• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

6. Pengaruh Obedience Pressure terhadap Audit Judgement dengan Task Complexity sebagai variabel moderating

1.1 Latar Belakang Masalah

Bank merupakan suatu lembaga keuangan atau badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Bank juga dikenal dengan sebutan lembaga intermediasi. Pengertian bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007 adalah “bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.” Adapun kegiatan bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007 meliputi: kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposit, sertifikat deposito, dan tabungan; memberikan kredit;menerbitkan surat pengakuan utang; memindahkan uang, baik untuk kepentingan nasabah maupun untuk kepentingan bank itu sendiri; menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan atau dengan pihak ketiga; menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga; dan melakukan penempatan dana dari nasabah ke nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

Kecukupan dan efektivitas daripada struktur pengendalian intern merupakan ruang lingkup pekerjaan audit internal. Struktur pengendalian intern harus tepat sehingga tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Oleh

karena itu, maka diperlukan jasa auditor yang mampu dan handal memproses informasi yang akan digunakan dalam menentukan pertimbangan (judgement) sebelum akhirnya mempengaruhi pembuatan laporan hasil audit. Dalam prosesnya, auditor memberi laporan hasil audit yang didasarkan pertimbangan (judgement) yang didasarkan kejadian masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Bukti daripada pertimbangan audit tersebut dapat diperoleh melalui pemeriksaan fisik atau dokumen, konfirmasi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, perhitungan dan pengujian analisis. Baik buruknya suatu pertimbangan dari auditor akan mempengaruhi kualitas daripada hasil audit.

Definisi auditing menurut Mulyadi (2002) menyatakan bahwa auditing adalah “suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Proses pengauditan harus sesuai dengan Standar Audit yang berlaku.

The Institute of Internal Auditor (IIA) melakukan redefinisi tentang

internal auditor. Definsi internal auditor menurut IIA :

Internal Audit adalah suatu aktivitas independen dalam menetapkan tujuan dan merancang aktivitas konsultasi (consulting activity) yang bernilai tambah (value added) dan meningkatkan operasi perusahaan. Dengan demikian internal auditing membantu organisasi dalam mencapai tujuan dengan cara pendekatan yang terarah dan sistematis untuk menilai dan mengevaluasi keefektifan manajemen resiko(risk management) melalui pengendalian (control) dan proses tata kelola yang baik (governance processes).

Paradigma masyarakat selama ini beranggapan bahwa auditor internal tidak independen dalam melakukan tugas audit karena masih dalam satu manajemen. Namun berdasarkan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB), auditor internal mengatur tentang kebijakan umum dan profesionalisme, maka auditor internal sebenarnya dituntut untuk melakukan penugasan audit secara independen. Auditor internal harus mempunyai basis kompetensi berstandar internasional. Sangatlah penting peran audit internal dalam memberikan suatu laporan akhir hasil audit. Sama halnya dengan auditor eksternal, audit internal daripada suatu bank juga sangat memerlukan beberapa pertimbangan – pertimbangan sebelum akhirnya menentukan suatu hasil audit. Laporan hasil audit akhir harus direview oleh lembaga eksternal, minimal sekali dalam 3 tahun. Review ini memuat tentang hasil kerja Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) dan kepatuhannya terhadap Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB). Hasil review ini juga wajib disampaikan ke Bank Indonesia (Otoritas Jasa Keuangan). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengubah paradigma masyarakat, yakni bahwa sebenarnya hasil akhir audit daripada auditor internal sangat vital diperlukan baik bagi intern maupun ekstern perusahaan. Oleh karena itu, independensi dan profesionalisme auditor internal merupakan syarat mutlak, sesuai dengan yang tertera dalam SPFAIB.

Dalam membuat judgement, ada hal-hal harus diperhatikan menjadi faktor yang berdampak mempengaruhi Auditor dalam membuat keputusan. Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi yaitu antara lain: perbedaan gender,

Hasil penelitian Sanusi dan Iskandar (2007) menyatakan bahwa effort dan

perfomance incentives akan meningkatkan performa auditor dalam proses judging

auditor, namun dikarenakan adanya task complexity atau tugas – tugas yang lebih

kompleks, effort yang tinggi disertai performance incentives akan mengurangi kinerja penilaian audit dalam mengambil keputusan. Di dalam kompleksitas tugas yang rendah, effort yang tinggi disertai dengan performance incentives tinggi akan meningkatkan kinerja pertimbangan audit dalam membuat keputusan. Namun dikarenakan tingginya kompleksitas tugas, effort dan incentive yang tinggi tidak berpengaruh signifikan dan akan menyebabkan degressing dan perlambatan dalam kinerja judging auditor.

