DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Albertus Andi Prajitno, Andreas, Hukum Fidusia, Selaras, Malang, 2010.
Ali, Ahmad, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Philosophis Dan Sosiologis,
PT.Chandra Pratama, Jakarta, 1996.
Chazawi, Adami, Pelajaran Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2001.
Chidir, Muhammad, Pengertian-pengertian Elementer Hukum Perjanjian Perdata, Mandar Maju, Bandung, 1993.
Darus Badrulzaman, Mariam, Bab-Bab Tentang Creditverband, Gadai, dan
Fidusia, Alumni, Bandung, 1987.
Eka Putra, Mohammad dan Abul Khair, Sistem Pidana Di Dalam KUHP Dan
Pengaturannya Menurut Konsep KUHP Baru, USU Press, Medan, 2010. Fuady, Munir, Hukum Tentang Pembiayaan Konsumen, PT. Citra AdityaBakti,
Bandung, 2002.
---, Hukum Perkreditan Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.
Herowati Poesoko, Parate Executie Obyek Hak Tanggungan (Inkonsistensi,
Konflik Norma dan Kesesatan Penalaran dalam UUHT), LaksBang Pressindo, Yogyakarta, 2007.
Hoey Tiong, Oey, Fiducia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, Ghalia
HS, Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, cetakan kedelapan, 2014.
Ibrahim, Johannes, Cross Default & Cross Collateral Sebagai Upaya
Penyelesaian Kredit Bermasalah, Refika Aditama , Bandung, 2004.
Ibrahim, Johnny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media,
Surabaya, 2007.
Kamello, Tan,Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, PT.
Alumni, Bandung, cetakan kedua, 2004.
Kansil. C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum, Balai Pustaka, Jakarta, cetakan
keduabelas, 2002.
Lamintang, P.A.F., Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT.Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1997.
---, Delik-Delik Khusus Kejahatan Jabatan dan Kejahatan-Kejahatan
Jabatan Tertentu Sebagai Tindak Pidana Korupsi, Pionir Jaya, Bandung, 1991.
Manan, Abdul, Penerapan Hukum Acara Perdata di lingkungan Peradilan
Agama, Yayasan Al Hikmah, Jakarta, 2000.
Maramis, Frans, Hukum Pidana Umum Dan Tertulis di Indonesia, Rajawali Pers,
Jakarta, Cetakan kedua, 2013.
Marlina, Hukum Penitensier, Refika Aditama, Bandung, 2011.
Marzuki, Mahmud,Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
Mertokusumo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta,
1985.
Mertokusumo, Soedikno dan A. Pitlo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum,
cetakan pertama, PT. Citra Aditya Bakti, Yogya, 1993.
Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
Mulyadi, Lilik, Peradilan Bom Bali, Djambatan, Jakarta, 2007.
Nazir, M, Metode Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2012.
Nawawi Arief, Barda, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru),Kencana, Semarang, cetakan kelima, 2014.
---, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam
Penanggulangan Kejahatan, Kencana Media Group , Jakarta, 2007.
---, Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan, Citra Aditya Bakti, Semarang, cetakan kedua, 2015.
Poernomo, Bambang, Asas-Asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1978.
Prasetyo, Teguh, Hukum Pidana, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, cetakan
kelima, 2014.
Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, PT.Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2013.
Riduan Syahrani dan Abdurrahman, Hukum Dan Peradilan, Alumni, Bandung,
1978.
Rifai, Ahmad, Penemuan Hukum oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum Progresif,
Samidjo, Ilmu Negara, Armico, Bandung, 2002.
Satrio, J., Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusi, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, cetakan kedua , 2002.
Setiadi, Edi dan Rena Yulia, Hukum Pidana Ekonomi, Graha Ilmu, Yogjakarta,
2010.
Sholehudin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana (Ide Dasar Double Track
System dan Implementasinya), PT. Rajawali Pers, Jakarta, 2002.
Sianturi, SR , Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapanya, Alumni
Ahaem-Peteheam , Jakarta, cetakan keempat, 1996.
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Cetakan keenambelas, Jakarta, 2013.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,
cetakan ketiga, 1986.
Sofyan, Andi Sofyan dan Abd. Asis, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar,
Prenadamedia Group, Jakarta, cetakan kedua, 2014.
Subekti, Aneka Perjanjian, PT. Alumni, Bandung, cetakan kedelapan, 1985.
Sudarto, Hukum Dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1983.
---, Kapita Selekta Hukum Pidana, PT.Alumni , Bandung, 1981.
Suparni, Niniek, Eksistensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana dan
Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, cetakan kedua, 2007.
Syahrani Riduan dan Abdurrahman, Hukum dan Peradilan, Alumni, Bandung,
Triwulan Tutik, Titik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta, cetakan ketiga, 2011.
Wisnubruto, AL., Praktik Persidangan Pidana, Cahaya Atma Pustaka,
Yogyakarta, 2014.
Wiyanto, Roni, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, Mandar Maju, Bandung,
2012.
Yahman, Karakteristik Wanprestasi dan Tindak Pidana Penipuan Yang Lahir
Dari Hubungan Kontraktual, Prenadamedia Group, Jakarta, 2014.
Yahya Harahap, M., Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan
Penyelesaian Sengketa, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997.
---., Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, cetakan keempat, 2006.
---, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, cetakan kedua, 1986.
Yurizal, Aspek Pidana Dalam Undang-Undang No.42 Tahun 1999 Tentang
Jaminan Fidusia, Media Nusa Creative, Malang, cetakan kesepuluh, 2015.
B. TESIS/ JURNAL/ MAKALAH/ DISERTASI :
Edy Wibowo, Mengapa Putusan Pemidanaan Hakim Cenderung Lebih Ringan
Daripada Tuntutan?, Majalah Hukum Varia Peradilan Tahun Ke XXII No.257 April 2007.
Mirwan Syarief Bawazier, Tesis:Akibat Hukum jika debitor wanprestasi dalam
Oktiandri Chopsoh, Jurnal:Krisis Ekonomi di Indonesia Tahun 1997-1998,
Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011.
Rilla Rininta Eka Satriya, Jurnal:Pengalihan Objek Jaminan Fidusia Oleh
Debitur Tanpa Persetujuan Kreditur Dalam Perjanjian Kredit Bank, Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Narotama
Surabaya, 2015.
RN Pawitri, Tesis:Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Terhadap Jaminan Fidusia
(Studi Putusan Pengadilan Negeri Wates Nomor : 109/Pid.Sus/2014/PN.Wat), Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta, 2016.
C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 19992 Tentang Perbankan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok Agraria
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata CaraPendaftaran
Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan.
D. WEBSITE :
Arkemo Africo, Jaminan Fidusia,
(diakses pada tanggal 20 Januari 2017 pukul 17.45 WIB)
Chairul Huda, Perumusan Tindak Pidana dalam Peraturan Perundang-undangan,
Artikel Hukum Tata Negara dalam Peraturan Perundang-undangan,
(Direktorat Jendral
Peraturan Perundang-undangan, 2009, diakses pada hari Kamis, 19 Januari
2017, Pukul 21.19 WIB)
Dulkadir, Penyelesaian Perkara Perdata,
Grace P Nugroho, Eksekusi Terhadap Benda Objek Perjanjian Fidusia Dengan
Akta Di Bawah Tanga tanggal 04 Desember 2016, Pukul 20.00 WIB)
Kompas
(diakses pada tanggal 14 Januari 2017, Pukul.21.10 WIB)
Surya Malang, http://suryamalang.tribunnews.com/2016/08/19, (diakses pada
tanggal 14 Januari 2017, Pukul 22.00 WIB)
Unan Pribadi, Pelanggaran-Pelanggaran Hukum Dalam Perjanjian Kredit
dan HAMDIY, Diakses Pada hari Kamis, 01 Desember 2016, Pukul 08:46.
