• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM PENELITIAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Latar Belakang

Rempah-rempah (spices) memainkan peranan yang penting dalam sejarah

peradaban, penjelajahan, dan perdagangan di dunia. Salah satu dari komoditi

rempah-rempah tersebut adalah lada. Berdasarkan International Pepper

Community (IPC) dan Food and Agriculture Organization of The United Nations

(FAO) (2005), lada memiliki tempat yang penting dalam perdagangan rempah-rempah dunia, dimana lada menjadi komoditi pertama yang diperdagangkan

secara internasional dan membuka rute-rute perdagangan antara “Dunia Barat”

dan “Dunia Timur”. Perdagangan lada di dunia saat ini dapat dilihat dari jumlah ekspor yang terjadi dan dilakukan oleh beberapa negara, khususnya oleh negara-negara produsen, yang dapat dilihat lebih jelas dalam Tabel 1.

Tabel 1. Total Ekspor Lada dari Beberapa Negara Produsen Tahun 2002-2009 (Estimasi) dalam Ton

Negara 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009* Vietnam 78.155 74.639 98.494 109.565 116.670 82.904 89.705 93.000 Indonesia 53.210 60.896 46.260 38.227 35.545 38.447 52.410 44.000 Brazil 37.531 37.940 40.529 38.416 42.194 39.008 36.723 32.000 India 24.225 19.423 14.049 15.752 26.377 33.940 26.665 20.500 Malaysia 22.661 18.672 18.206 16.799 16.605 15.065 14.241 18.000 Srilanka 8.225 8.240 4.853 8.129 8.190 9.026 6.242 5.808 Cina (RRC) 4.770 3.760 3.529 2.500 3.000 5.000 6.000 4.000 Ekuador 2.320 3.337 3.705 2.945 1.913 2.500 3.000 3.200 Madagaskar 880 1.000 1.000 1.231 1.995 1.800 1.750 1.400 Thailand 639 500 500 1.400 1.500 1.400 1.400 1.400 Total 232.616 228.407 231.125 234.964 253.989 229.090 238.136 223.308

Keterangan: *) Angka estimasi

Sumber: International Pepper Community (IPC) (2009) (Diolah)

Tabel 1 menunjukkan bahwa antara tahun 2002-2009, negara produsen yang mendominasi ekspor lada adalah Vietnam. Adapun lima besar negara produsen yang mengekspor lada dalam jumlah besar pada periode tersebut, yaitu Vietnam, Indonesia, Brazil, India, dan Malaysia.

Komoditi lada menjadi penting karena memiliki beragam kegunaan. Lada dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan, industri makanan, parfum,

2 dan pestisida nabati (Rismunandar 2007). Produk utama komoditi lada yang

diperdagangkan secara internasional adalah lada putih (white pepper) dan lada

hitam (black pepper). Lada putih dan lada hitam sebenarnya berasal dari buah lada

yang sama. Lada putih merupakan olahan dari buah lada yang telah matang di pohon, dipanen, dan dikelupas kulitnya, serta dikeringkan. Lada hitam dihasilkan dari buah lada yang dipanen sebelum matang dan masih berwarna hijau, serta langsung dikeringkan tanpa dilakukan pengelupasan kulit.

Disebutkan sebelumnya bahwa Indonesia termasuk salah satu dari lima negara produsen dan pengekspor lada utama di dunia. Menurut Edizal (1998) semasa VOC menduduki Indonesia pada tahun 1720, keuntungan dari tanaman lada merupakan sepertiga bagian dari seluruh keuntungan yang diperolehnya. Kontribusi lada semakin besar terhadap keuntungan VOC pada tahun 1772, yaitu mencapai dua per tiga bagian dari keseluruhan keuntungannya (Ditjenbun Deptan 2009). Sebelum perang dunia kedua, Indonesia mampu memasok 80 persen kebutuhan lada dunia (Edizal 1998).

Pada tahun 2008, Indonesia adalah produsen sekaligus eksportir lada urutan kedua di dunia, setelah Vietnam. Untuk lebih jelas, data dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Total Produksi dan Ekspor Lada dari Negara Produsen Tahun 2008

Keterangan: -) Data tidak tersedia

Sumber: International Pepper Community (IPC) (2009) (Diolah)

Oleh karena itu, perdagangan komoditi lada menjadi penting bagi Indonesia dari sisi ekspor nonmigas, yang dapat menghasilkan devisa negara dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data yang diperoleh dan diolah

Negara Produksi (Ton) Persentase Produksi (%) Ekspor (Ton) Persentase Ekspor (%)