Hal - hal pemecahan masalah – masalah yang kompleks tersebut tidak serta merta membuat performance incentives juga berpengaruh signifikan. Akan tetapi jika adanya effort, walaupun perfomance incentives yang tinggi tetap akan membuat auditor bekerja asal-asalan dan penuh tekanan. Ini akan membuat hasil keputusan (judgement) tidak sepenuhnya valid dan dapat membuat kerugian bagi pihak lain.

Faktor lain yang mempengaruhi seperti perbedaan gender. Wanita pada umumnya lebih efisien dan efektif dalam memproses informasi saat ada kompleksitas tugas dalam pengambilan keputusan disbanding pria. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Chung dan Monroe (2001) yang menyatakan bahwa perbedaan gender mempengaruhi penilaian – penilaian audit dalam audit judgement. Dari 159 responden yang terdiri dari 101 laki – laki dan 58

saji yang material dalam persediaan. Hasilnya adalah bahwa laki – laki dalam pengevaluasian lebih akurat dibandingkan perempuan. Akan tetapi, di tugas – tugas yang lebih kompleks, keakuratan dimiliki oleh lebih banyak perempuan dibandingjkan laki – laki. Namun, penelitian lain menyatakan bahwa gender tidak mempengaruhi audit judgment, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hartanto (1999) dalam Jamilah, dkk (2007) yang menyatakan bahwa perbedaan gender antara baik auditor pria maupun wanita dengan karakteristik dan sifat yang berbeda yang melekat pada individu tidak berpengaruh terhadap judgment yang diambil.

Menurut penelitian Zoort dan Lord dalam Hartanto (1999) yang dikutip oleh Jamilah, dkk (2007) melihat adanya pengaruh tekanan ketaatan pada konsekuensi yang memerlukan biaya, seperti halnya tuntutan hukum, hilangnya profesionalisme, dan hilangnya kepercayaan publik dan kredibilitas sosial. Hal tersebut mengindikasikan adanya pengaruh dari tekanan atasan pada judgment yang diambil auditor. Teori ketaatan menjelaskan bahwa individu yang memiliki kekuasaan merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain dengan perintah yang diberikannya.Hal ini disebabkan oleh keberadaan kekuasaan atau otoritas yang merupakan bentuk dari legitimate power. Penelitian yang telah dilakukan Praditaningrum (2012) dan Idris (2012) menjelaskan bahwa terdapat pengaruh negatif antara tekanan ketaatan dengan judgment auditor. Tekanan yang diberikan atasan ataupun entitas yang diperiksa cenderung mengarahkan auditor untuk berperilaku menyimpang dari standar yang telah ditetapkan.

Menurut Jamilah,dkk (2007) kompleksitas tugas lebih mengarah pada tugas yang sulit, tidak terstuktur dan membinggungkan. Hasil dari penelitian Sugiarto (2009) dan Tielman (2011) menjelaskan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh secara negatif terhadap audit judgment. Tingginya kompleksitas tugas akan berdampak pada menurunnya usaha dan motivasi kerja sehingga penurunan kinerja akan terjadi. Namun berbeda dengan hasil penelitian Jamilah (2007) yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan dari kompleksitas tugas terhadap audit judgement. Hal ini serupa dengan penelitian Zulaikha (2006) yang menunjukkan tidak ada pengaruh signifikan antara kompleksitas tugas terhadap keakuratan audit judgement.

Faktor – faktor yang mempengaruhi audit judgement telah diteliti oleh peneliti sebelumnya dan dapat dijadikan bahan kajian bagi peneliti setelahnya. Oleh karena itu, penulis dalam kesempatan ini membuat judul dalam penelitian ini yaitu “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Judgement Dengan

Task Complexity Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”

Dokumen terkait