WIB)
Yunus Syalham, Penyalahgunaan Kekuatan Eksekusi Pada Jaminan Fidusia,
Purworejo-Jawa Tengah. Diakses pada Kamis, tanggal 01 Desember 2016,
BAB III
PENERAPAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU PENGALIHAN
OBJEK JAMINAN FIDUSIA TANPA PERJANJIAN TERLEBIH DAHULU
DARI PENERIMA FIDUSIA
(STUDI PUTUSAN PN SLEMANNO.330/PID.SUS/2015/PN.SNM DAN
PUTUSAN PN PURWOREJONO.15/PID.SUS/2015/PN.PWR)
A.Pengalihan Objek Jaminan Fidusia Sebagai Tindak Pidana Menurut UU
No.42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang berkembang.. Denyut pergerakan
ekonomi ini dimanfaatkan oleh para pelaku usaha untuk membangun bisnis di
bidang jasa pembiayaan konsumen yang mulai popular sejak tahun 1974
Hubungan hukum yang terjalin antara konsumen dengan perusahaan pembiayaan
terwujud dalam bentuk perjanjian kredit dengan jaminan fidusia, sehingga bentuk
perikatan ini harus tunduk pada beberapa aturan terkait diantaranya KUH Perdata
Pasal 1313, Pasal 1338, Pasal 1320, UU Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia, PP Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata cara Pendaftaran Jaminan
Fidusia. Perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok kemudian melahirkan
perjanjian turunan yang bersifat accessoir yaitu perjanjian jaminan fidusia dari
Leasing (Kreditor) kepada Konsumen (Debitor) demi melindungi dan
memberikan kepastian bagi Kreditor bahwa hutang atau kredit yang diberikan
kepada Debitor akan terbayar jika terjadi Debitor cidera janji, yaitu dengan
Apabila kita membaca beberapa putusan pengadilan dr tingkat pertama
sampai dengan tingkat kasasi Mahkamah Agung (”MA”), kita akan menjumpai
banyak sekali persoalan yang muncul dalam praktek perjanjian fidusia ini. Dari
sekian banyak kasus dengan kondisi yang berbeda kita dapat menarik satu benang
merah yang menjadi akar persoalan. Misalnya dalam Pasal 5 ayat (1) UU Fidusia
diatur bahwa pembebanan Objek Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaries,
yang kemudian didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia dalam lingkup
Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia (“Depkumham”) sebagaimana
diatur dalam Pasal 11 ayat (1) UUJF.194
Suatu perjanjian dalam bentuk apapun, kedua belah pihak sedang
mengikatkan dirinya untuk melaksanakan sesuatu yang telah diperjanjikan atau
bahasa hukumnya disebut dengan prestasi. Namun pada kenyataannya tidak
menutup kemungkinan dapat terjadi bahwa salah satu pihak tidak melaksanakan
apa yang telah diperjanjikan. Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi
atau dilakukan oleh debitur dalam setiap perikatan, baik perikatan yang bersumber
dari perjanjian maupun dari Undang-Undang. Berdasarkan Pasal 1234
KUHPerdata, wujud dari suatu prestasi yaitu memberi sesuatu, berbuat sesuatu, Atas pendaftaran Objek Jaminan Fidusia
ini maka penerima Fidusia akan menerima Sertifikat Jaminan Fidusia dengan
tanggal berlaku sesuai dengan pendaftaran , disinilah pangkal persoalannya bahwa
jaminan fidusia baru berlaku pada saat didaftarkan bukan pada saat dibuatnya akta
jaminan fidusia.
dan tidak berbuat sesuatu. Adakalanya prestasi tidak dapat dilakukan oleh debitur
atau pemberi fidusia sebagaimana mestinya, ini dikarenakan195
a. Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan maupun karena
kelalaian, maka disebut wanprestasi
:
b. Karena keadaan memaksa, yakni diluar kemampuan debitur yang
disebut juga overmacht.
Pasal 4 UUJF mengatakan bahwa debitur dan kreditur dalam perjanjian
fidusia berkewajiban untuk memenuhi prestasi. Secara a contrario dapat
dikatakan bahwa apabila debitur atau kreditur tidak memenuhi kewajiban
melakukan prestasi, maka salah satu pihak dapat dikatakan wanprestasi. Yang
menjadi perhatian utama dalam masalah Jaminan Fidusia adalah wanprestasi dari
debitur. Dalam hukum perjanjian, jika seorang debitur tidak memenuhi isi
perjanjian atau tidak melakukan hal-hal yang dijanjikan, maka debitur tersebut
telah melakukan wanprestasi dengan segala akibat hukumnya. Apabila dalam
suatu perjanjian debitur tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan karena
kesalahannya maka dapat dikatakan debitur tersebut telah melakukan wanprestasi.
Kesalahan itu dapat berupa sengaja dan tidak berprestasi, telah lalai atau ingkar
janji atau bahkan melanggar perjanjian dengan melakukan sesuatu hal yang
dilarang atau tidak boleh dilakukan. Hal ini berakibat hukum yaitu pihak yang
dirugikan dapat menuntut pelaksanaan dari prestasi atau konsekuensi lain yang
diatur dalam perjanjian seperti ganti kerugian.196
Perbuatan wanprestasi yang sering dilakukan oleh debitur dalam perjanjian
jaminan fidusia adalah melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukan, yaitu dengan mengalihkan objek Jaminan Fidusia yang bukan
merupakan benda persediaan kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis dari
kreditur. Apabila debitur tidak memenuhi kewajiban atau melakukan wanprestasi,
kreditur dapat menarik benda Jaminan Fidusia untuk dijual guna menutupi utang
debitur. Tindakan tersebut bukan merupakan perbuatan hukum yang bertentangan
dengan UUJF bahkan debitur mempunyai kewajiban untuk menyerahkan benda
Jaminan Fidusia tersebut kepada kreditur untuk dapat dijual. Dalam pemberian
kredit oleh Lembaga Pembiayaan, kreditur memperbolehkan atau mempercayakan
kepada debitur untuk tetap bisa menggunakan barang jaminan untuk dapat
dipergunakan sesuai dengan fungsinya. Namun selama mempergunakan barang
jaminan tersebut, debitur diwajibkan untuk dapat memelihara dengan
sebaik-baiknya. Hal ini sejalan dengan salah satu asas yang dianut dalam UUJF yaitu
asas itikad baik. Dalam asas ini bahwa pemberi jaminan fidusia yang tetap
menguasai benda jaminan harus mempunyai itikad baik. Asas itikad baik disini
memiliki arti subjektif sebagai kejujuran bukan arti objektif sebagai kepatutan
Jaminan Fidusia wajib memelihara benda jaminan, tidak mengalihkan,
menyewakan dan menggadaikannya kepada pihak lain.197
Prakteknya, seringkali debitur tetap melakukan mengalihkan objek
Jaminan Fidusia yang tidak merupakan benda persediaan kepada pihak ketiga
tanpa persetujuan kreditur. Faktor yang menyebabkan debitur melakukan hal yang
bertentangan dengan hukum tersebut adalah salah satunya karena debitur
membutuhkan dana untuk membayar angsuran kredit setiap bulannya. Dalam
UUJF jelas diatur bahwa debitur dilarang untuk mengalihkan objek Jaminan
Fidusia yang tidak merupakan benda persediaan kepada pihak ketiga tanpa ada
persetujuan dari kreditur.198
Menurut UUJF dalam Pasal 23 ayat (2), bahwa pemberi fidusia dilarang
mengalihkan, menggadaikan,atau menyewakan kepada pihak lain benda yang
menjadi objek Jaminan Fidusa yang tidak merupakan benda persediaan, kecuali
dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia. Benda yang
tidak merupakan benda persedian yang dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) UUJF
ini adalah misalnya mesin produksi, mobil pribadi, atau rumah pribadi yang
menjadi objek Jaminan Fidusia.199
197
Tan Kamello, Op.cit., hal. 170 198Ibid.,
199Penjelasan Pasal 23 Ayat (2) Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia
Apabila debitur mengalihkan objek Jaminan
Fidusia yang tidak merupakan benda persediaan kepada pihak ketiga tanpa
persetujuan tertulis maka akibat hukum yang ditimbulkan yaitu berupa perbuatan
Dengan dimasukkannya ketentuan Pasal 36 tersebut yang terdapat dalam
UUJF dapat diambil kesimpulan bahwa jelas pengalihan objek jaminan fidusia
tanpa adanya perjanjian terlebih dahulu merupakan tindak pidana menurut
Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999, dengan pengecualian
dari ketentuan ini, adalah bahwa pemberi fidusia dapat mengalihkan atas benda
persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia.200
B.Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Pengalihan Objek Jaminan Fidusia
Tanpa Perjanjian Terlebih Dahulu Dari Penerima Fidusia
1. Putusan PN Sleman No.330/Pid.Sus/2015/PN.Snm
a. Kronologis201
Tindak pidana jaminan fidusia ini dilakukan oleh Mustofa Ahmad. Kasus
ini bermula pada tanggal 26 februari 2014, mustofa hendak mengajukan aplikasi
permohonan kredit berupa 1 unit truk kepada PT. Mandiri Tunas Finance.
Permohonan kredit tersebut terdakwa ajukan berdasrkan ide dari Budi laksono
dalam kasus ini masih menjadi daftar pencarian orang. Sebenarnya Mustofa
dalam mengajukan kredit hanya berperan sebagai atas nama saja karena merasa
kasihan dengan Budi Laksono yang usahanya sedang mengalami kebangkrutan.