Vietnam 91.000 28,99 89.705 37,67 Indonesia 56.000 17,84 52.410 22,01 Brazil 41.000 13,06 36.723 15,42 India 50.100 15,96 26.665 11,20 Malaysia 22.000 7,01 14.241 5,98 Srilanka 13.243 4,22 6.242 2,62 Cina (RRC) 28.000 8,92 6.000 2,52 Ekuador - - 3.000 1,26 Madagaskar 2.800 0,89 1.750 0,73 Thailand 9.800 3,12 1.400 0,59 Total 313.943 100 238.136 100

3 1.823,28 miliar (menggunakan kurs dollar rata-rata selama tahun 2008). Adapun total nilai produksi lada Indonesia pada tahun 2008 mencapai US $ 214.862.131,7 atau sekitar Rp 1.972,34 miliar (menggunakan kurs dollar rata-rata selama tahun 2008), dimana PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia atas dasar harga berlaku di tahun tersebut (angka sementara), dari subsektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, khususnya dari tanaman perkebunan adalah sebesar Rp

716.065,3 miliar (BPS 2010)3, sedangkan atas dasar harga konstan adalah sebesar

Rp 142.000,4 miliar (BPS 2010)4.

Menurut Rismunandar (2007), ada beberapa alasan yang menyebabkan komoditi lada memberikan kontribusi penting terhadap perekonomian Indonesia, yaitu diantaranya 1) konsumsi lada cenderung meningkat akibat pertambahan penduduk, perkembangan industri makanan dan obat-obatan, serta peningkatan konsumsi per kapita; 2) lada merupakan komoditas pertanian yang banyak menyerap tenaga kerja, baik petani, pekerja, maupun pedagang; 3) teknik budidaya yang diterapkan di Indonesia tidak menggunakan banyak perlakuan mekanis, sehingga besar peranannya dalam pemanfaatan tenaga kerja; dan 4) luasnya wilayah pengembangan yang tersedia di Indonesia.

Dewasa ini, terdapat banyak daerah di Indonesia yang memproduksi lada. Sebagian besar (sekitar 99 persen) produksi lada Indonesia dihasilkan dari

perkebunan lada yang dikelola oleh rakyat (petani) atau smallholders, dan sisanya

dikelola oleh pihak swasta (Ditjenbun Deptan 2009)5. Daerah-daerah penghasil

lada di Indonesia secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1. Provinsi Kepulauan

1

[Bappebti] Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. 2010. Harga Bursa Komoditi Lada Putih. http://www.bappebti.go.id. [Diakses tanggal 23 Maret 2010]

2

[BI] Bank Indonesia. 2010. Kurs Uang Kertas Asing Mata Uang USD Tahun 2008. http://www.bi.go.id. [Diakses tanggal 23 Maret 2010]

3

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah). http://www.bps.go.id. [Diakses tanggal 23 Maret 2010]

4

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah). http://www.bps.go.id. [Diakses tanggal 23 Maret 2010]

5

[Ditjenbun Deptan] Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian. 2009. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan Tahun 1967-2009. http://www.ditjenbun.deptan.go.id. [Diakses tanggal 8 Desember 2009]

4 Bangka Belitung merupakan daerah produsen lada terbesar di Indonesia pada rentang tahun 2002-2004, tetapi menjadi yang terbesar kedua di Indonesia, antara tahun 2005-2008, setelah Lampung, karena adanya penurunan produksi (dapat

dilihat pada Lampiran 1). Tetapi daerah ini, merupakan produsen lada putih (white

pepper) paling besar di Indonesia (Edizal 1998). Lada putih produksi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (dahulu Pulau Bangka), telah dikenal luas di pasar

lada dunia dan memiliki brand image sendiri di pasar tersebut, yaitu dengan nama

Muntok White Pepper. Penamaan Muntok White Pepper ini, salah satunya, disebabkan karena lada putih dari Bangka Belitung, pertama kali diperdagangkan secara internasional (diekspor) melalui pelabuhan Muntok di Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat (setelah dilakukan pemekaran).

Berdasarkan laporan studi lapangan Kurniawati Y et al. (2009), sebagai

komoditi ekspor, lada berkontribusi terhadap pendapatan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sampai akhir tahun 90-an pasokan lada putih dari Bangka Belitung di pasar dunia dapat mencapai 60-80 persen. Pada tahun 2008, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengekspor 8.334,241 ton lada, dengan nilai US $ 39.768.633,78 (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009), dari total produksi sebesar 15.671,21 ton (Dinas Pertanian, Pekebunan, dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009). Jumlah lada yang diekspor pada tahun tersebut mencapai 53,18 persen dari total produksinya.

