• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indeksikal Mangompoi Jabu

Bab II. Tinjauan Pustaka

2.2 Teori Yang Digunakan

2.2.2 Indeksikal Mangompoi Jabu

Indeks merupakan hubungan tanda dan acuanya berdasar kedekatan eksistensial dengan kata lain indeks dikaitkan dengan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya. Misalnya dalam sebuah jalan terdapat penunjuk jalan menadakan keberadaan manusia yang sering melewati jalan tersebut. Contoh lain adalah sikat gigi yang basah menunjukkan indeks dari penggunaan sikat gigi untuk menyikat gigi. Asap merupakan indeks adanya api.

Dalam tradisi ini merupakan kegiatan adat istiadat Batak Toba yang berupa syukuran atau partangiangan (ibadah), namun tetap diadakan pelaksanaan adat istiadat batak yaitu memanggil Hula-hula atau tulang untuk mendoakan tuan rumah beserta keluarganya. Dan dilakukan pemberian ulos dari orangtua boru (pihak istri) sebagai simbol kasih terhadap pasangan dan keluarga yang menempati rumah baru.

Dalam pelaksanaan Mangompoi Jabu pada etnik Batak Toba dalam hal ini, kondisi rumah sudah sepenuhnya selesai, yang awal mula pembangunan rumah dihadiri si ''tulang'' dan memberikan doa untuk kelancaran pembangunan rumah beserta tukang (pande), untuk acara ini perlu di undang si ''tulang'', ''tulang'' rorobot, hula-hula (tulangnya ibu, bukan saudara laki-laki kandung ibu) dan dalam acara ini harus dihidangkan beberapa makanan yang diberikan ke ''tulang'' beserta hula-hula.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dasar

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian. Metode penelitian menurut Sugiyono (2011:3) pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Darmadi (2013:153), Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Hal ini menyimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara untuk mencapai kebenaran dengan mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan guna mencapai tujuan. Dengan demikian penelitian ini menggunakan metode deskriptif.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2010:15), menjelaskan bahwa:

Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti

pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna dari pada generalisasi.

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemikiran ataupun peristiwa pada masa sekarang.

3.2 Sumber Data

Sugiyono (2009: 137) sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari etnik Batak Toba sebagai objek penelitian.

2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.

3.3 Instrumen Penelitian

Sugiyono (2006:102), Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur kejadian (variabel penelitian) alam maupun sosial yang diamati.

Sanjaya (2011:84), Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi penelitian.

Dalam penelitian semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian. Dalam suatu penelitian instrumen sangat memegang peranan yang penting.

Berhasil atau tidak suatu penelitian ditentukan oleh instrumen yang digunakan dalam penelitian. Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner berupa pertanyaan.

Sugiyono (2007 :26), menyebutkan peneliti dapat menjadi instrumen penelitian jika memiliki wawasan yg luas tentang yang diteliti dan mampu pula menciptakan rapport kepada setiap orang yang ada pada konteks sosial yang diteliti. Sugiono juga menyatakan peneliti juga dapat memilih cara memperoleh kejelasan data atau objek penenlitian dengan caranya sendiri, seperti membuat daftar tanya. Namun, dalam menafasir jawaban harus berorientasi kepada kejujuran dan keilmuannya. Artinya, dengan membuat daftar tanya bukan mengacu pada penelitian kuantitatif. Melainkan hanya untuk membuat opini dari informasi yang diperoleh melalui taburan

Selain itu, cara lain dapat juga dilakukan dengan menciptakan sesuatu untuk membangun hubungan yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial. Dalam penelitian ini peneliti di samping menciptakan hubungan yang akrab jugamenyediakan daftar tanya kepada etnik yang dianggab mempunyai pemahamam terhadap objek kajian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian sesuai dengan maksud tujuan teknik ini digunakan untuk mendapat informasi yang diharapkan, lalu pengumpulan data dilakukan melalui teknik sebagai berikut:

3.4.1 Observasi

Kusuma (1987:25) Observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau obyek lain yang diselidiki. Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan panca indera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan

emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Dalam penelitian dikenal dua jenis metode observasi (Kriyantono, 2010:112) ; a) Observasi Partisipan adalah metode observasi dimana periset juga berfungsi sebagai partisipan, ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan kelompok yang diriset, apakah kehadirannya diketahui atau tidak. b) Observasi Nonpartisipan merupakan metode observasi dimana periset hanya bertindak mengobservasi tanpa ikut terjun melakukan aktivitas seperti yang dilakukan kelompok yang diriset, baik kehadirannya diketahui atau tidak.

