• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. Relevansi Hasil Penelitian sebagai Bahan Pembelajaran

3. Latar Belakang Budaya

Latar belakang karya sastra ini meliputi hampir semua faktor

kehidupan manusia dan lingkungannya, seperti: geografi, sejarah,

topografi, iklim, mitologi, legenda, pekerjaan, kepercayaan, cara

berfikir, nilai-nilai masyarakat, seni, olahraga, hiburan, moral, etika,

dan sebagainya. Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya

sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar

belakang kehidupan mereka. Dengan demikian, secara umum guru

sastra hendaknya memilih bahan pengajarannya dengan menggunakan

prinsip mengutamakan karya-karya sastra yang latar ceritanya dikenal

oleh para siswa.

Belajar sastra pada dasarnya adalah belajar bahasa dalam praktek.

Belajar sastra harus selalu berpangkal pada realisasi bahwa setiap karya

pada pokoknya merupakan kumpulan kata yang bagi siswa harus diteliti,

ditelusuri, dianalisis, dan diintegrasikan. Kita sadar bahwa tak ada

informasi dari luar baik itu berupa pengantar, komentar guru, cara

membaca, gambar maupun kritik yang sebelumnya lebih dapat menuntut

perhatian siswa kecuali pengalaman siswa itu sendiri. Pengalaman dari

karya sastra bagaimanapun hanya dapat dimulai dan dilanjutkan dengan

mempelajari analisis verbal. Karena kita banyak membaca, kita merasa

 

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual,

sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan

dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan

membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam

masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta

menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia

dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta

menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia

Indonesia (Mendiknas, 2006: 206). Beberapa tujuan pembelajaran bahasa

dan sastra Indonesia berkaitan dengan pembelajaran karya sastra antara

lain:

a. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan berbahasa.

b. Menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sesuai

  Membaca

15.Memahami buku biografi, novel, dan hikayat

15.1 Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh

15.2 Membandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/

terjemahan dengan hikayat

Dengan demikian, silabus dan rancangan pelaksanaan

pembelajaran (RPP) sangat diperlukan untuk jenjang SMA kelas XI.

Dengan adanya nilai-nilai yang terkandung dalam tokoh utama pada novel

ibuk, karya Iwan Setyawan, siswa juga dapat menemukan nilai-nilai

kehidupan atau perjuangan hidup di dalamnya melalui kegiatan belajar

yaitu dengan cara mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat

diteladani dari tokoh. Seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar tersebut.

9. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau

kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat

belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan

kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian

BNSP (dalam Depdiknas, 2008).

Jadi dapat disimpulkan bahwa silabus adalah rencana pembelajaran

 

mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

pokok/pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan

tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,

materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber

belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Dalam KTSP,

silabus merupakan pembelajaran standar kompetensi dasar kedalam materi

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kopetensi

untuk setiap hasil belajar.

RPP merupakakan singkatan dari Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran, RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan

pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar

yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus.

Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi

dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali

pertemuan atau lebih.

Jadi dapat disimpulkan bahwa RPP adalah rencana yang

menggambarkan langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai standar

kompetensi dasar yang ditetapkan Standar Isi dan dijabarkan dalam

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural. Pendekatan struktural

meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang

sosial, sejarah, biografi pengarang, dan segala hal yang ada di luar karya sastra

(Satoto, 1993: 32). Pendekatan strktural adalah pendekatan yang menguraikan

keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan

struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teuw, 1984:

135). Hal ini terpapar jelas dalam analisis novel ibuk, karya Iwan Setyawan.

Penelitian yang berjudul Nilai Kesetiaan Tokoh Utama dalam Novel ibuk,

karya Iwan Setyawan dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA

termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

kualitatif karena penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami subjek penelitian dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk

kata-kata dan bahasa pada suatu konteks yang alamiah dan dengan

memanfaatkan metode alamiah (Moleong, 2006: 6).

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Menurut Bogdan dan Tylor (dalam Moleong, 2006:4) penelitian

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang

tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya

(Moleong, 2006: 6). Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif ini

bertujuan untuk menemukan sesuatu yang bermanfaat berdasarkan fakta yang

ada, dengan menghasilkan data deskriptif.

B.

Objek Penelitian

Objek yang akan diteliti adalah nilai kesetiaan dalam novel ibuk, karya

Iwan Setyawan kemudian dianalisis dengan pendekatan struktural. Setelah itu

direlevansikan ke dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar di SMA.