Kemudian dilakukan survey oleh PT. Mandiri Tunas Finance, akhirnya
permohonan kredit terdakwa disetujui karena terdakwa punya usaha transportasi
dan ditindaklanjuti dengan penandatangan perjanjian pembiayaan konsumen pada
hari kamis tanggal 22 Mei 2014 di PT Mandiri Tunas Finance. Didalam perjanjian
pembiayaan konsumen tersebut pada Pasal 10 disebutkan terdakwa sebagai
debitur tidak boleh meminjamkan, menyewakan, menjual, memindahkan atau
dengan cara lain melepaskan barang atau memberatkan barang itu dengan
pemindahan secara fidusia lainnya, gadai, beban hipotik atau hak tanggungan atau
kepentingan jaminan lainnya kepada pihak ketiga. Setelah ditandatanganinya
perjanjian pembiayaan konsumen tersebut kemudian diterbitkan sertifikat jaminan
fidusia Nomor : W13.00480616.AH.05.01 Tahun 2014 tanggal 05 Juni 2014.
Kemudian pada hari senin tanggal 26 mei 2015 terdakwa menerima 1
(satu) unit Hono Dutro 130 HD 6,8 PS bak kayu warna hijau tahun 2014 dari PT.
Mandiri Tunas Finance, kendaraan yang dibeli Mustofa diatasnamakan istrinya
atas permintaan Mustofa. Setelah Mustofa menerima truk tersebut, kemudian
terdakwa serahkan secara oper kredit kepada saudara Budi Laksono dan Saudari
Herlinawati karena dari awalnya nama terdakwa hanya digunakan sebagai atas
nama saja dan adanya surat pernyataan yang dibuat oleh saudara Budi Laksono
dan saydari Herlinawati tertanggal 15 Juli 2014 yang isinya bahwa sebenarnya
yang mengambil kredit truk di PT. Mandiri Tunas Finance adalah saudara Budi
Laksono dan Saudari Herlinawati tetapi penyerahan ini tanpa sepengetahuan dan
izin tertulis dari pihak PT. Mandiri Tunas Finance. Faktanya Mustofa melakukan
kredit atas 2 (dua) buah truk namun yang bermasalah 1 truk yaitu merk Hino Tipe
Dutro 130 PS bak kayu. Dalam perjanjian pembiayaan konsumen atas truk merk
Hino Tipe Dutro 130 PS bak kayu tersebut Mustofa akan mengembalikan
bulan September 2014 angsuran mulai bermasalah, dan ternyata Mustofa telah
terlambat mengangsur sudah 4 bulan. Kemudian pihak PT. Mandiri Tunas
Finance datang kerumah Mustofa untuk menyelesaikan masalah tersebut namun
pihak PT. Mandiri Tunas Finance tidak ketemu dengan Mustofa, tetapi ketemu
dengan istrinya dan saat itu istrinya menginformasikan bahwa truk tersebut telah
dipindahtangankan atau dijual kepada orang lain. Kemudian pihak PT. Mandiri
Tunas Finance mengatakan bahwa solusi atau jalan keluarnya adalah Mustofa
harus melunasi sisa pinjamannya atau kendaraannya kembali untuk ditarik.
Jumlah pembiayaan yang dikeluarkan oleh PT. Mandiri Tunas Finance sebesar
Rp. 235.000.000., Mustofa harus mengangsur sebesar Rp. 6.910.000 setiap
bulannya. Selama 12 bulan, Mustofa baru mengangsur 4 kali. Pihak PT. Mandiri
Tunas Finance sudah melakukan pencarian kendaraan tersebut namun sampai
pada persidangan berjalan pencarian atas kendaraan tersebut belum ditemukan.
b. Dakwaan
Dalam kasus ini Penuntut Umum membuat surat dakwaan alternatif, yaitu:
1. Pasal 35 Undang-Undang RI No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
“Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan, mengubah, menghilangkan atau dengan cara apapun memberikan keterangan secara menyesatkan, yang jika hal tersebut diketahui oleh salah satu pihak tidak melahirkan perjanjian Jaminan Fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah).”
2. Pasal 36 Undang-Undang RI No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
pasal 23 ayat (2) yang dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penerima Fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).”
3. Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
“Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”
4. Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
“Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik dengan akal dan tipu muslihat, maupun dengan karangan perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan suatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang, dihukum karena penipuan, dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun.”
c. Tuntutan Pidana
Tuntutan Penuntut Umum dalam perkara ini pada pokoknya menuntut
majelis hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutus sebagai
berikut :
1. Menyatakan Terdakwa Mustofa Ahmad bin Bawati Ahmad terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah dalam melakukan Tindak Pidana
mengalihkan barang jaminan fidusia tanpa izin tertulis dari penerima
fidusia sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan kesatu
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa berupa pidana penjara selama 1
(satu) tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dengan
perintah terdakwa tetap ditahan.
3. Menetapkan barang bukti berupa :
a. 1 (satu) lembar sertifikat jaminan fidusia No. :
W13.00480616.AH.05.01 tanggal 05 Juni 2014.
b. 1 (satu) buah buku salinan akta fidusia No. 22 tanggal 03
Juni 2014.
c. 1 (satu) bundel aplikasi kredit atas nama Mustofa Ahmad.
Dikembalikan ke PT. Mandiri Tunas Finance.
d. Surat Pernyataan yang ditanda tangani oleh Budi Laksono
dan Herlinawati tanggal 15 Juli 2014 tetap, terlampir dalam
Berkas Perkara.
4. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.
2.000,00 (dua ribu rupiah).
d. Fakta Hukum
Fakta hukum yang diperoleh berdasarkan pemeriksaan di pengadilan :
1) Bahwa pada awalnya tanggal 26 Februari 2014, terdakwa mengajukan
aplikasi permohonan kredit berupa 1 (satu) unit truk kepada PT.
Mandiri Tunas Finance. Setelah dilakukan survey oleh PT. Mandiri
konsumen pada hari Kamis tanggal 22 mei 2014 di PT. Mandiri Tunas
Finance. Dalam perjanjian pembiayaan konsumen tersebut terdakwa
bertindak untuk dan atas nama terdakwa pribadi. Dalam Pasal 10
perjanjian pembiayaan konsumen tersebut disebutkan terdakwa
sebagai debitur tidak boleh meminjamkan, menyewakan, menjual,
memindahkan atau dengan cara lain melepaskan barang atau
memberatkan barang itu dengan pemindahan secara fidusia lainnya,
gadai, beban hipotik atau hak tanggungan atau kepentingan jaminan
lainnya kepada pihak ketiga. Setelah ditandatanganinya perjanjian
pembiayaan konsumen tersebut kemudian diterbitkan sertifikat
jaminan fidusia Nomor : W13.00480616.AH.05.01 Tahun 2014
tanggal 05 Juni 2014 dimana yang tercantum sebagai pemberi Fidusia
adalah saudara Ririn Lestari yang merupakan istri terdakwa sedangkan
Sertifikat Jaminan Fidusia tersebut diberikan untuk menjamin
pelunasan utang terdakwa.
2) Bahwa pada hari Senin tanggal 26 Mei terdakwa menerima 1 (satu)
unit Hino Dutro 130 HD 6,8 PS bak kayu warna hijau tahun 2014 dari
PT. Mandiri Tunas Finance. Setelah terdakwa menerima truk tersebut
dari PT. Mandiri Tunas Finance, kemudian terdakwa membawanya
kerumah terdakwa dan pada tanggal 15 Juli 2014 truk tersebut
terdakwa serahkan secara oper kredit kepada Saudara Budi Laksono
sehingga kemudian 1 (satu) unit Hino Dutro 130 HD 6,8 PS bak kayu
Saudari Herlinawati yang sampai dengan saat ini tidak diketahui
keberadaannya.
3) Bahwa terdakwa mengalihkan 1 (satu) unit Hino Dutro 130 HD 6,8 PS
bak kayu warna hijau tahun 2014 dibawa oleh saudara Budi Laksono
(DPO) dengan cara menyewakan dengan maksud uang sewanya untuk
membayar cicilannya.
4) Bahwa hingga saat ini cicilan pembayaran pembayaran masih
menunggak banyak karena baru dibayar 4 bulan oleh Terdakwa.
e. Pertimbangan Hakim
Oleh karena dakwaan disusun secara alternatif maka Majelis Hakim
mempunyai keleluasaan untuk mempertimbangkan dakwaan yang unsur-unsurnya
dipandangan berkesesuaian dengan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan
yaitu dakwaan kedua Pasal 36 UU RI No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan
Fidusia yang unsur-unsurnya yaitu :
1) Unsur Pemberi Fidusia
2) Unsur Mengalihkan Menggadaikan atau menyewakan benda yang
menjadi obyek jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (2)
3) Unsur Dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penerima
1) Unsur “Pemberi Fidusia”
Menimbang bahwa Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu
benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia maka yang dimaksud Pemberi Fidusia adalah orang perseorangan
atau korporasi pemilik benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.
Menimbang bahwa yang dimaksud dengan unsur ini adalah orang sebagai
subyek hukum yang merupakan pemberi fidusia yang didakwa melakukan
perbuatan pidana sebagaimana didakwakan oleh Penuntut Umum dalam surat
dakwaannya bahwa sebagai subyek hukum ia adalah pendukung hak dan
kewajiban yang dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya sehingga ia adalah
subjek hukum yang cakap.
