• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK HUKUM PIDANA PADA PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA

A. Latar Belakang

Menurut Samidjo, Negara adalah lanjutan dari keinginan manusia yang hendak bergaul antara seseorang dengan orang lainnya dalam rangka menyempurnakan segala kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, negara merupakan suatu organisasi yang terdapat dalam masyarakat yang telah

memenuhi syarat-syarat tertentu.4 Negara sebagai suatu organisasi mempunyai

tujuan, berdasarkan perkembangannya, tujuan negara pada abad ini adalah keamanan dan ketentraman umum untuk menjamin keselamatan jiwa dan harta benda, yang memungkinkan dan mendorong kesibukan para warga negaranya sehingga akan menimbulkan kompetisi sehat dalam hal berbuat baik dan

mengabdi kepada negara.5Indonesia sebagai negara memiliki tujuan salah satunya

yaitu memajukan kesejahteraan umum, melaksanakan ketertiban dunia serta

keadilan sosial.6

Manusia di suatu negara yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam kehidupan bermasyarakat sering menimbulkan konflik. Konflik ini adakalanya

4Samidjo, Ilmu Negara, Armico, Bandung, 2002, hal. 27-35. Menurut Konvensi Montevindo, negara sebagai suatu organisasi harus mempunya empat unsur konstitutif dan satu unsur deklaratif. Unsur konstituf yaitu harus ada penghuni atau yang disebut dengan rakyat dan penduduk, mempunyai wilayah tertentu, mempunyai penguasa yang berdaulat, kesanggupan berhubungan dengan negara-negara lainnya dan unsur deklaratif yaitu mendapatkan pengakuan dari negara lain.

5Ibid., hal.218 6

dapat diselesaikan secara damai tetapi adapula yang menimbulkan ketegangan yang terus menerus sehingga menimbulkan kerugian pada kedua belah pihak

bahkan dapat pula menimbulkan kerugian bagi negara.7 Untuk menjamin dan

mencapai tujuan negara dan demi keseimbangan dalam hubungan antara anggota masyarakat diperlukan aturan-aturan hukum yang dilaksanakan atas kehendak dan keinsyafan tiap-tiap anggota masyarakat itu. Peraturan-peraturan hukum itu harus bersifat mengatur dan memaksa anggota masyarakat yang ada dalam suatu

negara.8 Fungsi hukum merupakan pedoman bagi setiap orang untuk bertingkah

laku. Hukum juga menghilangkan ketidakpastian dan memberikan jaminan bagi

terjadinya perubahan sosial yang tertib.9

Tidak dapat dipungkiri bahwa sejak awal pembangunan sampai masa sekarang, Indonesia dalam mewujudkan cita-citanya mengutamakan pembangunan di bidang ekonomi yang tujuannya adalah agar terciptanya landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

sendiri menuju masyarakat yang adil dan makmur.10 Setelah terjadinya krisis

ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 198411

7Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di lingkungan Peradilan Agama, Yayasan Al Hikmah, Jakarta, 2000, hal.1-2

8C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, Balai Pustaka, Jakarta, cetakan ke-XII, 2002, hal.40. Agar Peraturan-Peraturan hukum itu dapat berlangsung terus menerus dan diterima oleh seluruh anggota masyarakat dalam negara, maka peraturan hukum yang ada harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan asas-asas keadilan dari masyarakat tersebut.

9Edi Setiadi dan Rena Yulia, Hukum Pidana Ekonomi, Graha Ilmu, Yogjakarta, 2010, hal.1

