• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. SPIRITUALITAS IGNASIAN DAN SEMANGAT PELAYANAN

A. Latar Belakang Hidup Serta Panggilan Santo Ignatius Loyola …

Manusia diciptakan oleh Tuhan ke dunia adalah untuk saling melengkapi, saling menghargai, saling menghormati satu sama lain. Tuhan menghendaki adanya cinta sesama manusia.

Saling berbagi, saling tolong menolong, melayani satu sama lain merupakan semangat kita sebagai umat kristiani. Pelayanan terhadap sesama dan perbuatan baik terhadap sesama akan menghadirkan buah-buah rohani yang sangat luar biasa yakni kedamaian, persaudaraan erat, tenteram, suasana cinta kasih antar umat manusia, dan lain sebagainya.

Akan tetapi, dalam kehidupan masa kini yang terjadi malah justru sebaliknya. Perpecahan di mana-mana, perang, kriminalitas tinggi, iri hati, dengki, nafsu, keegoisan, berusaha untuk mendapatkan sesuatu dengan cara yang tidak baik, kesombongan akan jabatan, korupsi, dll. Semua itu adalah semangat yang justru hidup pada masa kini.

Yesus dalam perutusan-Nya mewartakan kabar gembira juga menghadapi masalah yang sama seperti di atas. Namun, Yesus menghadapinya dengan semangat yang baru yaitu semangat cinta kasih, kesederhanaan, pengorbanan dan kerendahan hati yang bertentangan dengan semangat dunia pada masa itu.

Sebagai pengikut Kristus, sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk intropeksi diri dan memulai dengan memaknai apa yang menjadi semangat

Tuhan Yesus selama hidup-Nya. Pewartaan kabar gembira harus dilanjutkan sehingga semua orang dipertemukan dengan Yesus yang Maha Pengasih.

Dalam Kitab Suci banyak kisah yang menunjukkan semangat Yesus dalam pewartaan-Nya, dalam dunia dengan semangat yang bertentangan. Menurut kesaksian Kitab Suci dunia ini: “dunia yang jatuh dan yang berada di dalam

kebinasaan”- dikasihi oleh Tuhan Allah. Begitu besar kasih-Nya kepada dunia,

sehingga Anak-Nya sendiri Ia korbankan untuk menyelamatkannya (Yoh 3:16). Dalam Kristus, Anak-Nya, Ia mendamaikan dunia dengan diri-Nya (2 Kor 5:19) dan memenangkannya (Yoh 16:33). Dalam dunia, Kerajaan yang Ia datangkan, sedangkan merealisasikan diri-Nya. Dunia ialah ladang, dimana anak-anak Kerajaan Allah ditaburkan (Mat 13:38). Dunia ialah ruang untuk pewartaan Injil Kerajaan Allah (Mat 24:14). Semangat Yesus di atas, kita kenal saat ini sebagai spiritualitas.

Spiritualitas adalah cara bagaimana pengalaman kita akan Allah membentuk cara kita dalam memandang dunia, juga cara kita berinteraksi dengan dunia. Misalnya, seseorang memiliki pengalaman kasih bersama Tuhan dalam kehidupannya maka ia akan memandang dunia sebagai anugerah kasih dari Tuhan.

Gereja yang telah ada dalam kurun waktu yang sangat lama telah melahirkan banyak orang dan kelompok yang sungguh menghayati spiritualitas Tuhan Yesus atau Bunda Maria dengan cara yang berbeda. Misalnya, kelompok Xaverian, Fransiskan, Dehonian, Ignasian, dan lain sebagainya. Kelompok ini pada intinya memiliki cara-cara yang berbeda dalam mengimani semangat dari

Tuhan Yesus Kristus atau Bunda Maria. Seperti kesederhanaan-Nya, hidup doa-Nya, karya-doa-Nya, dan lain sebagainya.

Spiritualitas yang mengimani semangat dari Tuhan Yesus itu sendiri di antaranya adalah spiritualitas Ignasian yang terinspirasi dari semangat St. Ignatius Loyola. Dasar dari spiritualitas Ignasian ini secara khusus berpijak pada sosok, pribadi dan hidup Yesus sendiri serta relasiNya dengan dunia. Singkatnya, bagaimana Yesus yang kita kenal dalam Kitab Suci bertindak, berkarya, mengajar dan berelasi dengan orang-orang di sekitarnya, dan menjadi sumber inspirasi dalam hidup kita.

