• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA

Bagan 2.10. Alur Pemikiran

1.1 Latar Belakang

Berbicara tentang kesejahteraan sosial sudah pasti berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan yang lain dan berperan penting dalam menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Selain itu, aspek-aspek ini sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan kesejahteraan sosial yang berorientasi pada indikator keberfungsian sosial. Indikator keberfungsian sosial ini mencakup kemampuan memenuhi kebutuhan dasar, melaksanakan peran sosial dan menghadapi tekanan kehidupan. Sehingga, apa yang diharapkan dari kehidupan bermasyarakat akan terwujud secara baik, adil dan merata.

Salah satu aspek kehidupan masyarakat yang masih menjadi masalah pada masa sekarang ini adalah kesehatan. Kesehatan erat kaitannya dengan kemiskinan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kemiskinan sudah pasti mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Masyarakat dalam hal ini, khususnya masyarakat miskin sangat rentan terhadap penyakit-penyakit yang menganggu kesehatannya. Hal ini dapat disebabkan oleh, antara lain : kurangnya gizi dalam makanan yang dikonsumsi, lingkungan pemukiman yang tidak sehat, perilaku kesehatan yang buruk, pengetahuan tentang konsep sehat yang kurang, serta biaya pemeliharaan kesehatan untuk diri sendiri dan keluarga yang kurang.

Kesehatan juga mempengaruhi kemiskinan. Kesehatan masyarakat sangat penting untuk diperhatikan sebab konsep ‘sehat’ itu mahal harganya. Kesehatan

masyarakat yang baik akan menekan tingkat kemiskinan masyarakat sebab orang yang sehat akan berpikiran lebih maju, tingkat produktivitas kerja yang tinggi, rendahnya kerentanan terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya, sehingga pengeluaran untuk berobat pun semakin berkurang. Masyarakat yang sehat juga sudah pasti dikategorikan sebagai masyarakat yang sejahtera, karena dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik. Sebaliknya, apabila masyarakat sakit, tentu mereka tidak dapat melakukan aktivitas yang produktif, artinya tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok secara layak dan menjalankan fungsi sosialnya dengan baik yang berujung pada tingkat kesejahteraan yang rendah.

Kesehatan sebagai suatu investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas akan sangat mendukung pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat. Kesejahteraan sosial masyarakat yang tinggi tentu akan berbanding lurus dengan semakin meningkatnya pembangunan ekonomi masyarakat. Hal ini dikarenakan salah satu indikator masyarakat dikatakan sejahtera adalah dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi negaranya.

Salah satu indikator derajat kesehatan yaitu dilihat dari jumlah Angka Kematian Ibu (AKI). Bedasarkan data terakhir yang diperoleh dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada September 2013, diperoleh fakta yang mengejutkan mengenai AKI di Indonesia. SDKI memberikan hasil AKI mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Rata-rata ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI tahun 2007 yang mencatat angka 228/100.000 kelahiran hidup (www.beritasatu.com /kesra/1474343-angka-kematian-ibu-dan - bayi - meningkat- tajam.html, di akses pada tanggal 20 oktober 2015, Pukul 15:34 Wib).

Menurut data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO), AKI di Indonesia mencapai 9.900 orang dari 4,5 juta keseluruhan kelahiran pada tahun 2012. Berdasarkan data yang dimiliki oleh WHO, Indonesia berada di peringkat ketiga tertinggi untuk angka kematian ibu di negara ASEAN. Peringkat pertama ditempati oleh Laos dengan 470 kematian ibu per 100.000 kelahiran. Sementara angka kematian paling kecil dimiliki oleh Singapura dengan 3 kematian per 100.000 kelahiran serukan – 4 – jangan – dan – 3 - terlambat diakses pada tanggal 18 Oktober 2015 pukul 10:24 Wib).

Berdasarkan pernyataan tersebut, diketahui bahwasanya kesehatan merupakan unsur yang penting untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Kesehatan juga merupakan unsur yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam kehidupannya. Namun, masih banyak masyarakat dunia khususnya masyarakat Indonesia yang belum mencapai derajat kesehatan yang memenuhi standar. Terutama masyarakat Indonesia yang miskin, kurang mampu dan hidup di daerah terpencil sangat jauh dari konsep sehat yang sesungguhnya.

Pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang merata kepada seluruh masyarakat Indonesia, selalu mengedepankan pelayanan kesehatan yang terbaik. Asuransi ataupun jaminan kesehatan merupakan suatu bentuk perlindungan sosial yang dilakukan pemerintah untuk menjamin seluruh rakyat dalam menghadapi resiko yang disebabkan oleh gangguan kesehatan. Ada beberapa asuransi ataupun jaminan sosial kesehatan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, antara lain : Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) 2005 atau lebih dikenal dengan Program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (ASKESKIN). Program ini diselenggarakan

oleh PT. Asuransi Kesehatan (ASKES), namun program ini tidak berjalan dengan baik. Karena Program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin tidak berjalan dengan baik, maka pemerintah membuat program baru yaitu program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) yang juga diselenggarakan oleh PT. ASKES. JAMKESMAS merupakan bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi fakir miskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh pemerintah, diselenggarakan sejak tahun 2008. Dalam pelaksanaannya, namun sekali lagi program JAMKESMAS seringkali tidak tepat sasaran.

Pelayanan program JAMKESMAS yang belum tepat sasaran, memunculkan program jaminan kesehatan lain yaitu Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA). JAMKESDA merupakan bantuan pembayaran biaya pelayanan kesehatan yang diberikan pemerintah daerah kepada masyarakat yang belum memiliki jaminan kesehatan, baik itu JAMKESMAS, ASKES dan jaminan kesehatan lainnya. Akan tetapi, lagi-lagi program jaminan kesehatan yang dibentuk masih belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Akses pelayanan kesehatan yang diberikan JAMKESDA tidak menjangkau seluruh Indonesia mengingat peserta program JAMKESDA hanya mendapatkan keuntungan di daerahnya sendiri. Sehingga, pelayanan kesehatan yang dinikmati oleh masyarakat sangat terbatas.

Sistem jaminan kesehatan yang ada tidak menjangkau seluruh penduduk Indonesia, sehingga muncul ide untuk menerapkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jaminan Kesehatan Nasional adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Jaminan Kesehatan Nasional yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan nasional yang bersifat wajib. Hal ini

berdasarkan UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN yang disahkan oleh Presiden Megawati pada tanggal 19 Oktober 2004.

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014 sesuai dengan UU No. 24 tahun 2011 tentang BPJS. BPJS Kesehatan sebelumnya bernama ASKES dikelola oleh PT. ASKES Indonesia, merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sasaran dari program JKN ini terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya, atau seluruh rakyat biasa. Menurut info BPJS Kesehatan, jumlah masyarakat Indonesia yang menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terus meningkat. Tanggal 16 Oktober 2015, jumlah peserta JKN sudah mencapai 153 juta lebih 20:34 WIB).

Sejak awal diselenggarakannya program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, Pemerintah mewajibkan semua penduduk menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Kewajiban menjadi peserta pada satu sisi memberi manfaat. Namun di sisi lain, program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan memiliki banyak masalah yang hingga kini belum teratasi.

Menjadi peserta Badan Peserta Jaminan Sosial Kesehatan menguntungkan, karena beberapa hal. Jika dibandingkan asuransi kesehatan swasta, BPJS Kesehatan jelas lebih murah. Premi untuk kelas I hanya 59 ribu, kelas II 42 ribu, dan kelas III 25 ribu. Selain itu, Pelayanan Kesehatan Program BPJS Kesehatan juga lengkap mencakup rawat inap, rawat jalan, kehamilan dan melahirkan; termasuk jika harus

melahirkan secara caesar. Selain itu Penyakit bawaan yang biasanya tidak ditanggung asuransi swasta, dijamin sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan juga tidak menyaratkan batasan plafond

Meski begitu, tidak berarti BPJS Kesehatan bebas masalah. Justru yang banyak terdengar sejak program ini dijalankan masalah demi masalah terus muncul. Beberapa di antaranya Proses yang panjang dan melelahkan. Dalam BPJS Kesehatan berlaku sistem rujukan berjenjang. Untuk berobat menggunakan BPJS kita tidak bias langsung datang ke rumah sakit, separah apa pun sakit yang derita. Peserta BPJS Kesehatan harus terlebih dahulu datang ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (faskes I), yaitu puskesmas, klinik atau dokter keluarga, yang sudah ditunjuk oleh BPJS Kesehatan. Untuk ke rumah sakit kita butuh rujukan dari faskes I. Selain itu rumah sakitnya tidak boleh pilih-pilih sesuka hati. Tapi rumah sakit yang menjadi rekanan BPJS Kesehatan. Selain itu keputusan rujukan itu sepenuhnya berada di tangan Faskes I. Faskes I itu pun harus yang sudah ditunjuk BPJS Kesehatan untuk masing-masing peserta. Bagi orang yang sering bepergian ketentuan ini bermasalah. Kita tidak pernah tau akan sakit kapan di kota mana. Untuk mendapat layanan BPJS Kesehatan kita harus pulang ke Faskes I yang telah ditentukan.

