• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lahan adalah keseluruhan lingkungan yang menyediakan kesempatan bagi manusia menjalani kehidupannya. Lahan adalah tanah yang sudah ada peruntukkannnya dan umumnya ada pemiliknya, baik perorangan atau lembaga.

Berdasarkan pada dua pengertian tersebut, maka dapat diartikan bahwa lahan merupakan bagian dari ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia sebagai ruang maupun sumber daya, karena sebagian besar kehidupan manusia tergantung pada lahan yang dapat dipakai sebagai sumber penghidupan, yaitu dengan mencari nafkah melalui usaha tertentu selain sebagai pemukiman (Budiono, 2008).

Penggunaan lahan merupakan wujud nyata dari pengaruh aktivitas manusia terhadap sebagian fisik permukaan bumi. Faktor yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan adalah semakin meningkatnya jumlah penduduk, sedangkan luas lahannya tetap. Pertambahan penduduk dan perkembangan tuntutan hidup akan menyebabkan kebutuhan ruang sebagai wadah semakin meningkat. Perubahan fungsi lahan ini merupakan suatu transformasi dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu penggunaan/fungsi kepada penggunaan lainnya dikarenakan adanya faktor internal maupun eksternal.

Menurut Bintarto (1983) dalam Budiono (2008), mengungkapkan bahwa telah terjadi gerakan penduduk yang terbalik yaitu dari kota ke daerah pinggiran kota yang sudah termasuk wilayah desa. Daerah pinggiran kota sebagai daerah yang

Universitas Sumatera Utara

2

memiiliki ruang relatif masih luas memiliki daya tarik bagi penduduk dalam memperoleh tempat tinggal.

Akhir-akhir ini, sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan terbukanya kesempatan untuk menciptakan peluang kerja yang ditandai oleh banyaknya investor ataupun masyarakat dan pemerintah dalam melakukan pembangunan, semakin meningkatkan kebutuhan akan lahan. Salah satu pemicu aktivitas pembangunan adalah meningkatnya jumlah penduduk di berbagai wilayah, sementara ketersediaan dan luas lahan bersifat tetap. Kepadatan penduduk di perkotaan memberikan pengaruh terhadap peningkatan penduduk di wilayah yang dekat dengan pusat pertumbuhan kota. Untuk negara yang masih dalam tahap berkembang seperti Indonesia, tuntutan pembangunan infrastruktur baik berupa jalan, pemukiman, maupun kawasan industri, turut mendorong permintaan terhadap lahan.

Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi petani dalam melakukan kegiatan pertanian. Lahan yang luas akan semakin memperbesar harapan petani untuk dapat hidup layak. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, keberadaan lahan terutama lahan pertanian menjadi semakin terancam dikarenakan desakan kebutuhan akan lahan yang lebih banyak. Sementara jumlah tanah yang tersedia tidak bertambah. Keterbatasan lahan yang terjadi menyebabkan penduduk mengonversi beberapa fungsi lahan menjadi fungsi lainnya yang lebih dibutuhkan, termasuk konversilahan pertanian menjadi nonpertanian. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti Negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman

Universitas Sumatera Utara

3

bahan makanan, subsektor holtikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor kehutanan. Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani.

Kabupaten Deli Serdang merupakan kabupaten yang dalam pembangunannya mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat disebabkan karena Kabupaten Deli Serdang berbatasan langsung dengan Kota Medan yang merupakan Ibukota Provinsi serta sebagai pusat pemerintahan, perekonomian, dan perdagangan. Kabupaten Deli Serdang bersama dengan Kota dan Kabupaten lainnya yang mengelilingi Kota Medan seperti Binjai, dan Karo merupakan daerah pheriphery yang berfungsi sebagai kawasan tempat tinggal atau perumahan bagi yang bekerja di Kota Medan. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Deli Serdang, fungsi kawasan yang ditetapkan yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung terdiri dari kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan konservasi dan kawasan lindung. Sedangkan pada kawasan budi daya yaitu kawasan hutan produksi, kawasan pertanian, kawasan perikanan, kawasan peruntukan industri, kawasan permukiman, kawasan pertahanan dan keamanan, kawasan transportasi.