Pola hidup rohani yang demikian inilah yang membuat Santo Ignatius Loyola akhirnya sungguh merasa dekat dan sungguh menjadi sahabat Yesus sendiri. Persahabatan dengan Yesus inilah yang memberi makna dan tujuan dalam hidupnya. Dalam Spiritualitas Ignasian persahabatan dengan Yesus yang demikian ini merupakan hal yang fundamental. Hal inilah yang juga menjadi landasan Universitas Sanata Dharma yang berpedoman pada semangat St. Ignatius Loyola dan juga sebagai pusat studi Ignasian.

Universitas Sanata Dharma yang terdiri dari macam-macam program studi terutama program studi Pendidikan Agama Katolik (PAK) mendidik para mahasiswa menjadi seorang calon pewarta atau katekis atau guru agama serta terjun dalam kalangan umat. Prodi PAK memiliki mahasiswa yang beraneka ragam dari sabang sampai merauke sehingga bisa disebut sebagai Indonesia Mini karena semua suku sebagian besar ada di prodi ini. Di PAK banyak sekali diberi

bekal untuk menggapai suatu cita-cita mulia itu karena pendidikan yang diberikan sangat mendukung seseorang untuk menjadi seorang pewarta.

Tapi, kenyataannya pun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Banyak mahasiswa PAK yang memilih prodi ini dikarenakan terpaksa dan dorongan dari orang tua. Jarang sekali ditemukan memilih prodi ini memang sebagai apa yang dicita-citakan. Keadaan awal mahasiswa yang terpaksa dan tidak berminat kuliah di prodi PAK serta proses perjalanan kuliah dalam menanggapi panggilan Allah sebagai katekis merupakan permasalahan utama yang harus dihadapi. Permasalahan itu sangat berkaitan dengan semangat pelayanan mahasiswa PAK itu sendiri. Permasalahan itu ibarat salib yang harus dipikul oleh masing-masing mahasiswa.

Selain itu, di dalam prosesnya seringkali juga kita menemukan kenyataan-kenyataan yang menjadi masalah yang harus dihadapi. Misalnya, keikutsertaan para mahasiswa dalam kegiatan menggereja mulai dari lingkungan, organisasi, komunitas, sosial, dan lain sebagainya. Dalam kegiatan di kampus misalnya, partisipasi mahasiswa dalam bakti kampus, kegiatan dalam organisasi HIMKA serta antusias dalam mengikutinya, dan lain sebagainya. Semua ini juga merupakan kurang adanya semangat dalam diri para mahasiswa dalam pelayanan serta pilihannya di prodi PAK.

Maka dari itu, belajar dari sosok Tuhan Yesus itu sendiri melalui kepribadian dan juga spiritualitas St. Ignatius Loyola, sebagai calon pewarta hendaknya spiritualitas Ignasian membawa semangat pelayanan yang tinggi kepada para mahasiswa PAK di tengah-tengah umat nantinya.

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengetahui seberapa besar peranan spiritualitas Ignasian terhadap semangat pelayanan para mahasiswa PAK sebagai calon katekis/ guru/ pewarta. Dalam rangka ini penulis memberi judul skripsi: “PERANAN SPIRITUALITAS IGNASIAN TERHADAP SEMANGAT PELAYANAN PARA MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA SEBAGAI CALONKATEKIS”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain:

1. Apa yang dimaksud dengan spiritualitas Ignasian?

2. Apa itu semangat pelayanan bagi para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis?

3. Seberapa besar peranan spiritualitas Ignasian dalam membantu para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma untuk meningkatkan serta menghayati semangat pelayanan sebagai calon katekis di zaman sekarang? 4. Usaha apa yang dapat dilakukan agar spiritualitas Ignasian ini dapat lebih

meningkatkan semangat pelayanan para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis?

1. Menggali lebih mendalam semangat spiritualitas Ignasian yang menjadi semangat para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis dalam mewartakan Sabda Allah.

2. Mengetahui lebih mendalam akan semangat pelayanan bagi para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis.

3. Mengetahui bagaimana para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma meningkatkan serta menghayati spiritualitas St. Ignatius Loyola dalam karya pelayanan.

4. Memberi sumbangan bagaimana agar para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma bisa lebih memiliki semangat pelayanan sebagai calon katekis lewat spiritualitas St. Ignatius Loyola.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan ini dapat memberi manfaat:

1. Bagi penulis semakin memahami spiritualitas Ignasian itu sendiri dan mampu menjadi semangat dalam meningkatkan karya pelayanan sebagai calon pewarta nantinya.