Peneliti menggunakan teknik observasi baik langsung maupun yang tidak langsung yang didasari beberapa alasan sebagai berikut:

1. Banyak gejala yang dapat diselidiki dengan observasi sehingga hasilnya akurat sulit dibantah.

2. Banyak objek yang hanya bersedia diambil datanya dengan cara observasi.

3. Kejadian yang serempak hanya dapat diamati dan dicatat secara serempak pula dengan memperbanyak observer.

4. Banyak kejadian yang dipandang kecil yang tidak dapat ditangkap oleh alat pengumpul data yang lain.

3.4.2 Kuesioner

Arikunto (2010:194) kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui

3.4.3 Wawancara

Dalam teknik pengumpulan menggunakan wawancara hampir sama dengan kuesioner. Wawancara itu sendiri dibagi menjadi 3 kelompok yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur, dan wawancara mendalam (in-depth interview). Sulistyo-Basuki (2006:173) , namun di sini peneliti memilih melakukan wawancara mendalam, ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi.

Untuk menghindari kehilangan informasi, maka peneliti meminta ijin kepada informan untuk menggunakan alat perekam. Sebelum dilangsungkan wawancara mendalam, peneliti menjelaskan atau memberikan sekilas gambaran dan latar belakang secara ringkas dan jelas mengenai topik penelitian. Peneliti harus memperhatikan cara-cara yang benar dalam melakukan wawancara, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pewawancara hendaknya menghindari kata yang memiliki arti ganda, taksa, atau pun yang bersifat ambiguitas.

2. Pewawancara menghindari pertanyaan panjang yang mengandung banyak pertanyaan khusus. Pertanyaan yang panjang hendaknya dipecah menjadi beberapa pertanyaan baru.

3. Pewawancara hendaknya mengajukan pertanyaan yang konkrit dengan acuan waktu dan tempat yang jelas.

4. Pewawancara seyogyanya mengajukan pertanyaan dalam rangka pengalaman konkrit si responden.

5. Pewawancara sebaiknya menyebutkan semua alternatif yang ada atau sama sekali tidak menyebutkan alternatif.

6. Dalam wawancara mengenai hal yang dapat membuat responden marah, malu atau canggung, gunakan kata atau kalimat yang dapat memperhalus.

3.4.4 Dokumentasi

Sugiyono (2009:240) dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen yang digunakan peneliti disini berupa foto, gambar, serta data-data penelitian. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih kredibel/dapat dipercaya.

Dalam penelitian ini, metode dokumentasi dilakukan dengan cara peneliti mengumpulkan data-data melalui pencatatan.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam sebuah penelitian adalah bagian yang sangat penting, karena dengan analisa inilah data yang ada akan tampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir penelitian. Analisis akan memisahkan antara data terkait (relevan) dan data yang kurang terkait atau sama sekali tidak ada kaitannya.

Proses analisis dilakukan setelah melalui proses klasifikasi data dan reduksi data yang kemudian data yang sudah disaring akan dianalisa dan terakhir dilakukan sebuah penyusunan laporan penelitian (Subagyo, 2004:

104-105).

Peneliti menggunakan ilmu Semiotika untuk menelaah tanda pada objek-objek yang sudah di peroleh berdasarkan teori Roland Barthes (1968) untuk mengetahui pemaknaan tanda dari aspek denotatif dan konotatif.