10Ibid., hal.22

, maka dalam rangka

11Oktiandri Chopsoh, Jurnal:Krisis Ekonomi di Indonesia Tahun 1997-1998, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011, http://ock-t.blogspot.co.id/2011/12/krisis- ekonomi-di-indonesia-tahun-1997.html , diakses pada 16 Januari 2017, Pukul 15.18 WIB. Pada Bulan September tahun 1984, Indonesia mengalami krisis perbankan yang bermula dari deregulasi perbankan 1 Juni 1983 yang memaksa bank-bank negara untuk memobilisasi dana mereka dan memikul resiko kredit macet, serta bebas untuk menentukan tingkat suku bunga, baik deposito

memelihara dan meneruskan pembangunan yang berkesinambungan, para pelaku pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat, baik perseorangan maupun badan hukum memerlukan dana yang besar sebab dengan meningkatnya kegiatan pembangunan, meningkat pula kebutuhan terhadap pendanaan, dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan akan pendanaan tersebut dapat diperoleh melalui perjanjian pinjam meminjam atau yang disebut juga dengan perjanjian

kredit.12 Perjanjian pinjam meminjam adalah perjanjian yang dilakukan antara

pihak yang satu dalam hal ini pemberi kredit atau kreditur dengan pihak yang

lainnya dalam hal ini penerima kredit atau debitur.13

Kredit merupakan salah satu tulang punggung bagi pembangunan bidang ekonomi. Ini berarti perkreditan mempunyai arti penting dalam berbagai aspek pembangunan seperti bidang perdagangan, perindustrian, perumahan, transportasi, dan sebagainya. Perkreditan juga memberikan perlindungan kepada golongan ekonomi lemah dalam pengembangan usahannya. Khusus untuk lembaga perbankan, pengertian kredit telah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 Tentang Perbankan, dalam Pasal 1 angka 11 yang menjelaskan bahwa kredit merupakan penyediaan uang berdasarkan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

berjangka maupun kredit. Masalah-masalah tersebut terus berlangsung hingga terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997.

12

Yurizal,Aspek Pidana Dalam Undang-Undang No.42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Media Nusa Creative, Malang, cetakan ke-X, 2015, hal.53

hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.14 Para pengusaha, merupakan komunitas jumlah terbesar sebagai peminat kredit perbankan dan mereka merasa telah menemukan solusi dalam menambah modal mereka untuk dapat tetap menjaga kesejahteraan hidupnya dan mempertahankan usaha yang mereka rintis. Padahal Perjanjian pinjam meminjam kredit tidak hanya dapat dilakukan melalui lembaga perbankan tetapi dapat juga melalui lembaga- lembaga pembiayaan non bank. Dengan kata lain, pemberian kredit tidak saja dapat dilakukan oleh bank pemerintah atau swasta, tetapi pada prinsipnya dapat dilakukan oleh siapa pun yang mempunyai kemampuan untuk itu, melalui perjanjian utang-piutang antara kreditur pemberi pinjaman di satu pihak dan

debitur penerima pinjaman di lain pihak.15

Dewasa ini banyak bermunculan lembaga pembiayaan non bank yang kehadirannya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan non bank turut membawa andil yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat kecil. Lembaga pembiayaan ini muncul sebagai suatu bentuk penyediaan dana atau barang sebagai modal kepada masyarakat untuk pembelian barang yang pembayarannya

dilakukan secara angsuran atau berkala oleh konsumen.16

14Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, PT. Alumni, Bandung, cetakan ke-II, 2004, hal.1-2.

15

Oey Hoey Tiong, Fiducia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hal.8

16Mirwan Syarief Bawazier, Akibat Hukum jika debitor wanprestasi dalam pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia pada PT.FIF Di kota Pekalongan, Program Studi Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang, 2010 hal. 1

Lembaga Pembiayaan dikenal juga dengan sistem pembiayaan konsumen.

Kehadiran praktek pembiayaan dengan sistem pembiayaan konsumen

dilatarbelakangi oleh faktor-faktor sebagai berikut17

1. Karena sulitnya bagi sebagian besar masyarakat dalam mempunyai akses

untuk mendapatkan kredit bank yang selalu diikat dengan agunan. :

2. Sistem pembayaran formal melalui koperasi tidak berkembang seperti

yang diharapkan.

3. Sumber dana formal seperti Perum Pegadaian memiliki banyak

keterbatasan atau sistem yang kurang fleksibel.

