• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)PEMIDANAAN ANAK DI BAWAH UMUR YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM PERSPEKTIF RESTORATIVE JUSTICE (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kediri No. 6/Pid.Sus-Anak/2015/PN Kdr). SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.). Oleh : MUHAMMAD GALIH PRAKOSO NIM: 11150450000004. PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020 M.

(2) PEMIDANAAN ANAK DI BAWAH UMUR YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM PERSPEKTIF RESTORATIVE JUSTICE (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kediri No. 6/Pid.Sus-Anak/2015/PN Kdr). SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.). Oleh : MUHAMMAD GALIH PRAKOSO NIM: 11150450000004. Pembimbing I. Pembimbing II. Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag.. Afwan Faizin, M.A.. NIP. 197308022003121001. NIP. 197210262003121001. PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020 M.

(3) LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI Skripsi yang berjudul “PEMIDANAAN ANAK DI BAWAH UMUR YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM PERSPEKTIF RESTORATIVE JUSTICE (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kediri No. 6/Pid.Sus-Anak/2015/PN Kdr)”, telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 April 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) pada Program Studi Hukum Pidana Islam.. Jakarta, 9 April 2020. Ketua. PANITIA UJIAN MUNAQASYAH : Qasim Arsadani, M.A.. (....................). NIP. 196906292008011016 Sekrertaris. : Mohamad Mujibur Rohman, M.A.. (....................). NIP. 197604082007101001 Pembimbing I. : Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag.. (....................). NIP. 197308022003121001 Pembimbing II. : Afwan Faizin, M.A.. (....................). NIP. 197210262003121001 Penguji I. : Qasim Arsadani, M.A.. (....................). NIP. 196906292008011016 Penguji II. : Muhammad Ishar Helmi, S.Sy., SH., MH. (....................).

(4) LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa :. 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.. Jakarta, 9 April 2020 Penulis,. Muhammad Galih Prakoso.

(5) ABSTRAK Muhammad Galih Prakoso. NIM 11150450000004. PEMIDANAAN ANAK DI BAWAH UMUR YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM PERSPEKTIF RESTORATIVE JUSTICE (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kediri No. 6/Pid.Sus-Anak/2015/PN Kdr). Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H / 2020 M. Adanya skripsi ini ditulis oleh penulis, yaitu bertujuan untuk menganalisis putusan dan pertimbangan hakim terhadap pelaku tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak. Penelitian ini, penulis juga menjelaskan mengenai ketentuan pidana bagi anak yang melakukan tindak pidana pencurian dari segi hukum pidana positif dan hukum pidana Islam, yang kemudian materi-materi tersebut penulis jadikan sebagai acuan tambahan dalam menganalisis putusan hakim terhadap Terdakwa anak yang bernama RISKI PRATAMA PUTRA BIN ISKANDAR sebagai pelaku tindak pidana pencurian pada Pengadilan Negeri Kediri, dalam rangka menentukan sanksi yang tepat untuk diterapkan. Penelitian ini, metode yang digunakan oleh penulis yaitu menggunakan metode yang bersifat deskriptif analisis, dengan menggunakan pendekatan normatif serta studi kepustakaan (library research), yakni dengan melakukan penelitian terhadap peraturan perundang-undangan sebagai objek penelitian, yang dikaitkan dengan teori-teori hukum. Demikian juga hukum dalam pelaksanaannya di dalam masyarakat, yang berkenaan dengan objek penelitian. Setelah data diperoleh, penulis menganalisis data yang diperoleh berupa Putusan Pengadilan Negeri Nomor 6/Pid.sus-Anak/2015/PN Kdr. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwasanya hakim dinilai gagal dalam menerapkan upaya diversi (pengalihan hukum) dari litigasi ke non litigasi terhadap kasus tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak. Kemudian hakim dinilai memandang sebelah mata dalam mempertimbangkan hukum ketika memutus perkara anak yang berhadapan dengan hukum. Oleh sebab itu penting dibuatnya skripsi ini, yaitu agar adanya evaluasi hukum demi tercapainya keadilan, sehingga dapat mencerminkan suatu sistem hukum yang dapat melindungi hak-hak anak. Penulis merekomendasikan kepada aparat penegak hukum, khususnya majelis hakim yang memutus perkara anak agar dapat menerapkan upaya diversi (pengalihan hukum) dari litigasi ke non litigasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai keputusan majelis hakim yang benar-benar adil, sehingga diharapkan munculnya kesadaran hukum bagi aparat penegak hukum dan seluruh masyarakat di Indonesia. (Kata Kunci : Pemidanaan Anak, Tindak Pidana Pencurian, Restorative Justice) Pembimbing I. : Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag.. Pembimbing II. : Afwan Faizin, M.A.. Daftar Pustaka. : 1968 s.d. 2018.

(6) KATA PENGANTAR. ّ ّ ‫ارّ محن‬ ّ ‫الل‬ ‫ارّ حيم‬ ‫بسم‬. Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa Umat Islam dari zaman kebodohan, hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini. Dengan selesainya skripsi ini yang berjudul “PEMIDANAAN ANAK DI BAWAH UMUR YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM PERSPEKTIF RESTORATIVE JUSTICE (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kediri No. 6/Pid.Sus-Anak/2015/PN Kdr)”, yang disusun sebagai salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan program Strata Satu (S1) di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat keilmuan khususnya di Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah). Karya ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan dari kawan-kawan serta pihakpihak yang terkait dalam memberikan dukungan dan memberikan sumbangsih ide serta waktu untuk berdiskusi dengan penulis. Oleh karena itu, penulis merasa sangat perlu untuk mengucapkan terima kasih sebagai bentuk penghargaan kepada : 1.. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.A., M.H., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.. 2.. Bapak Qasim Arsadani, M.A., Ketua Prodi hukum pidana Islam dan Penguji saya dalam ujian munaqasyah (skripsi) yang selalu berkenan meluangkan waktu dan mencurahkan segala perhatiannya untuk memberikan pencerahan serta pengarahan yang begitu baik bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.. 3.. Bapak Mohammad Mujibur Rohman, M.A., Sekretaris Prodi hukum pidana Islam, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.. vi.

(7) 4.. Bapak Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag. dan Bapak Afwan Faizin, M.A., Dosen Pembimbing yang senantiasa sabar, peduli, dan selalu memberikan pengarahan yang begitu baik bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.. 5.. Bapak Muhammad Ishar Helmi, S.Sy., SH., MH., Penguji saya yang senantiasa sabar dan bersedia meluangkan waktunya dalam rangka ujian munaqasyah (skripsi) yang dilakukan secara daring (online), mengingat kondisi di negeri tercinta yaitu Indonesia sedang mengalami darurat pandemi, dimana adanya wabah virus Covid-19 (Corona virus disease 19), sehingga masyarakat diminta untuk tidak boleh keluar rumah atau beraktifitas di luar rumah oleh Pemerintah, sebagai maksud untuk memutus mata rantai penyebaran virus tersebut.. 6.. Pengadilan Negeri Kediri Klas I-B, yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian dan memperoleh informasi berupa salinan putusan perkara.. 7.. Pimpinan dan staf karyawan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan berupa buku-buku ataupun lainnya, sehingga penulis memperoleh informasi yang dibutuhkan.. 8.. Pimpinan dan staf karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang senantiasa memberikan fasilitas dan pelayanan kepada penulis untuk mengadakan studi kepustakaan berupa buku-buku ataupun lainnya, sehingga penulis memperoleh informasi yang diperlukan.. 9.. Pimpinan dan staf karyawan akademik Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang senantiasa memberikan fasilitas dan pelayanan kepada penulis dalam menyelesaikan keperluan administrasi selama menyelesaikan skripsi ini.. 10. Ibu Prof. Dr. Hj. Zaitunah Subhan, M.A., Dosen Penasihat Akademik yang dalam. hal. ini. selalu. memberikan. terselesaikannya skripsi ini.. vii. arahan. dan. motivasi. demi.

(8) 11. Seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak mencurahkan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalani masa studi berlangsung. 12. Kedua orang tua penulis, Ayahanda tercinta Papa (Alm) Agus Nurofik dan Ibunda tercinta Mama Anik Ratriningsih, yang selalu memberikan dukungan, semangat, nasihat, dan doa yang tiada henti-hentinya selama penulis menempuh kuliah Strata 1 (S1). Semoga Almarhum Papa Agus Nurofik diberikan tempat yang terbaik di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala, dan semoga Mama Anik Ratriningsih diberikan kesembuhan total dari penyakit kista yang ada di ginjalnya dan bisa beraktifitas normal kembali seperti sedia kalanya, serta Mama Anik Ratriningsih senantiasa diberikan umur yang panjang dan kesehatan selalu oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. 13. Ibu Hj. Kasih Umi Habibah Soepandi, Nenek dari penulis, yang tiada hentinya untuk selalu memberikan dorongan dan do’a kepada penulis hingga skripsi ini terselesaikan. 14. Almira Felia Rafiq dan Eiffeline Nurrafika, kedua adik kandung penulis yang telah memberi dukungan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 15. Ibu Inda Komalasari, bibi dari penulis yang telah membantu memberikan dorongan dan do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 16. Hukum Pidana Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2015, selaku kawan-kawan seperjuangan selama di bangku perkuliahan yang selama ini selalu mengajarkan arti sebuah pertemanan, yang selalu ada di saat suka, duka, ceria, tawa, dan bahagia kepada penulis. Terimakasih atas kebersamaan dan waktu yang telah kita alami bersama, semoga kelak kita dipertemukan kembali sebagai orang-orang yang dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. 17. Sahabat seperjuangan NANO-NANO CREW (NNC), diantaranya Sahabat Burhanuddin, S.H., Muhammad Nur Oktapian, S.H., Muhammad Rifqi Adjomi, S.H., Awaludin Fikri, S.H., Ali Maksum Asngari, Riyadhul Fikri, Muhammad Aldi Fayed S. Arief, Hasin Abdullah, Muhammad Anggi. viii.