Hal ini dilakukan sebagai tahapan analisis data. Berikut langkah-langkah dalam analisis data, yakni :

1. Mengidentifikasi data yang diperoleh dari penelitian

2. Menterjemahkan bahasa Batak Toba ke dalam bahasa Indonesia.

3. Mensortir tanda, simbol dan lambang sesuai target analisis.

4. Menganalisis data berdasarkan kajian semiotik

5. Menyimpulkan data.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Struktur Pelaksanaan Mangompoi Jabu Etnik Batak Toba

Dalam tradisi memasuki rumah baru dalam masyarakat etnik Batak Toba memiliki tingkatannya masing-masing, yakni : manuruk bagas, mengapi-api i, dan memasuki rumah atau lebih dikenal mangompoi jabu.

Dalam manuruk bagas, dimana situasi dan keadaan rumah belum seutuhnya selesai buat ditempati oleh pihak keluarga bersangkutan tapi harus ditempati dengan alasan tertentu. Dalam acara ini hanya keluarga dekat yang melaksanakannya seperti kakak, adik dan anak dalam keluarga tersebut. Pihak hula-hula (paman pihak keluarga) bisa diberitahukan jika ada niat untuk melakukan penyelesaian rumah darurat tersebut.

Tingkatan kedua dalam memasuki rumah ialah mengapi-api i dimana keadaan rumah secara keseluruhan selesai akan tetapi masih ada penyelesaian di sisi lain bangunan tersebut. Dalam hal ini, hanya keluarga bersangkutan dan tukang atau istilahnya pande dan jika memungkinkan orang yang dituakan (natua-tua ni huta) di wilayah areal rumah baru tersebut berdiri dapat juga diundang.

Tingkatan ketiga yang penulis fokuskan ialah mangompoi jabu, dimana kondisi rumah sudah seluruhnya selesai mulai awal hingga akhir pembangunan.

Dalam pelaksanaan tradisi mangompoi jabu hampir semua masyarakat etnik Toba melaksanakannya.yang bertujuan menunjukkan bahwasanya keluarga tersebut mampu dan berkecukupan serta meminta restu agar kedepannya keluarga tersebut murah rejeki dari pihak hula-hula dan masyarakat setempat.

Jika suatu keluarga ingin melaksanakan mangompi jabu, maka akan terlebih dahulu pihak Hasuhuton Paranak memberitahukan informasi bahwasanya akan dilaksanakan mangompoi jabu kepada pihak Hasuhuton Parboru melalui Dongan Tubu/Hahaanggi, dan masyarakat setempat yang dianggap penting, setelah diberitahukan maka persiapan tradisi tersebut akan segera dilaksanakan.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan ditemukan 2 stuktur pelaksanaan dalam mangompoi jabu. Adapun struktur pelaksanaan mangompoi jabu adalah sebagai berikut :

4.1.1 Mangompoi Jabu

Pada tahap ini merupakan awal kegiatan yang dilakukan sebelum hari puncak, dimana dilakukan setelah magrib tepatnya jam 18.00. Dalam

kegiatan ini hanya keluarga sipemilik rumah dengan mertua yang melaksanakan. Pada tahap ini keluarga membawa pagabe, tutu, aek sitio-tio, harbue pir, dan miak-miak.

Adapun tahapan yang terjadi pada mangompoi jabu antara lain :

1. Pagabe

Pagabe berarti alat menenun / tongkat buat menenun kain ulos.

Dalam hal ini, pagabe dibawa oleh istri sipemilik rumah yang diletakkan di pintu masuk (halang ulu) rumah tersebut, dan diletakkan selama tujuh hari.

2. Panutuan

Pengertian tutu disini adalah gilingan, yang dimana tutu dibawa oleh yang punya rumah baru dan diletakkan sama seperti pagabe yakni di halang ulu.

3. Aek sitio-tio

Yang berarti air bening, biasanya langsung diambil dari mata air.

Dimana yang membawa air tersebut mertua. Dan diberikan kepada pasangan suami istri yang punya rumah baru tersebut guna diminum.

4. Harbue pir

Yang berarti padi dari hasil panen sipemilik rumah yang sudah dijemur dan belum digiling menjadi beras. Harbue pir tersebut dibawa oleh

saudara pihak laki-laki sipemilik rumah tersebut dan diletakkan di tengah rumah tersebut.

