• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM KEDAI KOPI

1.1. Latar Belakang

Kedai Kopi kini mulai beragam bentuknya. Selain kedai kopi tradisional yang menjual kopi hitam, kini ada pula kedai kopi modern yang tidak hanya menjual kopi tapi juga berbagai macam makanan dan minuman lain. Begitu pula dengan tempatnya, kedai kopi modern memiliki tempat yang lebih luas, bersih, dan lebih tertata dengan apik dibanding kedai kopi tradisional. Beberapa kedai kopi modern memakai meja kaca dan sofa yang sangat nyaman untuk memanjakan para pelanggannya. Ditambah lagi fasilitas-fasilitas lain seperti wifi dan tv kabel turut membuat kedai kopi ini menjadi semakin eksklusif. Keadaan tersebut sangat bertolak belakang dengan meja panjang serta kursi plastik di kedai kopi tradisional.

Mulai dari tua, muda, miskin, kaya, mahasiswa, pengusaha, laki- laki, perempuan, semua duduk di warung kopi. Selain untuk ngopi, warung kopi juga merupakan tempat bagi masyarakat untuk saling bertukar informasi. Mereka bertukar cerita mulai dari masalah perkuliahan, politik, hingga masalah pribadi. Orang-orang datang ke warung kopi sebenarnya bertujuan untuk menemukan lawan bicara sehingga tidak akan ditemukan warung kopi yang sepi dari percakapan. Selain itu warung kopi juga mampu membentuk suatu masyarakat yang demokratis karena di warung kopi orang saling berbeda pendapat adalah biasa dan sedikit sekali yang membawa perbedaan pendapat ini keluar dari

warung kopi karena warung kopi dianggap sebagai tempat pertemuan dan tempat rehat sejenak dari kesibukan mereka sehari- hari. Bahkan sekarang tak jarang para mahasiswa melakukan percakapan masalah perkuliahan di warung kopi. Maka tak heran kalau orang-orang bisa duduk berjam-jam lamanya di warung kopi.

Kebiasaan masyarakat Medan yang sering berada di kedai kopi menimbulkan opini negatif dari kebanyakan orang yang ada di kota Medan ini khususnya di Padang Bulan, Masyarakat mempertanyakan “apakah yang dilakukan mereka disaat berada di kedai kopi?” pertanyaan itu penting untuk di jawab. Dalam hal ini penulis yang juga sering menghabiskan waktu di kedai kopi melihat bahwa kegiatan di kedai kopi merupakan sebuah dinamika yang menjelaskan bahwa di sana telah terbentuk berbagai opini publik, salah satunya kegiatan kedai kopi terhadap masyarakat di kota Medan khususnya di Padang Bulan.

Lokasi kedai kopi yang dijadikan tempat peneliti berada di Jalan Ngumban Surbakti Kecamatan Medan Selayang Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara. Lokasi ini tidak jauh dari kota Medan, karena daerah ini merupakan kawasan pemukiman yang padat akan masyarakat yang majemuk. Jika berangkat dari kampus USU menuju kedai kopi ini hanya membutuhkan waktu 15 menit dari Jalan Jamin Ginting Padang Bulan menuju Jalan ke arah Simpang Pos. Dari Simpang Pos menuju Jalan Ngumban Surbakti hanya sekitar 3 menit.

Kedai kopi merujuk kepada sebuah organisasi1

1

http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi

yang secara pokok menyediakan kopi atau minuman panas lainnya. Dari suatu pengamatan langsung, kedai kopi banyak memberikan layanan sebagai pusat - pusat interaksi sosial,

kedai kopi dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berkumpul, berbicara, bermain, menghibur satu sama lain, atau membuang waktu, baik secara individu atau dalam kelompok kecil. Bahkan kedai kopi menjadi tempat tidur yang nyaman bagi pengunjungnya. Ngopi adalah ungkapan terhadap orang yang ingin menikmati kopi atau minuman lainnya atau sekedar duduk-duduk diwarung kopi dan mengobrol sesama pengunjung kedai kopi.

