• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan bangsa Indonesia saat ini dipengaruhi oleh adanya perkembangan globalisasi yang terus meningkat. Pengaruh globalisasi ini menjadi kekuatan yang besar bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara sehingga membuat banyak perubahan yang terjadi dalam segala aspek, terutama dalam bidang pendidikan. Dalam rangka upaya peningkatan pembangunan Negara Indonesia yang maju, hal utama yang harus dilakukan pemerintah adalah memperbaiki pendidikan ke arah yang lebih baik. Dengan melalui pendidikan merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam mencetak generasi penerus bangsa sebagai sarana dan prasarana dalam menunjang perkembangan sumber daya manusia di era globalisasi saat ini. Oleh sebab itu, cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah dengan memberikan perhatian, penanganan, dan prioritas secara sungguh-sungguh dalam rangka perancangan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di lapangan. Selain itu, usaha nyata yang telah dilakukan pemerintah bagi pembangunan pendidikan berupa adanya kurikulum, yang dapat dilihat dalam undang-undang No. 20 Tahun 2001 (SISDIKNAS) pasal 1 ayat (9) yaitu “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” (Hidayat, 2013:22).

Dari Indonesia merdeka hingga sampai saat ini kurikulum dalam dunia pendidikan mengalami perubahan secara siginifikan. Perubahan atau pengembangan kurikulum menunjukkan bahwa sistem pendidikan itu bersifat dinamis, dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan Negara Indonesia terutama meningkatkan hasil belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran. Kurikulum yang mengalami perubahan terjadi pada tahun 1947, tahun 1952, tahun 1964, tahun 1968, tahun 1975, tahun 1984, tahun 1994, tahun 2004, tahun 2006, dan kurikulum yang terbaru yaitu tahun 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dikembangkan oleh pemerintah berbasis pada kompetensi. Kurikulum ini merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi atau KBK yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004. Penerapan dan pelaksanaan Kurikulum 2013 mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2013/2014, baik pada tingkat sekolah dasar maupun menengah yang berorientasi pada peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam sebuah jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.

Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan peserta didik

berupa penguasaan terhadap seperangkap kompetensi tertentu. Hal ini sejalan dengan UU yang dibuat oleh pemerintah yaitu UU No. 20 Tahun 2003 bagian umum antara lain: ditegaskan bahwa salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional adalah pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. Secara konseptual Kurikulum 2013 dicita-citakan untuk menghasilkan generasi masa depan yang cerdas secara komprehensif yakni tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga cerdas secara emosi, sosial, dan spiritual.

Implementasi pada Kurikulum 2013 akan dilaksanakan secara terbatas dan bertahap dimulai pada tahun ajaran 2013/2014 (Juli 2013) untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, baik sekolah negeri maupun swasta (Mulyasa, 2013:9). Untuk mencapai tujuan tersebut Kurikulum 2013 menuntut perubahan pada berbagai aspek lain terutama pada aspek penilaian dalam implementasinya di lapangan. Aspek penilaian merupakan elemen penting dalam mengimplementasikan suatu kurikulum, karena dapat mengetahui hasil belajar peserta didik berupa penguasaan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang sudah atau belum dikuasai peserta didik, menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik dalam kurun waktu tertentu, menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi bagi mereka yang diidentifikasi sebagai peserta didik yang memiliki kelemahan dalam belajar, dan dapat memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan semester berikutnya.

Penilaian dalam proses pendidikan merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dari komponen lainnya. Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Penegasan tersebut tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penilaian hasil belajar yang diterapkan kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Standar Penilaian Pendidikan yang dijadikan sebagai kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen dalam penilaian hasil belajar peserta didik. Data dari hasil penilaian meliputi data perkembangan belajar siswa dalam proses pelaksanaan belajar sehari-hari hasil pengamatan guru, penilaian diri, penilaian teman, hasil ulangan harian lisan maupun tulisan, nilai hasil karya, dan nilai tugas yang terhimpun menjadi nilai portofolio. Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai cara sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik (Hidayat, 2013:119). Dengan adanya penilaian hasil belajar, maka sekolah telah memberikan kontribusi untuk meningkatkan, memajukan dan memperbaiki mutu pendidikan di sekolah Indonesia serta menghasilkan generasi penerus bangsa yang kompeten dalam segala bidang.

Namun pada kenyataan saat ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengeluarkan kebijakan berupa pemberitahuan bahwa Kurikulum 2013 dihentikan. Pemberhentian Kurikulum 2013 ini didasari atas pertimbangan rekomendasi tim evaluasi implementasi Kurikulum 2013 dan diskusi dengan berbagai pemangku kepentingan. Penghentian Kurikulum 2013 karena dilandasi berbagai macam masalah yaitu diantaranya: kurangnya kesiapan buku, sistem penilaian, penataran guru, pendamping guru dan pelatihan kepala sekolah yang belum merata. Menurut Anies pendidikan Indonesia menghadapi masalah yang tidak sederhana, karena Kurikulum 2013 diproses secara cepat dan sudah dilaksanakan di seluruh Indonesia sebelum kurikulum tersebut pernah dievaluasi secara lengkap dan menyeluruh. Belum adanya kesiapan dari semua pihak inilah membuat Kurikulum 2013 belum dapat dilaksanakan secara optimal, karena masih mengalami banyak kendala yang menghambat kegiatan belajar mengajar. Selain itu ketergesaan penerapan Kurikulum 2013 ini yang merasakan akibatnya adalah anak-anak, guru dan orang tua. (www.tinoberita.blogspot.com).

Selain itu, kurangnya sarana dan prasarana pendidikan membuat guru dan siswa mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hal ini terlihat dari pihak guru yang mengalami kesulitan buku berbasis Kurikulum 2013 yang belum dibagikan secara merata oleh pemerintah pusat, sehingga membuat guru menggunakan buku seadanya untuk mengajar yang berbasis KTSP dan guru juga merasakan

bahwa penilaian Kurikulum 2013 terlalu rumit. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh pemerintah. Pihak lain yang mengalami kesulitan selanjutnya adalah siswa. Hal ini terlihat bahwa siswa harus lebih aktif dalam belajar di kelas maupun di rumah, karena siswa harus mencari, mempelajari materi secara mandiri maupun berkelompok untuk memahami materi pembelajaran dan kegiatan yang dilakukan siswa ini dinilai oleh guru yang meliputi kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Sehingga banyak siswa yang mengeluhkan pelaksanaan Kurikulum 2013. Kesulitan inilah yang dirasakan guru dan siswa membuat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan untuk memberhentikan Kurikulum 2013 untuk kepentingan bersama. Sehingga Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menginstruksikan kepada seluruh sekolah untuk kembali menggunakan Kurikulum 2006 atau KTSP pada semester selanjutnya yaitu semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Kebijakan ini dilaksanakan agar tidak ada lagi pihak yang merasakan kerugian dari penerapan Kurikulum 2013.

Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Penilaian Hasil Belajar Berdasarkan Kurikulum 2013 Menurut Persepsi Siswa” Studi Kasus pada SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Akuntansi se-Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dokumen terkait