• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV METODE PENELITIAN

4.8. Definisi Operasional

4.8.4. Teknologi Budidaya Lada Petani (X 3 )

Teknologi budidaya lada petani adalah perilaku petani lada dalam melaksanakan teknis atau cara (teknologi) membudidayakan tanaman ladanya. Jadi yang dimaksud dengan teknologi budidaya lada dalam hal ini adalah cara membudidayakan lada oleh petani, mulai dari persiapan lahan, penyediaan bibit,

persiapan panjatan (junjung), penanaman, pemupukan, pemeliharaan,

pengendalian hama dan penyakit tanaman, sampai panen, sehingga pendekatan penilaian teknologi budidaya yang dilakukan oleh petani didekati dari perlakuan yang mereka lakukan dari kedelapan proses tersebut. Teknologi budidaya lada petani menjadi satu variabel, yang diduga berpengaruh terhadap produksi lada yang dihasilkan petani. Penerapan teknologi yang dikaji adalah penerapan teknologi yang dilakukan oleh petani lada, selama tahun 2009.

Variabel ini menggambarkan perilaku petani dalam membudidayakan tanaman ladanya, terutama terhadap kesesuaian teknis budidaya yang telah dilakukan oleh petani lada dengan kriteria-kriteria (persyaratan) budidaya tanaman lada yang baik. Variabel ini menggunakan dimensi yang sesuai dengan proses budidaya tersebut, yaitu dimensi persiapan lahan, penyediaan bibit,

persiapan panjatan (junjung), penanaman, pemupukan, pemeliharaan,

pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta panen.

Dari masing-masing dimensi tersebut, ditetapkan indikator-indikator, sebagai dasar pengukuran (penetapan skor). Total skor dari variabel ini diperoleh dari penjumlahan seluruh pengukuran (skor) yang diberikan pada setiap indikator, untuk seluruh dimensi. Indikator untuk setiap dimensi, termasuk pengukurannya, diuraikan sebagai berikut:

1. Persiapan lahan

Persiapan lahan adalah upaya yang dilakukan petani secara teknis dalam pembersihan lahan, pengolahan tanah (pertama dan kedua), pembuatan bedengan, dan pembuatan lubang tanam. Oleh karena itu, untuk melihat teknologi budidaya lada dari sisi persiapan lahan digunakan indikator pembersihan lahan, pengolahan tanah (pertama dan kedua), pembuatan bedengan, dan pembuatan lubang tanam.

93 (kecil ataupun besar), sampai ke akar-akarnya, baik secara kimiawi, maupun secara manual.

Indikator pengolahan tanah pertama adalah upaya petani secara teknis mengolah tanah dengan mencangkul, mentraktor, atau membajak tanah (sesuai kondisi lahan), yang kemudiaan tanah tersebut dibiarkan selama dua minggu dan selanjutnya digaru; meratakan dan membagi tanah menjadi beberapa

petakan (misalnya 5 x 5 m2) dengan derajat kemiringan optimum tanah sekitar

15°, yang dikelilingi jalan (lebar sekitar 1 m) dan parit drainase (kedalaman sekitar 30-60 cm dan lebar sekitar 20-50 cm, dengan posisi melintang terhadap kemiringan tanah); serta membuat teras (lebar sekitar 200 cm) dan rorakan (dibuat setiap 12-24 cm dengan ukuran sekitar panjang 2-4 m, lebar 20 cm, dan kedalaman 20 cm) pada lahan yang miring (lebih dari 15°).

Indikator pengolahan tanah kedua adalah upaya petani secara teknis dengan mencangkul tanah lapisan atas (lapisan pertama) (sekitar sedalam 15-20 cm dan lebar 50 cm), lalu disisihkan ke samping; mencangkul tanah lapisan berikutnya (lapisan kedua) hingga gembur, setelah sebelumnya tanah lapisan atas disisihkan sementara ke samping; memasukkan pupuk organik atau fosfat (pupuk dasar) pada tanah lapisan kedua yang telah gembur; dan mengembalikan tanah lapisan atas (lapisan pertama) ke atas tanah lapisan kedua.

Indikator pembuatan bedengan adalah upaya petani secara teknis membuat bedengan, khususnya pada lahan datar atau agak miring dengan membuat guludan-guludan (ketinggian sekitar 30 cm), yang antar guludan diberi jarak (sekitar 2 m).