4. Sistem pembiayaan informal seperti praktek-praktek lintah darat sangat

mencekik masyarakat.

Kehadiran lembaga pembiayaan konsumen tersebut sangat berpengaruh bagi masyarakat, tidak semua orang dalam masyarakat mempunyai cukup dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, oleh karena itu lembaga pembiayaan sangat membantu dalam menjalankan roda perekonomian negara ini. Pembiayaan konsumen merupakan model pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan finansial dalam bentuk pemberian bantuan dana untuk pembelian produk-produk tertentu. Bantuan dana diartikan sebagai pemberian kredit yang bukan saja pemberian uang secara tunai untuk pembelian suatu barang, nasabah hanya akan menerima barang tersebut, artinya pembiayaan konsumen ini di sale credit karena konsumen tidak menerima uang tunai tapi hanya menerima barang yang dibeli dari kredit tersebut. Jelas bahwa perusahaan pembiayaan konsumen sangat membantu masyarakat untuk membeli barang kebutuhan konsumen seperti mobil,

motor, dan benda bergerak lainnya yang dapat digunakan untuk usaha maupun

kebutuhan pribadi para konsumen.18

Dalam transaksi pembiayaan konsumen ada tiga pihak yang terlibat, yaitu19

1. Pihak Perusahaan Pembiayaan Konsumen (Pemberi dana

Pembiayaan atau Kreditor).

:

2. Pihak konsumen (Penerima dana pembiayaan atau debitor).

3. Pihak supplier (Penjual atau Penyedia Barang).

Konstruksi pembiayaan konsumen didasarkan pada perjanjian dengan asas kebebasan berkontrak sebagai alas hukum bagi kedua belah pihak, maka para pihak harus lebih hati-hati dalam membuat perjanjian sehingga tidak merugikan para pihak atau salah satu pihak di kemudian hari serta harus memenuhi prinsip keadilan. Hubungan antara pihak kreditor dengan debitor adalah hubungan

kontraktual dalam hal ini kontrak pembiayaan konsumen.20

Dalam praktik, pemberian fasilitas pembiayaan konsumen oleh perusahaan pembiayaan tentu membutuhkan adanya suatu jaminan dari konsumen atau dalam hal ini yaitu debitor. Jaminan tersebut dimaksudkan untuk memberikan keyakinan dan keamanan bagi kreditor. Pemberian pembiayaan konsumen memiliki peluang terjadinya resiko yang dapat merugikan para pihak. Secara garis besar, dikenal dua macam bentuk jaminan yaitu jaminan perorangan dan jaminan kebendaan. Jaminan yang biasa digunakan oleh Lembaga Pembiayaan Konsumen adalah

18 Ibid.,

19Muhammad Chidir, Pengertian-pengertian Elementer Hukum Perjanjian Perdata, Mandar Maju, Bandung, 1993, hal.166

20Mirwan Syarief Bawazier, Akibat Hukum jika debitor wanprestasi dalam pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia pada PT.FIF Di kota Pekalongan, Program Studi Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang, 2010 hal. 22-24

jaminan kebendaan dan jaminan kebendaan yang dikenal dalam hukum salah satunya adalah jaminan fidusia, jaminan fidusia merupakan lembaga jaminan atas

benda bergerak. Pada awalnya fidusia hanya didasarkan kepada yurisprudensi.21

Di Indonesia, yurisprudensi mengenai fidusia untuk pertama kalinya diputus oleh Mahkamah Agung dalam perkara Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) melawan Pedro Clignett pada tanggal 18 Agustus 1932 dengan objek fidusia

adalah benda bergerak yaitu mobil.22Pedro Clignett meminjam uang dari

Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) dengan jaminan hak milik atas sebuah mobil secara kepercayaan. Clignett tetap menguasai mobil itu atas dasar perjanjian pinjam pakai yang akan berakhir jika Clignett lalai membayar utangnya dan mobil tersebut akan diambil oleh BPM. Ketika Clignett benar-benar tidak melunasi utangnya pada waktu yang ditentukan, BPM menuntut penyerahan mobil dari Clignett, namun ditolaknya dengan alasan bahwa perjanjian yang dibuat itu tidak sah. Menurut Clignett jaminan yang ada adalah gadai, tetapi karena barang gadai dibiarkan tetap berada dalam kekuasaan debitor maka gadai tersebut tidak sah

sesuai dengan Pasal 1152 ayat (2) Kitab Undang-undang Perdata.23

21

H. Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, cetakan ke-VIII, 2014, hal. 23-27.