C.

Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Judul : ibuk,

Penulis

: Iwan Setyawan

Tahun : 2012

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal

: 293 halaman

Novel

ibuk, merupakan novel karya Iwan Setyawan. Novel tersebut

merupakan karya fenomenal Iwan Setyawan. Saat Tinah masih usia belia, semua

cerita berawal ketika suatu pagi di aktivitas di pasar Batu telah mengubah

hidupnya. Saat Sim, seorang kenek angkot, seorang playboy pasar yang berambut

selalu klimis dan bersandal jepit, hadir dalam hidup Tinah lewat sebuah tatapan

mata. Keduanya menikah, mereka pun menjadi Ibuk dan Bapak.

Terlahir sudah 5 anak sebagai bukti buah cinta mereka. Hidup yang

semakin meriah juga semakin penuh perjuangan. Angkot yang sering rusak,

rumah mungil yang bocor di kala hujan, biaya pendidikan anak-anak yang besar,

dan pernak-pernik permasalahan kehidupan dihadapi Ibuk dengan tabah. Air

matanya membuat garis-garis hidup semakin indah.

Buku ibuk, ini, merupakan novel karya penulis national

best seller Iwan

Setyawan, berkisah tentang sebuah pesta kehidupan yang dipimpin oleh seorang

perempuan sederhana yang perkasa. Tentang sosok perempuan bening dan hijau

seperti pepohonan yang menutupi kegersangan, yang memberi nafas bagi

kehidupan.

D.

Metode

Metode yang digunakan penulis untuk menganalisis penelitian ini adalah

metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara

mendeskripsikan fakta-fakta yang dikemudian disusul dengan analisis. Secara

etimologis, deskrepsi, dan analisis berarti menguraikan (Ratna, 2009: 53).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini

menganalisis nilai kesetiaan dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan dan

relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA dengan menggunakan

pendekatan struktural. Menurut Arikunto, metode deskriptif tidak dimaksudkan

untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan hanya menggambarkan suatu gejala

atau keadaan. Hasil deskripsi akan direlevansikan ke dalam standar kompetensi

dan kompetensi dasar.

E.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik pustaka. Teknik pustaka adalah teknik penelitian dengan menggunakan

sumber-sumber tertulis untuk mengumpulkan data-data. Sumber tertulis dalam

penelitian ini adalah novel ibuk, karya Iwan Setyawan dan sumber acuan

pengembangan silabus berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

F.

Teknik Analisis Data

Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan

bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya

ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah

mendeskripsikan secara sistematis kenyataan-kenyataan dari suatu data dengan

faktual dan cermat. Langkah awal saat menganalisis data ini adalah membaca

novel ibuk,, menganalisis nilai kesetiaan yang terkandung dalam novel ibuk,

dengan menggunakan pendekatan struktural. Setelah itu direlevansikan ke dalam

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berkaitan dengan pembelajaran

sastra di SMA.

36

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Pada bagian ini penulis akan menganalisis tokoh, penokohan, alur,

latar, dan tema dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan. Kelima unsur

tersebut sangat penting untuk penulis cantumkan karena dalam penelitian ini

unsur yang berhubungan dengan tokoh utama adalah unsur tokoh, penokohan,

alur, latar, dan tema.

Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis novel ini adalah

pendekatan struktural. Pendekatan ini menganalisis unsur-unsur struktur yang

membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan

unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna. Pendekatan

struktural yang penulis gunakan dalam melihat kesetiaan tokoh utama novel

ibuk, karya Iwan Setyawan, khususnya pada kelima unsur itu yaitu tokoh,

penokohan, alur, latar, dan tema. Hasil penelitian ini akan direlevansikan

dalam pembelajaran sastra di SMA berupa Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar.

B. Analisis Tokoh, Penokohan, Alur, Latar, dan Tema

1. Analisis Tokoh

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau

berlakuan di dalam peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990: 79). Pada

bawahan. Tokoh utama senantiasa relevan dalam setiap peristiwa di dalam

suatu cerita (Stanton, 1965: 17). Di bawah ini akan dibahas tokoh utama

dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan. Tokoh utama dalam novel ini

adalah seorang ibu yang bertekad dan berusaha keras demi kesejahteraan

keluarganya.

a. Ibuk

Tokoh Ibuk dalam novel ini memiliki sifat penyayang, tegar dan

kuat, ulet, dan setia. Seorang ibu yang pekerjaan sehari-harinya sebagai

ibu rumah tangga. Walaupun hanya sebagai ibu rumah tangga, beliau

tetap berjuang keras membantu meringankan pekerjaan bapak. Ibuk

menikah di usia yang cukup belia yaitu usia 16 tahun. Di usia yang

cukup belia tersebut, ibuk menikah dengan bapak. Mereka menikah

dengan sangat sederhana tanpa persiapan kelak bagaimana mereka

membesarkan anak-anaknya.