Indikator pembuatan lubang tanam adalah upaya petani secara teknis

membuat lubang tanam (ukuran bagian atas sekitar 35 x 35 cm2 sampai 40 x

40 cm2, sementara bagian bawah menyempit atau berbentuk bujur sangkar

dengan ukuran sekitar 45 x 45 x 45 cm3 sampai 75 x 75 x 75 cm3) di tengah

bedengan; mengatur jarak tanam antar lubang, jika digunakan panjatan (junjung) hidup, maka jarak antar lubang sekitar 2,5-3 m, dan jika panjatan

94 (junjung) mati, maka jarak antar lubang sekitar 2 m; menutup (menimbun) lubang tanam dengan tanah hasil galiannya (atau tanah lain) yang dicampurkan dengan pupuk kandang; dan membiarkan lubang tanam sekitar 30-40 hari sebelum dilakukan penanaman bibit tanaman lada.

Adapun pengukuran dari setiap indikator dimensi persiapan lahan ini, yaitu:

a. Pembersihan lahan

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

b. Pengolahan tanah pertama

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

c. Pengolahan tanah kedua

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

d. Pembuatan bedengan

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

e. Pembuatan lubang tanam

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

2. Penyediaan bibit

Penyediaan bibit adalah upaya petani secara teknis dalam memperoleh dan memilih bibit berkualitas baik, murah, dan tepat, melalui cara setek yang praktis, efisien, dan menghasilkan bibit yang sama dengan indukan, dengan menjamin kemurnian tanaman, memilih indukan bibit yang sehat, dan memilih ukuran setek yang siap tanam. Oleh karena itu, untuk melihat teknologi budidaya lada dari dimensi penyediaan bibit ditetapkan indikator menjamin kemurnian tanaman, memilih indukan bibit yang sehat, dan memilih ukuran setek yang siap tanam.

Indikator menjamin kemurnian tanaman mengandung arti bahwa petani mengupayakan agar setek diambil langsung dari induk asli tanaman

95 (bukan sulur gantung atau sulur cacing). Adapun beberapa varietas tanaman lada yang sesuai dan telah di budidayakan di Bangka Belitung antara lain varietas Bangka (Muntok), Lampung, Lampung Daun Lebar (LDL), Merapin, Daun Kurai, Jambi, Petaling 1, dan Petaling 2.

Indikator memilih indukan bibit yang sehat mengandung arti bahwa petani mengupayakan agar tanaman lada yang dijadikan induk setek tidak terserang penyakit, berbentuk kekar, berdaun hijau mulus (tidak ada tanda-tanda menguning), berbuku mulus, dan tidak berlubang bekas serangan serangga; minimal sudah berumur dua tahun (tetapi kurang dari tiga tahun), telah dipangkas pertama saat umur 8-10 bulan, dan dipangkas kedua pada umur 18-20 bulan; serta kondisinya subur.

Indikator memilih ukuran setek yang siap tanam merupakan upaya petani dalam menyediakan ukuran setek bibit yang sesuai untuk di tanam di kebun, yaitu tujuh ruas, baik yang diperoleh melalui setek satu ruas, maupun tujuh ruas.

Adapun pengukuran dari setiap indikator dimensi penyediaan bibit ini, yaitu:

a. Menjamin kemurnian tanaman

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

b. Memilih indukan bibit yang sehat

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

c. Memilih ukuran setek yang siap tanam

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

3. Persiapan panjatan (junjung)

Persiapan panjatan adalah upaya petani secara teknis dalam mempersiapkan panjatan bagi tanaman lada, yang meliputi kegiatan memilih jenis panjatan, menanam panjatan, dan mengganti (meremajakan) panjatan.

96 Berdasarkan kegiatan tersebut, untuk melihat dimensi persiapan panjatan ini digunakan indikator memilih jenis panjatan, menanam panjatan, dan mengganti (meremajakan) panjatan.