(9) Prabowo, Adam Ridho Muzakki, Kaharudin Aldian Saputra dan Rifqi Faris yang dalam hal ini telah memberikan arti sebuah persahabatan. Suka, duka, dan berbagi keceriaan bersama sudah menjadi hal yang rutin untuk dilakukan, dan menjadi sebuah penghibur dikala penat melanda penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih sahabat atas dukungan, motivasi, dan nasihat yang selama ini telah dicurahkan, semoga kita dapat dipertemukan kembali sebagai orang yang sukses dengan pekerjaan yang ditekuni. 18. Sahabat-sahabat saya yang tergabung ke dalam komunitas PML (Persik Mania Liar) yang berlokasi di Kediri, Jawa Timur, diantaranya adalah Jorda Agung Satria, S.Tr.T, Eko Prambudi Hidayatullah, S.S.T. (TD), Riki Fakhru Perdana, S.H., Ilham Putra Prasetya Sunardi, S.Tr.T., Ahlis Syarifuddin, S.Pd., Luki Cahya Nugraha, S.Pd., Andri Amrullah, yang telah berkontribusi penuh membantu saya dalam dunia perkopian, penghibur saya ketika keadaan duka maupun lara. Terima kasih telah hadir di dalam dunia saya, mau mengenal saya dengan tulus, tanpa mengenal rasa pamrih. 19. Teman-teman kelas XII-IPA 3 (Fosfor) MAN 3 Kediri, yang telah menemani saya bersama-sama selama 2 tahun sejak kelas XI (sebelas) dalam proses pembelajaran di sekolah, sekaligus sebagai teman bermain dan ngumpul bersama ketika di luar jam sekolah. 20. Teman-teman kelas X-5 (Rexfire) MAN 3 Kediri, yang telah menemani saya bersama-sama selama 1 tahun dalam proses pembelajaran di sekolah, sekaligus sebagai teman ngumpul bersama ketika acara buka puasa bersama pada waktu bulan suci Ramadhan dan saat Sasya (Safari Syawal) ke rumah guru-guru MAN 3 Kediri. 21. Seluruh kader dan anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat Fakultas Syariah dan Hukum (PMII KOMFAKSYAHUM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak membantu dalam merasakan sebuah proses dan pengalaman dalam keorganisasian kepada penulis.. ix.

(10) 22. Seluruh kawan-kawan Kuliah Kerja Nyata, yakni KKN OCTAGON 196, yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 23. Seluruh pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang turut membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.. Akhirnya tiada untaian kata yang berharga selain ucapan Alhamdulillahirabbil ‘Alamiin dan Terima Kasih yang sebesar-besarnya. Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya, Aamiin yaa Rabbal ’aalamiin. Sekian dan terimakasih.. Jakarta, 9 April 2020 M 15 Sya’ban 1441 H. Muhammad Galih Prakoso. x.

(11) DAFTAR ISI LEMBAR SAMPUL ............................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ...................................... ii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................. iii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv ABSTRAK ........................................................................................................... v KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi BAB I:. PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Identifikasi, Batasan, dan Perumusan Masalah .......................... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 8 D. Kerangka Teori dan Konseptual ................................................. 9 E. Tinjauan Studi Terdahulu ........................................................ 24 F. Metode Penelitian ..................................................................... 26 G. Sistematika Penulisan ............................................................... 29. BAB II:. TINDAK PIDANA PENCURIAN OLEH ANAK..................... 31 A. Tindak Pidana (Jarîmah) Menurut Hukum Islam .................... 31 B. Fungsi Penegakkan Hukum Dalam Hukum Islam .................... 37 C. Kedudukan Anak Sebagai Pelaku Jarîmah Menurut Hukum Islam .................................................................................................. 39 D. Pengertian Tindak Pidana Pencurian Menurut Hukum Islam .. 43 E. Kedudukan Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Menurut Hukum Positif ........................................................................................ 46 F. Ketentuan Pidana Terhadap Anak Pelaku Pencurian Menurut Hukum Positif ........................................................................... 47 G. Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Anak Pelaku Pencurian Menurut Hukum Positif ........................................... 51. xi.

(12) BAB III:. KONSEP DAN PENERAPAN RESTORATIVE JUSTICE TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN OLEH ANAK ....................................................................................................... 57 A. Konsep Restorative Justice Dalam Melengkapi Penyelesaian Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum ................................... 57 B. Implementasi Restorative Justice Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian ...................................................................... 61 C. Implementasi Diversi Melalui Pendekatan Restorative Justice Yang Dilakukan Oleh Pihak Kepolisan .................................... 72. BAB IV:. ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN ........................... 75 A. Kedudukan Hukum Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian Dalam Putusan Nomor: 6/Pid.Sus-Anak/2015/PN Kdr. .................................................................................................. 75 B. Pertimbangan Hakim Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian Dalam Putusan Nomor: 6/Pid.Sus-Anak/2015/PN Kdr. .................................................................................................. 78 C. Analisa Penulis Terhadap Putusan Nomor: 6/Pid.SusAnak/2015/PN Kdr. .................................................................. 82. BAB V:. PENUTUP..................................................................................... 89 A. Kesimpulan ............................................................................... 89 B. Rekomendasi............................................................................. 90. DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 91 LAMPIRAN ........................................................................................................ 96. xii.

(13) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Anak bermasalah adalah anak yang melakukan tindak pidana atau melakukan perbuatan yang terlarang bagi anak. Perbuatan terlarang tersebut diatur di dalam peraturan perundang-undangan maupun peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat. Anak pelaku tindak pidana yaitu apabila melanggar ketentuan dalam peraturan hukum pidana yang ada, maka pidana dan penjatuhan sanksi ini dinilai sebagai sebuah fenomena hukum yang mampu mengurangi tindak kriminal juga sebagai konsekuensi logis terhadap tindakan melawan hukum.1 Kenakalan anak merupakan hal yang sangat kompleks, karena anak tidak dapat dilepaskan baik dari lingkungan sosialnya, lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitarnya. Hal ini disebabkan bahwa anak masih mempunyai masa depan yang panjang, sehingga masih ada kemungkinan untuk menjadi baik dalam perkembangannya, maka anak harus diberikan bekal berupa bimbingan, pendidikan dan pembinaan yang cukup agar nantinya setelah selesai menjalani masa pembinaannya akan menjadi lebih baik kembali. Penanggulangan dalam menghadapi anak yang terkena kasus pidana, Lapas Anak hadir sebagai lembaga tempat pendidikan dan pembinaan bagi anak yang terkena kasus pidana. Anak yang ditempatkan di Lapas Anak bertujuan agar anak tersebut memperoleh pendidikan dan pelatihan baik formal maupun informal sesuai dengan bakat dan kemampuannya, serta memperoleh hak-haknya.2. 1 Hasanuddin AF, dkk, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Pustaka Al-Husna dan UIN Press, 2003), h. 1. 2 Romli Atmasasmita, Problem Kenakalan Anak-anak Remaja, (Bandung: Armico, 1983), h. 67.. 1.

(14) 2. Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor itu antara lain adanya dampak negatif dari perkembangan yang cepat, arus globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya hidup sebagian orang tua. Perkembangan tersebut sangat berpengaruh terhadap nilai dan moral anak. Selain itu, anak yang kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan, bimbingan dan pembinaan dari orang tua, wali, atau orang tua asuh. Kurangnya kontrol dari orang tua akan mudah membawa pengaruh terhadap anak yang dapat merugikan perkembangan pribadi anak. Keadilan diakui sebagai kebutuhan masyarakat yang pada gilirannya akan melahirkan lembaga atau sebuah institusi hukum yang baik. Dengan demikian hukum itu bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat, dan hukum itu harus pula bersendikan pada keadilan, yaitu asas-asas keadilan dari masyarakat.3 Pertanggungjawaban pidana anak tidaklah cukup kalau hanya didasarkan pada hukum materiil seperti yang diatur dalam KUHP, karena KUHP ketentuan hukumnya bersifat konvensional yang mengacu kepada kepentingan hukum kolonial Belanda, dengan melihat perilaku dan peradaban. manusia. yang. sudah. sedemikian. kompleks. bahkan. perkembangannya jauh lebih cepat dari peraturan yang ada. Oleh karena itu, melalui pasal 103 KUHP, masih dibenarkan adanya perbuatan lain yang menurut undang-undang selain KUHP dapat dipidana sepanjang undangundang itu bertalian dengan masalah anak dan tidak bertentangan dengan ketentuan KUHP (lex specialis derogat legi generalis). Melalui asas ini pula hukum pidana anak membenarkan undang-undang lain di luar KUHP yang bertalian dengan masalah anak seperti ketentuan hukum yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, di dalam undang-undang ini mengatur perbedaan perlakuan dalam. 3. CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 40..