Berikut kutipan secara tidak langsung yang menjelaskan sifat-

sifat Ibuk. Ibuk adalah sosok ibu yang penuh kasih sayang kepada

keluarga, termasuk kepada anak-anak dan suaminya. Berikut kutipan

secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:

(1) “Yuk, makan nasi goreng dulu,” ujar Ibuk sembari menyusui Mira (hlm. 42).

Usaha yang dilakukan Ibuk sangatlah tidak mudah. Saat

melahirkan kelima anaknya, Ibuk juga pernah mengalami keguguran.

(2) Lima orang sudah terlahir. Lima kali Ibuk melalui ambang batas antara hidup dan mati. Selain keguguran yang dialami sekali, Ibuk bersyukur hamper semua kehamilannya berjalan lancar hingga persalinan. Kelahiran Isa memberikan banyak pelajaran buat Ibuk dan kelahiran Mira mungkin yang paling menantang. Saat itu Ibuk sudah tidak semuda dulu. Tenanganya sudah tak sekuat dulu (hlm. 36).

Ibuk selalu ulet dalam hal apa pun, termasuk dalam makan.

Anak-anak harus berbagi dengan yang agar semua dapat makan. Ibuk

selalu memberi nasehat untuk berbagi makanan. Berikut kutipan-

kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:

(3) “Ini dua telor ceplok untuk kita bertujuh,” kata Ibuk menghidangkan nasi goreng yang masih panas dari penggorengan (hlm. 40).

(4) “Satu satu ya. Ibuk Cuma punya tujuh iris,” pesan Ibuk (hlm. 47).

(5) “Gini dong Buk, masak empal. Mosok tempe mulu!” ujar Bayek

(6) “Eh, tempe juga sehat. Bikin kamu kuat!” tukas Ibuk.

(7) “Empat sehat lima sempurna dong, Buk,” timpal Rini. (hlm. 47).

(8) Sepatu jebol “Nan, coba minta lem ke Bapakmu! Jik iso digawe iku!”

(9) “Ya, seperti sepatumu ini, Nduk. Kadang kita mesti berpijak dengan sesuatu yang tak sempurna. Tapi kamu mesti kuat! Buatlah pijakanmu kuat. Kita beli sepatu baru kalau ada rejeki,” hibur Ibuk (hlm. 60).

Saat Bapak sedang sakit, Ibuk selalu menjaga dan merawat

Bapak. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung

pernyataan tersebut:

(10) “Biar Ibuk saja yang masak. Biar Ibuk ada kegiatan (hlm. 244).

(11) Besok kepingin makan apa, Pak?” tanya Ibuk sambil memijat kaki Bapak (hlm. 251).

(12) “Wah, nasi putihnya sudah habis Pak. Aku masakkan sebentar ya?” tanya Ibuk (hlm. 266).

(13) Sesampai di rumah sakit, Ibuk, Nani, Isa, dan Rini memindahkan jasad Bapak dari kamar rawat ke kamar jenazah. Ibuk mengelus-elus rambut Bapak. Air matanya, tak berhenti mengalir. Isa dan Nani mengelus-elus kaki Bapak (hlm. 272).

(14) Semenjak Bapak sakit, Ibuk tak pernah jauh dari kamar Bapak. menjaga belahan dirinya. Pagi, siang, dan malam (hlm. 254).

Kutipan (1) sampai (14) menjelaskan bahwa sifat Ibuk adalah

penyayang, tegar dan kuat, ulet, dan setia. Sifat tersebut membuat

bahagia keluarganya. Ibuk ingin membuat keluarganya bahagia, agar

semua kebutuhan rumah tangganya tercukupi sehingga anak-anaknya

dapat meraih cita-cita.