5. Miak-miak

Yang berarti telur ayam kampung. Si mertua pemilik rumah membawa telur tersebut dan dipecahkan ditengah rumah bersangkutan.

4.1.2 Paborhat Tukang/ menjamu tukang

Dalam acara ini, dilaksanakan puncaknya pelaksanaan mangompoi jabu tersebut, yang dihadiri seluruh masyarakat setempat dan tidak lupa pihak hula-hula, dongan tubu dan boru serta keluarga yang empunya hajatan. Dalam hal ini, keluarga sipemilik rumah memberikan makanan atau istilahnya pasahat sipanganon kepada tukang, serta disini juga keluarga menyampaikan rasa terima kasih serta upah kepada mereka dalam menyelesaikan rumah mereka tersebut. Dalam pelaksanaan Paborhat Tukang, pihak hula-hula memberikan ulos bintang maratur, dekke, beras sipirni tondi dan aek sitio-tio. Dan pihak hasuhuton memberikan tudu-tudu sipanganon kepada hula-hula keluarga yang bersangkutan.

4.2 Fungsi dan Makna Simbol Pada Mangompoi Jabu Etnik Batak Toba

Berdasarkan hasil penelitian, ada 8 simbol yang ditemukan dalam mangompoi jabu. Adapun simbol yang yang terdapat dalam mangompoi jabu adalah sebagai berikut :

1. Pagabe/ alat menenun/ tongkat 2. Panutuan / gilingan

3. Aek sitiotio / air bening, biasanya diambil langsung dari sumber air.

4. Harbue pir 5. Namarmiak

6. Jambar/ tudu-tudu sipanganon (babi, kerbau, lembu) 7. Ulos (bintang maratur, mangiring)

8. Dengke (ikan mas)

Berikut ini rincian simbol yang ditemukan dalam acara mangompoi jabu beserta fungsi dan maknanya.

1. Pagabe/ alat menenun/ tongkat

Gambar Fungsi Makna

Dimana terbuat dari pakko yang digunakan untuk menjepit benang tenun sekaligus pemegang benang. Dimana fungsi diletakkan pagabe adalah supaya yang memiliki serta menempati rumah tersebut sehat atau gabe.

Disini diistilahkan dengan gabe naniula, sinur napinahan.

2. Panutuan / gilingan

Gambar Fungsi Makna

Panutuan terbuat dari kayu besar berfungsi sebagai menggiling bumbu masakan. Bentuknya lebih besar

Disini dimaknakan sebagai pernyataan bahwa penghuni rumah

dibandingkan papene. Sedangkan tutu adalah giling yang terbuat dari batu berfungsi sebagai media menggiling bumbu masakanan di masyarakat pada umumnya.

tersebut sudah benar menempati rumahnya.

3. Aek sitiotio

Gambar Fungsi Makna

Disini aek ialah air bening yang diminumkan kepada seluruh pemilik rumah baru. Memiliki tanda suaru cairan jernih (tio) yang menghilangkan rasa haus sehingga tetap bersemangat melanjutkan hidup kedepannya dalam rumah tangga mereka.

Dimana disimbolkan sebagai transparansi, kejujuran dan ketulusan. Selain itu, bermakna kehidupan diyakini air berisi didalam gelas merupakan berkat yang melimpah dari Sang Pencipta agar

kedepannya pihak keluarga yang memiliki rumah baru memperoleh masa depan yang cerah dan pencariannya menjadi muudah.

4. Harbue pir

Gambar Fungsi Makna

Pemberian harbue pir kepada seluruh anggota keluarga yang memiliki rumah baru tersebut. Biasanya ditaburkan diatas kepala sipemiliki acara, berfungsi sebagai simbolik perkuat keimanan, dan sehat-sehat keluarga tersebut. Selain itu beras juga ditaburkan ke atas sehingga jatuh berserakan diatas seluruh kepala yang diundang dimana berfungsi sebagai simbol

Bermakna agar keluarga sipemilik acara sehat selalu dan tegar menghadapi kehidupan di rumah barunya.

kekuatan dan tegar menghadapi kehidupan.

