• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II.KAJIAN TEORITIK

C. Penilaian Hasil Belajar Dalam Kurikulum 2013

5. Teknik Penilaian Hasil Belajar

Menurut Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 menerapkan penilaian autentik untuk menilai kemajuan belajar peserta didik yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pengertian ini sejalan dengan pendapat menurut Kunandar (2014:96-97) bahwa tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik harus dinilai atau diukur dengan instrumen atau alat ukur yang tepat dan akurat. Tepat artinya instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk menilai hasil belajar peserta didik sesuai dengan karakteristik materi atau tuntutan kompetensi tertentu. Karakteristik materi meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Instrumen suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur aspek kognitif (pengetahuan) tentu berbeda dengan instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk mengukur aspek afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Akurat artinya hasil penilaian atau pengukuran hasil belajar peserta didik dapat memberikan informasi yang benar tentang tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Oleh karena itu guru atau calon guru harus memahami berbagai teknik penilaian dan sekaligus terampil menyusun berbagai teknik penilaian sesuai dengan kebutuhan. Dalam Kurikulum 2013 terdapat 3 (tiga) teknik dan instrumen yang digunakan penilaian hasil belajar, yaitu diantaranya:

a. Teknik dan Instrumen Penilaian Hasil Belajar Kompetensi Sikap

Menurut Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 menjelaskan bahwa sikap bermula dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perubahan perilaku atau tindakan yang diharapkan. Pandangan lain menurut Kunandar (2014:104-105) menjelaskan bahwa sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan dan meningkatkan ikatan emosional untuk membangun semangat kebesamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, dan rasa sosial. Untuk mencapai itu semua maka diperlukan rancangan program pembelajaran satuan pendidikan yang harus memperhatikan ranah afektif.

Dalam Kurikulum 2013 kompetensi sikap, baik sikap spiritual (KI 1) maupun sikap sosial (KI 2) tidak diajarkan dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), artinya kompetensi sikap spiritual dan sosial meskipun memiliki

Kompetensi Dasar (KD) tetapi tidak dijabarkan dalam materi atau konsep yang harus disampaikan atau diajarkan kepada peserta didik melalui Proses Belajar Mengajar (PBM) yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Namun kompetensi sikap spiritual dan sosial harus diimplementasikan dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) melalui pembiasaan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam keseharian dalam pembelajaran. Menurut Kusnandar (2014:109) dalam ranah sikap itu terdapat lima jenjang proses berpikir yaitu: (1) menerima atau memperhatikan (receiving atau attending), (2) merespon atau menanggapi (responding), (3) menilai atau menghargai (valuing), (4) mengorganisasi atau mengelola (organization), dan (5) berkarakter (characterization). Berikut ini adalah penjelasan kompetensi inti sikap spritual (KI 1) dan sikap sosial (KI 2) yang dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini :

Tabel 2.2

Kompetensi Inti Sikap Spiritual (KI 1) Dan Sikap Sosial (KI 2) Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan

KOMPETENSI INTI KELAS X KOMPETENSI INTI KELAS XI KOMPETENSI INTI KELAS XII 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleren, damai), santun, responsif dan pro aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleren, damai), santun, responsif dan pro aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleren, damai), santun, responsif dan pro aktif dan

menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia (Kunandar, 2014:107)

Teknik dan instrumen penilaian hasil belajar kompetensi sikap yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. Instrumen yang digunakan antara lain daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik dan hasil akhirnya dihitung berdasarkan modus. Teknik yang dapat digunakan dalam penilaian sikap dapat melalui:

1. Observasi atau pengamatan, berarti sikap dan perilaku keseharian peserta didik direkam melalui pengamatan dengan menggunakan format yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati, baik yang terkait dengan mata pelajaran maupun secara umum. Pengamatan terhadap sikap dan perilaku yang terkait dengan mata pelajaran dilakukan oleh guru yang bersangkutan selama proses pembelajaran berlangsung, seperti: ketekunan belajar, percaya diri, rasa ingin tahu, kerajinan, kerjasama, kejujuran, disiplin, peduli lingkungan, dan selama peserta didik berada di sekolah atau bahkan di luar sekolah selama perilakunya dapat diamati guru. Berikut ini merupakan contoh format pengamatan sikap, yaitu:

NO Nama Aspek perilaku yang dinilai Keterangan Bekerja sama Rasa ingin tahu Disiplin Peduli lingkungan 1 Andi 2 Badu 3 dst…. Catatan:

Kolom Aspek perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut:

4 = sangat baik 2 = cukup 3 = baik 1 = kurang

Format di atas dapat digunakan pada mata pelajaran lain dengan menyesuaikan aspek perilaku yang ingin diamati oleh pendidik atau guru.