Melihat kejadian yang ada di kedai kopi kini muncul menjadi sebuah identitas yang melekat bagi para penikmatnya, tidak hanya tingkat kenikmatan semata, gaya hidup dan gaya yang khas, tetapi kini fungsinya semakin mendapatkan hati masyarakat. Selain terjangkau harganya, nilai yang nyata di kedai kopi juga menjadi hiburan yang tak tergantikan dari kehidupan masyarakat. Bukan hanya di Padang Bulan saja kedai kopi dijadikan sebagai wadah atau tempat yang nyaman selain rumah untuk berkomunikasi, bersenang-senang, santai ataupun beristirahat sejenak. Di lain daerah di kota Medan juga memiliki penilaian tersendiri terhadap kedai kopi bahkan di daerah Indonesia lainnya.

Kedai kopi menjadi tanda yang mengukuhkan keberadaan baru bagi masyarakat, melalui bertemunya beragam orang, suku, agama, lembaga, status sosial dan bahkan identitas yang multikultur. Dalam pandangan yang lebih luas, kedai kopi juga bagian dari subkultur yang mempertemukan berbagai budaya dan identitas baru. Tetapi ngopi juga bukan sekadar soal keakraban, di dalamnya kerap terjadi pertukaran informasi, wacana, dan pengembangan wawasan, bahkan hiburan sekalipun.

Pada awalnya ngopi “hanyalah aktifitas mengisi waktu luang dan tempat untuk istirahat dari kepenatan”. Namun perkembangannya kini kedai kopi menjadi

sebuah tempat yang penting untuk menghabiskan waktu luang maupun waktu beraktifitas sehari - hari. Dari berbagai suku yang berbeda kedai kopi memiliki peran yang benar - benar memberikan ruang untuk berkreasi, berdiskusi, hiburan walaupun muncul konflik - konflik kecil di dalamnya. Tetapi dalam beberapa hal, kedai kopi juga didirikan dengan latar belakang yang berbeda. Lebih jauh lagi, aktifitas kedai kopi ini, membentuk kultur dan kebiasaan baru dalam berbagai sektor kehidupan, misalnya ekonomi dan sosial.

Bagi sebagian pecinta kopi, menikmati secangkir kopi mungkin hal yang biasa dilakukan di waktu senggang dan bisa dilakukan dimana saja. Namun bagi kalangan tertentu menikmati kopi bukan hanya bagaimana merasakan sensasi manis dan pahit, tetapi bagaimana muatan yang menyertai aktifitas itulah yang akan berdampak lebih luas. Misalnya para eksekutif muda akan menikmati secangkir kopi dengan menjalankan aktifitas dengan relasi bisnisnya. Begitu juga dengan mahasiswa, menikmati secangkir kopi hanya bermakna jika dilakukan di kedai kopi yang diselingi dengan diskusi kecil. Dan orang tua sekalipun menjadikan kedai kopi salah satu daya tarik yang tidak lepas dari kehidupan sehari - hari bahkan kedai kopi menjadi rumah kedua bagi mereka .

Penikmat kopi juga beragam, mulai dari buruh bangunan hingga para pejabat. Tidak ada sekat dalam hal siapa peminat kopi. Ini membuktikan bahwa kedai kopi mempunyai potensi kultural yang dapat menggiring masyarakat ke arah pembauran sosial. Ini tidak lepas dari salah satu manfaat kedai kopi yaitu sebagai tempat menemukan ide dan gagasan. Bahkan, bagi para penikmat kopi, kedai kopi adalah sumber informasi dan inspirasi.

tempat kerja akan terasa berbeda ketika mereka menikmati kopi di kedai kopi. Entah karena racikannya atau suasananya, kita tidak tahu. Tetapi kemungkinan, faktor kejadian ini adalah bagaimana situasi dan kondisi dalam menikmati kopi mempengaruhi rasa dalam ngopi itu sendiri. Dan yang aneh lagi adalah masing-masing kedai kopi memiliki kekhasan rasa tersendiri yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.

Berangkat dari realitas itulah, kebiasaan ngopi bagi masyarakat Indonesia bukanlah menjadi sebuah realitas yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Akan tetapi, lebih dari itu ngopi menjadi sebuah gaya hidup (life style) masyarakat. Kebiasaan masyarakat yang seiring waktu telah berubah menjadi kebutuhan masyarakat inilah yang nantinya bisa menjadi sebuah subkultur tersendiri di masyarakat Indonesia.