Dengan semakin berkembangnya pembangunan dan meningkatnya pertambahan penduduk di Kabupaten Deli Serdang maka lahan yang dibutuhkan untuk kegiatan nonpertanian seperti permukiman, perdagangan, dan industri semakin meningkat serta sering terjadi benturan kepentingan fungsi lahan. Alih fungsi lahan cenderung tidak dapat dihindari, hal ini disebabkan perkembangan

Universitas Sumatera Utara

4

nilai lahan yang lebih tinggi dibandingkan produktivitas pertanian, yang semakin memicu perubahan tataguna lahan pertanian. Jumlah penduduk yang terus meningkat juga mempengaruhi peningkatan kebutuhan tempat tinggal dan fasilitas penunjangnya seperti rumah sakit, jalur transportasi, areal industri, dan lain-lain yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengurangan jumlah luas wilayah pertanian.

Perubahan struktur perekonomian akibat dari berkembangnya suatu wilayah berdampak kepada perubahan nilai ekonomi lahan. Nilai ekonomi lahan yang lebih tinggi pada kegiatan nonpertanian seperti permukiman, perdagangan, dan industri dibandingkan pada kegiatan pertanian mengakibatkan meningkatnya perubahan fungsi lahan pertanian. Hilangnya lahan pertanian akibatnya dapat menimbulkan dampak negatif terhadap berbagai aspek pembangunan. Salah satu dampak negatifnya yaitu terganggunya ketahanan pangan suatu wilayah akibat berkurangnya kapasitas produksi pangan. Kesempatan kerja pertanian juga akan berkurang, padahal sektor lain diluar pertanian secara umum belum mampu menyediakan kesempatan kerja secara memadai. Permasalahan lingkungan juga akan timbul akibat adanya konversi lahan pertanian, misalnya intensitas banjir yang cenderung meningkat.

Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 22 kecamatan yang pengembangan tata ruangnya menunjukkan pola pengembangan baru atau ekstensifikasi. Pola tersebut merubah bentuk pemanfaatan atau memperkenalkan bentuk pemanfaatan baru.

Dengan pola ini diharapkan muncul simpul pelayanan baru yang akan mengarah menjadi kota. Pemanfaatan ruang di Kabupaten Deli Serdang terbagi menjadi beberapa kawasan yaitu kawasan pertanian tanaman pangan, kawasan holtikultura,

Universitas Sumatera Utara

5

kawasan perkebunan, kawasan hutan produksi, kawasan permukiman perdesaan, kawasan pengembangan perkotaan, kawasan industri, kawasan transportasi dan kawasan pertahanan keamanan.

Berdasarkan peta penggunaan lahan Kabupaten Deli Serdang 2019 terlihat bahwa sebagian besar lahan digunakan untuk penggunaan lahan pertanian yaitu perkebunan dan lahan sawah, sedangkan berdasarkan peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Deli Serdang (Lampiran I) terdapat beberapa Kecamatan yang lebih difungsikan sebagai lahan pertanian yaitu kawasan perkebunan dan kawasan pertanian tanaman pangan. Hal ini disebabkan karena keberadaan lahan pertanian memberikan manfaat yang sangat luas secara ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk di KabupatenDeli Serdang Tahun 2017 – 2019 No. Tahun Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

1 2017 2.114.627 847

2 2018 2 155.625 863

3 2019 2.195.709 879

Sumber : BPS, Kabupaten Deli Serdang dalam Angka tahun 2020

Peningkatan penduduk yang cukup signifikan tiap tahunnya yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 pada tahun 2017 jumlah penduduk sebanyak 2.114.627 jiwa dengan kepadatan penduduk 827 Jiwa/Km2 dan mengalami peningkatan jumlah penduduk pada tahun 2019 sebanyak 2.195.709 jiwa dengan kepadatan penduduk 879 Jiwa/Km2. Ini merupakan faktor utama yang menyebabkan Kabupaten Deli Serdang mengalami perubahan peruntukan lahan pertanian.