(15) 3. beracara pidana terhadap pelaku tindak pidana oleh anak, serta sanksi yang akan diterima oleh anak. Perbedaan perlakuan dan sanksi yang diatur dalam undang-undang ini dimaksudkan untuk lebih memberikan perlindungan dan pengayoman terhadap anak dalam menyongsong masa depannya yang masih panjang. Selain itu, perbedaan tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada anak agar setelah melewati pembinaan akan memperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia yang lebih baik, yang berguna bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Kasus tindak pidana pencurian oleh anak tidak jarang ditemukan di Indonesia, dimana sedikit dari pihak korban yang ingin mengakhiri kasusnya ke jalur non litigasi, kemudian juga banyak hakim di Pengadilan anak yang pada akhirnya lebih memilih untuk menjatuhkan pidana berupa penjara terhadap anak pelaku tindak pidana pencurian, salah satunya yaitu kasus tindak pidana pencurian oleh anak pada putusan nomor 6/Pid.susAnak/2015/PN Kdr. Kasus yang melibatkan terdakwa anak yang bernama Riski Pratama Putra Bin Iskandar ini perkaranya telah sampai ke tahap pengadilan, yang mana perkaranya telah tercantum di dalam putusan Pengadilan Negeri Kediri nomor 6/Pid.sus-Anak/2015/PN Kdr.4 Kronologi kejadian, berawal ketika terdakwa anak yang bernama Riski Pratama Putra Bin Iskandar sedang tidak mempunyai sejumlah uang, yang membuat terdakwa berniat untuk mencuri atau mengambil sebuah barang. Pada hari Selasa tanggal 10 Maret 2015 sekitar pukul 12.00 WIB, terdakwa mendatangi sebuah Masjid Al Bajuri yang beralamat di Jalan Ronggowarsito Kelurahan Pocanan Kota Kediri. Pada waktu yang bersamaan, korban yang bernama Aden Saiful Hidayatulloh berniat untuk menitipkan sebuah barang berupa Handphone merk Samsung Galaxy Y Neo warna putih kepada saksi yang bernama Abdurrohman, adalah seorang marbot atau DKM di Masjid Al Bajuri. Korban menitipkan barang tersebut dikarenakan korban hendak belajar di Pondok Pesantren Lirboyo. 4. Berdasarkan putusan Pengadilan Nomor 6/Pid.sus-Anak/2015/PN Kdr, h. 1..

(16) 4. Kemudian saksi yang bernama Abdurrohman meletakkan handphone tersebut di atas almari yang berada di dalam kamarnya, tepatnya di lantai atas masjid tersebut. Selesai menaruh barang tersebut, kemudian saksi Abdurrohman turun ke bawah hendak mengumandangkan adzan dzuhur. Setelah selesai mengumandangkan adzan dzuhur, terdapat jamaah yang ingin meminjam tasbih kepada saksi Abdurrohman, kemudian saksi Abdurrohman naik ke lantai atas untuk mengambil tasbih tersebut. Pada waktu yang bersamaan, saksi melihat terdakwa sedang berada di lantai atas masjid tersebut, namun saksi tidak menegurnya dikarenakan saksi tidak menaruh rasa curiga sama sekali kepada terdakwa. Kemudian setelah mengambil tasbih, saksi langsung turun kembali ke lantai bawah untuk melaksanakan shalat dzuhur. Selesai melaksanakan shalat dzuhur, saksi Abdurrohman bergegas untuk mengecek kondisi dan keadaan di lantai atas. Setelah dicek, ternyata terdakwa sudah tidak ada di tempat dan melihat Handphone milik korban Aden Saiful Hidayatulloh juga sudah tidak ada di tempatnya, bersamaan uang milik saksi Abdurrohman sebesar Rp. 12.000,(dua belas ribu rupiah) yang ditaruh di kantung saku depan sebelah kiri bajunya yang sedang digantung, juga sudah tidak ada. Kemudian di hari yang sama, terdakwa membawa barang hasil curiannya berupa Handphone merk Samsung Galaxy Y Neo warna putih ke Pasar Loak Setono Pande yang berlokasi di Kecamatan Kota Kediri, bermaksud untuk menjual barang tersebut ke orang lain dengan harga Rp. 350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu rupiah). Setelah berhasil menjual barang tersebut, terdakwa pergunakan uang hasil penjualan barang curian tadi untuk bermain internet di warnet dan untuk membeli makan sehari-hari terdakwa.5 Setelah menjalani tahap persidangan di Pengadilan Negeri Kediri, pada akhirnya terdakwa anak Riski Pratama Putra Bin Iskandar dijatuhi hukuman oleh Majelis Hakim yakni berupa pidana penjara selama 7 (tujuh) bulan dan membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah).6 Jika 5 6. Berdasarkan putusan Pengadilan Nomor 6/Pid.sus-Anak/2015/PN Kdr, h. 3. Berdasarkan putusan Pengadilan Nomor 6/Pid.sus-Anak/2015/PN Kdr, h. 11..

(17) 5. melihat putusan hakim tersebut, penulis menilai bahwasanya putusan tersebut telah bertentangan dengan prinsip keadilan restoratif yang disebutkan di dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Bahwasanya substansi dari prinsip keadilan restoratif adalah untuk memulihkan keadaan, sedangkan pidana berupa penjara dimaksudkan untuk misi balas dendam. Padahal di dalam Pasal 28B Ayat (2) menyatakan secara jelas bahwa: “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prinsip dari keadilan restoratif diantaranya yaitu menjauhkan anak dari pengaruh negatif proses peradilan, mengupayakan perdamaian antara korban dengan anak, mengutamakan penyelesaian di luar proses peradilan (diversi) contohnya yaitu berupa mediasi atau musyawarah, menanamkan rasa tanggungjawab anak, mewujudkan kesejahteraan anak, menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan, mendorong masyarakat untuk berpartisipasi, meningkatkan keterampilan hidup anak. Secara jelas permasalahan yang muncul di dalam penelitian ini yaitu adanya pertentangan antara das sein dengan das sollen. Das sein yang disebutkan adalah putusan hakim kepada terdakwa anak yang bernama Riski Pratama Putra Bin Iskandar berupa pidana penjara selama 7 (tujuh) bulan, sedangkan das sollen yang disebutkan adalah peraturan hukum yang ada di dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Hukum Islam mengatur mengenai ‘uqûbah (sanksi) bagi pelaku jarîmah (tindak pidana) pencurian, yang mana perbuatannya termasuk ke dalam kategori hukuman ḫudûd. Ḫudûd adalah hukuman yang telah ditentukan dan ditetapkan kadarnya oleh Allah SWT di dalam alquran. Q.s. Al-Mâ’idah (5):38 menjelaskan mengenai sanksi yang akan diterima bagi pelaku tindak pidana pencurian, yang bunyinya sebagai berikut,.

(18) 6. َّ َ ّ ‫َ َّ ُ َ َّ َ ُ َ ۡ َ ُ ٓ ْ َ ۡ َ ُ َ َ َ ٓ َ َۢ َ َ َ َ َ َ َٰ ا‬ ُ َّ ‫ٱلل ِِۗ َو‬ ٞ ‫يز َحك‬ ٌ ‫ٱلل َعز‬ ٣٨ ‫ِيم‬ ‫وٱرسارِق وٱرسارِقة فٱقطعوا أيدِيهما جزاء بِما كسبا نكٗل مِن‬ ِ Artinya: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.s. Al-Mâ’idah (5):38). Berdasarkan ayat di atas, bahwasanya sanksi bagi pelaku tindak pidana pencurian menurut hukum Islam adalah dipotong kedua tangannya. Sanksi tersebut diterapkan terhadap orang-orang yang dapat dibebani hukum (taklîf), atau dengan kata lain orang yang sudah mukallâf (dewasa). Namun sanksi potong tangan tidak dapat dibebankan kepada seorang anak yang belum dewasa (mukallâf), dan belum cakap atau mengerti soal hukum.7 Maka dari itu, jenis hukuman (‘uqûbah) dalam pidana Islam yang seharusnya diberlakukan kepada seorang anak yang belum dewasa (mukallâf) adalah sanksi takzir. Hukuman takzir adalah perbuatan jarîmah yang tidak dikategorikan ke dalam hukuman ḫudûd/qisâs. Jenis atau kadar serta bentuk hukuman takzir itu diserahkan kepada kearifan Hakim untuk menentukan dan memilih hukuman yang patut dikenakan kepada pelaku jarîmah, karena sanksi takzir itu bertujuan untuk menghalang para pelaku jarîmah agar tidak mengulangi perbuatan jahat yang mereka lakukan sebelumnya, serta sanksi takzir diterapkan tidak untuk menyiksa para pelaku jarîmah. Sehingga sanksi takzir yang seharusnya diterapkan kepada anak yang belum cakap hukum diantaranya dapat berupa keikutsertaan dalam pelatihan kerja di lembaga pendidikan anak, mendapat pembinaan dan bimbingan di lembaga pembinaan khusus anak, dan lainnya yang dapat merubah sifat dan perbuatan anak kembali seperti semula dari buruk ke baik.. 7. A. Djazuli, Fiqh Jinâyâh, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 30..

(19) 7. Berdasarkan hasil putusan oleh Majelis Hakim yang telah menjatuhkan hukuman kepada terdakwa anak yang bernama Riski Pratama Putra Bin Iskandar, apabila putusan Majelis Hakim tersebut dihadapkan dengan ketentuan hukum pidana positif dan hukum pidana Islam yang telah dipaparkan di atas, bahwasanya terdapat perbedaan diantara keduanya. Karena perbedaan itulah yang menjadi inti permasalahan yang membuat penulis ingin mengkaji lebih mendalam mengenai putusan Hakim Pengadilan Negeri Kediri Nomor 6/Pid.sus-Anak/2015/PN Kdr. Maka berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi yang berjudul “PEMIDANAAN ANAK DI BAWAH UMUR YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM PERSPEKTIF RESTORATIVE JUSTICE (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kediri No. 6/Pid.Sus-Anak/2015/PN Kdr)”. B. Identifikasi, Batasan, dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, penulis mengidentifikasi beberapa masalah yang timbul sebagai berikut: a. Tindak pidana pencurian oleh anak. b. Pemidanaan anak pelaku tindak pidana pencurian. c. Putusan diversi. d. Keadilan restoratif. 2. Batasan Masalah Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasannya lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan penulis. Di sini penulis hanya akan membahas penerapan upaya diversi pada putusan nomor 6/Pid.sus-Anak/2015/PN Kdr..