Menimbang bahwa dalam perkara ini Penuntut Umum telah menhadirkan
seorang yang bernama Mustofa Ahmad Bin Bawadi Ahmad yang identitas
lengkapnya sebagaiman tertera dalam surat dakwaan Penuntut Umum telah
dibenarkan sebagai identitas dirinya.
Menimbang bahwa berdasarkan fakta Terdakwa dan PT. Mandiri Tunas
Finance, terikat dalam perjanjian pembiayaan konsumen yang ditandatangani
pada hari Kamis tanggal 22 Mei 2014 di PT. Mandiri Tunas Finance dalam kaitan
pembelian satu unit truk. Dan setelah ditandatanganinya perjanjian pembiayaan
W13.00480616.AH.05.01 Tahun 2014 tanggal 05-06-2014 dimana yang
tercantum sebagai pemberi fidusia adalah Terdakwa sendiri dengan surat
kendaraan atas nama saudari Ririn Lestari yang merupakan istri terdakwa
sedangkan sertifikat jaminan fidusia tersebut diberikan untuk menjamin pelunasan
utang terdakwa. Bahwa berdasarkan fakta tersebut maka terdakwa dalam perkara
ini adala sebagai pemberi fidusia.
Menimbang bahwa selama persidangan atas diri terdakwa tidak ditemukan
adanya unsur pemaaf maupun unsur yang menghapuskan pidana, sehingga
terdakwa dapat diminta mempertanggungjawabkan dihadapan hukum.
Menimbang bahwa berdasarkan uraian tersebut dengan demikian, unsur
“Pemberi Fidusia” terpenuhi.
2) Unsur “yang mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan benda yang
menjadi obyek jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (2)” :
Menimbang bahwa ketentuan Pasal 23 ayat (2) UUJF bermaterikan hukum
bahwa Pemberi Fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan
kepada pihak lain benda yang menjadi obyek jaminan fidusia yang tidak
merupakan benda persediaan, kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu
dari Penerima Fidusia.
Menimbang bahwa berdasarkan fakta bahwa terdakwa Mustofa Ahmad bin
Permohonan kredit berupa 1 (satu) unit truk tersebut setelah dilakukan survey
oleh PT. Mandiri Tunas Finance, akhirnya permohonan kredit terdakwa disetujui
dan ditindaklanjuti dengan penandatanganan perjanjian pembiayaan konsumen
pada hari kamis tanggal 22 mei 2014 di PT. Mandiri Tunas Finance. Dalam
perjanjian pembiayaan konsumen tersebut terdakwa bertindak untuk dan atas
nama terdakwa pribadi. Dalam Pasal 10 perjanjian pembiayaan konsumen tersebut
disebutkan terdakwa sebagai debitur tidak boleh meminjamkan, menyewakan,
menjual, memindahkan atau dengan cara lain melepaskan barang atau
memberatkan barang itu dengan pemindahan secara fidusia lainnya, gadai, beban
hipotik (hak tanggungan) atau kepentingan jaminan lainnya kepada pihak ketiga.
Setelah ditandatanganinnya perjanjian pembiayaan konsumen tersebut kemudian
diterbitkan sertifikat Nomor : W13.00480616.AH.05.01 Tahun 2014 tanggal
05-06-2014 dimana yang tercantum sebagai Pemberi Fidusia adalah saudari Ririn
Lestari yang merupakan istri terdakwa sedangkan Sertifikat Jaminan Fidusia
tersebut diberikan untuk menjamin pelunasan utang terdakwa.
Bahwa pada hari senin tanggal 26 Mei 2014 terdakwa menerima 1 (satu)
unit Hino Dutro 130 HD 6,8 PS bak kayu warna hijau tahun 2014 dari PT.
Mandiri Tunas Finance.
Setelah terdakwa menerima truk tersebut dari PT. Mandiri Tunas Finance,
kemudian terdakwa membawanya kerumah terdakwa dan pada tanggal 15 Juli
2014 truk tersebut terdakwa serahkan secara oper kredit kepada saudara Budi
Laksono dan saudari Herlinawati tanpa sepengetahuan dan seijin tertulis dari PT.
Laksono dan Saudari Herlinawati dengan cara menyewakan atau oper kredit
sehingga kemudian 1 (satu) unit Hino Dutro 130 HD 6,8 PS bak kayu warna hijau
tahun 2014 dibawa saudara Budi Laksono dan Saudari Herlinawati yang sampai
saat ini tidak diketahui keberadaannya.
Menimbang bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut dengan
demikian unsur ini dinyatakan telah terpenuhi.
3) Unsur “dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penerima
Fidusia” :
Menimbang bahwa berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan
perbuatan Terdakwa dalam mengalihkan barang fidusia berupa 1 (satu) unit Hino
Dutro 130 HD 6,8 PS bak kayu warna hijau tahun 2014 kepada saudara Budi
Laksono dan saudari Herlinawati dilakukan tanpa ada izin tertulis lebih dahulu
dari PT. Mandiri Tunas Finance selaku penerima Fidusia sebagaimana yang telah
diperjanjikan dan diketahui oleh Terdakwa sebagai pemberi fidusia.
Menimbang bahwa dengan demikian unsur “dilakukan tanpa persetujuan
tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia” terpenuhi.
Menimbang bahwa oleh karena berdasarkan uraian-uraian pertimbangan
tersebut seluruh unsur Pasal 36 UU RI No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan
Fidusia telah terpenuhi, maka terdakwa dinyatakan telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana mengalihkan barang jaminan
Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim menjatuhkan Pidana terlebih
dahulu akan dipertimbangkan hal-hal yang meringankan dan memberatkan dari
diri dan perbuatan Terdakwa sebagai berikut :
Hal-hal yang memberatkan :
Perbuatan Terdakwa telah menginngkari kepercayaan PT. Mandiri Tunas
Finance sehingga menimbulkan kerugian materi bagi PT. Mandiri Tunas Finance.
Hal-hal yang meringankan :
a) Terdakwa sopan dan tidak berbelit di persidangan serta menyesali
perbuatannya.
b) Terdakwa belum pernah dihukum.
Mengingat ketentuan Pasal 36 UU RI No. 42 Tahun 1999 Tentang
Jaminan Fidusia, Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang-Undang Acara Pidana, dan Peraturan perundangundangan lain yang bersangkutan
dengan perkara ini.
f. Putusan
Majelis hakim dalam menjatuhkan putusan ini dengan mengingat
ketentuan Pasal 36 Undang-Undang Republik Indonesia No.42 Tahun
1999 tentang Jaminan Fidusia dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
a. Menyatakan terdakwa Mustofa Ahmad Bin Bawadi Ahmad telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan Tindak
Pidana mengalihkan barang jaminan fidusia tanpa izin tertulis dari
penerima fidusia;
b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa berupa pidana penjara selama
9 (sembilan) bulan;
c. Menetapkan lamanya Terdakwa dalam masa penangkapan dan
penahanan dikurangkan seluruhnya dengan masa pidana yang
dijatuhkan;
d. Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan;
e. Menetapkan Barang Bukti berupa :
a. 1 (satu) lembar sertifikat jamina fidusia No. :
W13.00480616.AH.05.01 tanggal 05 Juni 2014.
b. 1 (satu) buah buku salinan akta fidusia No. 22 tanggal 03 Juni
2014.
c. 1 (satu) bendel aplikasi kredit atas nama Mustofa Ahmad.
Dikembalikan ke PT. Mandiri Tunas Finance
a. Surat pernyataan yang di tanda tangani oleh Bukti Laksono dan
Herlinawati tanggal 15 Juli 2014 tetap terlampir dalam Berkas
Perkara
f. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara
2. Putusan PN Purworejo No.15/Pid.Sus/2015/PN.Pwr
a. Kronologis202
Tindak Pidana ini dilakukan oleh Rio Chandra Bin Nurani Bramantya.
Awal mula kasus ini yaitu terjadi sekitar bukan februari 2014. Rio disuruh oleh
Hari Ompong yang masih menjadi Daftar Pencarian Orang untuk mengambil
sepeda motor ke dealer Honda secara kredit menggunakan atas namanya dan hari
Ompong menjanjikan akan memberikan imbalan sebesar Rp. 1.200.000,- (satu
juta dua ratus ribu rupiah) dan Rio pada saat itu menyetujuinnya. Kemudian pada
hari Jumat tanggal 28 Februari 2014 terdakwa datang kesalah satu dealer honda
didaerah Purworejo lalu mengajukan aplikasi kredit kepemilikan 1 (satu) unit
sepeda motor Honda New Vario Techno FI Noka : MH1JFB127EK276762 Nosin
: JFB1E2228873 warna hitam putih, kemudian seolah-olah dilakukan survei oleh
Ade Kukilo yang juga masih dalam Daftar Pencarian Orang (DPO), yang
pembiayaannya kredit kepemilikan sepeda motor tersebut dibiayai oleh PT.