2. Membantu para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma untuk semakin menghayati panggilannya sebagai calon katekis.

3. Bagi Program Studi PAK Universitas Sanata Dharma sebagai wadah atau lembaga menimba ilmu bagi para calon katekis dapat memberi sumbangan dan meningkatkan kualitas serta mutu pendidikan terutama dari para pendidik maupun seluruh pihak yang berperan sehingga terus menghasilkan benih-benih dari para mahasiswa yang menimba ilmu di prodi PAK ini.

4. Memberi sumbangan bagi para pelayan atau umat yang memiliki hati dan siapa saja yang terlibat dalam karya pelayanan agar senantiasa memiliki semangat melayani dan setia dalam pelayanan yang dilakukan.

E. Metode Penulisan

Metode yang dipakai penulis adalah deskriptif analitis yaitu menggambarkan secara faktual keadaan yang terjadi dalam upaya meningkatkan semangat para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma melalui penghayatan spiritualitas Ignasian. Kemudian penulis ingin mengetahui secara mendalam penghayatan spiritualitas Ignasian melalui para mahasiswa dengan menggunakan penelitian kualitatif yang dilengkapi dengan instrumen berupa kuesioner. Setelah itu, penulis membuat program latihan rohani sebagai usulan program untuk mendalami spiritualitas Ignasian supaya dapat meningkatkan semangat pelayanan para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma. Penulisan ini juga didukung oleh berbagai sumber dan referensi dalam bentuk buku-buku yang membantu penulis dalam mengembangkan proses karya ilmiah tersebut.

F. Sistematika Penulisan

Tulisan ini mengambil judul “Peranan Spiritualitas Ignasian Terhadap

Semangat Pelayanan Para Mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma Sebagai Calon Katekis. Kemudian dikembangkan menjadi 5 bab, yaitu:

Bab I merupakan pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan permasalahan,tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka Pada bagian pertama, penulis mendeskripsikan tentang latar belakang hidup St. Ignatius Loyola. Pada bagian kedua, akan dideskripsikan tentang pengertian spiritualitas yang terdiri dari pengertian spiritualitas secara umum, spiritualitas Ignasian dalam terang kitab suci, spiritualitas St. Ignatius Loyola, dan kekhasan spiritualitas St. Ignatius Loyola. Pada bagian ketiga dalam kajian pustaka ini dideskripsikan mengenai semangat pelayanan sebagai warisan St. Ignatius Loyola. Pada bagian keempat akan dideskripsikan tentang spiritualitas Ignasian dalam semangat pelayanan para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma. Pada bagian kelima akan dideskripsikan mengenai para mahasiswa Prodi PAK yang terdiri dari sejarah Prodi PAK dan visi misi Prodi PAK Universitas Sanata Dharma. Pada bagian terakhir akan dideskripsikan tentang mengenai katekis yang terdiri dari pengertian katekis, spiritualitas katekis, dan tugas katekis.

Bab III: Penelitian atas penghayatan spiritualitas Ignasian bagi para mahasiswa Prodi PAK dalam memaknai semangat pelayanan sebagai katekis: Bab ini penulis akan mendeskripsikan mengenai: metodologi penelitian, variabel penelitian, hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan hasil penelitian serta refleksi atau keterbatasan penelitian.

Bab IV: Bab ini mendeskripsikan tentang Usulan Program Latihan Rohani dalam usaha mempertahankan spiritualitas Ignasian dalam semangat pelayanan para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma.

BAB II

SPIRITUALITAS IGNASIAN DAN SEMANGAT PELAYANAN PARA MAHASISWA PRODI PAK

Pada bab II ini, penulis akan menguraikan mengenai spiritualitas Ignasian sebagai peranan untuk meningkatkan semangat pelayanan bagi para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma. Pokok permasalahan yang akan diangkat dalam bab II ini adalah apa yang dimaksud dengan spiritualitas Ignasian.