(20) 8. 3. Perumusan Masalah Untuk. memberikan. kejelasan. batasan. masalah. yang. telah. dikemukakan sebelumnya di atas, maka perlu adanya penyusunan suatu perumusan masalah dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana pertimbangan hakim di dalam putusan nomor 6/Pid.susAnak/2015/PN Kdr? b. Bagaimana penerapan upaya diversi di dalam putusan nomor 6/Pid.sus-Anak/2015/PN Kdr? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Supaya pembahasan tentang tindak pidana pencurian oleh anak lebih terarah dan mendalam sesuai dengan permasalahan-permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah: a. Untuk menganalisis pertimbangan hakim di dalam putusan nomor 6/Pid.sus-Anak/2015/PN Kdr. b. Untuk menganalisis penerapan upaya diversi di dalam putusan nomor 6/Pid.sus-Anak/2015/PN Kdr. 2. Manfaat Penelitian. Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik untuk penulis sendiri maupun bagi masyarakat umum tentunya. Manfaat penelitian terbagi atas dua jenis, yaitu: a. Secara akademis, terkait nilai. guna keilmuan. yang dapat. disumbangkan oleh hasil penelitian. Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi dalam penelitian ilmiah yang terfokus pada kajian tentang upaya diversi terhadap pelaku tindak pidana pencurian oleh anak. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan mampu menyediakan referensi baru mengenai tindak pidana pencurian oleh anak..

(21) 9. b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat melalui analisis yang dipaparkan pada pihak-pihak yang bergelut dalam menangani perkara hukum anak, yaitu pihak kepolisian, hakim, penuntut umum, dan lembaga sosial anak. Tidak hanya aparat penegak hukum saja, namun juga dapat sebagai sumbangsih pada DPR RI dalam menyusun rancangan perundang-undangan tentang anak. Melalui kajian ini diharapkan pembuat kebijakan dan masyarakat pada umumnya memiliki bahan bacaan dan diskusi yang bisa menambah wawasan tentang masalah hukum anak. D. Kerangka Teori dan Konseptual 1. Kerangka Teori Membahas mengenai kerangka teori sama halnya membicarakan soal hukum, sesungguhnya tidak ada definisi yang baku dan abadi.8 Sesungguhnya dalam membahas kerangka teori kita akan dihadapkan pada 2 (dua) macam realitas, yaitu realitas in abstracto yang ada dalam ide imajinatif, dan realitas in concreto yang berada pada pengalaman indrawi.9 Teori merupakan penjelasan mengapa gejala konflik atau proses tertentu terjadi. Suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannnya. Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan, petunjuk, meramalkan dan menjelaskan gejala yang sedang diamati. Kerangka teori yang dibuat bertujuan salah satunya untuk memberikan gambaran yang sistematis mengenai masalah yang sedang diteliti. Teori disini masih bersifat sementara yang akan dibuktikan kebenarannya dengan cara realitas.10 Oleh karena itu dalam penelitian, penulis menjelaskan beberapa teori yang relevan terkait dengan penerapan restorative justice. 8. Sabian Utsman, Metodologi Penelitian Hukum Progresif: Pengembaraan Permasalahan Penelitian Hukum Aplikasi Mudah Membuat Proposal Penelitian Hukum, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 52. 9 Otje Salman dan Anthon F. Susanto, Teori Hukum (mengingat, mengumpulkan, dan membuka kembali), (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 21. 10 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 79..

(22) 10. (keadilan restoratif) terhadap anak pelaku tindak pidana pencurian, bertujuan untuk memaparkan dasar kerangka pemikiran penulis dalam penelitian ini. Adapun kerangka teori yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini ada 2 (dua) teori, yaitu teori restorative justice (keadilan restoratif) dan teori pemidanaan anak. a. Teori Restorative Justice Salah satu persoalan yang menjadi perhatian masyarakat saat ini dalam proses penegakkan hukum adalah tidak tercerminnya prinsip keadilan sebagai tujuan hukum. Beberapa kasus yang sering menjadi perhatian adalah kasus pidana yang tidak layak untuk dihukum atau bahkan sampai dibawa ke pengadilan, misalnya kasus yang pelakunya adalah anak-anak. Berdasarkan pada perkembangan konsepsi keadilan, munculah konsep keadilan restoratif (restorative justice). Keadilan restoratif yaitu suatu keadilan, dimana secara luas penerapannya. menyeimbangkan. dengan. prinsip-prinsip. dasar. penggantian kerugian. Keadilan restoratif merupakan suatu proses dimana semua pihak yang terlibat dalam suatu tindak pidana tertentu bersama-sama memecahkan, menciptakan suatu kewajiban untuk membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik dengan melibatkan korban, anak sebagai pelaku, masyarakat, dan penegak hukum yang berkepentingan dalam mencari solusi untuk memperbaiki dan menentramkan hati yang tidak berdasarkan pada pembalasan.11 Penjatuhan. sanksi. dalam. konsep. keadilan. restoratif. ini. mengikutsertakan anak sebagai pelaku, korban, masyarakat, dan para penegak hukum secara aktif. Anak sebagai pelaku bekerja aktif untuk memulihkan kerugian korban dan menghadapi korban. Korban aktif dalam menentukan sanksi bagi anak sebagai pelaku. Masyarakat terlibat sebagai mediator, membantu korban dan mendukung pemenuhan kewajiban pelaku. Penegak hukum dalam hal ini yang 11. Paulus Hadisuprapto, Juvenile Deliquency Pemahaman dan Penanggulangannya, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2008), h. 125..

(23) 11. memfasilitasi berlangsungnya mediasi. Lebih lanjut penjelasan mengenai definisi keadilan restoratif yang dikemukakan oleh para ahli / pakar, diantaranya yaitu: 1) Kuat Puji Prayitno. Keadilan restoratif adalah nilai / prinsip pendekatan terhadap kejahatan dan konflik, dengan fokus keseimbangan pada orang yang dirugikan, penyebab kerugian, dan masyarakat yang terkena dampaknya. 2) Howard Zehr. Dilihat melalui lensa keadilan restoratif, kejahatan. adalah. pelanggaran. terhadap. hubungan. kemasyarakatan. Kejahatan menciptakan kewajiban untuk memperbaikinya. Keadilan melibatkan korban, pelaku, dan masyarakat dalam mencari solusi yang menawarkan pada perbaikan, rekonsiliasi, dan jaminan.12 3) Burt Galaway dan Joe Hudson. Definisi keadilan restoratif meliputi beberapa unsur pokok. Pertama, kejahatan dipandang sebagai suatu konflik antara individu yang dapat mengakibatkan kerugian pada korban, masyarakat, maupun pelaku sendiri. Kedua, tujuan dari proses peradilan pidana harus menciptakan perdamaian dalam masyarakat, dengan jalan perujukan semua pihak dan mengganti kerugian yang disebabkan oleh perselisihan. tersebut.. Ketiga,. proses. peradilan. pidana. memudahkan peranan korban, pelaku, dan masyarakat untuk menemukan solusi dari konflik itu. 4) Kevin I. Minor dan J.T. Morrison. Keadilan restoratif dapat digambarkan sebagai suatu tanggapan kepada perilaku kejahatan untuk memulihkan kerugian yang diderita oleh para. 12. Howard Zehr, Changing Lenses : A New Focus for Crime and Justice, (Waterloo: Herald Press, 1990), h. 181..

(24) 12. korban kejahatan untuk memudahkan perdamaian antara pihakpihak yang saling bertentangan.13 5) Tony Marshall. Keadilan restoratif adalah proses dimana semua pihak yang terlibat dalam suatu pelanggaran tertentu datang bersama-sama untuk menyelesaikan secara kolektif untuk menghadapi akibat dari pelanggaran dan implikasinya untuk masa depan.14 6) B.E.. Morrison.. Keadilan. restoratif. merupakan. bentuk. penyelesaian konflik dan berusaha untuk menjelaskan kepada pelaku bahwa perilaku tersebut tidak dapat dibenarkan, kemudian pada saat yang sama juga sebagai langkah untuk mendukung dan menghormati sesama individu.15 7) Muladi. Keadilan restoratif merupakan suatu pendekatan terhadap. keadilan. tanggungjawab,. atas. dasar. keterbukaan,. falsafah. dan. nilai-nilai. kepercayaan,. harapan,. penyembuhan, dan “inclusivenes” serta berdampak terhadap pengambilan keputusan kebijakan sistem peradilan pidana dan praktisi hukum di seluruh dunia dan menjanjikan hal positif ke depan berupa sistem keadilan untuk mengatasi konflik akibat kejahatan dan hukum yang dapat dipertanggungjawabkan, serta keadilan restoratif dapat terlaksana apabila fokus perhatian diarahkan pada kerugian akibat tindak pidana, keprihatinan yang sama dan komitmen untuk melibatkan pelaku dan korban, mendorong pelaku untuk bertanggungjawab, kesempatan untuk dialog antara pelaku dan korban, melibatkan masyarakat yang. 13. Kevin I. Minor dan J.T. Morrison, A Theoritical Study and Critique of Restorative Justice, (Monsey, New York: Ceimical Justice-Press and Kugler Publications, 1996), h. 117. 14 Tony Marshall, Restorative Justice : An Overview, (London: Home Office Research Development and Statistic Directorate, 1999), h. 8. 15 B.E. Morrison, The School System : Developing its capacity in the regulation of a civil society, (London: Cambridge University Press, 2001), h. 195..