; biaya maksimal yang ditanggung penyedia asuransi.

Terbatasnya rumah sakit rekanan BPJS Kesehatan. Rumah sakit swasta yang dikenal punya pelayanan bagus biasanya bukan rekanan BPJS Kesehatan. Peserta BPJS Kesehatan karenanya hanya bisa berharap mendapat pelayanan bagus. Karena itu juga, tidak heran banyak peserta BPJS Kesehatan banyak yang tetap berobat di rumah sakit bukan rekanan. Dan itu berarti harus mengeluarkan biaya tambahan selain iuran BPJS Kesehatan yang telah mereka keluarkan. Selain itu juga Biaya Tambahan dan Penolakan Rumah Sakit. Peserta BPJS Kesehatan jangan pernah

berharap semua biaya berobatnya ditanggung penuh. Sebab biaya berobat dan perawatan peserta BPJS Kesehatan adalah sistem paket yang disepakati antara pihak BPJS dan rumah sakit rekanan. Maksudnya apabila biaya penanganan dan perawatan melebihi paket yang telah disepakati, maka sisa biaya ditanggung oleh peserta BPJS Kesehatan itu sendiri.

Inilah yang sering terjadi di lapangan. Banyak peserta mengeluh kenapa mereka masih dikenakan biaya padahal menggunakan BPJS Kesehatan. Mereka tidak tahu tentang biaya paket itu dan banyak rumah sakit tidak terbuka mengenai besaran biaya yang bisa ditanggung BPJS Kesehatan.

Selain itu masih banyak permasalahan tentang adanya pasien peserta BPJS Kesehatan yang ditolak rumah sakit. Alasannya macam-macam, seperti tidak tersedia kamar, penyakit yang diderita pasien tidak termasuk yang ditanggung BPJS Kesehatan, dan lain-lain.

Keadaan tersebut tentu sangat memprihatinkan. Bayangkan jika itu terjadi pada pasien yang benar-benar butuh pertolongan, sementara dia hanya punya kartu BPJS Kesehatan. Masalahnya memang bukan hanya berasal dari rumah sakit tapi juga pemerintah. Seperti banyaknya rumah sakit menolak memberi pelayanan karena biaya yang harus mereka keluarkan lebih besar daripada yang didapat dari BPJS Kesehatan. Selain itu, banyak rumah sakit juga mengeluh penggantian dari pemerintah sangat lamban, sehingga mengganggu operasional rumah sakit. 30 Oktober 2015, pukul 21.55 wib).

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan dilaksanakan di seluruh provinsi Indonesia, salah satunya yaitu Provinsi Sumatera Utara. Jumlah kepesertaan masyarakat Sumatera Utara pada Program Jaminan Kesehatan Nasional

yang dikelola oleh BPJS Kesehatan saat ini menembus angka 7,71 Juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 504.936 jiwa diantaranya adalah peserta mandiri. (http://www.analisadaily.com/news, diakses pada tanggal 19 Oktober 2015 pukul 14:37 Wib).

Salah satu daerah di Sumatera Utara yang memiliki permasalahan kesehatan, yaitu Kabupaten Batubara. Kabupaten Batubara merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan dan beribukota di Kecamatan Limapuluh yang merupakan salah satu dari 16 kabupaten dan kota baru yang dimekarkan dalam kurun tahun 2006. Hampir keseluruhan wilayah batubara terletak di daerah Pesisir. Keterbatasan dana, keterbatasan sarana dan prasarana, kondisi sosial ekonomi, dan aspek kultural masyarakat pesisir juga memberi kontribusi pada masalah-masalah kesehatan yang dihadapi di wilayah pesisir tersebut.