Indikator memilih jenis panjatan memperlihatkan upaya petani dalam memilih jenis panjatan yang baik dan tidak asalan untuk tanaman ladanya, yaitu dapat berupa panjatan hidup atau panjatan mati. Panjatan hidup dapat

berupa pohon dadap (Erythrina fuscca), lamtoro gung, kapok (Ceiba

pentandra), dan kalikiria (Glyricidia maculata), dengan panjang sekitar 1-2 m dan diameter sekitar 5 cm. Sedangkan panjatan mati dapat berupa kayu mendaru, kayu melangir, kayu gelam, kayu belian (kayu ulin atau kayu besi), dan tiang beton. Panjang untuk panjatan mati sementara sekitar 1,5-2,2 m dan diameter sekitar 10-15 cm. Panjang untuk panjatan mati permanen kayu sekitar 2,5-3,6 m dan diameter sekitar 15-20 cm, sedangkan jika menggunakan beton panjangnya sekitar 2 m dengan diameter yang sama.

Indikator menanam panjatan memperlihatkan upaya petani secara teknis dalam menanam panjatan lada yang telah dipilih jenisnya dan tersedia. Tanaman panjatan hidup yang pertumbuhannya lama dan lambat membesar, ditanam sebelum bibit lada ditanam, sedangkan yang cepat tumbuh dan besar, ditanam bersamaan dengan penanaman bibit lada, di tengah-tengah bedengan (guludan) dan berdekatan dengan lubang tanam, yaitu sekitar 10-20 cm di sebelah utara atau selatan sisi lubang tanam, dengan kedalaman tanam sekitar 30-50 cm. Panjatan sementara ditanam sebelum atau bersamaan dengan penanaman tanaman lada, di sisi utara atau selatan lubang tanaman lada dengan jarak sekitar 10-20 cm dan kedalaman tanam sekitar 20 cm. Panjatan permanen ditancapkan (ditanam) ke tanah pada jarak sekitar 50 cm dari titik pusat batang tanaman lada di sebelah utara atau selatan, dengan kedalaman penanaman sekitar 50-60 cm.

Indikator mengganti (meremajakan) dan memangkas panjatan, sesuai dengan jenis panjatan yang digunakan menunjukkan upaya petani melakukan penggantian panjatan dan memangkas panjatan, dimana jika petani menggunakan panjatan hidup, maka dilakukan pemangkasan dan penggantian panjatan yang mati atau terkena penyakit, sedangkan jika menggunakan

97 sesuai dengan tatacara dan persyaratan. Pemangkasan panjatan hidup dilakukan 2-3 kali dalam setahun, dimana pada musim hujan dilakukan pemangkasan dalam dan pada musim kemarau dilakukan pemangkasan seperlunya.

Pengukuran yang ditetapkan untuk mengukur indikator-indikator pada dimensi persiapan junjung ini adalah sebagai berikut:

a. Memilih jenis panjatan

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

b. Menanam panjatan

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

c. Mengganti (meremajakan) dan memangkas panjatan, sesuai dengan jenis

panjatan yang digunakan

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

4. Penanaman

Penanaman merupakan upaya petani menanam bibit lada, baik dari hasil persemaian (setek satu ruas), maupun persiapan bibit (setek tujuh ruas), dengan teknis yang baik, yang meliputi kegiatan membuat lubang tanam baru; menanam bibit; menentukan jumlah bibit yang ditanam; menutup kembali lubang tanam baru; mengikatkan bibit ke panjatan; melindungi bibit; serta menjaga kelembaban tanah di sekitar bibit. Berdasarkan kegiatan-kegiatan tersebut, ditetapkan indikator-indikator untuk melihat dimensi penanaman, yaitu membuat lubang tanam baru, menentukan jumlah bibit yang ditanam, menanam bibit, menutup kembali lubang tanam baru, mengikatkan bibit ke panjatan, melindungi bibit, dan menjaga kelembaban tanah di sekitar bibit.

Indikator membuat lubang tanam baru menjelaskan upaya teknis petani

untuk membuat lubang tanam baru dengan ukuran sekitar 20 x 20 cm2 dan

98 ditutup kembali saat proses persiapan lahan sebelumnya, untuk menanam bibit tanaman lada yang telah disediakan, dengan posisi di sebelah utara atau selatan panjatan.

Indikator menentukan jumlah bibit yang ditanam menjelaskan upaya petani dalam menentukan jumlah bibit setek yang ditanam di dalam satu lubang tanam (per lubang tanam), yaitu dengan menanam minimal 2-3 buah setek dalam satu lubang tanam.