(25) 13. terdampak kejahatan dalam proses retroaktif, mendorong kerjasama dan reintegrasi. 8) Bagir Manan. Secara umum pengertian keadilan restoratif adalah penataan kembali sistem pemidanaan yang lebih adil, baik bagi pelaku, korban, maupun masyarakat.16 Penanganan kasus terhadap anak yang berkonflik dengan hukum harus didasarkan pada kepentingan terbaik bagi anak tersebut. Pengertian frasa “terbaik bagi anak” yaitu terkait dengan sifat anak, baik itu fisik, psikis, maupun sosial sehingga kepentingan anak satu dengan yang lainnya tidak harus sama. Oleh karena itu, pendekatan keadilan restoratif penting dilaksanakan sebab data di masyarakat menunjukkan adanya beberapa kelemahan konsep penyelesaian perkara pidana berdasarkan UU Pengadilan Anak dan UU Pemasyarakatan, salah satunya adalah stigmatisasi anak dan bahkan prionisasi. Keadilan restoratif merupakan suatu ide dan gerakan yang mengedepankan keadilan dalam perspektif pelaku dan keluarganya, korban dan keluarganya, masyarakat, dan pemangku kepentingan dalam rangka pemulihan keadaan masing-masing. Karena itu, konsepsi pemikiran restoratif menjadi salah satu upaya menjauhkan anak dari sistem peradilan pidana yang dianggap tidak perlu untuk dilaksanakan. Pendekatan tersebut bukan hanya diterapkan pada kasus anak, melainkan juga pada kasus orang dewasa, misalnya pencurian ringan, penggelapan ringan, perbuatan curang. Bahkan di beberapa negara maju, korporasi yang melakukan tindak pidana dapat juga diselesaikan dengan pendekatan keadilan restoratif.17 Berdasarkan pemaparan sebelumnya mengenai definisi restorative justice (keadilan restoratif), penulis menyimpulkan bahwasanya 16. Majalah Varia Peradilan No. 247, (Penerbit Ikatan Hakim Indonesia), Juni 2006, h.. 3. 17 Widodo, “Diversi dan Keadilan Restoratif Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak; Menakar Kesepian Anak, Korban, Penegak Hukum, Masyarakat, dan Pemangku Kepentingan”, Harian Surya, (Surabaya), 2014, h. 12..

(26) 14. keadilan restoratif adalah suatu proses dimana semua pihak yang terlibat. dalam. suatu. tindak. pidana. tertentu. bersama-sama. memecahkan masalah dalam menangani akibat dari suatu perbuatan tindak pidana di masa yang akan datang. Menangani masalah anak yang berhadapan dengan hukum hendaknya dilakukan dengan pendekatan secara kekeluargaan, sedapat mungkin menghindarkan anak dari lembaga peradilan. Pengadilan bagi anak yang berhadapan dengan hukum seharusnya menjadi upaya terakhir setelah berbagai upaya yang dilakukan dengan pendekatan kekeluargaan yang ditempuh. b. Teori Pemidanaan Anak Secara tradisional teori pemidanaan pada umumnya dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok, diantaranya: 1) Teori absolut atau teori pembalasan Teori absolut menyatakan bahwa pidana merupakan keniscayaan yang terlepas dari dampaknya di masa depan. Karena adanya kejahatan yang dilakukan oleh pelaku, maka pelaku tersebut harus dijatuhkan hukuman disebabkan karena dia telah melakukan perbuatan dosa. Menurut Kant dan Hegel, ciri khas dari teori absolut yakni berupa keyakinan mutlak akan keniscayaan adanya perbuatan pidana, sekalipun pemidanaan sebenarnya tidak berguna, bahkan apabila membuat keadaan pelaku kejahatan menjadi lebih buruk. Kejahatan adalah peristiwa yang berdiri sendiri serta terdapat kesalahan yang harus dipertanggungjawabkan, dengan cara ini persoalan dapat dituntaskan. Kesalahan (dosa) hanya dapat ditebus dengan menjalani penderitaan, jadi pandangannya diarahkan ke masa lalu, bukan ke masa depan.18. 18 T.P. Moeliono, Hukum Pidana : Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari KUHP Belanda dan Pandanannya Dalam KUHP Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 60..

(27) 15. Selanjutnya Karel O. Christiansen mengidentifikasi lima ciri pokok teori absolut, yaitu tujuan pidana hanyalah sebagai balasan; pembalasan adalah tujuan utama dan di dalamnya tidak mengandung. sarana-sarana. untuk. tujuan. lain. seperti. kesejahteraan masyarakat; kesalahan moral sebagai satusatunya syarat untuk pemidanaan; pidana harus disesuaikan dengan kesalahan si pelaku; pidana melihat ke belakang, ia dipandang sebagai pencelaan yang murni dan bertujuan untuk memperbaiki, mendidik, dan meresosialisasi pelaku.19 Menurut Nigel Walker para penganut teori retributif atau teori pembalasan ini dapat pula dibagi dalam beberapa golongan, yaitu: a) Penganut teori retributif yang murni berpendapat bahwa pidana harus cocok atau sepadan dengan kesalahan si pembuat. b) Penganut teori retributif tidak murni yang dapat pula dibagi dalam : (1) Penganut teori retributif yang terbatas berpendapat bahwa pidana tidak harus cocok / sepadan dengan kesalahan, hanya saja tidak boleh melebihi batas yang cocok / dengan kesalahan terdakwa. (2) Penganut teori retributif yang distributif berpendapat bahwa pidana janganlah dikenakan pada orang yang tidak bersalah, tetapi pidana juga tidak harus cocok / sepadan dan dibatasi oleh kesalahan. Prinsip “tidak ada pidana tanpa ada kesalahan” dihormati, tetapi dimungkinkan adanya pengecualian misalnya dalam hal pertanggungjawaban dalam perbuatan pidana.. 19. M. Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana : Ide Dasar Double Track System dan Implementasinya, (Jakarta: Rajawali, 2004), h. 35..

(28) 16. Lebih lanjut Nigel Walker menegaskan bahwa asumsi lain yang dibangun atas dasar retributif yakni beratnya sanksi harus berhubungan dengan besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh pelanggar. Asumsi ini dimasukkan ke dalam undang-undang yang memberi sanksi-sanksi pidana maksimum yang lebih kecil untuk usaha-usaha yang tidak berhasil daripada usaha-usaha yang berhasil.20 Selanjutnya John Kaplan membagi teori retributif ke dalam 2 (dua) bagian: a) Teori pembalasan (The Revenge Theory) Pembalasan mengandung arti bahwa hutang penjahat telah dibayarkan kembali. b) Teori penebusan dosa (The Expiation Theory) Penebusan dosa mengandung arti bahwa penjahat membayar kembali hutangnya. Jadi pengertian antara teori pembalasan dengan teori penebusan dosa tidak jauh berbeda. Menurut John Kaplan, tergantung dari cara hakim atau seseorang dalam berpikir saat akan menjatuhkan suatu sanksi, apakah dijatuhkannya sanksi tersebut karena kita menghutangkan sesuatu kepadanya atau disebabkan ia berhutang sesuatu kepada kita. Demikian pula Johannes Andenaes menegaskan bahwa penebusan tidak sama dengan pembalasan dendam. Pembalasan berusaha memuaskan hasrat balas dendam dari sebagian para korban atau orang lain yang simpati kepadanya, sedangkan penebusan dosa lebih bertujuan untuk memuaskan tuntutan keadilan. 2) Teori relatif atau teori tujuan Teori relatif pada dasarnya berpusat kepada tiga tujuan utama pemidanaan, yaitu pencegahan, penolakan, dan perubahan. Menurut J. Andenaes, teori ini dapat disebut sebagai teori 20. Nigel Walker, Sentencing in a rational society, (New York: Basic Books, Inc. Publisher, 1971), h. 8..

(29) 17. perlindungan masyarakat, sedangkan menurut Nigel Walker disebut sebagai aliran reduktif, disebabkan karena dasar pembenaran pidana menurut teori ini adalah untuk mengurangi tingkat kejahatan. Pidana bukanlah sekedar untuk melakukan pembalasan atau pengimbalan kepada pelaku, akan tetapi mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang lebih bermanfaat. Dasar pembenaran adanya pidana ialah terletak pada tujuannya. Pidana dijatuhkan bukan karena adanya orang yang melakukan kejahatan, melainkan sebagai pengingat supaya orang jangan berbuat kejahatan. Oleh karenanya berorientasi pada tujuan yang bermanfaat, maka teori ini disebut sebagai teori tujuan. Tujuan pencegahan kejahatan dibedakan antara pengaruh pidana terhadap terpidana dengan pengaruh pidana terhadap masyarakat pada umumnya. Teori tujuan pidana yang berupa pencegahan secara khusus dikenal dengan sebutan rehabilitasi. Pada teori relatif ini dikenal dua sanksi, yaitu sanksi pidana dan sanksi tindakan dalam kedudukan yang setara. Pengakuan tentang kesetaraan antara sanksi pidana dan sanksi tindakan ini merupakan hakekat asasi atau ide dasar dari konsep sistem jalur ganda yang menjadi ciri dari teori relatif. Sanksi pidana terkait dengan unsur penderitaan dan sanksi tindakan terkait dengan unsur pembinaan, kedua-duanya sama-sama penting.21 Pemidanaan sebagai suatu tindakan terhadap seorang penjahat, dapat dibenarkan secara moral bukan karena penjahat tersebut telah terbukti bersalah, melainkan karena pemidanaan itu mengandung konsekuensi-konsekuensi positif terhadap penjahat, korban dan juga masyarakat. Oleh karena itu, teori ini disebut juga sebagai teori konsekuensialisme.22 Menurut Karl O. 21 M. Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana : Ide Dasar Double Track System dan Implementasinya, h. 23-33. 22 Yong Ohoitimur, Teori Etika Tentang Hukuman Legal, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), h. 24..