Dari sisi ekonomi lahan merupakan input tetap utama bagi berbagai kegiatan produksi komoditas pertanian. Pada umumnya permintaan komoditas pertanian

Universitas Sumatera Utara

6

terutama komoditas pangan kurang elastis terhadap pendapatan dibandingkan permintaan komoditas nonpertanian. Oleh karena itu pembangunan ekonomi yang berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk cenderung menyebabkan naiknya permintaan komoditas nonpertanian dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan permintaan komoditas pertanian.

Semakin meningkatnya kebutuhan dan persaingan lahan baik itu untuk pertanian maupun untuk kegiatan lainnya, sehingga memerlukan pemikiran dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pemanfaatan yang paling menguntungkan dari sumberdaya lahan yang terbatas untuk masyarakat dan lingkungan setempat di masa sekarang dan akan datang.

Peningkatan pendapatan penduduk juga akan menyebabkan naiknya permintaan lahan untuk kegiatan nonpertanian dengan laju yang lebih cepat dibandingkan kenaikan permintaan lahan untuk kegiatan lahan pertanian, sehingga nilai ekonomi lahan pertanian menjadi jauh lebih rendah dibandingkan dengan lahan nonpertanian. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mendorong terjadinya alih fungsi lahan. Untuk mendapatkan manfaat atau keuntungan yang tinggi dan cepat, banyak petani pemilik lahan menjual atau mengkonversi lahannya menjadi lahan nonpertanian. Alih fungsi lahan pada kawasan pertanian beririgasi teknik maupun kawasan yang potensial untuk irigasi teknik mengakibatkan investasi yang sudah dikeluarkan cukup besar hilang dan dapat menurunkan produksi dan produktivitas pertanian.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent) Pada Lahan Pertanian di Kabupaten Deli Serdang”

Universitas Sumatera Utara

7 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang akan diangkat adalah:

1. Bagaimana perubahan pengunaan lahan kegiatan pertanian antara tahun 2009 – 2019 ?

2. Bagaimana analisis nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang ?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan (land rend) pada lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis perubahan penggunaan lahan kegiatan pertanian tahun 2009 – 2019.

2. Menganalisis dan menghitung nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang.

3. Menganalisis dan menentukan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat : 1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti dan menjadi sarana yang bermanfaat dalam pengetahuan penulis tentang nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang

Universitas Sumatera Utara

8 2. Pemerintah daerah

Sebagai bahan masukan, informasi dan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Deli Serdang;

a. Sebagai sumbangan informasi bagi pemerintah dalam persebaran lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang.

b. Sebagai bahan masukan dan perencanaan penggunaan lahan dan juga sebagai masukan dalam penerapan kebijakan pertanian di Kabupaten Deli Serdang.

c. Memberikan masukan kepada pemerintah dalam dasar NGOP dan nilai-nilai lahan lainnya

Universitas Sumatera Utara

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Wilayah

Menurut Friedman,Tarigan (2004:4) dalam Yulianto (2009), perencanaan adalah cara berpikir mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi, untuk menghasilkan sesuatudi masa depan. Sasaran yang dituju adalah keinginan kolektif dan mengusahakan keterpaduan dalam kebijakan dan program, sehingga diperlukan pemikiran yang mendalam dan melibatkan banyak pihak sehingga hasil yang diperoleh dan caramemperoleh hasil itu dapat diterima oleh masyarakat.Hal ini berarti perencanaan sosial dan ekonomi harus memperhatikan aspirasi masyarakat baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Perencanaan yang ideal setidaknya harus memiliki 3 (tiga) prinsip (Friedman dalam Yulianto 2009) adalah sebagai berikut:

1. Proses perencanaan haruslah melibatkan atau mengikutsertakan masyarakat didalamnya, disamping juga masyarakat memperoleh manfaat dari apa yang direncanakan tersebut (prinsip partisipatif);

2. Perencanaan merupakan proses yang terus berlanjut dan tidak berhenti pada satu tahap, sehingga terjamin dicapainya kemajuan atau keberhasilan, bukan kemunduran atau ketertinggalan (prinsip kesinambungan dan keberhasitan) 3. Masalah yang dijadikan dasar datam perencanaan sebaiknya tidak hanya

dilihat dari satu sisi atau sektor, melainkan juga harus memperhatikan semua aspek, serta mengacu pada kesatuan konsep yang menyeluruh, ternasuk dalam pelaksanaan nantinya (prinsip hotistik).