Selain menjadi sumber pendapatan daerah dan tentunya petani lada sendiri, komoditi lada juga memiliki peranan strategis, dilihat dari sisi sejarah dan kebudayaan di Bangka Belitung. Lada putih adalah komoditi unggulan dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang telah diusahakan masyarakat sejak

abad ke-18 Masehi (Oktaviandi 2008 diacu dalam Kurniawati Y et al. 2009). Hal

tersebut kemudian berlanjut pada masa penjajahan, baik oleh kolonial Belanda, maupun Jepang (Edizal 1998). Berdasarkan Statistik Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007, perkebunan lada rakyat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dimiliki dan diusahakan oleh 21.233 kepala keluarga. Dengan demikian, masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah mengenal dengan baik komoditi lada dan menjadi salah

5 dibudidayakannya tanaman lada, seperti kesesuaian faktor iklim dan ketersediaan air (Ditjenbun Deptan 2009). Oleh sebab itu, sebenarnya provinsi ini memiliki keunggulan (daya saing) komparatif dan alasan-alasan yang menunjang pengembangan agribisnis komoditi lada.

Akan tetapi, saat ini, komoditi potensial di Bangka Belitung ini memiliki permasalahan dari sisi produksi, yaitu mengalami fluktuasi dan tren penurunan produksi, khususnya dalam rentang waktu tujuh tahun terakhir. Data total dan tren produksi lada tujuh tahun terakhir, yaitu tahun 2002-2008, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Produksi Lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun

2002-2008

Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2009) (Diolah)

Data pada Gambar 1 tersebut menunjukkan bahwa produksi lada di Bangka Belitung menurun dalam rentang waktu tahun 2002-2007. Dibandingkan tahun 2002, produksi lada pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 51,95 persen, walaupun produksi pada tahun 2008 tersebut telah mengalami sedikit perbaikan dari tahun sebelumnya (2007), yaitu sebesar 1.815,03 ton.

32.611,94 31.566,00 22.140,32 18.273,50 16.292,36 13.856,18 15.671,21 0,00 5.000,00 10.000,00 15.000,00 20.000,00 25.000,00 30.000,00 35.000,00 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 P ro du k si (T o n) Tahun

6 Fluktuasi dan tren penurunan produksi lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga diikuti oleh fluktuasi dan tren penurunan luas areal (tanaman menghasilkan) dan jumlah ekspornya. Pada tahun 2008, luas areal tanaman lada menghasilkan di provinsi tersebut menurun sebesar 14.644,89 ha atau 48,72 persen, dibandingkan tahun 2002. Luas areal tanaman lada menghasilkan pada tahun 2008 merupakan yang terendah selama tahun 2002-2008. Data mengenai luas areal tanaman lada menghasilkan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2002-2008 selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Keterangan: *) Luas areal tanam untuk tanaman lada menghasilkan

Gambar 2. Luas Areal Tanam Lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2002-2008

Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2009) (Diolah)

Sementara itu, pada tahun 2008, jumlah ekspor lada menurun sebesar 21.133,759 ton atau 71,7 persen, dibandingkan tahun 2002. Jumlah ekspor lada terendah, pada periode tahun 2002-2008, terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 8.334,241 ton. Data mengenai hal tersebut dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 3. 30.059,87 26.332,71 22.299,30 20.432,65 20.799,00 16.268,25 15.414,98 0,00 5.000,00 10.000,00 15.000,00 20.000,00 25.000,00 30.000,00 35.000,00 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 L ua s Are a l T a na m ( H a )* Tahun

7

Gambar 3. Ekspor Lada dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun

2002-2008

Sumber: Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2009)6 dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2009) (Diolah)

Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Pemerintah Pusat (lewat Departemen Pertanian) telah menyikapi kondisi lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini. Bentuk perhatian tersebut dituangkan melalui pencanangan

program revitalisasi lada putih (Muntok White Pepper) di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung. Revitalisasi ini akan melibatkan berbagai pihak yang berada di dalam sistem agribisnis komoditas lada tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Fluktuasi produksi lada dengan tren yang menurun di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini merupakan dampak dari terjadinya hal yang serupa di tingkat kabupaten dan kota, terutama enam kabupaten yang merupakan daerah penghasil lada di provinsi tersebut. Bangka merupakan salah satu daerah kabupaten penghasil lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Produksi lada per Kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, khususnya dari tahun 2004 hingga 2008, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.