(30) 18. Christiansen, terdapat beberapa ciri pokok pada teori relatif ini, yaitu: a) Tujuan pidana yakni pencegahan; b) Pencegahan bukan tujuan akhir, tetapi hanya sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi yakni kesejahteraan masyarakat; c) Hanya pelanggaran-pelanggaran hukum yang dapat dipersalahkan. kepada. si. pelaku. saja,. misalnya. kesengajaan yang memenuhi syarat untuk adanya pidana; d) Pidana harus ditetapkan berdasarkan tujuannya sebagai alat pencegahan dalam kejahatan; e) Pidana melihat ke depan atau bersifat prospektif, ia mengandung unsur pencelaan / penderitaan maupun unsur pembalasan tidak dapat diterima bila tidak membantu pencegahan kejahatan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat.23 3) Teori modern Orientasi daripada teori modern ini adalah hukum perlindungan sosial, yang mana tujuannya harus menggantikan hukum pidana yang ada sekarang. Teori modern menolak konsepsi-konsepsi tentang tindak pidana, penjahat, serta menolak fiksi-fiksi yuridis dan teknik-teknik yuridis yang terlepas dari kenyataan sosial. Atas dasar doktrin ini, teori modern melahirkan sebuah konsep yang dinamakan restorative justice. Secara historis, lahirnya konsep restorative justice bermula dari adanya dua jenis sanksi yang dapat diterapkan kepada tersangka, yaitu hukuman (punishment) yang berarti memiliki unsur penderitaan di dalamnya dan perlakuan di luar hukuman 23. M. Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana : Ide Dasar Double Track System dan Implementasinya, h. 42-43..

(31) 19. (treatment) yang berarti memiliki unsur pembinaan di dalamnya. Kemudian apabila kedua jenis sanksi tersebut diterapkan secara bersamaan terhadap individu seseorang dalam rangka merubah sifat buruk ke baik, maka tidak akan mencapai hasil yang maksimal, sehingga perlu adanya jenis sanksi yang dapat merubah individu seseorang tersebut tanpa harus memunculkan kerugian yang sangat besar dari pihak manapun, baik negara maupun masyarakat pada umumnya. Maka dari itu munculah sebuah teori modern yang berorientasi pada hukum perlindungan sosial serta menolak konsep tindak pidana. bentuk-bentuk. dari. konsep. restorative. justice. yaitu. pemberdayaan pihak-pihak yang terlibat akibat terjadinya tindak pidana (pelaku, korban, keluarga korban dan pelaku, masyarakat, dan aparat penegak hukum); musyawarah untuk mencapai. mufakat;. pemulihan. keadaan. yang. berupa. penggantian kerugian yang diakibatkan oleh adanya tindak pidana. Berdasarkan ketiga teori yang telah dipaparkan sebelumnya di atas, penulis menyimpulkan bahwasanya pemidanaan terhadap anak pelaku tindak pidana pencurian lebih tepat diterapkan menggunakan teori modern, dimana di dalam teori modern terdapat konsep yang dinamakan restorative justice, yang menitikberatkan pada pemulihan keadaan dengan mengganti kerugian yang dilakukan pelaku kepada korban jika terjadinya tindak pidana, daripada harus melakukan pembalasan yang sifatnya bertujuan untuk membuat penderitaan kepada salah satu pihak. 2. Kerangka Konseptual a. Pemidanaan Anak Terkait dengan konsep pemidanaan anak, yang dibahas disini yaitu mengenai batas usia anak yang tidak dapat dikenai hukuman dari.

(32) 20. perbuatannya yang melakukan tindak pidana. Berikut ulasan mengenai ragam penjelasan tentang batas usia anak, diantaranya: 1) Menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. 2) Menurut Pasal 330 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, dikatakan bahwa seseorang yang belum dewasa yakni mereka yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan tidak lebih dulu menikah. Jika suatu hari anak telah menikah sebelum di usia 21 (dua puluh satu) tahun kemudian bercerai atau ditinggal mati oleh pasangannya sebelum genap umur 21 (dua puluh satu) tahun, maka ia tetap dianggap sebagai orang yang telah dewasa alias bukan anak-anak lagi.24 3) Menurut Pasal 45 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, anak adalah seseorang yang umurnya belum mencapai 16 (enam belas) tahun. 4) Menurut Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, yang disebut sebagai anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin.25 5) Menurut Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, anak adalah seseorang telah berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. 6) Menurut Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, anak adalah setiap manusia yang 24 Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2002), h. 90. 25 Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Kesejahteraan Anak, (Jakarta: Sinar Grafika, 1997), h. 52..

(33) 21. berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah termasuk anak yang masih di dalam kandungan apabila hal tersebut demi kepentingannya. 7) Menurut Pasal 1 Konvensi Hak Anak, anak adalah seseorang yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun, kecuali berdasarkan hukum yang berlaku terhadap anak kedewasaan telah diperoleh sebelumnya. 8) Menurut Sugiri sebagaimana yang dikutip dalam buku karya Maidin Gultom, mengatakan bahwa selama di dalam tubuhnya masih berjalan proses pertumbuhan dan perkembangan, anak itu masih menjadi anak dan baru menjadi dewasa bila proses perkembangan dan pertumbuhan itu selesai, jadi batas umur anak-anak adalah sama dengan permulaan menjadi dewasa, yaitu 18 (delapan belas) tahun untuk wanita dan 21 (dua puluh satu) tahun untuk laki-laki.26 Berdasarkan beberapa uraian mengenai batasan usia anak yang disebutkan di atas dan cukup bervariasi, perlu untuk menentukan batasan usia anak yang tidak dapat dikenai hukuman atas perbuatan tindak pidana yang dilakukannya secara jelas dan lugas agar nantinya tidak terjadi permasalahan yang menyangkut hal tersebut itu sendiri. Perlindungan anak sendiri ditetapkan bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang sedang di dalam kandungan dan belum pernah menikah. b. Tindak Pidana Pencurian Tindak pidana pencurian merupakan kejahatan yang sangat umum terjadi di tengah masyarakat dan merupakan kejahatan yang dapat dikatakan paling meresahkan di kalangan masyarakat. Disebutkan di dalam Pasal 362 KUHP, bahwa seseorang akan dikenakan hukuman berupa pidana penjara selama 5 (lima) tahun apabila orang tersebut 26. Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 32..

(34) 22. melakukan sesuatu yang secara jelas melawan hukum berupa mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain secara diam-diam tanpa diketahui oleh siapapun. Pencurian memiliki beberapa unsur, yaitu unsur objektif yang terdiri dari perbuatan mengambil sesuatu barang, objeknya adalah suatu benda, dan unsur keadaan yang menyertai/melekat pada benda yaitu benda tersebut sebagian atau seluruhnya milik orang lain; serta unsur subjektif yang terdiri dari adanya maksud untuk berbuat, bertujuan untuk memiliki suatu barang, dan perbuatannya melawan hukum.27 c. Restorative Justice Terdapat 3 (tiga) prinsip dasar untuk membentuk keadilan restoratif, yaitu terjadinya pemulihan kepada mereka yang menderita kerugian akibat adanya kejahatan, pelaku memiliki kesempatan untuk terlibat dalam pemulihan keadaan (restorasi), pengadilan berperan untuk menjaga ketertiban umum dan masyarakat berperan untuk melestarikan perdamaian yang adil. Praktik dan program dalam keadilan restoratif tercermin pada tujuannya yang menyikapi tindak pidana dengan mengidentifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki kerugian / kerusakan, melibatkan semua pihak yang berkepentingan, dan mengubah sesuatu yang bersifat tradisional selama ini mengenai hubungan masyarakat dan pemerintah dalam menanggapi kejahatan. Penggunaan program-program restorative justice, diantaranya: 1) Program keadilan restoratif dapat digunakan dalam setiap tahap sistem peradilan pidana; 2) Proses keadilan restoratif hanya digunakan apabila terdapat bukti-bukti yang cukup untuk menuntut pelaku tindak pidana dan disertai dengan kebebasan dan kesukarelaan korban, dalam hal ini termasuk kebebasan pelaku dan korban untuk 27. 5.. Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Harta Benda, (Malang: Bayu Media, 2003), h..