5. Namarmiak-miak

Gambar Fungsi Makna

Gb. Namarmiak-miak

Berarti telur ayam kampung yang bagus yang sudah dimasak.

Berfungsi sebagai lambang agar kehidupan yang akan dicapai bagus dan rejeki keluarga sipemilik rumah baik kelak.

Sebagai simbol kehidupan bagi sipemilik rumah supaya rejeki melimpah dan bagus kehidupannya kelak.

6. Jambar

Gambar Fungsi Makna

Gb. Tudu-tudu Sipanganon

Tudu-tudu sipanganon memiliki fungsi nilai sosial yang sangat tinggi yaitu simbol penghormatan tertinggi kepada hula-hula, disamping untuk menghormati pihak Hula-hula, Tudu-tudu sipanganon berfungsi untuk menjaga hubungan ikatan keluarga dengan Hasuhuton parboru/hula-hula.

Dalam etnik Batak Toba sudah menjadi keharusan hasuhuton paranak memberikan tudu-tudu sipanganon kepada hasuhuton parboru/Hula-hula, karena melalui penyampain tudu-tudu sipanganon tersebutlah mereka bisa menyampaikan dan meminta permohonan doa atau berkat kepada hula-hulanya. Tudu-tudu sipanganon juga bermakna sebagai simbol penghormatan atau untuk merhargai hula-hula, karena dalam etnik Batak Toba

tudu-Tudu-tudu sipanganon yakni bagian tertentu hewan sembelihan yang diletakkan dalam suatu pinggan panganan sebagai simbol penghormatan HasuhutonParanak kepada undangannya khususnya Hula-hula. Pada simbol Tudu-tudu sipanganon terdapat beberapa bagaian potongan daging yang akan dibagi-bagikan sebagai jambar untuk beberapa pihak yang berhak menerimanya dan yang menerima jambar tersebut sudah ditentukan. Jenis hewan yang disembelih untuk Tudu-tudu Sipanganon ada 3 jenis yaitu Namarmiak-miak (jenis hewan babi), Sigagat duhut (kambing dan lembu), dan Gajah batak/sitingko tanduk (kerbau). Jenis hewan yang dijadikan sebagai Tudu-tudu Sipanganon pada dasarnya disesuaikan dengan keadaan ekonomi keluarga yang

tudu sipanganon merupakan simbol penghormatan yang tertinggi yang bisa diberikan kepada hula-hula, baik orang kaya atau orang miskin yang diberikan kepada hula-hulanya sebagai tanda penghormatan adalah tudu-tudu sipanganon.

melaksanakan upacara adat tersebut. Untuk jenis hewan Namarmiak-miak biasanya sering pergunakan bagi golongan masyarakat yang berkecukupan dalam hal ekonomi, sedangkan jenis hewan Sigagat duhut dan Gajah batak/sitingko tanduk sering dipergunakan oleh golongan masyarakat menengah dan golongan masyarakat atas.

Secara simbolik tudu-tudu sipanganon secara khusus terlebih dahulu disajikan dihadapan rombongan hasuhuton parboru, karena dalam acara ini, Hula-hula yang memiliki peran yang sangat penting adalah hasuhuton parboru.

Pada etnik Batak Toba tudu-sipanganon tidak hanya dipergunakan pada acara mangompoi jabu saja, akan tetapi pada setiap upacara adat batak yang membutuhkan Tudu-tudu sipanganon, misalnya upacara Tardidi, Kelahiran, Pernikahan, danlain sebagainya. Adapun pembagian dari Tudu-tudu Sipanganon yang akan dibagikan sebagai jambar adalah sebagai berikut:

a. Ihur-ihur diterima oleh suhut

Dalam suatu upacara adat jika jenis hewan sembelihan yang dijadikan sebagai tudu-tudu sipanganon adalah jenis hewan namarmiak-miak/babi, maka bagian tubuh Ihur/ekor akan diberikan kepada tulang. Tulang adalah keluarga laki-laki orangtua/ibu dari pelaksana upacara adat tersebut. Makna pemberian Ihur/ekor kepada Tulang adalah sebagai simbol

bahwasanya peran tulang pada saat upacara adat tersebut adalah sebagai pelengkap, atau tulang hanya mengikuti hasuhuton parboru. Dalam upacara Sulang-sulang Pamompu, hasuhuton parboru lah yang memiliki peran yang sang penting, namun tidak lepas juga dari peran tulang sebagai Hula-hula pada upacara adat tersebut.