Universitas Sumatera Utara

10

Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Dalam wilayah dapat didefinisikan sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu di mana komponen-komponen wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional.

Sehingga batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis. Komponen-komponen wilayah mencakup komponen biofisik alam, sumberdaya buatan (infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk kelembagaan. Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis tertentu ( Febrianty et al, 2015).

Menurut Sirojuzilam (2005), pengembangan wilayah pada dasarnya merupakan peningkatan nilai manfaat bagi masyarakat suatu wilayah tertentu, mampu menampung lebih banyak penghuni dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata membaik, disamping menunjukkan lebih banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.

2.2 Fungsi Lahan

Menurut Vink (1979), Ritohardoyo (2002) dalam Purnawan (2014), Lahan sebagai suatu wilayah tertentu di atas permukaan bumi, khususnya meliputi semua benda penyusun biosfer yang dapat dianggap bersifat menetap atau berpindah berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, meliputi atmosfer, tanah, dan batuan

Universitas Sumatera Utara

11

induk, topografi, air, tumbuh-tumbuhan dan binatang, serta akibat-akibat kegiatan manusia pada masa lalu maupun sekarang, yang semuanya memiliki pengaruh nyata terhadap penggunaan lahan oleh manusia, pada masa sekarang maupun masa datang. Lahan adalah suatu lingkungan fisik terdiri atas tanah, iklim, relief, hidrologi, vegetasi, dan benda-benda yang ada di atasnya yang selanjutnya semua faktor-faktor tersebut mempengaruhi penggunaan, termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia, baik masa lampau maupun sekarang.

Lahan mengandung pengertian ruang atau tempat maka lahan mengandung makna yang lebih luas dari tanah atau topografi. Mabbut (1968), Ritohardoyo (2009) dalam Nugroho (2016) mengemukakan batasan arti lahan sebagai gabungan dari unsur-unsur permukaan dan dekat dengan permukaan bumi yang penting bagi manusia. Dari definisi di atas lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia, lahan sangat penting mengingat kebutuhan penduduk baik untuk melangsungkan hidupnya maupun kegiatan kehidupan sosio-ekonomi dan sosio-budayanya. Lahan digunakan manusia sebagai tempat aktivitasnya, sehingga manusia selalu mengolah lahan yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Pengertian lahan meliputi seluruh kondisi lingkungan, dan tanah merupakan salah satu bagiannya, makna lahan dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Lahan merupakan bentang permukaan bumi yang dapat bermanfaatbagi manusia baik yang sudah ataupun belumdikelola.

2. Lahan selalu terkait dengan permukaan bumi dengan segala faktor yang mempengaruhi (letak, kesuburan, lereng, danlainnya)

Universitas Sumatera Utara

12

3. Lahan bervariasi dengan faktor topografi, iklim, geologi, tanah, dan vegetasi penutup.

4. Lahan merupakan bagian permukaan bumi dan segala faktor yang mempengaruhi.

5. Lahan merupakan bagian permukaan bumi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia untuk berbagai macam kebutuhan.

6. Lahan merupakan permukaan bumi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia terbentuk secara kompleks oleh faktor-faktor fisik maupun nonfisik yang terdapat di atasnya.

Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat luasdalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia dari sisi ekonomi lahan merupakaninput tetap yang utama bagi berbagai kegiatan produksi komoditas pertanian dannon-pertanian. Banyaknya lahan yang digunakan untuk setiap kegiatan produksi tersebut secara umum merupakan permintaan turunan dari kebutuhan dan permintaan komoditas yang dihasilkan. Oleh karena itu perkembagan kebutuhan lahan untuk setiap jenis kegiatan produksi akan ditentukan oleh perkembagan jumlah permintaan setiap komoditas ( Adetiya, 2019).