22Tan Kamello, Op.Cit., hal.7

23Menurut Pasal 1152 KUHPerdara gadai merupakan Suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada Dalam putusannya MA menolak alasan Clignett karena menurut MA jaminan yang dibuat antara BPM dan Clignett bukanlah gadai, melainkan penyerahan hak milik secara kepercayaan atau fidusia yang telah diakui oleh Hoge Raad dalam

Bierbrouwerij Arrest. Clignett diwajibkan untuk menyerahkan jaminan itu kepada

BPM.24

Recovery pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah tidak serta merta berjalan dengan mulus. Perbaikan tersebut menimbulkan efek negatif bahwa sampai pada saat ini pelaku ekonomi kadang-kadang melakukan suatu konflik dengan pelaku ekonomi lainnya yang dapat merugikan diri sendiri serta

merugikan kedua belah pihak.25 Salah satu konflik yang timbul dalam kegiatan

ekonomi yaitu adanya kejahatan dalam jaminan fidusia tersebut, bentuk-bentuk kejahatan dalam jaminan fidusia itu sendiri misalnya wanprestasi terhadap perjanjian jaminan fidusia, menggadaikan objek jaminan fidusia, mengalihkan serta menyewakan objek jaminan fidusia, melakukan eksekusi jaminan fidusia dan

sebagainya.26 Berdasarkan hal tersebut, maka Indonesia menerbitkan produk

hukum dibidang ekonomi yaitu Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Dengan lahir dan diberlakukannya Undang- Undang Nomor 42

Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia27

24Loc.Cit., Menurut Mahadi, alasan pertimbangan yang dipakai oleh MA dalam putusan tersebut sama adalah bahwa lingkup dari perjanjian yang diadakan para pihak berisikan jaminan hutam dan perjanjian itu tidak bertentangan dengan aturan gadai sebab para pihak tidak mengikat perjanjian gadai.

25Edi Setiadi dan Rena Yulia, Ibid., hal.22. Pelaku ekonomi itu biasa disebut pedagang atau pengusaha, baik itu perorangan yang menjalankan perusahaan, maupun badan- badan usaha yang memiliki status badan hukum ataupun bukan badan hukum.

26Andreas Albertus Andi Prajitno, Hukum Fidusia, Selaras, Malang, 2010, hal.3. Kegiatan Ekonomi antara lain suatu kegiatan yang mengandung pengertian bahwa kegiatan dimaksud merupakan suatu proses yang harus dilakukan dengan beberapa cara dan tahapan :

diharapkan lembaga jaminan fidusia yang sudah berkembang dan hidup semenjak lama itu lebih memainkan perannya

1. Secara terus menerus dan tidak putus-putus atau suatu kegiatan yang berkelanjutan;

2. Melakukan secara terang-terangan sah bukan ilegal sesuai dengan peraturan yang berlaku;

3. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan orang lain.

sebagai lembaga jaminan dan tentunya juga dalam rangka pembaharuan hukum. Yang harus menjadi perhatian dalam pembaharuan hukum adalah sarana yang dapat mempelancar jalannya perekonomian.