ADIRA FINANCE dengan angsuran perbulan yang dikenakan kepada Terdakwa
sebesar Rp. 530.000,- (Lima Ratus tiga puluh ribu rupiah)dengan jangka waktu 47
(empat puluh tujuh) bulan sesuai dengan Perjanjian Pembiayaan Nomor :
040714101613 tertanggal 28 Februari 2014, dan Perjanjian selama dalam masa
angsuran kendaraan tersebut tidak boleh dipindahtangankan tanpa sepengetahuan
dari pihak PT. ADIRA FINANCE dan telah dibuatkan Sertifikat Jaminan Fidusia
202
Nomor : W13-00192796.AH.05.01 Tahun 2014 tertanggal 17 Maret 2014 antara
Rio dengan Pihak PT. Adira Finance.
Setelah Rio Chandra mendapatkan sepeda motor tersebut sekitar akhir
bulan Februari 2014, kemudian Rio dihubungi oleh Agung yang masih dalam
Daftar Pencarian Orang. Agung merupakan suruhan Hari Ompong, Rio dan
Agung janjian bertemu di Desa Kalisemo Kecamatan Loano Purworejo,
selanjutnya Rio mengoperalihkan sepeda motor tersebut kepada Agung tanpa
pemberitahuan secara resmi terlebih dahulu kepada pihak PT. Adira Finance,
setelah itu Rio menerima uang sebesar Rp. 1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu
rupiah) dari Agung.
Kemudian sekitar bulan Mei 2014 pihak PT. Adira Finance mendapati
telah terjadi tunggakan dari aplikasi Rio hingga 6 (enam) bulan selanjutnya pihak
PT. Adira Finance melalui M. Hafid Arbanta selaku Remedial Officer melakukan
pengecekan dengan mendatangi Rio dan diketahui jika ternyata Rio telah
mengalihkan sepeda motor kepada orang lain tanpa sepengetahuan dari Pihak PT.
Adira Finance dan saat itu Rio berjanji akan membayar seluruh tunggakan
tersebut namun sampai dengan berlangsungnya proses peradilan, Rio tidak pernah
membayarnya, sehingga dengan adanya kejadian tersebut pihak PT. Adira
Finance merasa dirugikan dan melaporkan Rio kepada pihak kepolisian untuk
diproses lebih lanjut. Akibat dari perbuatan Rio tersebut, Pihak PT. Adira Finance
mengalami kerugian sebesar Rp. 24.909.994,- (dua puluh empat juta sembilan
b. Dakwaan
Dalam kasus ini Penuntut Umum membuat surat dakwaan alternatif, yaitu:
1. Pasal 36 Undang-Undang RI No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia.
“Pemberi Fidusia yang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan Benda yang menjadi obyek jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (2) yang dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penerima Fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).”
2. Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
“Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik dengan akal dan tipu muslihat, maupun dengan karangan perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan suatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang, dihukum karena penipuan, dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun.”
Dakwaan Pertama Rio didakwa dalam Pasal 36 UU RI No. 42 Tahun 1996
Tentang Jaminan Fidusia. Kemudian pada dakwaan kedua, didakwa dalam Pasal
372 KUHP.
c. Tuntutan Pidana
Penuntut Umum memuntut Terdakwa pada persidangan, yaitu menuntut
supaya Majelis Hakim memutuskan sebagai berikut:
1) Menyatakan Terdakwa Rio Chandra Bin Nurani Bramantya telah
penggelapan melanggar Pasal 372 KUHP sebagaimana dakwaan
alternatif kedua Penuntut Umum;
2) Menjatuhkan pidana terhadap ia terdakwa Rio Chandra Bin Nurani
Bramantya atas kesalahannya dengan pidana penjara selama 1 (satu)
tahun dan 6 (enam) bulan dikurangi selama Terdakwa berada dalam
tahanan dengan perintah agar Terdakwa tetap ditahan.
3) Menyatakan barang bukti berupa :
a) 1 (satu) lembar Sertifikat Jaminan Fidusai Nomor :
W13.00192796.AH.05.01 tahun 2014 tanggal 07 Maret 2014;
b) 1 (satu) bundel Akta Jaminan Fidusia Nomor : 338 tanggal 05
Maret 2014 dikembalikan kepada Pihak PT. Adira Finance;
c) 1 (satu) buah Surat Pernyataan atas nama Rio Chandra;
Tetap terlampir dalam berkas perkara.
4) Menetapkan agar ia Terdakwa dibebani membayar biaya perkara
sebesar Rp. 2.000,00 (Dua Ribu rupiah)
d. Fakta Hukum
Fakta-fakta hukum yang diperoleh selama persidangan yaitu :
1) Bahwa benar terdakwa telah mengalihkan barang berupa 1 (satu) unit
Sepeda Motor Honda New Vario Techno FI Tipe Scootermatic, No
Ka : MH1JFB127EK276762, No Sin : JFB1E2228873 pada orang lain
tanpa seijin dan sepengetahuan dari PT. Adira Finance kurang lebih
2) Bahwa benar pada bulan Februari 2014, terdakwa didatangi Heri
Ompong dengan tujuan meminta tolong Terdakwa agar dipinjam
namanya untuk ambil sepeda motor Honda New Vario dengan cara
kredot dan Hari Ompong menjanjikan imbalan sebesar Rp.
1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah);
3) Bahwa benar Hari Ompong yang menyiapkan persyaratannya dan
yang membayar uang muka serta angsuran pertamanya;
4) Bahwa benar Pihak Adira datang yaitu Ade Kukilo kerumah
Terdakwa untuk mensurvei dan Terdakwa hanya menandatangani
dokumen-dokumen pengajuan kredit yang diajukan Ade Kukilo dan
Terdakwa sama sekali tidak datang ke dealer Honda berkaitan
pengajuan kredit tersebut.
5) Bahwa benar 1 (satu) unit Sepeda Motor Honda New Vario Techno FI
Tipe Scootermatic, No Ka : MH1JFB127EK276762, No Sin:
JFB1E2228873 diambil atas nama Terdakwa dengan cara kredit
melalui Adira dengan dibebani Fidusia, sebagaimana tertuang dalam
Akta Jaminan Fidusia Nomor : 338 Tanggal 05 Maret 2014 yang
dibuat oleh Notaris Retno Agustianningsih, SH., M.Kn dan telah
didaftarkan oleh PT. Adira Dinamika Multi Finance, tbk Cabang
Magelang dengan Kantor Cabang Pembantu Purworejo dengan
Nomor : W.13.00192796.05.01 Tahun 2014 tanggal 07 maret 2014;
6) Bahwa benar sekitar bulan februari 2014 sekira pukul 14.00 WIB,
dab kemudian terdakwa ditelepon Agung yang mengaku suruhan dari
Hari Ompong untuk mengambil sepeda motor tersebut;
7) Bahwa benar terdakwa bersama saksi Sugeng mengantarkan sepeda
motor itu dan diserahkan kepada Agung dipinggir jalan dekat Pasar
Sejiwan, Kec. Loano, Kab. Purworejo dan pada saat itu terdakwa
menerima uang imbalan sebesar Rp. 1.200.000,00 (satu juta dua ratus
ribu rupiah);
8) Bahwa benar pembayaran angsuran kredit sepeda motor itu macet,
sehingga terdakwa didatangi pegawai Adira, dan terdakwa
menjelaskan jika dirinya hanya dipinjam nama oleh Hari Ompong
untuk membeli sepeda motor tersebut melalui kredit oleh Adira;
9) Bahwa benar terdakwa sehari-hari kerja di Barata pencucian mobil
dan terdakwa digaji sebesar Rp.1.000.000, 00 (satu juta rupiah);
10) Bahwa benar terdakwa sebelumnya memang berteman dengan Hari
Ompong dan Agung.