2.3 Sumberdaya Lahan Dalam Pengembangan Wilayah

Lahan merupakan sumber daya, wadah, dan faktor produksi strategis bagi pembangunan untuk kesejahteraan manusia. Menurut Jayadinata, lahan berarti tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya ada pemiliknya (perorangan atau lembaga). Oleh sebab itu, lahan merupakan nilai investasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Menurut Jayadinata (1999) dalam Putra (2014) sumberdaya lahan adalah bagian dari bentang lahan (land scape) yang mencakup

Universitas Sumatera Utara

13

pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/ relief, hidrologi, termasuk keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan.

Suparmoko (1989) dalam Pambudi (2008) menyatakan sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia, hal ini karena sumberdaya lahan merupakan masukan/input yang diperlukan untuk setiap bentuk aktivitas manusia seperti untuk pertanian, industri, permukiman, transportasi, rekreasi, dan lain-lain. Lahan juga merupakan faktor produksi yang sangat menentukan bagi proses pembangunan ekonomi suatu negara. Negara yang memiliki lahan yang subur sangatlah mungkin memiliki tingkat produktivitas pertanian yang tinggi pada tahap awal dari pertumbuhan ekonomi. Peningkatan produktivitas pertanian akan sangat mempengaruhi perkembangan sektor-sektor lain seperti sektor industri dan jasa pada tahap perkembangan ekonomi lebih lanjut.

Budiharsono (2005) dalam Nurhaida (2016) menyebutkan bahwa pengembangan wilayah merupakan wahana lintas disiplin yang terdiri dari berbagai teori maupun ilmu terapan antara lain perencanaan daerah, geografi, ekonomi, ilmu politik, sosiologi, matematika, ilmu lingkungan dan sebagainya.

Pengembangan Wilayah setidak-tidaknya perlu ditopang oleh 6 aspek yaitu : a. Aspek biogeofisik, aspek ini meliputi kandungan sumber daya hayati,

sumber daya nirhayati, sarana dan prasarana yang ada di wilayah tersebut.

b. Aspek ekonomi, aspek ini meliputi kegiatan ekonomi yang terjadi di dalam dan disekitar wilayah.

c. Aspek sosial dan budaya, aspek ini meliputi budaya, politik, dan pertahanan

Universitas Sumatera Utara

14

dan keamanan atau (Hankam) yang merupakan pembinaan kualitas sumber daya manusia.

d. Aspek kelembagaan, aspek ini meliputi kelembagaan masyarakat yang ada dalam pengelolaan suatu wilayah apakah kondusif atau tidak.

e. Aspek lokasi, aspek ini menunjukkan keterkaitan antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya yang berhubungan dengan sarana produksi, pengelolaan maupun pemasaran.

f. Aspek lingkungan, aspek ini meliputi kajian mengenai bagaimana proses produksi mengambil input yang berasal dari sumber daya alam, apakah merusak atau tidak.

2.4 Penggunaan Lahan

Dalam Ritohardoyo (2013) dalam Nugroho (2016) beberapa pengertian mengenai penggunaan lahan pada dasarnya sama, yakni megenai kegiatan manusia di muka bumi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Beberapa definisi penggunaan lahan ditunjukan sebagai berikut:

1. Penggunaan lahan adalah suatu bentuk atau alternatif kegiatan usaha atau pemanfaatan lahan (contoh: pertanian, perkebunan, padang rumput).

2. Penggunaan lahan adalah usaha manusia memanfaatkan lingkungan alamnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam kehidupan dan keberhasilannya.

3. Penggunaan lahan adalah interaksi manusia dan lingkungannya, di manafokus lingkungan adalah lahan, sedangkan sikap dan tanggapan manusia terhadap lahan akan menentukan langkah-langkah aktifitasnya,

Universitas Sumatera Utara

15

sehingga akan meninggalkan bekas di atas lahan sebagai bentuk penggunaan lahan.

4. Penggunaan lahan adalah segala macam campur tangan manusia, baik secara menetap ataupun berpindah-pindah terhadap suatu kelompok sumber daya alam dan sumber daya buatan, yang secara keseluruhan disebut lahan, dengantujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun spiritual, ataupun kebutuhan kedua-duanya ( Nugroho, 2016).