Bab II merupakan kajian pustaka. Penulis pada bab ini membagi menjadi lima pokok bahasan, yakni pada pokok bahasan pertama penulis menguraikan tentang latar belakang hidup St. Ignasius Loyola. Kemudian pada pokok bahasan kedua berisikan tentang pengertian spiritualitas. Dalam pokok bahasan ini akan dijelaskan mengenai pengertian spiritualitas secara umum, spiritualitas St. Ignasius Loyola, dan kekhasan spiritualitas St. Ignasius Loyola itu sendiri. Pokok bahasan ketiga akan dijelaskan mengenai semangat pelayanan sebagai warisan dari St. Ignasius Loyola. Bahasan keempat penulis akan menguraikan tentang semangat pelayanan para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma. Pokok bahasan ini berisikan pengertian pelayanan secara umum, arti dan makna semangat dalam pelayanan, serta semangat pelayanan para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma itu sendiri. Dan pada pokok bahasan kelima, akan dijelaskan mengenai para mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma, mencakup sejarah Prodi PAK, visi dan misi Prodi PAK.

A. Latar Belakang Hidup Serta Panggilan Santo Ignatius Loyola

Dalam bukunya yang berjudul “Ensiklopedi Gereja” (Heuken, 2004:68),

mengatakan bahwa Ignatius dari Loyola lahir dari keluarga bangsawan Basque (Spanyol Utara) dan dididik di istana kerajaan, tempat ia mengejar karir sebagai orang istana dan perwira. Ignatius adalah anak bungsu. Jumlah kakaknya tidak diketahui dengan tepat, tetapi dalam proses beatifikasi disebut dua belas (menurut Ribadeneira 7 laki-laki dan 5 perempuan). Ayahnya bernama Beltran Yanez de

Onaz, ibunya Marina Sankhez de Licona. Waktu mempertahankan benteng Pamplona melawan tentara Perancis, Inigo (nama baptisnya) menjadi jiwa pertahanan. Ia baru menyerah, ketika kakinya kena peluru (1521).

Untuk menghabiskan waktu berjam-jam dalam kesendirian dan kebosanan di kamarnya, Ignatius minta beberapa buku untuk dibaca. Hanya dua buku yang dapat ditemukan dalam seluruh rumah yaitu buku tentang kehidupan Kristus dan buku lain tentang kehidupan para kudus. Meskipun buku-buku ini tidak sesuai dengan seleranya, Ignatius toh mulai membacanya juga. Lama-kelamaan ia mulai tertarik ( Jou, 1991: 33).

Selama pemulihan kesehatannya di Puri Loyola, ia tidak dapat memperoleh bacaan lain kecuali suatu riwayat orang-orang kudus serta buku Hidup Kristus karya Ludolf dari Saksen. Lama-kelamaan cita-cita hidupnya

berubah: Inigo ingin menjadi “tentara Kristus” yang menonjol di pengabdiannya

(Heuken, 2004: 69).

Pada akhir bulan Februari 1522 dengan alasan untuk membicarakan beberapa masalah dengan mantan atasannya, Ignatius meninggalkan rumah.

Saudaranya yang menjadi imam dan dua orang pelayannya menemaninya. Di tengah perjalanan, ia mengajak saudaranya untuk melewatkan malam dengan berdoa di dalam gereja Aranzazu di muka patung Maria, pelindung daerah itu. Di sini Ignatius mengucapkan kaul kemurnian dan memohon pertolongan Maria agar dapat melaksanakannya ( Jou, 1991: 37).

Ada tiga tahap dalam perjuangan rohaninya. Dalam tahap pertama, peziarah ini menjalani denda dosa dengan berpuasa dan berdoa lama. Ia berdoa tujuh jam setiap harinya. Ia mengalami kedamaian dan kegembiraan dalam hatinya. Dalam tahap kedua, perjuangan lebih sulit. Ignatius mulai merasa was-was tentang kehidupannya di masa lalu, dosa-dosanya dan pengakuan dosanya. Ia takut jangan-jangan ia telah memilih jalan yang salah, kadang-kadang ia digoda oleh pikiran untuk bunuh diri. Semakin lebih banyak ia berdoa dan berpuasa, semakin ia merasa sedih dan hampa. Tidak ada seorang pun dapat memberinya pertolongan. Sekali waktu ia mendapatkan penglihatan: seekor ular dengan banyak mata berputar-putar dan bergulung di udara. Meskipun penglihatan ini memberinya rasa bahagia, ia kemudian tahu penampakan itu adalah olah roh jahat. Penderitaan batinnya pada tahap ini berlangsung selama empat bulan. Tiba-tiba semua kegelisahan dan keragu-raguannya hilang dan mulailah tahap ketiga. Suatu hari sewaktu duduk di pinggir sungai, ia merasa seakan-akan suatu cahaya semakin bersinar dalam jiwanya. Kesedihan dan ketakutan lenyap dan yang ada di sekitarnya hanyalah terang, kegembiraan dan kedamaian. Pada saat itu ia lalu mengerti segala sesuatu tentang ajaran-ajaran iman Kristen, dan memahami dengan cara khusus misteri Tri Tunggal Maha Kudus. Meskipun ia belum belajar