Indikator menanam bibit menjelaskan upaya teknis petani dalam menanam bibit tanaman lada pada lubang tanamnya, yaitu memasukkan setek yang berukuran tujuh ruas, dengan ketentuan empat ruas (daun dan cabang dibuang) di dalam lubang tanam, sedangkan tiga ruas (daun dan cabang dibiarkan) lainnya di atas permukaan tanah yang diarahkan ke tiang panjat dengan sudut sekitar 45°.

Indikator menutup kembali lubang tanam baru menjelaskan teknis yang dilakukan petani setelah bibit tanaman lada ditanam pada lubang tanam, yaitu dengan menutup kembali lubang tanam tersebut dengan tanah halus, yang agak ditekan dan dibuat agak cembung, sehingga posisi bibit stabil.

Indikator mengikatkan bibit ke panjatan menjelaskan teknis yang perlu dilakukan petani setelah bibit selesai ditanam, yaitu mengikatkan sisi ruas setek di bagian luar lubang tanam pada panjatan yang telah disediakan, dengan menggunakan tali; dilakukan dengan hati-hati; diikat tidak terlalu kuat atau dililitkan saja, sehingga dapat lepas sendiri; dan diikat hingga ketinggian tanaman mencapai 1-1,5 m.

Indikator melindungi bibit menjelaskan teknis yang dilakukan petani melindungi bibit lada yang telah selesai ditanam dan diikatkan ke panjatan agar tidak mati, dengan cara diberi pelindung, seperti atap, alang-alang, pakis andam, atau resam.

Indikator menjaga kelembaban tanah di sekitar bibit menjelaskan teknis yang dilakukan petani untuk menjaga kelembaban tanah di sekitar bibit tanaman lada yang ditanam, dengan cara menutupi tanah di sekitar bibit dengan mulsa dan disiram secukupnya secara teratur setiap hari (pagi dan sore), hingga tumbuh tunas muda.

99

a. Membuat lubang tanam baru

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

b. Menentukan jumlah bibit yang ditanam

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

c. Menanam bibit

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

d. Menutup kembali lubang tanam baru

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

e. Mengikatkan bibit ke panjatan

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

f. Melindungi bibit

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

g. Menjaga kelembaban tanah di sekitar bibit

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

5. Pemupukan

Pemupukan adalah upaya yang dilakukan petani untuk mencegah kemunduran fisik dan kimiawi tanah pada lahan, yang meliputi kegiatan menentukan jenis pupuk, menentukan dosis pupuk, serta menentukan waktu dan frekuensi pemupukan. Jenis, dosis, waktu, dan frekuensi pemupukan memiliki keterkaitan, karena jenis dan dosis pupuk tertentu diberikan pada waktu dan dengan frekuensi yang tertentu pula, sehingga penggunaan pupuk dapat mendukung produksi dengan optimal. Pemupukan utama tanaman lada dilakukan empat tahap, yaitu pemupukan dasar, pemupukan pada umur 3-12

100 bulan, pemupukan pada umur 13-24 bulan, dan pemupukan pada umur lebih dari 24 bulan, dengan dosis pupuk yang berbeda. Oleh karena itu, ditetapkan indikator pemupukan dasar, pemupukan pada umur 3-12 bulan, pemupukan pada umur 13-24 bulan, dan pemupukan pada umur lebih dari 24 bulan, untuk melihat dimensi pemupukan.

Indikator pemupukan dasar adalah upaya teknis petani memupuk tanaman ladanya, pada waktu persiapan lahan, sebagai pupuk dasar, menggunakan pupuk organik (pupuk kandang, kompos, atau tanah bakaran humus) dengan dosis 5-10 kg per lubang tanam.

Indikator pemupukan pada umur 3-12 bulan adalah upaya teknis petani memupuk tanaman ladanya, pada saat tanaman berumur 3-12 bulan, sesuai dengan panjatan yang digunakan, yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Jenis, Dosis, Waktu, dan Frekuensi Pemupukan Tanaman Lada pada Umur 3-12 Bulan

Jenis Panjatan

Dosis (gram/pohon) Keterangan

Urea TSP KCL Dolomit

Hidup 15 15 15 100 Pupuk diberikan empat kali setahun, mulai awal musim hujan, dengan interval 30-40 hari. Dolomit diberikan bersamaan dengan pemupukan pertama.

Mati 25 25 25 100

Sumber: Rismunandar (2007) (Diolah)

Pemberian pupuk dilakukan dengan cara mencampur beberapa jenis pupuk tersebut, kemudian menaburkannya ke dalam parit kecil yang dibuat tepat di bawah lingkaran tajuk dengan kedalaman sekitar 30-40 cm.