Sehari-hari Ibuk mengurus anak-anak dan suami. Ibuk sangat

ingin anak-anaknya tidak ingin seperti dirinya dan suaminya. Ibuk ingin

anak-anaknya mengeyam pendidikan melebihi pendidikan yang beliau

dapatkan. Kebutuhan hidup yang semakin banyak dan tak terbendung

membuat Ibuk selalu berhemat. Belum lagi jika anak-anaknya minta

dibelikan sepatu, buku, dan peralatan sekolah lainnya. Hal ini membuat

Ibuk harus berhutang dan menggadaikan emas. Semua ini beliau

lakukan demi terpenuhinya kebutuhan hidup mereka sekeluarga.

Terkadang Ibuk meratapi keadaannya yang semakin sulit. Apalagi jika

angkot mogok dan Bapak harus memperbaiki angkot tersebut. Hal ini

tentu membuat kebutuhan semakin bertambah.

Ketika anak-anak sudah besar dan ada yang berumah tangga

kegiatan. Beliau hanya memasak dan pergi hajatan maupun pengajian.

Ibuk juga selalu menghubungi anaknya (Bayek) yang bekerja di New

York, Amerika Serikat. Beliau selalu mendoakan anak-anaknya,

termasuk Bayek. Doa dan dukungan Ibuk selalu menguatkan hati

Bayek.

Namun, Ibuk mulai bersedih ketika orang yang dicintainya

selama 40 tahun pergi untuk selamanya. Ibuk berusaha tegar dan selalu

mendoakan Bapak agar selalu tenang di sana. Cinta Ibuk selalu segar

untuk keluarga. Ibuk setiap malam selalu memimpin pengajian kecil

bersama anak cucunya dan mengirim doa kepada Bapak.

b. Bayek

Bayek diceritakan sebagai anak laki-laki satu-satunya dari

Ibuk dan Bapak. Bayek merupakan anak ketiga dari pasangan Ibuk

dan Bapak. Bayek kecil adalah anak penyendiri. Namun, sebenarnya

Bayek adalah anak yang tekun, pandai, dan pantang menyerah.

Berikut kutipan secara tidak langsung yang menjelaskan

sifat-sifat Bayek tersebut:

(15) Bayek anak penyendiri. Ia selalu merasa takut akan dunia di luar sana. Rumahnya begitu nyaman. Ia merasa terlindungi oleh kehangatan saudara dan orangtuanya. Rini malah sudah bisa ditinggal Ibuk di kelas.

Dari balik jendela, Ibuk melihat anak lelaki satu- satunya duduk di antara sekitar 40 anak berseragam merah putih. Mira terlelap dalam gendongannya. Tiba-tiba matanya berkaca-kaca, melamunkan nasib anaknya.

Akankah Bayek hanya bisa sekolah sampai di SD ini saja? Seperti dirinya dulu? (hlm. 43).

Bayek selalu tekun belajar, hingga akhirnya dia mendapatkan

PMDK di IPB jurusan Statistika. Tidak hanya itu, dia juga lulus

dengan IP yang memuaskan. Bayek mendapatkan kesempatan

bekerja di Jakarta, namun tak lama kemudian dia menerima tawaran

untuk bekerja di New York, Amerika Serikat.

Selama berada di Jakarta kemudian pindah ke New York,

Bayek selalu mengirim uang untuk keluarganya di Batu, Jawa

Timur. Uang tersebut digunakan untuk merenovasi rumah di Batu

dan membangun kos di Jogja.

Setelah dia berjuang di negeri orang, akhirnya Bayek kembali

ke Indonesia. Dia menulis cerita keluarganya ke dalam sebuah novel.

Dia ingin menjadi penulis dan ingin berbuat sesuatu yang bisa

diingat selamanya.

c. Bapak

Seorang bapak yang pekerjaan sehari-harinya bekerja sebagai

sopir angkot. Pada masa mudanya, bapak dijuluki seorang playboy.

Namun, hal ini tak membuat Ibuk berpaling kepada laki-laki lain.

Mereka berdua akhirnya menikah dan dikaruniai lima orang anak.

Satu orang anak laki-laki dan empat orang anak perempuan. Bapak

selalu berangkat narik angkot pagi sekali hingga pulang larut malam.

Bapak bekerja sebagai seorang sopir angkot dan ibuk menjadi

ibu rumah tangga yang mengurus anak-anak di rumah. Berikut

kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:

(16) Bapak segera mengantar Ibuk ke tempat praktek bidan desa yang berjarak 15 menit dari rumah Mbak Gik (hlm. 30).

(17) Bapak terkadang juga memakai uang tabungan Ibuk ini untuk memperbaiki angkot yang rusak atau ketika kena tilang polisi (hlm. 46).

