsep kunci yang ditekankan pada akhir pembelajaran akan memiliki retensi lebih lama

15Pradeep M Dass, op cit., h. 99. 16Miftakhul Anwar, op cit., h. 14. 17Pradeep M Dass, op cit., h. 99.

dibandingkan dengan kalau tidak dimantapkan atau ditekankan oleh guru pada akhir pembelajaran18.

4) Fase Mengambil Tindakan, Berdasarkan temuan yang dilaporkan dalam fase ketiga (mengajukan penjelasan dan solusi), siswa menerapkan temuan-temuan mereka dalam beberapa bentuk aksi sosial. Jika tindakan ini melibatkan masyarakat sebagai pelaksana, misalnya membersihkan daerah berbahaya anak dapat menghubungi pejabat publik yang dapat mendukung pikiran dan temuan mereka. Anak menyajikan informasi ini kepada rekan-rekan kelas mereka. Proposal ini akan dimasukkan sebagai tindakan follow up19.

Alternatif lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran Salingtemas adalah dengan menggunakan metode siklus. Siklus pembelajaran bervisi Salingtemas dapat dilakukan melalui kegiatan yang terdiri atas lima tahap kegiatan untuk setiap pokok bahasan atau kompetensi dasar, sebagai berikut:

1) Tantangan (Challenge)

Tahapan tantangan merupakan proses untuk melihat permasalahan lingkungan yang terkait dengan materi yang dibahas dan tujuan pencapaian kompetensi dasar sesuai dengan indikator yang ditetapkan. Pada bagian ini peserta didik diminta untuk membaca sinopsis yang membawa mereka pada tujuan dari siklus kegiatan tersebut. Diakhir sinopsis ini ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab peserta pada lembar kegiatan pemikiran awal (Initial Thoughts)

2) Jawaban awal (Initial thoughts)

Tahap ini merupakan jawaban atas permasalahan yang diberikan dalam tahap tantangan (Challenge). Jawaban merupakan hasil pemikiran individual peserta didik dari pengetahuannya sendiri, yang tergantung pada keluasan dan kedalaman pengetahuan dan pengalaman peserta dalam kegiatannya sehari-hari dan pandangan peserta didik ke depan.

18Darwiyanto, op cit., h. 6. 19Pradeep M Dass, op cit., h. 99.

3) Sumber (Resources)

Pada tahap ini peserta didik diuji berpikir kritisnya dan ketrampilan membacanya, dengan membaca sumber-sumber yang diberikan yang terkait langsung dengan masalah yang diberikan pada tahap tantangan (Challenge) atau hanya sebagai pendukung yang dapat membawa peserta didik pada pemikiran-pemikiran baru untuk Sumber Informasi Revisi Jawaban Kerja Kelompok Jawaban Awal Tantangan menjawab masalah-masalah pada tahap pertama. Pada kegiatan ini peserta diberikan dua macam sumber. Pertama berupa bahan bacaan yang diperoleh dari berbagai sumber, baik melalui CD SPM, maupun dari internet. Kedua berupa dialog langsung dengan guru sebagai fasilitator.

4) Revisi jawaban (Revisedthinking)

Tahap ini masih merupakan kerja individual peserta didik yang merupakan respon atas sumber-sumber yang diperoleh dari tahap ketiga, baik dari sumber tertulis maupun dialog interaktif dengan guru atau fasilitator. Pada tahap ini peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki hasil pemikiran awalnya pada tahap kedua. Pada tahap ini peserta didik diuji tingkat keterbukaan berpikirnya dengan mempertimbangkan masukan informasi tertulis, guru atau fasilitator pada tahap ketiga.

5) Kerja kelompok (Group work)

Setelah melakukan kegiatan individual, peserta didik diminta dalam kelompoknya untuk membandingkan hasil-hasil pemikirannya, dengan pemikiran kelompok. Dan diharapkan terdapat kesepakatan yang diwujudkan dalam hasil pemikiran kelompok untuk menjawab permasalah dalam tahap tantangan (Challenge). Hasil pemikiran kelompok ini selain dituliskan pada lembar kegiatan sendiri, juga diminta untuk dituliskan dalam kertas untuk ditempel pada bidang tempel yang telah disediakan. Kemudian setiap kelompok melakukan perbandingan antar pemikiran kelompok (Gallery Walk) dengan membaca hasil pemikiran kelompok lain. Fasilitator akan memberi kesempatan pada peserta didik untuk menuliskan dan menyampaikanhasil pemikiran seluruh kelompok jika dapat

dilakukan, atau membuat membuat daftar keragaman berpikir kelompok sebagai hasil dari siklus kegiatan hari itu.

3. Hasil Belajar Afektif

Dokumen terkait