Indikator pemupukan pada umur 13-24 bulan adalah upaya teknis petani memupuk tanaman ladanya, pada saat tanaman berumur 13-24 bulan, sesuai dengan panjatan yang digunakan, yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 17.

101 Jenis

Panjatan

Dosis (gram/pohon) Keterangan

Urea TSP KCL Dolomit

Hidup 30 30 30 200 Pupuk diberikan empat kali setahun, mulai awal musim hujan, dengan interval 30-40 hari. Dolomit diberikan bersamaan dengan pemupukan pertama.

Mati 50 50 50 200

Sumber: Rismunandar (2007) (Diolah)

Pemberian pupuk dilakukan dengan cara mencampur beberapa jenis pupuk tersebut, kemudian menaburkannya ke dalam parit kecil yang dibuat tepat di bawah lingkaran tajuk dengan kedalaman sekitar 30-40 cm.

Indikator pemupukan pada umur lebih dari 24 bulan adalah upaya teknis petani memupuk tanaman ladanya, pada saat tanaman berumur lebih dari 24 bulan, sesuai dengan panjatan yang digunakan, yaitu diberikan tiga kali, selang 30-49 hari, secara berturut-turut setelah panen, yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 18 dan Tabel 19.

Tabel 18. Jenis, Dosis, Waktu, dan Frekuensi Pemupukan Tanaman Lada dengan

Panjatan Hidup pada Umur Lebih dari 24 Bulan Waktu

Pemberian*)

Dosis (gram/pohon) Keterangan

Urea TSP KCL Dolomit

1.Sept/Okt 200 200 200 500 Interval pemupukan 30-49 hari secara berturut-turut.

2.Nov/Des 150 150 150 - 3.Feb/Mar 100 100 100 -

Keterangan: *) Frekuensi pemberian (tiga kali) disesuaikan dengan waktu panen Feb: Februari Sept: September Nov: November Mar: Maret Okt: Oktober Des: Desember Sumber: Rismunandar (2007) (Diolah)

102

Tabel 19. Jenis, Dosis, Waktu, dan Frekuensi Pemupukan Tanaman Lada dengan

Panjatan Mati pada Umur Lebih dari 24 Bulan Waktu

Pemberian*)

Dosis (gram/pohon) Keterangan

Urea TSP KCL Dolomit

1.Sept/Okt 350 350 350 500 Interval pemupukan 30-49 hari secara berturut-turut.

2.Nov/Des 250 250 250 - 3.Feb/Mar 150 150 150 -

Keterangan: *) Frekuensi pemberian (tiga kali) disesuaikan dengan waktu panen Feb: Februari Sept: September Nov: November Mar: Maret Okt: Oktober Des: Desember Sumber: Rismunandar (2007) (Diolah)

Pemberian pupuk dilakukan dengan cara mencampur beberapa jenis pupuk tersebut, kemudian menaburkannya ke dalam parit kecil yang dibuat tepat di bawah lingkaran tajuk dengan kedalaman sekitar 30-40 cm.

Adapun pengukuran dimensi pemupukan, yang dilihat melalui indikator-indikator tersebut, yaitu:

a. Pemupukan dasar

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

b. Pemupukan pada umur 3-12 bulan

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

c. Pemupukan pada umur 13-24 bulan

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

d. Pemupukan pada umur lebih dari 24 bulan

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

6. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah upaya teknis petani secara keseluruhan antara lain untuk mengoptimalkan kondisi lingkungan dan produksi, serta menjaga kondisi lahan dan tanaman lada, yang kegiatannya terdiri atas menjaga kondisi lahan, mengatur pertumbuhan tanaman pada panjatan, memangkas tanaman,

103 mengatur pertumbuhan tanaman pada panjatan, memangkas tanaman, serta menyulam bibit atau tanaman dewasa yang mati.

Indikator menjaga kondisi lahan adalah upaya petani secara teknis menjaga kondisi lahan (kebun) tanaman ladanya, yaitu dengan memperhatikan fungsi pembuangan air (drainase), mencegah erosi dan kerusakan teras untuk lahan yang miring, membersihkan kebun dari gulma yang mengganggu, dan menggemburkan tanah setelah panen.