11) Bahwa benar saksi-saksi dan terdakwa membenarkan barang bukti
di persidangan.
e. Pertimbangan Hakim
Dikarenakan fakta hukum terungkap bahwa Terdakwa hanya diminta
tolong Hari Ompong untuk mengajukan kredit atas nama Terdakwa dengan
dijanjikan diberi imbalan uang sebesar Rp. 1.200.000,00., (satu juta dua ratus ribu
Ompon melalui Agung bukan permintaan Terdakwa, sehingga dan dalam hal ini
Majelis Hakim akan mempertimbangkan Dakwaan Kedua yaitu melanggar Pasal
372 KUHP yang Unsur-Unsurnya sebagai berikut :
a. Unsur barang siapa;
b. Unsur dengan sengaja dan melawan hukum;
c. Unsur mengaku sebagai milik sendiri barang sesuatu yang seluruhnya
atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan;
1. Unsur Kesatu, “Barang Siapa”
Menimbang, bahwa unsur “barang siapa’ ini mengacu pada subyek hukum
orang perorangan yang diduga sebagai pelaku tindak pidana yang didakwakan
sebagaimana dalam surat dakwaan dari Penuntut Umum ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pemeriksaan di persidangan dimana
terdakwa Rio Chandra yang identitasnya telah diakui oleh terdakwa sendiri seperti
yang termuat dalam surat dakwaan penuntut Umum, sehingga Majelis Hakim
berkesimpulan dan berkeyakinan bahwa Terdakwa yang diperiksa dipersidangan
adalah sama dengan terdakwa yang diduga melakukan tindak pidana seperti yang
didakwakan dalam dakwaan Penuntut Umum yaitu Rio Chandra Bin Nurani
Bramantya sehingga tidak terjadi error in persona;
2. Unsur Kedua, “Dengan Sengaja dan Melawan Hukum”
Menimbang, bahwa kata “dengan sengaja” mengacu kepada bentuk
“kesengajaan” dimana kesengajaan merupakan salah satu bentuk dari kesalahan di
samping adanya kelalaian dimana seseorang baru dapat dipidana jika terdapat
unsur kesalahan yang dikenal dengan prinsip/adagium “actus non facit reum, nisi
mens sit rea” atau dalam bahasa Belanda dikenal dengan “Geen Straf Zonder Schuld” atau di Indonesia dikenal dengan istilah “tiada pidana tanpa kesalahan.”
Menimbang, bahwa menurut Pompe bahwa definisi mengenai kesengajaan
(Dolus, intent, opzet vorsats) terdapat dalam MvT (Memorie van Toelichting)
yang mengartikan sebagai “mengendaki dan mengetahui” (willens en wetens) ;
Menimbang, bahwa kesengajaan dengan maksud berarti adanya motif yang
mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, berupa usaha
untuk mencapai tujuan akhir yaitu yang memenuhi apa yang dikehendaki orang
tersebut, dan kesengajaan harus dilihat dari sikap bathin dan niat dari terdakwa
untuk melakukan perbuatan tersebut ;
Menimbang, berdasarkan fakta hukum dalam persidangan jelas bahwa
perbuatan terdakwa yang mau namanya dipinjam Hari Ompong untuk kredit
sepeda motor Honda New Vario dengan janji imbalan uang sebesar Rp.
1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah), yang kemudian terdakwa mau saja
menandatangani dokumen-dokumen yang diajukan Ade Kukilo hingga akhirnya
sepeda motor itu dikirim dan oleh terdakwa diserahkan kepada Agung yang
undang-undang juga melanggar kaidah hukum yang tidak tertulis seperti agama,
kesusilaan, kepatutan dan sebagainya.
Menimbang, bahwa dengan demikian maka unsur kedua Pasal tersebut telah
terpenuhi;
3. Unsur Ketiga, “Mengaku sebagai milik sendiri barang sesuatu yang
seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada
dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan”
Menimbang, bahwa apakah perbuatan terdakwa dapat dikatakan perbuatan
mengaku sebagai milik sendiri barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian
milik orang lain, akan dipertimbangkan sebagai berikut :
Menimbang, bahwa fakta hukum yang terungka diketahui bahwa awalnya
terdakwa didatangi Hari Ompong dan meminta tolong agar terdakwa dipinjami
namanya untuk proses pengajuan kredit sepeda motor Honda New Vario Techno
pada Adira dengan janji imbalan uang sebesar Rp. 1.200.000,00 (satu juta dua
ratus ribu rupiah), kemudian datangla petugas dari Adira bernama Ade Kukilo
yang mensurvei dan menyerahkan dokumen-dokumen untuk ditandatangani
terdakwa hingga permohonan kredit disetujui dan sepeda motor diserahkan
ketangan terdakwa, dan setelah itu atas telepon dari Agung yang mengaku
suruhan dari Hari Ompong, maka sepeda motor itu diserahkan dari terdakwa
kepada Agung dan terdakwa akhirnya memperoleh imbalan uang sebesar Rp.
1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) ;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum tersebut maka terbukti
sepeda motor Honda New Vario Techno yang diajukan Ade Kukilo atas namanya
hingga terdakwa menerima sepeda motor itu, terdakwa tidak menerangkan kepada
Adira keadaan dan kondisi yang sebenarnya, sehingga perbuatan terdakwa
termasuk kedalam kategori mengaku sebagai pemilik atau pembeli dari sepeda
motor Honda New Vario Techno tersebut ;
Menimbang, bahwa kemudian akan dipertimbangkan apakah sepeda motor
tersebut dalam kekuasaan terdakwa merupakan hasil kejahatan atau bukan akan
dipertimbangkan sebagai berikut :
Menimbang, bahwa fakta hukum yang terungkap diketahui bahwa setelah
permohonan kredit disetujui maka sepeda motor dserahkan ke tanan terdakwa,
dan setelah itu atas telpon dari Agung yang mengaku suruhan dari Hari Ompong,
maka sepeda motor itu diserahkan dari terdakwa kepada Agung di Pasar Sejiwan,
Kec. Loana dan terdakwa akhirnya memperoleh imbalan uang sebesar
Rp.1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) ;
Menimbang, bahwa sepeda motor Honda New Vario Techno dalam
kekuasaan terdakwa bukanlah hasil kejahatan karena terdakwa menggunakan
persyaratan dan telah menandatangani dokumen-dokumen pengajuan kredit ke
Adira dan telah disetujui hingga akhirnya sepeda motor diserahkan dari dealer ke
terdakwa. Mengenai janji imbalan uang dari Hari Ompong juga berdasarkan fakta
hukum belum dibayarkan saat diserahkan sepeda motor itu dari Dealer ke
terdakwa dan baru dibayarkan imbalan tersebut setelah terdakwa menyerahkan
Menimbang, bahwa dengan demikian unsur ketiga pasal ini telah
terpenuhi;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan diatas, maka semua
unsur dari unsur dakwaan alternatif kedua tersebut telah terpenuhi, maka
perbuatan terdakwa telah terbukti secara sah dan ditambah keyakinan Majelis
Hakim bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana penggelapan seperti
dalam dakwaan alternatif kedua tersebut dan karenanya terdakwa harus dijatuhi
hukuman setimpal dengan perbuatannya dan dakwaan kesatu tidak perlu
dipertimbangkan lagi dan oleh karena dakwaan alternatif kedua telah terbukti,
maka dakwaan alternatif pertama tidak perlu dibuktikan lagi ;
HAL-HAL YANG MEMBERATKAN :
1. Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat ;
2. Perbuatan Terdakwa merugikan PT. Adira Finance ;
HAL-HAL YANG MERINGANKAN :
1. Terdakwa berlaku sopan dipersidangan dan mengaku secara terus
teran, menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi
perbuatannya ;
2. Terdakwa belum pernah dihukum ;
Menimbang, bahwa berdasarkan hal yang memberatkan dan
hal-hal yang meringankan sebagaimana telah dipertimbangkan diatas,
dikaitkan pula dengan tujuan pemidanaan yang bukan semata-mata
sebagai pembalasan atas perbuatan terdakwa, melainkan bertujuan
menginsyafi kesalahannya sehingga menjadi anggota masyarakat yang
baik dikemudian hari, maka Majelis Hakim memandang adil dan patut
apabila terdakwa diajtuhi pidana seperti yang akan disebutkan dalam
amar putusan dibawah ini
f. Putusan
Memperhatikan Pasal 372 KUHP, serta ketentuan hukum lain yang
berkaitan dengan perkara ini ;
1. Meyatakan Terdakwa Rio Chandra Bin Nurani Bramantya telah terbukti
secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana penggelapan
2. Menjatuhkan pidana selama terhadap terdakwa oleh karena itu dengan
pidana penjara selama 10 (sepuluh) Bulan
3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalan oleh terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan
4. Menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan
5. Menyatakan barang bukti berupa :
a. 1 (satu) lembar Sertifikat Jaminan Fidusia Nomor :
W13.00192796.AH.05.01 tahun 2014 tanggal 07 Maret 2014
b. 1 (satu) bundel Akta Jaminan Fidusia Nomor : 338 tanggal 05 Maret
2014
Dikembalikan kepada pihak PT. Adira Finance
c. 1 (satu) buah surat pernyataan atas nama Rio Chandra
6. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar
Rp. 2.000, 00 (dua ribu rupiah)
[image:39.595.113.512.273.733.2]3. Analisis Putusan
Tabel 1
Pelanggaran Perjanjian Jaminan Fidusia dilihat dari Kronologis Kasus
No Putusan Kronologis
1 No.330/Pid.Sus/2015/PN.Smn Terdakwa atas nama Mustofa
Ahmad Bin Bawadi Ahmad pada tanggal
26 februari 2014, mustofa hendak
mengajukan aplikasi permohonan kredit
berupa 1 unit truk kepada PT. Mandiri
Tunas Finance. Permohonan kredit
tersebut terdakwa ajukan berdasrkan ide
dari Budi laksono dalam kasus ini masih
menjadi daftar pencarian orang.