apa pun, ia mulai menulis sebuah buku tentang misteri yang mahaluhur itu. Akibat dari pengalamannya yang luar biasa ini, Ignatius lalu mengurangi laku denda atas segala dosanya, merasa lebih percaya diri, dan mulai menolong orang lain agar semakin dekat pada Tuhan. Ia menulis semua pengalamannya dalam sebuah buku lain, yang ia selesaikan bertahun-tahun lamanya. Bukunya ini merupakan pegangan bagi mereka yang tertarik pada kesucian. Buku ini kemudian menjadi bestseller. Judul buku ini “Latihan Rohani” ( Jou, 1991: 40-41).

Ia melepaskan segala miliknya dan mencari suatu tempat yang sepi, menjalankan matiraga keras dan mengalami penampakan-penampakan mistik dekat kota Manresa. Ia mulai mencatat pengalamannya, yang menjadi inti karyanya yang termasyhur, yaitu Exercitia spiritualia: Latihan Rohani. Setelah berziarah ke Yerusalem (1523), ia mulai belajar dari sekolah rendah sampai memperoleh gelar Magister artes (MA) di Universitas Paris (1535).

Waktu belajar, Ignasius (sejak 1526) mulai mengumpulkan teman-teman mahasiswanya dan menyemangati mereka dengan bantuan Latihan Rohani. Akhirnya, bersama enam teman ia mengikat diri dengan kaul kemurnian, kemiskinan dan pengabdian di Tanah Suci di Gereja Montmorte (1534) di Paris.

Sahabat pertama adalah Petrus Faber dari pegunungan Alpen bagian Prancis. Sahabat kedua adalah Fransiskus Xaverius dari bagian utara Spanyol. Sahabat ketiga dan keempat adalah dua mahasiswa Spanyol yang sangat mengagumi Ignatius. Namanya adalah Jakobus Lainez dan Alphonso Salmeron. Sahabat kelima adalah seorang Spanyol yang bernama Nicolas Alphonso de Babadilla. Sedangkan sahabat Ignatius yang terakhir adalah seorang Portugis yang

bernama Simon Rodrigues. Pada bulan Juli 1534 di masa libur, ketujuh sahabat itu mengadakan pertemuan untuk memutuskan bentuk hidup mana yang akan mereka ikuti. Mereka semua sampai pada suatu keputusan untuk mengucapkan kaul kemiskinan dan kemurnian serta pergi berziarah ke Tanah Suci. Seiring berjalannya waktu dalam pewartaannya Ignatius pun menemukan banyak sahabat di berbagai pelosok negara ( Jou, 1991:69-71).

Karena perang, maka pelayaran ke Palestina ditunda-tunda terus, sehingga mereka melaksanakan keputusan alternatif untuk menawarkan jasa mereka kepada Sri Paus. Sebelum tersebar ke tempat yang jauh satu sama lain, mereka mengadakan pertimbangan bersama dengan keputusan untuk membentuk suatu serikat dan memilih Ignatius sebagai pembesar mereka yang pertama (1539). Dasar Serikat Jesus ini disahkan Paulus III di bulla kepausan “Regimini militantis ecclesiae: kepada pemerintahan Gereja yang berjuang” (1540).

Pada tahun-tahun berikutnya, Ignatius menyusun Konstitusi Serikat Jesus dengan menuangkan cita-cita Latihan Rohaninya ke dalam aturan hidup Serikat Jesus. Anggota-anggotanya dididik baik dan bersemangat tinggi untuk bersama-sama memajukan “kemuliaan Allah yang semakin besar – Ad maiorem Dei

gloriam” – di antara manusia di seluruh bumi. Selain itu, Ignatius memimpin

Serikat Jesus yang berkembang cepat dan mencapai ± 1.000 anggota sebelum Ignatius meninggal (1556). Ia mendirikan Collegium Romanum dan terlibat di beberapa karya amal antara lain untuk membebaskan wanita-wanita dari pelacuran. Ignatius dinyatakan kudus pada 1622. Makamnya di Gereja Il Gesu di Roma (Heuken, 2004:68-69).

Dokumen terkait