• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR LAMPIRAN

1.1 Latar Belakang

Hutan rakyat telah menjadi bagian yang sangat penting dalam perkembangan dunia kehutanan dewasa ini. Di Pulau Jawa khususnya, perkembangan hutan rakyat dirasakan semakin pesat. Kementerian Kehutanan Republik Indonesia telah mencanangkan program pengembangan hutan rakyat secara intensif. Selain keuntungan secara ekonomi, hutan rakyat ini juga menawarkan kualitas secara ekologis seperti dipaparkan Djajapertjunda (2003) yaitu mengatur tata air, mencegah bencana banjir, erosi, dan sebagai prasarana untuk memelihara kualitas lingkungan hidup (penyerap karbon dioksida dan produsen oksigen).

Menurut Djajapertjunda (2003), karena hutan rakyat adalah hutan, sama halnya seperti hutan-hutan lainnya yang tanamannya terdiri atas pohon sebagai jenis utamanya, maka peranannya pun tidak banyak berbeda yaitu 1) ekonomi, untuk memproduksi kayu dan meningkatkan industri kecil sebagai upaya untuk meningkatkan peranan dan jaringan ekonomi rakyat, 2) sosial, dalam membuka lapangan pekerjaan, 3) ekologis, sebagai penyangga kehidupan masyarakat dalam mengatur tata air, mencegah bencana banjir, erosi, dan sebagai prasarana untuk memelihara kualitas lingkungan hidup (penyerap karbon dioksida dan produsen oksigen), 4) estetika, berupa keindahan alam, 5) sumber, merupakan sumberdaya alam untuk ilmu pengetahuan, antara lain ilmu biologi, ilmu lingkungan dan lain- lain.

Seiring berkembangnya hutan rakyat, beberapa permasalahan kerap kali muncul dalam pengelolaan hutan rakyat. Permasalahan yang umum dialami oleh para petani hutan rakyat seperti dipaparkan Yulianti (2011) antara lain tidak tersedianya bibit berkualitas yang dapat diakses masyarakat serta pengetahuan mereka akan pentingnya menggunakan bibit yang berkualitas. Pemilihan jenis pohon berkualitas sangat ditentukan oleh kualitas bibit yang baik. Pada dasarnya, petani hutan rakyat memperoleh bibit pohon dari sumber yang mudah diakses,

sumber-sumber bibit tersebut antara lain membeli, alami dari cabutan di kebun, dan bantuan dari pemerintah.

Budidaya hutan rakyat pada dasarnya telah dikuasai oleh para petani hutan rakyat, walaupun dalam pengertian apa adanya. Artinya, mulai dari penyediaan bibit, penanaman, pemeliharaan sampai siap jual semuanya dilakukan secara sederhana (Hardjanto 2000). Bibit yang diperoleh hasil membeli dari pedagang pada umumnya memiliki kualitas seadanya. Bibit yang diperoleh dari hasil cabutan di kebun petani, kualitasnya pun belum tentu baik, karena pemilihan bibit cabutannya secara acak dan belum tentu berasal dari pohon induk berkualitas baik. Pada program-program pemerintah yang telah ada, banyak sekali bantuan yang terealisasi untuk petani hutan rakyat khususnya berupa bantuan bibit pohon kayu, namun jenis-jenis pohon yang ditanam terkadang tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat dan petani lokal, sehingga akhirnya menjadi kurang efektif dalam pengelolaannya.

Keunggulan dalam memilih pohon sebagai tanaman yang ditanam dalam lahan milik petani sangatlah banyak. Keunggulan tersebut seperti dipaparkan Djajapertjunda (2003) dapat dilihat dari aspek ekonomi, sosial, ekologis, estetika, dan sumber ilmu pengetahuan. Keunggulan utama yang belum tentu diperoleh dari jenis tanaman pertanian adalah aspek ekologis, dimana pohon berfungsi mengatur tata air, mencegah bencana banjir, erosi, dan sebagai prasarana untuk memelihara kualitas lingkungan hidup (penyerap karbon dioksida dan produsen oksigen). Tentu saja manfaat yang optimal dapat diperoleh dari pemilihan bibit unggul, dan jenis yang tepat.