Kabupaten Batubara termasuk kabupaten yang memiliki keterlambatan dalam pembangunan serta perkembangan masyarakatnya di Sumatera Utara Beberapa permasalahan kesehatan yang dihadapi Kabupaten Batubara adalah ISPA, Peyakit Tekanan Darah Tinggi, Reumatik, Gastritis, diare, Penyakit Kulit Alergi dan penyakit Saluran pencernaan. Permasalahan Angka Kematian Ibu (AKI) juga merupakan permasalahan kesehatan yang ada di Kabupaten Batubara. Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2012, AKI di Kabupaten Batubara masih tinggi yaitu 16 Kematian ibu dari 7873 kelahiran hidup. Selain itu, anak-anak banyak yang menderita gizi buruk dan gizi kurang (dinkes.batubarakab.go.id/angka-kematian-mortalitas, di akses Pada tanggal 19 Oktober 2015 pada pukul 19:45 Wib).

Program BPJS Kesehatan dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Seluruh Indonesia, tidak terkecuali di daerah Pesisir termasuk Kabupaten Batubara. Program ini memberikan jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang menjadi peserta

BPJS Kesehatan. Pelayanan kesehatan dilaksanakan oleh Puskesmas / Rumah Sakit / Klinik Umum.

Salah satu Rumah Sakit yang turut serta melaksanakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi peserta BPJS Kesehatan di Kabupaten Batubara adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batubara Kabupaten Batubara.

RSUD Batubara adalah rumah sakit negeri kelas D. Rumah sakit ini bersifat transisi dengan kemampuan hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. RSUD ini juga menampung rujukan yang berasal dari puskesmas. Jumlah tenaga dokter di RSUD ini tersedia sangat sedikit jika dibandingkan rata-rata Rumah Sakit di Sumatera Utara. Dokter yang tersedia sebagian besar adalah dokter umum, sedangkan dokter spesialis sangat sedikit.

Pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional, RSUD Batubara ini menjadi salah satu partner BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan yaitu pelayanan kesehatan jenjang kedua, meliputi Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL). Pelayanan kesehatan di RSUD diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan rawat inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer dari Puskesmas. Dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini masih diwarnai dengan banyaknya persoalan, antara lain kepesertaan yang belum menyeluruh. Masih banyak masyarakat di Kabupaten Batubara yang belum terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi dari pihak BPJS mengenai kepesertaan wajib bagi seluruh masyarakat Kabupaten batubara.

Pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batubara sebagai rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Batubara berusaha memberikan pelayanan kesehatan

yang maksimal bagi seluruh masyarakat. Namun, dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan tersebut masih terdapat beberapa kekurangan disana sini, antara lain kurangnya tenaga medis seperti dokter umum dan spesialis, bidan, perawat dan tenaga medis lainnya, serta sarana dan prasarana kesehatan RSUD yang tidak lengkap. Hal ini menyebabkan pelayanan kesehatan pihak RSUD belum memenuhi standar pelayanan kesehatan yang layak bagi masyarakat. Selain itu, persediaan obat-obatan yang kurang lengkap juga menjadi permasalahan yang serius dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat Batubara.

Berdasarkan info BPJS Kesehatan Batubara, jumlah penduduk Batubara telah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan Batubara sepanjang tahun 2014 yakni berjumlah 12.380 jiwa. Bagi peserta BPJS Kesehatan, khususnya peserta BPJS Kesehatan Mandiri, yaitu tergolong Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran sebagai pekerja bukan penerimah upah yang melakukan pekerjaan mandiri, pelayanan kesehatan RSUD Batubara yang kurang baik akan merugikan mereka. Hal ini disebabkan para peserta BPJS Kesehatan Mandiri membayar iuran wajib peserta/orang/bulan. Iuran ini dibayar sesuai dengan kemampuan membayar dan ruang kelas perawatan yang dipilih oleh peserta. Jadi, peserta akan merasa dirugikan jika harus membayar iuran wajib peserta/orang/bulan sedangkan pihak RSUD tidak maksimal dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat, khususnya peserta BPJS Kesehatan Mandiri.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batubara sebagai salah satu partner BPJS Kesehatan dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional yang memberikan pelayanan kesehatan jenjang kedua bagi peserta BPJS Kesehatan,

khususnya peserta BPJS Kesehatan Mandiri. Hasil dari penelitian ini akan dituangkan dalam penelitian berjudul “Respon Peserta BPJS Kesehatan Mandiri terhadap Pelayanan Kesehatan di RSUD Batubara Kabupaten Batubara”.

Dokumen terkait