• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

A. Latar Belakang

Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa adanya pendidikan, suatu kelompok manusia tidak akan dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita- cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep pandangan hidup. Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien (berdaya guna dan berhasil guna) akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan yang berdasarkan pada penciptaan kesejahteraan umum dan pencerdasan kehidupan bangsa.

Pendidikan hendaknya diberikan sejak dini guna memberikan dasar pengetahuan secara spiritual, emosional, dan intelektual agar memperoleh potensi yang optimal. (Ihsan, 2008: 22) menyatakan bahwa pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan,

2

menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan adalah Sekolah Dasar (SD), karena ditingkat inilah anak didik pertama kali mengalami proses pendidikan dan pembelajaran secara formal. (Wardhani, dkk., 2009: 2.27) menyatakan bahwa Sekolah dasar merupakan jenjang pertama pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan umum bagi anak-anak usia 6-12 tahun.

Penanaman konsep-konsep pendidikan dasar harus tepat sesuai dengan tujuan pendidikan. Maslow dan Rogers (Asma, 2006: 3) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah meningkatkan kemampuan siswa sampai setinggi yang dia bisa. Sejalan dengan Johnson dan Smith (Lie, 2010: 5) yang menyatakan bahwa kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa adanya interaksi antar pribadi. Interaksi yang terjadi antar pribadi tersebut tentu sangat erat sekali kaitannya dengan pembelajaran di sekolah yang berkaitan dengan masalah sosial dan masalah-masalah tersebut merupakan bahan kajian dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

IPS merupakan kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi dan politik. (Sardjiyo, dkk., 2009: 1.27) menyatakan bahwa IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Oleh sebab itu dengan adanya ilmu pengetahuan sosial, penerapan pembelajaran IPS bertujuan membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah

3

sosial yang tejadi dalam kehidupan bermasyarakat (Saidihardjoblogspot.com, 2011). Kaitannya dengan ruang lingkup pendidikan IPS di SD hendaknya pembelajaran IPS hanya dibatasi sampai gejala masalah sosial yang ada di lingkungan sekitar peserta didik. Achmad (searchengines.com, 2005) menyatakan bahwa pembelajaran IPS SD akan dimulai dengan pengenalan diri (self), kemudian keluarga, tetangga, lingkungan RT, RW, kelurahan atau desa, kecamatan, kota/kabupaten, propinsi, negara, negara tetangga, kemudian dunia. Siswa juga harus memiliki motivasi yang tinggi dalam pembelajaran IPS, karena motivasi yang tinggi dapat menunjang siswa menemukan fakta, konsep dan generalisasi yang lebih bermakna. Sumarni (belajarpsikologi.com 2005) mengemukakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Guru adalah orang yang berperan penting dalam pemberi motivasi kepada siswa dalam melakukan aktivitas pembelajaran khususnya di sekolah. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi dari dalam diri siswa yaitu melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, dengan demikian guru sebagai pemberi motivasi kepada siswa harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat yang mampu meningkatkan aktivitas siswa di dalam kelas maupun di luar kelas.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru di kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur dalam mata pelajaran IPS, diperoleh data dan informasi bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah, siswa terlihat pasif dalam mengikuti kegiatan belajar dan siswa lebih cenderung mengobrol dengan teman sebangkunya, hal inilah yang menyebabkan belum maksimalnya nilai siswa atau masih di bawah Kriteria

4

Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 65. Dari 27 siswa yang terdapat di kelas VA, 14 siswa atau 52% dengan nilai rata-rata 57,35 masih di bawah KKM dan sisanya 13 siswa atau 48% dengan nilai rata-rata 67,30 sudah mencapai KKM.

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa di atas disebabkan karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru (teacher centered), guru lebih sering terpaku dengan buku, dan penggunaan waktu yang kurang efisien dalam penyajian materi IPS yang rata-rata berbentuk naratif memakan waktu yang cukup lama sehingga membuat siswa jenuh dan bosan.

Mencermati adanya permasalahan di atas, perlu adanya perbaikan model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa lebih aktif, kreatif, efektif serta berada dalam suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini dilakukan agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk mencapai hasil yang maksimal yaitu model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw. Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw merupakan salah satu usaha untuk dapat memperbaiki pembelajaran, baik aktivitas maupun hasil pembelajaran siswa kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur.

Cooperative learning tipe jigsaw adalah model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang

5

berpusat pada siswa (Student Oriented). Cooperative learning tipe jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran cooperative learning yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2007: 54). Model pembelajarancooperative learningtipejigsawini dimulai dari guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penugasan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang. Melalui model pembelajaran ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat, mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi serta melatih sikap bertanggung jawab.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti mengangkat judul s dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas VA SD Negeri 8 Metro Timur Tahun Pela

Dokumen terkait