6[Diskominfo] Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2009. Bangkitkan Kembali Kejayaan Lada Putih. http://www.babelprov.go.id. [Diakses tanggal 11 September 2009]

21.199,000 9.527,048 11.410,545 9.977,000 8.339,000 8.334,241 0,000 5.000,000 10.000,000 15.000,000 20.000,000 25.000,000 30.000,000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 E k spo r (T o n) Tahun

8

Gambar 4. Produksi Lada per Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2004-2008

Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2009) (Diolah)

Gambar 4 menunjukkan bahwa Kabupaten Bangka mengalami tren penurunan produksi paling signifikan hingga tahun 2008, walaupun pada tahun 2006 sempat mengalami perbaikan. Dibandingkan tahun 2004, pada tahun 2008 produksi lada mengalami penurunan sebesar 78,28 persen (5.981,78 ton). Selain itu, antara tahun 2007-2008, Kabupaten Bangka merupakan daerah yang paling besar penurunan produksinya dibandingkan daerah lain di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu sebesar 1.539,08 ton (Lampiran 2).

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan indikasi bahwa harga jual lada, adanya peluang usaha lain, dan penerapan teknologi budidaya lada petani mempengaruhi produksi lada di Kabupaten Bangka. Harga jual lada masih dianggap rendah oleh petani karena sebelumnya pernah merasakan (menerima) harga yang lebih tinggi, sehingga motivasi mereka juga rendah untuk mengusahakan lada. Adanya peluang usaha lain, yang menurut petani lebih menguntungkan dari pada mengusahakan lada, menyebabkan mereka berdiversifikasi atau beralih usaha. Hal tersebut terlihat dari semakin

7.641,00 4.222,10 5.140,60 3.198,30 1.659,22 0,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00 2004 2005 2006 2007 2008 P ro du k si (T o n) Tahun

Bangka Bangka Tengah Bangka Selatan Bangka Barat Belitung Belitung Timur

9 Bangka, dan merupakan pilihan utama petani lada untuk berdiversifikasi usaha. Keadaan tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Produksi Perkebunan Rakyat Utama di Kabupaten Bangka Tahun 2004-2008

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bangka (2010) (Diolah)

Gambar 5 memperlihatkan perkembangan yang berbeda dari masing-masing usaha perkebunan rakyat utama di Kabupaten Bangka. Komoditi karet dan kelapa sawit mengalami perkembangan yang positif, terlihat dari tren produksinya yang meningkat. Sementara itu, komoditi lada perkembangannya negatif, yang terlihat dari tren produksinya yang menurun. Penerapan teknologi budidaya lada petani masih dikategorikan rendah, dilihat dari pengolahan lahan yang masih tradisional, kurangnya pemeliharaan, serta kurangnya pengendalian hama dan penyakit. Akibatnya, tanaman lada yang diusahakan tidak berproduksi dengan baik.

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah harga jual lada di tingkat petani, peluang usaha lain, dan teknologi budidaya lada petani berpengaruh terhadap produksi lada?

0,00 5.000,00 10.000,00 15.000,00 20.000,00 25.000,00 30.000,00 35.000,00 40.000,00 45.000,00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 P ro du k si (T o n) Tahun

10

1.3. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh harga jual lada di tingkat petani, peluang usaha lain, dan teknologi budidaya lada petani terhadap produksi lada.

1.4. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang keilmuan agribisnis, khususnya

agribisnis komoditi lada yang ada di Kabupaten Bangka dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

2. Menjadi informasi dan pengetahuan bagi penelitian lanjutan.

3. Sebagai sumber informasi untuk pengembangan agribisnis lada bagi

pemerintah daerah Kabupaten Bangka khususnya dan pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung umumnya, serta masyarakat yang terlibat langsung di dalam sistem agribisnis komoditi lada.

4. Sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan, dalam menentukan

solusi atas permasalahan dalam produksi lada di Kabupaten Bangka khususnya dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung umumnya.

1.5. Ruang Lingkup

Proses budidaya lada, yang meliputi kegiatan persiapan lahan, penyediaan bibit, persiapan junjung, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pemberantasan hama dan penyakit tanaman, hingga panen, dan proses pengolahan buah lada hasil panen menjadi lada putih, dianggap sebagai satu kesatuan proses, yaitu proses produksi lada putih. Hal tersebut terkait dengan perilaku petani lada di Bangka Belitung, dimana umumnya, lada yang baru mereka panen dari kebun langsung diolah (direndam di air sungai dan dikeringkan dengan penjemuran) menjadi lada putih. Tingkat kematangan buah lada saat dipanen pun telah disesuaikan untuk diolah menjadi lada putih.

Oleh sebab itu, sudah umum pula di Bangka Belitung, jika disebut produksi lada, maka lada yang dimaksud adalah lada putih. Dengan demikian, data produksi lada yang diperoleh, khususnya dari Badan Pusat Statistik

11 Belitung, adalah data produksi lada, yang telah diolah menjadi lada putih (berbentuk lada putih). Berdasarkan hal ini, selanjutnya, penyebutan produksi lada yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah produksi lada putih.

Dokumen terkait