(18) …Usaha keras hidup tak akan pernah mudah dengan lima anak ini tetapi Ibuk dan Bapak bertekad untuk berlayar dengan gagah. Buat anak-anaknya (hlm. 51- 52).

Setelah anak-anak sudah besar, bekerja dan berumah tangga,

hidup Bapak semakin terjamin. Bapak mulai pensiun narik angkot.

Untuk mengisi kesibukan sehari-hari, terkadang Bapak juga ikut

mengurus cucu-cucunya.

Namun, suatu hari Bapak sering sakit-sakitan dan

kesehatannya semakin menurun. Bapak tidak lagi bisa mengurus

cucu-cucunya, seperti bermain dan mengantarkan cucu-cucunya ke

sekolah. Bapak menderita penyakit jantung koroner. Hari demi hari

kondisi Bapak semakin menurun. Akhirnya Bapak pun meninggal

dunia. Semua keluarganya merasa kehilangan Bapak. Termasuk Ibuk

yang selalu setia kepada Bapak sampai Bapak tiada.

d. Mak Gini

Mak Gini adalah ibunya Tinah (Ibuk). Bagi Mak Gini, anak

perempuan tidak sekolah tidak apa-apa. Jadi Ibuk hanya lulusan SD,

Mak gini hidup dalam kesederhanaan. Mereka makan

seadanya. Kalau kurang, Mak Gini menjual apa yang ia punya.

Berikut kutipan secara langsung dari pengarang yang mendukung

pernyataan tersebut:

(19) Hidup begitu sederhana. Mereka makan bersama di dapur berlantai tanah, di depan tungku perapian yang menjadi tempat memasak, juga untuk menghangatkan diri dari udara dingin Kota Batu. Di dapur inilah kebersamaan itu tumbuh. Rezeki yang di dapat hari ini untuk makan besok. Kalau kurang, Mak Gini menjual atau menggadaikan barangnya. Mak Gini menjauhi hutang (hlm. 30).

Mak Gini bekerja sebagai ibu rumah tangga. Mak Gini

membesarkan Ibuk dan saudara-saudara Ibuk. Mak Gini menyusui

semua anaknya dengan air susunya sendiri, memasak tiap pagi, dan

memastikan anaknya tidak kelaparan. Mak Gini pun bekerja untuk

menambah penghasilan keluarga. Rezeki yang didapat hari ini untuk

makan besok. Kalau kurang, Mak Gini menjual atau menggadaikan

barangnya. Mak Gini menjauhi hutang.

Ketika Ibuk sudah berumah tangga, Mak Gini selalu memberi

nasehat kepada Ibuk agar memberikan kacang ijo dan beras merah

agar anak-anak kelak menjadi cerdas.

e. Mbok Pah

Mbok Pah adalah nenek Ibuk. Sejak umur 16 tahun Ibuk

sudah ikut berdagang baju bersama neneknya. Mboh berjualan daster

cara membuka kios, melipat baju, sampai tawar-menawar. Berikut

kuipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:

(20) “Nah, entar kalau kamu sudah gedhe, kamu yang ngurus kios kecil ini ya,” kata Mbok Pah (hlm. 2).

Saat Ibuk akan memilih jodoh, Mbok Pah sering menasehati

Ibuk. Mbok Pah memiliki beberapa pilihan lelaki untuk Ibuk, namun

Ibuk tetap memilih (Sim) Bapak. Mboh Pah tidak bisa memaksakan

kehendak Ibuk. Sampai akhirnya Tinah (Ibuk) dan Sim (Bapak)

menikah, Mbok Pah meninggal seminggu sebelum acara pernikahan

itu.

f. Mbak Gik

Mbak Gik adalah kakak angkat Bapak. Dahulu, Bapak

tinggal bersama Mbak Gik di Jalan Darsono, Desa Ngaglik. Saat

malam pertama, Ibuk dan Bapak berada ri rumah Mbak Gik.

Ketika Bapak dan Ibuk sudah mempunyai lima anak pun,

mereka masih menumpang tidur di rumah Mbak Gik. Sampai

akhirnya Bapak bertekad membangun rumah kecil di Gang Buntu.

Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan

tersebut:

(21) Kamar mereka pun semakin penuh. Beberapa bulan setelah Bayek lahir, mereka meninggalkan rumah Mbak Gik. Bapak telah membangun sebuah rumah kecil di Gang Buntu (hlm. 36).

Dokumen terkait