Apalagi interaksi sosial yang terjadi di kedai kopi membuat suasana menjadi hidup dan malahan membuat betah meskipun terjadi konflik kecil yang mewarnai kegiatan yang ada di kedai kopi. Dari obrolan kecil hingga obrolan yang memanas kerap terjadi di kedai kopi . Permainan kartu dan catur menjadi hiburan tersendiri bagi penikmat kedai kopi untuk mengisi kekosongan. Bahkan tidak jarang orang yang baru pulang kampus menyempatkan waktunya terlebih dahulu di kedai kopi hanya sekedar minum kopi dan ngobrol sesama pengunjung.

Hal yang tak kalah menariknya yaitu keberadaan kedai kopi secara tidak langsung mempunyai efek terhadap kegiatan masyarakat di suatu tempat, misalnya dalam hal etos kerja. Memang bila dikaji lebih jauh, tinggi rendahnya etos kerja masyarakat ditentukan oleh pribadi demi pribadi dari masyarakat tersebut. Namun jika kita mau jujur, keberadaaan kedai kopi bagi sebahagian

masyarakat akan berakibat turunnya etos kerja. Selain sisi negatifnya, kedai kopi juga mempunyai sisi positif. Banyak contoh yang bisa diurutkan sebagai sisi positif kedai kopi. Program pemerintah, obrolan politik, obrolan ekonomi, dan sosial dijadikan bahan obrolan dan perdebatan di kedai kopi.

Kedai kopi pada dasarnya adalah tempat dimana penjual minuman kopi dan pembeli minuman kopi ataupun sesama pembeli minuman kopi bertemu, bubuk kopi dan gula telah diseduh dan dihidangkan di meja, maka kedai kopi memperlihatkan peranan dan fungsinya, bukan hanya sekedar mendapatkan segelas kopi yang harganya tiga ribu sampai enam ribu rupiah per gelas. Tetapi juga sebagai suatu media interaksi antara sesama pengunjung kedai kopi ataupun dengan penjual minuman kopi.

Di pasar atau di toko, penjual dan pembeli ataupun sesama pembeli saling bertemu. Tapi pertemuan dan interaksi berlangsung dalam waktu relatif singkat. Setelah semua selesai belanja dipesan dan dibayar, maka berakhirlah interaksi mereka . Tidak lah demikian halnya dengan di kedai kopi, yang antara pembeli dan penjual dan antara sesama pembeli terlibat komunikasi yang relatif panjang, dan bahkan ada kemungkinan perbincangan tersebut terulang lagi untuk esok harinya .

Adanya tenggang waktu yang cukup lama antara penjual dan pembeli dan antara pembeli dan pembeli membuat kedai kopi mempunyai keunikan tersendiri. Kedai kopi dengan segala kesederhanaannya telah memperlihatkan peranan dan fungsinya sebagai sarana interkasi sosial yang sangat potensial. Fungsi sosial kedai kopi sebagai pusat kegiatan ekonomi dapat dilihat dalam perubahan - perubahan yang terjadi dibidang produksi, konsumsi, dan distribusi. Kedai kopi

dapat juga dikatakan sebagai pusat kebudayaan dalam lingkup yang sederhana, dalam hal ini dapat dilihat pada perubahan - perubahan sosial budaya sebagai akibat dari pembaruan dan pembauran.

Dengan demikian terlihat bahwa kedai kopi bukan hanya tempat berjual beli semata, namun juga mempunyai fungsi lain bagi masyarakat yang bersangkutan. Keberadaan warung kopi yang terus berkembang telah menjadi tempat berkumpulnya masyarakat dalam melakukan rutinitas keseharianya dengan latar belakang pengguna yang beragam. Bagi kaum muda khususnya pelajar dan mahasiswa, warung kopi telah dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas, diskusi kelompok, dan rapat organisasi. Artinya ada makna dan nilai serta tanda tersendiri bagi mereka yang datang ke Warung kopi, karena secara sederhana aktivitas mengkonsumsi kopi dapat di lakukan di manapun, bahkan di rumah sebagai contoh sederhananya, namun sampai mengapa masyarakat pada umumnya dan terkhusus bagi para mahasiswa lebih memilih untuk mengkonsumsi kopi di Warung kopi. Hal ini yang membuat mengapa peneliti ingin melakukan penelitian terkait dengan pergeseran makna kedai kopi yang di ubah oleh para mahasiswa untuk menjadi forum interaksi bagi mereka.