Dalam pengelolaan hutan rakyat, para petani berbeda-beda dalam menentukan jenis tanaman yang ditanamnya, sehingga perlu diketahui pertimbangan-pertimbangan petani hutan rakyat dalam penentuan jenis tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, aspek-aspek alasan dan pertimbangan petani dalam menentukan pemilihan jenis, sangat penting diteliti karena merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan petani dalam mengelola hutan rakyat. 1.2 Kerangka Pemikiran

Menurut Lembaga Penelitian IPB (1990), kerangka dasar sistem pengelolaan hutan rakyat melibatkan beberapa sub sistem, yaitu sub sistem

produksi, sub sistem pengolahan hasil, dan sub sistem pemasaran hasil. Sub sistem produksi adalah tahapan yang sangat menentukan kualitas hasil dari hutan rakyat. Kegiatan tersebut meliputi penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Dalam sub sistem produksi ini perlu adanya perencanaan yang matang sehingga hasil dari hutan rakyat dapat memiliki kualitas yang baik.

Pengetahuan tentang kondisi tanah dan faktor-faktor lingkungannya untuk dipadukan dengan pengetahuan mengenai jenis-jenis pohon yang akan ditanam untuk mendapatkan hasil yang diharapkan oleh pemilik lahan, merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan hutan rakyat (Dinas Kehutanan Jawa Tengah 2007).

Memilih jenis dan pola tanam adalah salah satu cara perencanaan awal yang dilakukan oleh petani, dalam perencanaan awal tentunya pemilihan jenis tanaman atau bibit yang digunakan oleh petani menjadi salah satu faktor penting dalam proses perencanaan tersebut. Berdasarkan analisis terhadap kasus-kasus pengambilan keputusan di tingkat rumah tangga, secara garis besar ditemukan paling sedikit empat jenis pengaruh yang mendasari keputusan petani dalam pengelolaan lahan hutan. Keempat jenis pengaruh itu adalah 1) pengaruh ekonomis, 2) pengaruh ekologis, 3) pengaruh sosial, dan 4) pengaruh kultural (Lubis 1997). Merujuk pada keempat jenis pengaruh tersebut, penulis mencoba mengkategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih jenis tanaman atau bibit yang akan ditanam dalam tiga kategori besar, yaitu faktor sosial budaya, faktor ekonomi, dan faktor ekologis seperti pada Gambar 1. Terkait pada hal tersebut maka perlu diketahui faktor apa yang paling mendasari petani hutan rakyat dalam memilih jenis tanaman yang akan ditanam pada hutan rakyat.

Dengan proses pengambilan keputusan yang sesuai dengan kondisi sekitar petani dan sumber daya lahan berdasarkan faktor-faktor tersebut, pengelolaan hutan rakyat akan menjadi optimal dan petani dapat melakukan pengelolaan secara efektif serta mendapatkan hasil sesuai perencanaannya. Selain pengelolaan yang efektif pada lahan milik pribadi, pertimbangan yang ada juga memungkinkan membantu pembuat kebijakan dalam menentukan jenis terbaik yang direkomendasikan dalam suatu program bantuan bibit untuk petani hutan rakyat.

Perhatian petani hutan rakyat dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pada sub sistem produksi, juga merupakan faktor yang sangat penting demi keberhasilan pengelolaan hutan rakyat. Sub sistem produksi merupakan bagian yang penting karena merupakan kegiatan inti dalam pengelolaan hutan rakyat. Adapun sub sistem produksi ini dibagi dalam dua tahap yaitu tahap penanaman dan pemeliharaan. Sub sistem produksi hutan rakyat dalam kasus ini, terbatas hanya pada dua tahap kegiatan, tanpa ada tahap pemanenan. Berdasarkan hasil orientasi lapang, tahapan pemanenan tidak dilakukan langsung oleh petani hutan rakyat, melainkan seluruhnya diserahkan kepada pembeli, yaitu tengkulak maupun pabrik gergajian. Faktor Pengambilan Keputusan Sosial Budaya 1. Turun temurun 2. Adat Istiadat 3. Pengaruh Masyarakat 4. Pengaruh Petani lain

Ekonomi 1. Akses Pasar 2. Batasan Modal 3. Biaya Pengelolaan 4. Kestabilan Harga 5. Cepat Menghasilkan Ekologi 1. Mudah Beradaptasi 2. Tahan Iklim

3. Tahan Hama Penyakit

4. Usia Produktif

5. Mencegah Erosi

Gambar 1 Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam melakukan pengambilan keputusan pemilihan jenis pohon.

Dokumen terkait