b. Ulu (kepala) diterima oleh pihak tulang/ suhut

c. Somba-somba (tulang rusuk, yang bertemu pangkal dalam satu tulang punggung), diterima oleh hula-hula.

Somba atau tulang rusuk dari hewan yang disembelih yang dijadikan sebagai bagian dari tudu-tudu sipanganon. Pada umumnya somba diberikan kepada bona ni arai, hula-hula naposo, dan juga kepada tulang rorobot. Hula-hula Naposo ialah rombongan Hula-hula atau keluarga mertua anak dari pelaksana upacara Sulang-sulang Pahompu tersebut. Sedangkan tulang rorobot ialah tulang si istri pelaksana upacara adat tersebut. Somba atau rusuk dalam etnik Batak Toba menandakan bahwa rusuk merupakan termasuk bagian dalam tubuh hewan sembelihan tersebut. Jika di ibaratkan dengan struktur suatu keluarga, somba/rusuk artinya penerima Somba tersebut (bona ni ari, hula-hula naposo, tulang rorobot) merupakan golongan rombongan

Hula-hula yang jaraknya sudah dianggap jauh secara struktur keluarga kepada pihak pelaksana upacara Sulang-sulang Pahompu tersebut.

d. Osang-osang (bagian rahang bawah), diterima oleh boru, akan tetapi biasanya diterima oleh hula-hula.

Osang/dagu merupakan salah satu bagian dari tudu-tudu sipanganon. Makna yang terkandung pada osang/dagu yang diberikan pada hasuhuton parboru sebagai simbol penghormatan kepada hasuhuton parboru, dan pada etnik Batak Toba juga beranggapan bahwa pada saat manortor/menari hasuhuton paranak selalu maniuk/membelai dagu semua rombongan Hula-hula sebagai tanda menghormati mereka.

e. Na marngingi (bagian mulut) diterima oleh pariban.

 Na marngingi parsiamun

Namarngingi parsiamun adalah bagian wajah sebelah kanan hewan sembelihan tersebut.Namarngingi parsiamun diberikan kepada Bona tulang, bona tulang ialah kelompok hula dari hasuhuton paranak. bona tulang merupakan

Hula-parsiamun mengandung makna tertentu. Pemberian Jambar tersebut menandakan hubungan kedekatan antara bona tulang dengan tulang, tulang adalah rombongan Hula-huladari hasuhuton paranak atau keluarga saudara laki-laki dari orang tua (ibu) pelaksana upacara adat tersebut. Hubungan kedekatan antara bona tulang dengan tulang berkaitan juga dengan jambar yang diberikan, dimana bona tulang akan diberikan namarngingi parsiamun sedangkan untuk tulang akan diberikan Osang. Jika dilihat dari postur tubuh hewan sembelihan tersebut namarngingi dengan Osang/dagu sangat berdekatan, dimana namarngingi diatas Osang, hal tersebut manandakan bahwasanya bona tulang secara struktur keluarga lebih tinggi dari tulang.

 Na marngingi parhambirang

Namarngingi parhambirang atau wajah sebelah kiri dari hewan sembelihan juga akan dijadikan sebagai tudu-tudu sipanganon. Namarngingi parhambirang akan diberikan kepada pihak boru. Dalam etnik Batak Toba boru adalah keluarga

Namarngingi parhambirang atau wajah sebelah kiri dari hewan sembelihan juga akan dijadikan sebagai tudu-tudu sipanganon. Namarngingi parhambirang akan diberikan kepada pihak boru. Dalam etnik Batak Toba boru adalah keluarga

Dokumen terkait