(35) 23. mengundurkan diri dari kesepakatan setiap saat selama berjalannya proses. Kesepakatan juga harus dicapai secara sukarela dan memuat kewajiban-kewajiban yang wajar serta proporsional; 3) Kesepakatan didasarkan atas fakta-fakta dasar yang berkaitan dengan kasus yang terkait, serta partisipasi pelaku tidak dapat digunakan sebagai bukti pengakuan kesalahan dalam proses hukum berikutnya; 4) Disparitas akibat ketidak seimbangan, baik kekuatan maupun perbedaan kultural harus diperhatikan dalam melaksanakan proses keadilan restoratif; 5) Keamanan para pihak harus diperhatikan dalam menjalani proses keadilan restoratif; 6) Apabila proses keadilan restoratif tidak tepat atau tidak mungkin dilakukan, kasus tersebut harus dikembalikan kepada pejabat sistem peradilan pidana, dan suatu keputusan harus diambil untuk segera memproses kasus tersebut tanpa penundaan, dalam hal ini pejabat peradilan pidana harus berusaha untuk mendorong pelaku dalam bertanggungjawab berhadapan dengan korban dan masyarakat yang dirugikan dan terus mendukung usaha reintegrasi korban dan pelaku dalam masyarakat.28 Pedoman dan standar dalam pelaksanaan program-program restorative jutice, yang dirumuskan harus jelas melalui “responsive regulation” berupa produk legislatif, yang mengatur penggunaan proses keadilan restoratif. Asas-asas yang dimuat dalam pedoman tersebut diantaranya: 28. Muladi, Restorative Justice Dalam Sistem Peradilan Pidana Dan Implementasinya Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Yang Dilakukan Oleh Anak-Anak, (Makalah dalam Focus Group Discussion (FGD): “Penerapan Restorative Justice Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Yang Dilakukan Oleh Anak-Anak”), (Jakarta: Diselenggarakan oleh Puslitbang Simposium Hukum Nasional-Badan Pembinaan Hukum Nasional, 26 Agustus 2013), h. 7..

(36) 24. 1) Kondisi kasus yang berkaitan, diarahkan masuk ke dalam proses keadilan restoratif; 2) Penanganan kasus setelah masuk ke dalam proses keadilan restoratif; 3) Kualifikasi, pelatihan dan penilaian terhadap fasilitator; 4) Administrasi program keadilan restoratif; 5) Standar kompetensi dan “rules of conduct” yang mengendalikan pelaksanaan keadilan restoratif. d. Putusan Nomor: 6/Pid.Sus-Anak/2015/PN Kdr. Terkait pembahasan pada putusan nomor 6/Pid.Sus-Anak/2015/PN Kdr, terdapat pertentangan antara das sein berupa putusan hakim pada putusan tersebut dengan das sollen berupa ketentuan hukum yang seharusnya mengatur mengenai perlakuan terhadap seorang anak yang telah melakukan tindak pidana. Selain itu, di dalam putusan tersebut terdapat pertimbangan hakim yang digunakan oleh hakim untuk memutus suatu perkara, diantaranya unsur-unsur pidana yang dilakukan oleh pelaku; alat bukti; keterangan terdakwa; keterangan saksi; hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan. Kemudian terdapat pula dakwaan dan tuntutan yang diajukan oleh penuntut umum. E. Tinjauan Studi Terdahulu Pada penelitian ini, penulis melakukan tinjauan terhadap kajian-kajian terdahulu berupa skripsi dan jurnal-jurnal hukum, dengan maksud agar tidak terjadinya tindakan plagiarisme atau duplikasi. Adapun kajian terdahulu yang menjadi acuan antara lain: Skripsi atas nama Yani Suryani, tahun 2014, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul “Pemidanaan Anak di Indonesia Terhadap Pelaku Pencurian Dalam Perspektif Hukum Islam (Analisis Putusan PN Makassar Nomor: 808/Pid.B/2011/PN.MKS)”, dengan pembahasan yang terfokus mengenai.

(37) 25. analisa hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana pencurian dalam. pandangan. hukum. Islam. pada. putusan. nomor. 808/Pid.B/2011/PN.MKS.29 Sedangkan penulis memiliki konteks penelitian yang berbeda, yaitu penulis menganalisa mengenai pertimbangan hakim dalam memutus perkara hukum anak, serta menganalisa upaya hukum berupa diversi pada putusan nomor 6/Pid.Sus-Anak/2015/PN Kdr. Skripsi atas nama Raphita Sibuea, tahun 2016, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara Medan, yang berjudul “Tindak Pidana Pencurian Yang dilakukan Oleh Anak Dalam Keadaan Yang Memberatkan (Studi. Putusan. Pengadilan. Negeri. Balige. Nomor:. 262/Pid.Sus-. Anak/2014/PN.Blg)”, dengan pembahasan yang terfokus mengenai analisa hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana pencurian dalam keadaan. yang. memberatkan. pada. putusan. nomor. 262/Pid.Sus-. Anak/2014/PN.Blg.30 Sedangkan penulis memiliki konteks penelitian yang berbeda, yaitu penulis menganalisa mengenai pertimbangan hakim dalam memutus perkara hukum anak, serta menganalisa upaya hukum berupa diversi pada putusan nomor 6/Pid.Sus-Anak/2015/PN Kdr. Mahasiswa yang bernama Reyner Timothy Danielt di dalam jurnal Lex et Societatis, tahun 2014, Fakultas Hukum, Universitas Sam Ratulangi Manado, yang berjudul “Penerapan Restorative Justice Terhadap Tindak Pidana Anak Pencurian Oleh Anak Dibawah Umur”. Jurnal ini terfokus membahas mengenai efektifitas konsep dan penerapan keadilan restoratif dalam melengkapi penyelesaian penanganan anak yang berkonflik dengan hukum, khususnya anak yang melakukan tindak pidana pencurian.31 Sedangkan penulis memiliki konteks penelitian yang berbeda, yaitu penulis 29. Yani Suryani, “Pemidanaan Anak Di Indonesia Terhadap Pelaku Pencurian Dalam Perspektif Hukum Islam (Analisis Putusan Nomor: 808/Pid.B/2011/PN.MKS)”, (Jakarta: Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014). 30 Raphita Sibuea, “Tindak Pidana Pencurian Yang dilakukan Oleh Anak Dalam Keadaan Yang Memberatkan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Balige Nomor: 262/Pid.Sus-Anak/2014/PN.Blg)”, (Medan: Skripsi Universitas Sumatera Utara, 2016). 31 Reyner Timothy Danielt, “Penerapan Restorative Justice Terhadap Tindak Pidana Anak Pencurian Oleh Anak Di Bawah Umur”, Lex et Societatis, Vol. 2, No. 6, Juli 2014..

(38) 26. menganalisa mengenai pertimbangan hakim dalam memutus perkara hukum anak, serta menganalisa upaya hukum berupa diversi pada putusan nomor 6/Pid.Sus-Anak/2015/PN Kdr. Skripsi atas nama Alviandani Kartika Sakti, tahun 2018, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang berjudul “Penerapan Diversi Tindak Pidana Pencurian Yang Dilakukan Anak Dibawah Umur (Studi Kasus Polres Sragen)”, dengan pembahasan yang terfokus mengenai analisa penerapan diversi pada tingkat penyidikan yang dilakukan oleh Polres Sragen terhadap anak pelaku tindak pidana pencurian. 32 Sedangkan penulis memiliki konteks penelitian yang berbeda, yaitu penulis menganalisa mengenai pertimbangan hakim dalam memutus perkara hukum anak, serta menganalisa upaya hukum berupa diversi pada putusan nomor 6/Pid.Sus-Anak/2015/PN Kdr. Berdasarkan acuan dari beberapa bahan penelitian yang telah dikemukakan di atas, bahwa beberapa penelitian tersebut akan penulis jadikan sebagai bahan yang akan dibahas nantinya, serta sebagai pembeda dalam hal penelitian yang penulis lakukan. F. Metode Penelitian Untuk memperoleh data dan penjelasan segala sesuatu yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan, diperlukan suatu pedoman penelitian yang disebut sebagai metode penelitian, yang dimaksud dengan metode penelitian adalah cara meluruskan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan yang disepakati secara bersama-sama.33. 32. Alviandani Kartika Sakti, “Penerapan Diversi Tindak Pidana Pencurian Yang Dilakukan Anak Dibawah Umur (Studi Kasus Polres Sragen)”, (Surakarta: Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2018). 33 Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Bumi Pustaka, 1997), h. 1..

(39) 27. 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif (normative legal research). Penelitian hukum normatif dilaksanakan dalam rangka untuk menghasilkan sebuah argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.34 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini yaitu menggunakan pendekatan kasus (case approach) dan pendekatan perundang-undangan (statute approach). Pendekatan kasus yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi, yakni putusan Pengadilan Negeri Kediri yang telah memiliki kekuatan hukum tetap. Kemudian pendekatan perundang-undangan yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan cara melakukan analisa terhadap Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.35 3. Sumber Bahan Hukum Adapun dalam penelitian hukum ini, sumber data yang digunakan oleh penulis adalah sumber data primer dan sekunder yang mencakup:36 a. Bahan hukum primer, yaitu putusan Pengadilan Negeri Kediri No. 6/Pid.sus-Anak/2015/PN Kdr, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, dan Undang-Undang. 34. Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 35. Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayu Media Publishing, 2007), h. 57. 36 Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 12-13. 35.

(40) 28. Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. b. Bahan hukum sekunder, yaitu berupa data tambahan yang menjadi acuan terhadap masalah penelitian ini berupa Kitab Undangundang Hukum Pidana (KUHP), Alquran dan buku-buku lain yang terkait dengan penelitian penulis. 4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi pustaka (library research), dan putusan Pengadilan Negeri Kediri Nomor 6/Pid.sus-Anak/2015/PN Kdr. Bahan ini dipergunakan untuk melengkapi data yang penulis perlukan, yaitu dengan cara melihat bukubuku dan Undang-undang yang terkait dengan pokok masalah yang akan diteliti. 5. Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi, yaitu proses pengolahan data yang dilakukan melalui penggunaan bahan-bahan dokumen yang diperlukan, dalam hal ini. adalah. putusan Pengadilan. Negeri. Kediri. No.. 6/Pid.sus-. Anak/2015/PN Kdr, UU No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak sebagai rujukan utama, dan buku-buku atau literaturliteratur serta data-data yang lain. 6. Teknik Analisis Bahan Hukum Teknik analisis data, dalam hal ini penulis menggunakan metode kualitatif, yaitu suatu teknik analisis yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.37 Dalam hal ini 37. Matthew B. Miles, Analisis Data Kualitatif, (Depok: Universitas Indonesia Press, 2007), h. 10..