Dalam perjanjian jaminan fidusia kreditur mempercayakan kepada debitur untuk tetap bisa mempergunakan objek jaminan tersebut sesuai dengan fungsinya. Namun, walaupun objekjaminan tetap dalam penguasaan debitur, debitur harus mempunyai itikad baik untuk memelihara objek jaminan dengan sebaik-baiknya. Secara umum, dalam hukum jaminan yang objeknya benda bergerak, debitur tidak bisa mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan kepada pihak lain benda yang menjadi objek jaminan fidusia kecuali yang merupakan benda persediaan, tapi khusus untuk bentuk jaminan fidusia hal tersebut diperbolehkan dengan ketentuan harus diberitahukan atau mendapat persetujuan dari kreditur, atau dalam hal ini adalah pihak Lembaga Pembiayaan, hal tersebut sesuai dengan pernyataan dalam Pasal 23 ayat (2) UUJF.

Apabila pengalihan objek Jaminan Fidusia tersebut dilakukan debitur tanpa diketahui atau tidak mendapat persetujuan dari kreditur dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 36 UUJF bahwa pemberi fidusia yang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan benda yang menjadi objek jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) yang dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling lambat 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Hingga tahun 2016, berdasarkan data kepolisian, kejahatan jaminan fidusia di Indonesia mencapai 600.000 kasus. Menurut data WOM, Kasus jaminan fidusia di Sumatera Utara didominasi oleh kasus eksekusi jaminan fidusia yang dilakukan

dibawah tangan dan menghilangkan objek jaminan fidusia.28 Sementara di Kota

Malang, kasus jaminan fidusia didominasi oleh pengalihan objek jaminan fidusia, menurut AKP Tatang Prajitno Panjaitan bahwa pihaknya setiap minggu selalu

menerima laporan tindak pidana pengalihan objek jaminan fidusia.29

Berdasarkan fakta tersebut penulis tertarik untuk melakukan analisis putusan hakim terhadap Kasus Pengalihan objek jaminan fidusia yang terjadi di Indonesia. Dapat dikemukakan dalam penulisan karya ilmiah ini diangkat 2 (dua) kasus tentang pengalihan objek jaminan fidusia yang mengakibatkan kerugian terhadap kreditur. Adapun kasus pertama yaitu pengalihan objek jaminan fidusia yang dilakukan oleh Mustofa Ahmad, sebenarnya ia hanya berperan sebagai atas nama saja untuk membantu Budi Laksono dengan alasan kasihan, hari berikutnya saudara Budi Laksono tidak dapat membayar angsuran kepada kreditur dan akibat perbuatan dari Mustofa tersebut maka pihak kreditur dalam hal ini yaitu PT. Mandiri Tunas Finance mengalami kerugian. Pihak kreditur pun membawa kasus ini kepengadilan dan telah diputus oleh Pengadilan Sleman dengan Putusan Nomor 330/Pid.Sus/2015/PN.Smn. Kasus kedua yaitu terjadi di kota Purworejo,

28Data diperoleh dari surat kabar elektronik Kompas.com, Januari 2017, Pukul.21.10 Wib. Menurut Direktur Ditreskrimsus Poldasu Kombes Pol, Drs.Toga Habinsaran bahwa kasus jaminan fidusia terjadi sebab masyarakat pada umumnya tidak mengetahui bahkan tidak pernah mendengar UU Fidusia. Kemudian pada saat menandatangani perjanjian, pihak kreditor tidak memberitahukan mengenai pokok-pokok perjanjian tersebut.

29

Data diperoleh dari surat kabar elektronik Surya Malang yang terbit pada tanggal 19 Agustus 2016, http://suryamalang.tribunnews.com/2016/08/19, diakses pada tanggal 14 Januari 2017, Pukul 22.00 Wib. AKP Tatang Prajitno Panjaitan merupakan Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Malang Kota.

Rio chandra warga Purworejo terbukti mengalihkan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia kepada Hari Ompong, rio juga berperan sebagai atas nama saja kemudian Hari Ompong tidak dapat membayar angsurannya lagi, akibat dari perbuatan terdakwa tersebut tentu pihak kreditur dalam hal ini yaitu PT. Adira Finance mengalami kerugian dan membawa kasus ini ke Pengadilan telah diputus oleh pengadilan Purworejo dengan Putusan Nomor 15/Pid.Sus/2015/PN Pwr.

Dokumen terkait