Indikator memangkas tanaman adalah upaya petani secara teknis memangkas tanaman lada yaitu dengan memangkas batang pokok tanaman lada yang berumur lewat dari delapan bulan (setelah tanaman lada menutupi 2/3 bagian panjatan), termasuk cabang dan ranting, sehingga hanya tertinggal sekitar 30 cm, serta memilih sekitar 12 cabang tunas air yang tumbuh pada cabang orthotrop, yang pertumbuhannya kuat, dan mengikatkannya pada panjatan; memangkas ujung sulur orthotrop tersebut tiga kali atau tujuh 7-8 kali berturut-turut, sebelum atau mencapai ketinggian maksimum; dan memangkas cabang orthotrop yang bergantungan (sulur gantung), di bagian bawah batang pokok (sulur cacing atau tanah), dan di ujung atas tiang panjat, sebelum tanaman berumur tujuh tahun.

Indikator menyulam bibit memperlihatkan upaya petani secara teknis untuk mengganti bibit tanaman lada yang mati saat penanaman. Jika terdapat bibit yang mati, segera disulam (diganti) dengan bibit cadangan, yang telah disediakan sebelumnya sesuai dengan teknis penyediaan bibit.

Indikator menyulam tanaman dewasa yang mati adalah upaya petani secara teknis untuk mengganti tanaman lada dewasa yang mati. Penyulaman tanaman yang telah dewasa dilakukan dengan cara melepas tanaman lada yang berdekatan dengan tanaman lada yang mati (merupakan cabang orthotrop, punya cabang lebih dari 2-4 cabang batang dan panjangnya sudah lebih dari 2,5 m) dari panjatannya, kemudian dibenamkan pada saluran yang dibuat menuju panjatan tanaman lada mati atau yang akan disulam tersebut, dimana cabang-cabang dari cabang orthotrop yang terpendam dalam saluran tersebut

104 harus dipotong, begitu pun daun-daunnya. Bagian pucuk tanaman lada sulaman tersebut ditinggalkan 2-3 cabang dan diikatkan pada panjatan tanaman lada yang telah mati tersebut, sesuai dengan teknis.

Adapun pengukuran yang ditetapkan berdasarkan indikator-indikator yang ada pada dimensi pemeliharaan, yaitu:

a. Menjaga kondisi lahan

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

b. Memangkas tanaman

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

c. Menyulam bibit yang mati

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

d. Menyulam tanaman dewasa yang mati

(Skor 2: Dilakukan sesuai teknis; Skor 1: Dilakukan, tetapi tidak sesuai teknis; Skor 0: Tidak dilakukan).

7. Pengendalian hama dan penyakit tanaman

Pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah upaya petani secara teknis dalam mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman ladanya, yaitu dengan mencegah serangan hama dan penyakit dan menanggulangi setelah terjadi atau pada saat serangan hama dan penyakit tinggi. Berdasarkan upaya-upaya tersebut, maka untuk melihat dimensi pengendalian hama dan penyakit ditetapkan indikator mencegah dan menanggulangi setelah terjadi atau pada saat serangan hama dan penyakit tinggi.

Indikator mencegah serangan hama dan penyakit adalah upaya petani secara teknis dalam mengendalikan hama dan penyakit, sebelum terjadinya serangan, yang dilakukan dengan menanam varietas tanaman lada yang toleran terhadap serangan hama dan penyakit tertentu, terutama yang mewabah di daerah penanaman lada tersebut; memilih bahan tanaman yang sehat; melakukan penyiangan terbatas (bobokor) secara rutin di sekitar

105 kanopi tanaman lada); melakukan pertanaman tumpangsari; memangkas tanaman lada secara teratur, terutama sulur cacing dan sulur gantung; melakukan pemangkasan tanaman pelindung secara teratur (jika menggunakan tajar atau junjung hidup); memberikan pupuk secara optimal atau sesuai komposisi; membuat parit keliling dan saluran drainase, agar tanah tidak terlalu lembab; membuat pagar keliling pada kebun tanaman lada; mengambil (mengumpulkan) hama dari tanaman lada yang terserang; dan melakukan pengamatan hama dan penyakit pada kebun lada secara teratur.

Indikator menanggulangi setelah terjadi atau pada saat serangan hama dan penyakit tinggi adalah upaya petani secara teknis dalam menanggulangi

Dokumen terkait