(41) 29. materi pokoknya adalah tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak dibawah umur, serta pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman pidana terhadap pelaku tindak pidana pencurian tersebut. 7. Teknik Penulisan Dalam hal teknik penulisan, penulis mengacu kepada “Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh FSH UIN Jakarta Tahun 2017.” G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam penulisan ini, Penulis membagi pembahasan dalam lima bab. Pada bab 1, Penulis menuliskan seputar pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori dan konseptual, review studi terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Pada bab 2, Penulis membahas mengenai tinjauan umum tentang tindak pidana pencurian oleh anak dalam hukum Islam dan hukum positif. Hal ini di rasa penting bagi Penulis untuk dibahas, karena bab ini dibutuhkan sebagai pondasi bagi Penulis dalam menganalisis pertimbangan hakim mengenai kasus tindak pidana pencurian oleh anak, pada putusan Pengadilan Negeri Kediri No. 6/Pid.sus-Anak/2015/PN Kdr. Selanjutnya bab 3, pada bagian ini Penulis mengulas mengenai konsep dan penerapan Restorative Justice terhadap tindak pidana pencurian oleh anak. Menurut Penulis bab ini penting untuk diulas, bertujuan sebagai landasan teori dan konseptual bagi Penulis dalam menganalisis pertimbangan Hakim mengenai kasus tindak pidana pencurian oleh anak, pada putusan Pengadilan Negeri Kediri No. 6/Pid.sus-Anak/2015/PN Kdr..

(42) 30. Selanjutnya bab 4, pada bab ini Penulis sudah masuk kepada pembahasan mengenai analisis dalam hukum positif dan hukum Islam terhadap putusan Pengadilan Negeri Kediri Nomor 6/Pid.sus-Anak/2015/PN Kdr. Selanjutnya bab 5, Merupakan bab terakhir berupa penutup dari penulisan skripsi ini, terdiri atas kesimpulan dan rekomendasi yang dibuat oleh penulis sendiri berdasarkan analisis yang dilakukan oleh penulis terhadap kasus tindak pidana pencurian oleh anak, pada putusan Pengadilan Negeri Kediri No. 6/Pid.sus-Anak/2015/PN Kdr..

(43) BAB II TINDAK PIDANA PENCURIAN OLEH ANAK. A. Tindak Pidana (Jarîmah) Menurut Hukum Islam 1. Jenis-jenis sanksi jarîmah. Jenis sanksi jarîmah (tindak pidana) terbagi ke dalam bermacammacam bentuk, adapun bentuk-bentuknya adalah sebagai berikut: a. Ditinjau dari segi berat ringannya hukuman Berdasarkan dari segi berat ringannya hukuman, sanksi jarîmah dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) bagian, diantaranya: 1) Sanksi qishâsh Menurut bahasa kata qishâsh adalah bentuk masdar, sedangkan bentuk madhinya adalah qashasha yang berarti memotong, atau juga berasal dari kata iqtashasha yang berarti mengikuti, yakni mengikuti perbuatan si pelaku sebagai balasan atas perbuatannya. Jarîmah qishâsh ialah perbuatan pidana yang dapat diancam hukumannya berupa sanksi qishâsh, di mana hukumannya telah ditentukan batasannya dan tidak mempunyai batas terendah maupun batas tertinggi, akan tetapi menjadi perseorangan (hak manusia),. dengan. pengertian. bahwa. korban. dapat. memaafkan pelaku jarîmah dan apabila dimaafkan oleh korban, maka hukumannya terhapuskan.1 Ciri-ciri dari sanksi qishâsh ialah pertama, hukumannya sudah tertentu dan terbatas, yang mana telah ditentukan oleh syara’ dan tidak terdapat batas minimal dan maksimal. Kedua, hukuman tersebut merupakan hak perseorangan. 1. Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 8.. 31.

(44) 32. (individu), yang artinya bahwa korban atau keluarga korban berhak memberikan pengampunan terhadap pelaku. Jarîmah yang dapat dihukumi qishâsh terbagi ke dalam dua macam, yaitu pembunuhan dan penganiayaan. Jarîmah pembunuhan menurut para ulama fiqh dibedakan ke dalam 3 (tiga) kategori, yaitu pembunuhan sengaja, pembunuhan semi sengaja, dan pembunuhan tersalah atau tidak sengaja. Berdasarkan ketiga kategori tindak pidana pembunuhan tersebut, sanksi qishâsh hanya berlaku pada pembunuhan jenis pertama, yaitu jenis pembunuhan sengaja yang tidak dimaafkan oleh pihak keluarga korban.2 Sedangkan jarîmah penganiayaan terbagi ke dalam 2 (dua) bentuk, yaitu penganiayaan sengaja dan penganiayaan tidak sengaja. 2) Sanksi ḫudûd Kata ḫudûd adalah bentuk jamak dari kata had yang secara etimologi memiliki arti batas pemisah antara dua hal agar tidak saling bercampur atau supaya salah satunya tidak sampai masuk pada wilayah yang lainnya (pencegahan).3 Adapun secara terminologi beberapa ulama menyampaikan pendapatnya sebagai berikut: a) Ali bin Muhammad Al-Jurjani, menurutnya ḫudûd adalah sanksi yang telah ditentukan dan yang wajib dilaksanakan secara haq karena Allah SWT.4 b) Abdul Qadir Audah, menurutnya bahwa had adalah sanksi yang telah ditentukan secara syara’.5 c) Syaikh Nawawi Al-Bantani, menurutnya ḫudûd adalah sanksi yang telah ditentukan dan wajib diberlakukan. 2. Muhammad Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, 2016), h. 37-39. Moh. Habhan Husein, Fikih Sunnah, (Bandung: Al-Ma’arif, 1984), h. 13. 4 Ali Bin Muhammad Al-Jurjani, Kitâb Al-Ta’rîfât, (Jakarta: Dar Al-Hikmah), h. 88. 5 Abdul Qadir Audah, Al-Ťasyrî’ Al-Jinâ’î Al-Islâmî Muqâranan bi Al-Qânûn AlWadh’î, (Beirut: Mu’assanah Al-Risalah, 1992), h. 343. 3.

(45) 33. kepada seseorang yang melanggar suatu norma atau aturan yang akibatnya perbuatan itu dapat dituntut, baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku maupun dalam rangka memaksanya.6 d) Al-Sayyid Sabiq menjelaskan bahwa ḫudûd adalah sanksi yang telah ditetapkan untuk melaksanakan hak Allah SWT. Maksudnya, kehadiran ḫudûd telah ditetapkan untuk kemaslahatan masyarakat dan untuk melindungi kepentingan umum karena memang inilah tujuan mendasar dari ajaran agama. Oleh karena itu, jika ḫudûd termasuk hal Allah SWT, maka hal tersebut tidak dapat dibatalkan, baik oleh individu maupun masyarakat umum.7 Berdasarkan pendapat para ulama di atas mengenai pengertian sanksi ḫudûd, penulis menyimpulkan bahwasanya sanksi had / ḫudûd adalah buah hasil atas perbuatan pelaku jarîmah berupa hukuman atau sanksi yang telah ditetapkan kadar dan ukurannya di dalam nash Alquran oleh Allah SWT, di mana jenis-jenis jarîmah yang masuk kategori sanksi had ialah terdapat 7 (tujuh) macam, yaitu jarîmah zina, jarîmah qadzf (penuduhan zina terhadap orang baik-baik), jarîmah syurb al-khamr (meminum minuman keras), jarîmah sâriqah (pencurian), jarîmah hirabah (perampokan), jarîmah murtad (keluar dari agama Islam), dan jarîmah al-baghyu (pemberontakan).8. 6. Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi, Qût Al-Ḫabîb Al-Gharîb Tausyikh ‘alâ Fath Al-Qarîb Al-Mujîb¸ (Semarang: Toha Putera), h. 245. 7 Al-Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1983), h. 302. 8 Abdul Qadir Audah, Al-Ťasyrî’ Al-Jinâ’î Al-Islâmî Muqâranan bi Al-Qânûn AlWadh’î, h. 79..

Referensi

Dokumen terkait

Objek penelitian ini adalah aplikasi untuk mendiagnosa penyakit sistem saraf pusat pada manusia berbasis android menggunakan metode forward chaining. Sistem ini

Meskipun gugatan Pelawan ditolak oleh Hakim Pengadilan Jakarta Pusat, 19 namun hal tersebut menjadi ketertarikan sendiri bagi peneliti untuk mengkaji putusan

salah satunya adalah Bauran Pemasaran (Marketing Mix). Untuk bisnis dalam sektor industri manufaktur yang perlu dikaji adalah; lokasi usaha, kapasitas produksi, jenis

• Jika dalam sebuah program kita menggunakan nama class yang sama, maka import dua package tersebut dan gunakan nama class berserta maka import dua package tersebut, dan gunakan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode dalam perhitungan baik untuk mendapatkan hasil permintaan yang akan datang maupun untuk mendapatkan hasil efisiensi

Suatu himpunan dikatakan terhitung jika himpunan tersebut hingga atau memiliki kardinalitas yang sama dengan. himpunan bilangan

89 Respon terhadap privasi informasi yang berkaitan dengan pada pelanggan?. 90 Respon untuk risiko keamanan

Jaminan bebas cacat mutu ini berlaku sampai dengan 12 (dua belas) bulan setelah serah terima Barang. PPK akan menyampaikan pemberitahuan cacat mutu kepada Penyedia