Disamping unsur-unsur alami seperti tanah, air, iklim, dan vegetasi, aktivitas manusia sangat penting dikaji dari aspek kehidupannya baik secara individu maupun kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu, kajian penggunaan lahanperlu memperhatikan pengambilan keputusan oleh seseorang terhadap pilihan terbaik dalam menggunakan lahan untuk tujuan tertentu. Penggunaan lahan pada umumnya digunakan untuk mengacu pemanfaatan lahan masa kini, karena aktivitas manusia bersifat dinamis, sehingga perhatian kajian seringkali diarahkan pada perubahan-perubahan penggunaan lahan (baik secara kualitatif maupun kuantitatif) atau segala sesuatu yang berpengaruh terhadap penggunaan lahan.

Utomo dkk (1992), Munir (2008) dalam Nugroho (2016) menjelaskan bahwa secara garis besar penggunaan lahan dikelompokan menjadi dua, yaitu:

1. Penggunaan lahan dalam kaitan dengan pemanfaatan potensi alaminya,seperti kesuburan, kandungan mineral atau terdapatnya endapan bahan galiandi bawah permukaannya.

2. Penggunaan lahan dalam kaitan dengan pemanfaatan sebagai ruang pembangunan, dimana tidak memanfatkan potensi alaminya, tetapi

Universitas Sumatera Utara

16

lebih ditentukan oleh adanya hubungan-hubungan tata ruang dengan pengunaan-penggunaan lain yang telah ada, diantaranya ketersediaan prasarana danfasilitas umum lainnya.

Faktor-faktor yang menentukan karakteristik penggunaan lahan, antara lain:

1. Faktor sosial dan kependudukan, faktor ini berkaitan erat dengan peruntukanlahan bagi pemukiman atau perumahan secara luas. Secara khusus mencakuppenyediaan fasilitas sosial yang memadai dan kemudahan akses akan saranadan prasarana kehidupan, seperti sumber ekonomi, akses transportasi, akseslayanan kesehatan, rekreasi, dan lain-lain.

2. Faktor ekonomi dan pembangunan; faktor ini apabila dilihat lebih jauh mencakup penyediaan lahan bagi proyek-proyek pembangunan pertanian,pengairan, industri, penambangan, transmigrasi, perhubungan, dan pariwisata.

3. Faktor penggunaan teknologi; faktor ini dapat mempercepat alih fungsi lahanketika penggunaan teknologi tersebut bersifat menurunkan potensi lahan.Misalnya penggunaan pestisida dengan dosis yang terlalu tinggi di suatu kawasan dapat menyebabkan kerusakan lahan tersebut sehingga perlu untukdialih fungsi.

4. Faktor kebijaksanaan makro dan kegagalan institusional; kebijakan makroyang diambil oleh pemerintah akan sangat mempengaruhi seluruh jalannya sistem kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

Penggunaan lahan sekarang ini merupakan pertanda adanya dinamika eksploitasi oleh manusia (baik perorangan atau masyarakat) terhadap sekumpulan

Universitas Sumatera Utara

17

sumber daya alam. Penggunaan lahan timbul sebagai akibat adanya kebutuhan dari aktivitas hidup manusia. Aktivitas manusia ini berupa tempat tinggal, mata pencaharian, transportasi dan lain-lain. Contohnya daerah perkotaan biasanya banyak dibuat permukiman, perkantoran, dan industri. Berbeda dengan daerah pedesaan yang biasanya digunakan sebagai lahan pertanian, perkebunan, dan peternakan. Penggunaan lahan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik lahan tersebut. Penduduk akan merubah penggunaan lahan yang dimilikinya agar dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar.

Dari sudut hukum suply and demand pemanfaatan ruang, terdapat ketidak seimbangan antara permintaan dan ketersediaan lahan. Permintaan akan ruang untuk pemanfaatan lahan meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi seperti pendapatan per kapita, dan industrialisasi.

Sedangkan ketersediaan lahan dalam arti ruang tidak bertambah atau tetap (Skole and Tucker, 1993 dalam Taufik, 2007).

Penggunaan lahan merupakan setiap bentuk campur tangan manusia

Penggunaan lahan merupakan setiap bentuk campur tangan manusia