2. Penilaian diri, digunakan untuk memberikan penguatan (reinforcement) terhadap kemajuan proses belajar peserta didik. Penilaian diri berperan penting bersamaan dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru ke peserta didik yang didasarkan pada konsep belajar mandiri (autonomous learning). Untuk menghilangkan kecenderungan peserta didik menilai diri terlalu tinggi dan subyektif, penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Berikut ini merupakan contoh format penilaian diri untuk aspek penilaian sikap, yaitu:

Partisipasi Dalam Diskusi Kelompok Nama : ---

Nama-nama anggota kelompok : --- Kegiatan kelompok : ---

Isilah pernyataan berikut dengan jujur. Untuk No. 1 s.d. 6, isilah dengan angka 4 – 1 didepan tiap pernyataan:

4 : selalu 2 : kadang-kadang 3 : sering 1 : tidak pernah

1.--- Selama diskusi saya mengusulkan ide kepada kelompok untuk didiskusikan.

2.--- Ketika kami berdiskusi, tiap orang diberi kesempatan mengusulkan sesuatu

3.--- Semua anggota kelompok kami melakukan sesuatu selama kegiatan 4.--- Tiap orang sibuk dengan yang dilakukannya dalam kelompok saya

5. Selama kerja kelompok, saya….

---- mendengarkan orang lain ---- mengajukan pertanyaan ---- mengorganisasi ide-ide saya ---- mengorganisasi kelompok ---- mengacaukan kegiatan ---- melamun

6. Apa yang kamu lakukan selama kegiatan?

Pada dasarnya teknik penilaian diri ini tidak hanya untuk aspek sikap, tetapi juga dapat digunakan untuk menilai kompetensi dalam aspek keterampilan dan pengetahuan.

3. Penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik, merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Format yang digunakan untuk penilaian sejawat dapat menggunakan format seperti contoh pada penilaian diri. Berikut ini merupakan contoh format penilaian teman sebaya, yaitu:

No Pernyataan Skala 4 3 2 1 1 Teman saya berkata benar, apa adanya kepada orang

lain

2 Teman saya mengerjakan sendiri tugas-tugas sekolah 3 Teman saya mentaati peraturan (tata-tertib) yang

diterapkan

4 Teman saya memperhatikan kebersihan diri sendiri 5 Teman saya mengembalikan alat kebersihan,

pertukangan, olah raga, laboratorium yang sudah selesai dipakai ke tempat penyimpanan semula 6 Teman saya terbiasa menyelesaikan pekerjaan sesuai

dengan petunjuk guru

7 Teman saya menyelesaikan tugas tepat waktu apabila diberikan tugas oleh guru

8 Teman saya berusaha bertutur kata yang sopan kepada orang lain

9 Teman saya berusaha bersikap ramah terhadap orang lain

10 Teman saya menolong teman yang sedang mendapatkan kesulitan

Keterangan: diisi dengan tanda cek (√) pada nomor yang sesuai dengan kriteria kategori angka di bawah ini:

4 = Selalu 2 = Jarang

3 = Sering 1 = Sangat jarang

4. Jurnal, merupakan kumpulan rekaman catatan guru dan/atau tenaga kependidikan di lingkungan sekolah tentang sikap dan perilaku positif atau negatif, selama dan di luar proses pembelajaran mata pelajaran. Berikut ini merupakan contoh format jurnal yang dapat digunakan untuk menilai sikap, yaitu:

JURNAL Nama : ……… Kelas : ………....

Hari,tanggal Kejadian Keterangan

b. Teknik dan Instrumen Penilaian Hasil Belajar Kompetensi Pengetahuan Menurut Kusnandar (2014:165) berpendapat bahwa penilaian kompetensi pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam Kurikulum 2013 kompetensi pengetahuan menjadi kompetensi inti dengan kode kompetensi inti 3 (KI 3). Kompetensi pengetahuan merefleksikan konsep-konsep keilmuan yang harus dikuasai oleh peserta didik melalui proses belajar mengajar. Kunandar (2014:167-168) juga mengungkapkan dalam ranah kompetensi pengetahuan atau kognitif itu terdapat enam jenjang

proses berpikir, yaitu: (1) kemampuan menghafal, (2) kemampuan memahami, (3) menerapkan, (4) menganalisis, (5) mensintesis, dan (6) mengevaluasi. Berikut ini penjelasan kompetensi inti pengetahuan (KI 3) yang dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah ini:

Tabel 2.3

Kompetensi Inti Pengetahuan (KI 3) Kelas X, XI, XII Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan

KOMPETENSI INTI KELAS X KOMPETENSI INTI KELAS XI KOMPETENSI INTI KELAS XII 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah

Teknik dan instrumen penilaian hasil belajar kompetensi pengetahuan menurut Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 dapat dilakukan oleh guru tentang dengan melalui:

1. Tes tertulis dengan bentuk soal berupa: (a) memilih jawaban yang berupa pilihan ganda, dua pilihan (benar-salah, ya-tidak), menjodohkan, dan sebab akibat; (b) mensuplai jawaban berupa isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian. Soal tes tertulis yang menjadi penilaian autentik adalah soal-soal yang menghendaki peserta didik merumuskan jawabannya sendiri, seperti soal-soal uraian. Soal-soal uraian menghendaki peserta didik mengemukakan atau mengekspresikan gagasannya dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan tes tertulis bentuk uraian antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas dan membutuhkan waktu lebih banyak dalam mengoreksi jawaban.

2. Tes lisan dengan bertanya langsung terhadap peserta didik menggunakan daftar pertanyaan.

3. Penugasan atau proyek, berupa pekerjaan rumah yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas dalam kurun waktu tertentu.

c. Teknik dan Instrumen Penilaian Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan Menurut Kunandar (2014:255-256) berpendapat bahwa ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiaannya melalui keterampilan (skill) sebagai hasil dari tercapainya kompetensi pengetahuan. Hal ini berarti kompetensi keterampilan itu sebagai implikasi dari tercapainya kompetensi pengetahuan dari peserta didik. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu. Hasil psikomotorik ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotorik sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat). Hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan afektif.

Kusnandar (2014:257-259) juga berpendapat bahwa Kompetensi inti 4 (KI4) yaitu keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dengan kompetensi inti 3 (KI 3) yaitu pengetahuan, artinya kompetensi pengetahuan itu menunjukkan peserta didik tahu tentang keilmuan tertentu dan kompetensi keterampilan itu menunjukkan peserta didik bisa atau mampu tentang keilmuan tertentu. Dalam Kurikulum 2013 kompetensi keterampilan

menjadi kompetensi inti 4 (KI 4). Ranah kompetensi yang digunakan pada keterampilan itu terdapat lima jenjang proses berpikir, yaitu: (1) imitasi, (2) manipulasi, (3) presisi, (4) artikulasi, dan (5) naturaliasi. Berikut ini adalah penjelasan pada kompetensi inti untuk keterampilan (KI 4) yang dapat dilihat pada tabel 2.4 di bawah ini:

Tabel 2.4

Kompetensi Inti Keterampilan (KI 4) Kelas X, XI dan XII Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan

KOMPETENSI INTI KELAS X KOMPETENSI INTI KELAS XI KOMPETENSI INTI KELAS XII 4. Mengolah, menalar

dan mengkaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung

4. Mengolah, menalar dan mengkaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung

4. Mengolah, menalar dan mengkaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung

Penilaian kompetensi keterampilan menurut Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 yang dapat dilakukan oleh guru untuk menilai peserta didik yaitu dengan menggunakan:

1. Kinerja, yang dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu. Pengamatan kinerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk

mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan instrumen sebagai berikut:

a. Daftar cek, dengan menggunakan ini peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Berikut ini adalah contoh format instrumen penilaian tugas membuat laporan keuangan menggunakan daftar cek, yaitu:

Nama Peserta

didik

Aspek yang dinilai Kelengkapan Pedoman

penyusunan

Penyampaian data Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Andi

Citra dst…

Keterangan: diisi dengan tanda cek (√)

b. Skala penilaian, menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Berikut ini contoh format instrumen penilaian presentasi sebagai berikut:

Nama Siswa Kelengkapan laporan Volume suara Penyampaian data 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Anggun Anisa dst….

Keterangan: diisi dengan tanda cek (√) yang sesuai dengan kategori angka di bawah ini:

Kategori:

4: sangat baik 2: cukup

3: baik 1: kurang

2. Projek, dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasi, kemampuan menyelidiki dan kemampuan menginformasikan suatu hal secara jelas. Penilaian projek dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pelaporan. Untuk itu guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai. Menilai setiap tahap perlu disiapkan kriteria penilaian atau rubrik.

3. Portofolio, pada dasarnya adalah menilai hasil karya peserta didik secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru.

Dokumen terkait