Sebenarnya Mustofa dalam mengajukan
kredit hanya berperan sebagai atas nama
saja karena merasa kasihan dengan Budi
Laksono yang usahanya sedang mengalami
kebangkrutan. Kemudian dilakukan survey
oleh PT. Mandiri Tunas Finance, akhirnya
karena terdakwa punya usaha transportasi
dan ditindaklanjuti dengan penandatangan
perjanjian pembiayaan konsumen pada hari
kamis tanggal 22 Mei 2014 di PT Mandiri
Tunas Finance.
2 No. 15/Pid.Sus/2015/PN.Pwr Terdakwa atas nama Rio Chandra
Bin Nurani Bramantya bukan februari
2014. Rio disuruh oleh Hari Ompong yang
masih menjadi Daftar Pencarian Orang
untuk mengambil sepeda motor ke dealer
Honda secara kredit menggunakan atas
namanya dan hari Ompong menjanjikan
akan memberikan imbalan sebesar Rp.
1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu
rupiah) dan Rio pada saat itu
menyetujuinnya. Kemudian pada hari
Jumat tanggal 28 Februari 2014 terdakwa
datang kesalah satu dealer honda didaerah
Purworejo lalu mengajukan aplikasi kredit
kepemilikan 1 (satu) unit sepeda motor
Honda New Vario Techno FI Noka :
JFB1E2228873 warna hitam putih,
kemudian seolah-olah dilakukan survei
oleh Ade Kukilo yang juga masih dalam
Daftar Pencarian Orang (DPO), yang
pembiayaannya kredit kepemilikan sepeda
motor tersebut dibiayai oleh PT. ADIRA
FINANCE dengan angsuran perbulan yang
dikenakan kepada Terdakwa sebesar Rp.
530.000,- (Lima Ratus tiga puluh ribu
rupiah)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat terhadap kedua kasus tersebut dapat
disimpulkan bahwa para pelaku pelanggaran perjanjian jaminan fidusia dilakukan
karena atas dasar suruhan dari orang lain, baik karena merasa kasihan maupun
karena mendapatkan iming-iming imbalan berupa uang tunai. Hal ini terlihat dari
terdakwa Mustofa yang disuruh oleh sdr.Budi Laksono dan Terdakwa Rio
[image:41.595.114.509.111.397.2]chandra yang disuruh oleh sdr. Hari Ompong.
Tabel 2
Pelanggaran Perjanjian Jaminan Fidusia dilihat dari Dakwaan Penuntut Umum
No Nomor Putusan Isi Dakwaan
1 No.330/Pid.Sus/2015/PN.Smn Pertama :
Tahun 1999 tentang jaminan fidusia.
Kedua :
Pasal 36 Undang-Undang RI No.42
Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
Ketiga :
Pasal 378 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana
Keempat:
Pasal 372 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana
No.15/Pid.Sus/2015/PN.Pwr Pertama :
Pasal 36 Undang-Undang No.42 Tahun
1999 tentang jaminan fidusia
Kedua:
Pasal 372 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana
Surat dakwaan pada hakikatnya adalah kesimpulan dari Penuntut Umum
tentang apa yang dilakukan oleh tersangka berdasarkan hasil penyidikan dan dasar
penyusunan surat dakwaan dapat dilihat pada Pasal 143 ayat (2) KUHAP yang
menyatakan:203
a. Nama lengkap, tempat lahir, umur, atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan tersangka.
“penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi :
b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.”
Dengan demikian, syarat sahnya suatu surat dakwaan minimal harus memuat:204
1. Syarat formil, yaitu identitas lengkap terdakwa, diberi tanggal pengajuan
surat dakwaan dan ditandatangani oleh Jaksa Penuntut Umum.
2. Syarat Materil yang meliputi :
a. Uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan.
b. Waktu tindak pidana dilakukan (tempus delicti)
c. Tempat tindak pidana dilakukan (locus delicti)
Bentuk-bentuk surat dakwaan:205
a. Dakwaan Tunggal
Dalam dakwaan ini terdakwa biasanya hanya melakukan satu macam
perbuatan saja.
b. Dakwaan Alternatif
203 Lihat Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 204
AL. Wisnubruto, Praktik Persidangan Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2014, hal.50.
Yaitu dakwaan yang mengecualikan antara satu dengan yang lainnya,
ditandai dengan kata “atau”. Menurut Van Bemmelen dakwaan dibuat
secara alternatif karna dua hal, yaitu :
1. Jika Penuntut Umum tidak mengetahui perbuatan mana, apakah
yang satu ataukah yang lain akan terbukti nanti di persidangan.
2. Jika Penuntut Umum ragu, peraturan hukum pidana yang mana
yang akan diterapkan oleh hakim atas perbuatan yang menurut
pertimbangannya telah nyata tersebut.
3. Dakwaan Subsidair
Yaitu dakwaan yang diurutkan mulai dari yang paling berat sampai
dengan yang paling ringan digunakan dalam tindak pidana yang
berakibat peristiwa yang diatur dalam pasal lain. Contoh :
Misalnya dalam kasus pembunuhan secara berencana
menggunakan dakwaan yaitu Dakwaan Primer :Pasal 340 KUHP,
Dakwaan subsidair: Pasal 338 KUHP, dan lebih subsidair: Pasal
355 KUHP, lebih subsidair lagi Pasal 353 KUHP.
4. Dakwaan Kumulatif
Yaitu dakwaan yang diatur dalam Pasal 141 KUHAP yaitu bahwa
penuntut umum dapat melakukan penggabungan perkara dan
membuatnya dalam satu surat dakwaan, apabila pada waktu yang
sama atau hampir bersamaan ia menerima beberapa berkas perkara
a. Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seorang yang
sama dan kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan halangan
terhadap penggabungannya.
b. Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan yang
lain.
c. Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan yang
lain, akan tetapi yang satu dengan yang lain itu ada
hubungannya yang dalam hal ini penggabungan tersebut perlu
bagi kepentingan pemeriksaan.
Dengan demikian, dakwaan kumulatif adalah :
a. Beberapa tindak pidana yang dilakukan satu orang yang sama.
b. Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut.
c. Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkutan.
Dalam dua kasus diatas, terlihat Penuntut Umum cenderung menggunakan
Dakwaan Alternatif. Penuntut Umum dalam membuat Dakwaan tersebut saling
mengecualikan satu sama lain yaitu Dalam Putusan PN Sleman
No.330/Pid.sus/2015/PN.Smn dengan dakwaan Pasal 36 Undang-Undang
Jaminan Fidusia, Pasal 35 Undang-Undang Jaminan Fidusia, Pasal 372 dan Pasal
378 KUHP kemudian dakwaan pada Putusan PN Purworejo
Tabel 3
Pelanggaran Perjanjian Jaminan Fidusia dilihat dari Tuntutan Penuntut Umum
No Nomor Putusan Isi Tuntutan
1 No.330/Pid.Sus/2015/PN.Smn 5. Menyatakan Terdakwa Mustofa
Ahmad bin Bawati Ahmad terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah
dalam melakukan Tindak Pidana
mengalihkan barang jaminan fidusia
tanpa izin tertulis dari penerima
fidusia sebagaimana diatur dan
diancam pidana dalam dakwaan
kesatu yaitu Pasal 36 UURI No. 42
Tahun 1996 tentang Jaminan Fidusia.
6. Menjatuhkan pidana terhadap
terdakwa berupa pidana penjara
selama 1 (satu) tahun dikurangi
selama terdakwa berada dalam
tahanan dengan perintah terdakwa
tetap ditahan.
7. Menetapkan barang bukti berupa :
e. 1 (satu) lembar sertifikat jaminan
fidusia No. :
05 Juni 2014.
f. 1 (satu) buah buku salinan akta
fidusia No. 22 tanggal 03 Juni
2014.
g. 1 (satu) bundel aplikasi kredit atas
nama Mustofa Ahmad.
Dikembalikan ke PT. Mandiri Tunas
Finance.
h. Surat Pernyataan yang ditanda
tangani oleh Budi Laksono dan
Herlinawati tanggal 15 Juli 2014
tetap, terlampir dalam Berkas
Perkara.
8. Menetapkan agar terdakwa
membayar biaya perkara sebesar Rp.
2.000,00 (dua ribu rupiah).
2 No. 15/Pid.Sus/2015/PN.Pwr 5) Menyatakan Terdakwa Rio Chandra
Bin Nurani Bramantya telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana
penggelapan melanggar Pasal 372
alternatif kedua Penuntut Umum;
6) Menjatuhkan pidana terhadap ia
terdakwa Rio Chandra Bin Nurani
Bramantya atas kesalahannya dengan
pidana penjara selama 1 (satu) tahun
dan 6 (enam) bulan dikurangi selama
Terdakwa berada dalam tahanan
dengan perintah agar Terdakwa tetap
ditahan.
7) Menyatakan barang bukti berupa :
d) 1 (satu) lembar Sertifikat Jaminan
Fidusia Nomor :
W13.00192796.AH.05.01 tahun
2014 tanggal 07 Maret 2014;
e) 1 (satu) bundel Akta Jaminan
Fidusia Nomor : 338 tanggal 05
Maret 2014 dikembalikan kepada
Pihak PT. Adira Finance;
f) 1 (satu) buah Surat Pernyataan
atas nama Rio Chandra;
Tetap terlampir dalam berkas perkara.
sebesar Rp. 2.000,00 (Dua Ribu
rupiah)
Menurut Darwin Prints Tuntutan Pidana atau Requisitoir adalah surat
yang dibuat oleh penuntut umum setelah pemeriksaan selesai dan kemudian
dibacakan dan diserahkan kepada hakim dan terdakwa atau penasihat hukum.
Adapun isi requisitoir itu sebenarnya tidak diatur dalam undnag-undang tetapi
biasanya memuat suatu kesimpulan oleh penuntut umum yang bersangkutan
berdasarkan proses pembuktian, yaitu apakah ketentuan atau pasal-pasal yang
didakwakan kepada terdakwa terbukti atau tidak. Jika ternyata selama proses
pembuktian telah terbukti, maka akan disebutkan berapa lama ancaman
hukumannya yang dapat dijatuhkan kepada terdakwa, tetapi apabila tidak terbukti
maka penuntut umum memuat tuntutannya kepada terdakwa yaitu bebas dari
segala hukum. Dengan demikian pembacaan requisitoir oleh penuntut umum
kepada terdakwa, yaitu setelah proses pemeriksaan bukti-bukti atau secara
pembuktiann, baik oleh terdakwa atau penasihat hukumnya maupun penuntut
umum.206
1. Identitas terdakwa secara lengkap, yaitu :
Adapun isi daripada requisitoir atau surat tuntutan hukum pada umumnya,
antara lain berisi hal-hal sebagai berikut:
(a) Nama lengkap.
(b) Tempat lahir, umur dan tanggal lahir.
(c) Jenis kelamin
(d) Kebangsaan
(e) Tempat tinggal
(f) Agama
(g) Pekerjaan
2. Isi dakwaan.
3. Fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan, seperti:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan terdakwa
c. Keterangan ahli
d. Barang bukti
4. Visum et Repertum (jika tindak pidana yang dilakukan melukai tubuh korban)
5. Fakta-fakta yuridis.
6. Pembahasan yuridis, yaitu penuntut umum membuktikan satu persatu
tentang pasal-pasal yang didakwakan, yaitu apakah telah terbukti atau
tidak.
7. Pertimbangan tentang hal-hal yang memberatkan dan meringankan
terdakwa
8. Tuntutan hukum (menuntut), yaitu penuntutan umum meminta kepada
pembebasan atau pelepasan terdakwa dari segala tuntutan lainnya atau
pidana tambahan.
9. Diberi nomor register dan tanggal serta ditanda tangani oleh penuntut
umum.
Pada putusan pertama yaitu Putusan PN Slemab
No.330/Pid.Sus/2015/PN.Snm, Penuntut Umum menuntut terdakwa bersalah
melakukan Tindak Pidana mengalihkan barang jaminan fidusia tanpa izin tertulis
dari penerima fidusia sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan
kesatu yaitu Pasal 36 UURI No. 42 Tahun 1996 tentang Jaminan Fidusia sesuai
dengan dakwaan kedua. Pasal 36 UUJF merumuskan sanksi pidana secara
kumulatif yaitu adanya ancaman pidana penjara dan pidana denda, namun dalam
tuntutannya, Penuntut Umum tidak menuntut terdakwa dengan pidana denda
terhadap terdakwa, Penuntut Umum hanya menuntut terdakwa dengan pidan
penjara yaitu menjatuhkan terdakwa berupa pidana penjara selama 1 (satu) tahun
dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah terdakwa tetap
ditahan. Berbeda halnya dalam Putusan PN Purworejo
No.15/Pid.Sus/2015/PN.Pwr dalam putusan tersebut Penuntut Umum menuntut
Terdakwa bersalah melakukan tindak pidana penggelapan melanggar Pasal 372
KUHP sebagaimana dakwaan alternatif kedua Penuntut Umum. Karena dalam
Pasal 372 KUHP hanya merumuskan sanksi tunggal, maka Penuntut Umum hanya
menjatuhkan Pidana penjara saja yaitu, dengan pidana penjara selama 1 (satu)
tahun dan 6 (enam) bulan dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan
Tabel 4
Pelanggaran Perjanjian Jaminan Fidusia dilihat dari Putusan Pengadilan Negeri
No Nomor Putusan Isi Putusan
1 No.330/Pid.Sus/2015/PN.Snm g. Menyatakan terdakwa Mustofa
Ahmad Bin Bawadi Ahmad telah
terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan Tindak Pidana
mengalihkan barang jaminan fidusia
tanpa izin tertulis dari penerima
fidusia;
h. Menjatuhkan pidana terhadap
terdakwa berupa pidana penjara
selama 9 (sembilan) bulan;
i. Menetapkan lamanya Terdakwa
dalam masa penangkapan dan
penahanan dikurangkan seluruhnya
dengan masa pidana yang dijatuhkan;
j. Menetapkan Terdakwa tetap berada
dalam tahanan;
k. Menetapkan Barang Bukti berupa :
d. 1 (satu) lembar sertifikat jamina
fidusia No. :
05 Juni 2014.
e. 1 (satu) buah buku salinan akta
fidusia No. 22 tanggal 03 Juni
2014.
f. 1 (satu) bendel aplikasi kredit atas
nama Mustofa Ahmad.
Dikembalikan ke PT. Mandiri Tunas
Finance
g. Surat pernyataan yang di tanda
tangani oleh Bukti Laksono dan
Herlinawati tanggal 15 Juli 2014
tetap terlampir dalam Berkas Perkara
l. Membebankan kepada Terdakwa
untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp. 2.000.00 (dua ribu
rupiah)
2 No.15/Pid.Sus/2015/PN.Pwr 7. Menyatakan Terdakwa Rio Chandra
Bin Nurani Bramantya telah terbukti
secara sah dan meyakinkan
melakukan tindak pidana
penggelapan
8. Menjatuhkan pidana selama terhadap
pidana penjara selama 10 (sepuluh)
Bulan
9. Menetapkan masa penahanan yang
telah dijalan oleh terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana
yang dijatuhkan
10.Menetapkan terdakwa tetap berada
dalam tahanan
11.Menyatakan barang bukti berupa :
d. 1 (satu) lembar Sertifikat Jaminan
Fidusia Nomor :
W13.00192796.AH.05.01 tahun
2014 tanggal 07 Maret 2014
e. 1 (satu) bundel Akta Jaminan
Fidusia Nomor : 338 tanggal 05
Maret 2014
Dikembalikan kepada pihak PT. Adira
Finance
f. 1 (satu) buah surat pernyataan atas
nama Rio Chandra
Tetap terlampir dalam berkas
untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp. 2.000, 00 (dua ribu
rupiah)
Putusan pengadilan menurut Pasal 1 KUHP adalah :
“pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini.”
Menurut Pasal 197 KUHP, bahwa :
(1) Surat putusan pemidanaan memuat:
a. Kepala putusan yang dituliskan “DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”
b. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa.
c. Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan.
d. Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan
keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa
e. Tuntutan pidana, sebagaimana yang terdapat dalam surat tuntutan
f. Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan
atau tindakan dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa
g. Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali
perkara diperiksa oleh hakim tunggal
h. Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua
unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan.
i. Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan
menyebutkan jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti.
j. Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan dimana
letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat autentik dianggap palsu.
k. Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau
dibebaskan.
l. Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang
Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus selalu diperhatikan,
yaitu kepastian hukum (Rechtssicherheit), kemanfaatan (Zweckmassigkeit), dan
keadilan (Gerechtigkeit).207Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel
terhadap tindakan sewenang wenang yang berarti bahwa seseorang akan dapat
memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat
mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan atau penegakan hukum, maka
pelaksanaan hukum atau penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan
bagi masyarakat. Unsur yang ketiga adalah keadilan. Masyarakat sangat
mengharapkan bahwa dalam pelaksanaan atau penegakan hukum keadilan harus
diperhatikan. Meskipun hukum bersifat umum dan mengikat setiap orang, namun
dalam pelaksanaan atau penegakan hukum tersebut harus adil. Jika dalam
penegakan hukum hanya diperhatikan kepastian hukum saja, maka unsur lainnya
dikorbankan. Demikian jika yang diperhatikan hanya kemanfaatan, maka
kepastian hukum dan keadilan akan dikorb