• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

D. Peranan Pelaporan Keuangan

1.1 Latar Belakang Masalah

Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan menyediakan/memproduksi barang - barang publik. Tujuan organisasi sektor publik berbeda dengan organisasi sektor privat. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik (Ulum, 2004).

Organisasi sektor publik yang sering diidentikkan dengan pemerintahan atau badan usaha yang mayoritas kepemilikannya berada di tangan pemerintah bertanggung jawab untuk melakukan pelayanan publik untuk memenuhi kesejahteraan di berbagai bidang kehidupan seperti pendidikan, kesehatan, perekonomian, keamanan, kebebasan beragama dan beberapa hal lainnya (Nurillah, 2014).

Pemerintah (organisasi sektor publik) adalah entitas pelapor (reporting

entity) yang harus membuat laporan keuangan sebagai bentuk

pertanggungjawaban, karena : (a) pemerintah menguasai dan mengendalikan sumber-sumber yang signifikan; (b) penggunaan sumber-sumber tersebut oleh pemerintah dapat berdampak luas terhadap kesejahteraan dan ekonomi rakyat; dan (c) terdapat pemisahan antara manajemen dan pemilikan sumber-sumber tersebut (Partono, 2000).

Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal tahun 2000 berdampak meningkatnya tuntutan masyarakat akan suatu pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja termasuk pemerintah daerah untuk mempertanggungjawabkan keuangan daerah secara transparan kepada publik dalam bentuk laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) yang berkualitas. (Sudiarianti, Ulupui, dan Budiasih, 2015)

Laporan keuangan menjadi media bagi sebuah entitas, dalam hal ini pemerintahan daerah untuk mempertanggungjawabkan kinerja keuangannya kepada publik. Laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) menjadi gambaran tentang kegiatan keuangan yang dilakukan oleh pemerintah daerah tersebut dalam satu periode akuntansi. Pengguna laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) salah satunya adalah pemerintah pusat seperti yang sudah dijelaskan di atas, pemerintahan daerah adalah entitas pelaporan yang harus membuat laporan keuangan sebagai bentuk akuntabilitas yang bersifat “vertikal” (pertanggung jawaban kepada pemerintah pusat), selain itu LKPD juga merupakan bentuk akuntabilitas pemerintah daerah secara “horizontal” (pertanggung jawaban kepada masyarakat). Untuk itu pemerintahan daerah bertanggung jawab untuk menyajikan dan melaporkan Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah (LKPD) yang berkualitas.

Laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan keuangan yang memiliki karakteristik relevan, andal, dapat dibandingkan serta dapat dipahami (PP No. 71, 2010), dengan demikian pengguna laporan keuangan tersebut dapat memperoleh informasi yang berkualitas serta bermanfaat.

Kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dinilai setiap tahunnya oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku auditor pemerintah. Dalam hal ini BPK memberikan 4 (empat) macam opini audit yaitu : wajar tanpa pengecualian (WTP) termasuk wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas (WTP-DPP), wajar dengan pengecualian (WDP), tidak wajar (TW) dan tidak memberikan pendapat (TMP). Representasi kewajaran dituangkan dalam bentuk opini dengan mempertimbangkan kriteria kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi pemerintahan (SAP), kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas pengendalian internal (BPK, 2014; Indriasih, 2014), setelah itu laporan keuangan pemrintah disampaikan kepada DPR/DPRD. Menurut BPK kualitas laporan keuangan pemerintahan semangkin membaik dalam beberapa tahun terakhir, ini terlihat dari meningktanya jumlah LKPD yang memperoleh opini WTP setiap tahunnya. Berdasarkan data BPK, pada tahun 2009 44 dari 78 laporan keuangan kementerian dan lembaga atau sekitar 56 persen di antaranya memperoleh predikat WTP. Dan pada 2013, meningkat, yaitu menjadi 64 dari 86 atau sekitar 74 persen. Selain itu, walaupun peningkatan jumlah daerah yang mendapat WTP tidak sebaik di kementerian, trennya terus meningkat. Berdasarkan data 2009, pendapat WTP diberikan kepada 15 dari 504 daerah atau sekitar 3 persen. Tapi pada tahun 2013 membaik, yaitu diberikan kepada 153 dari 456 atau sekitar 33 persen dari keuangan pemerintah daerah.

PemkoMedan.go.id,Berdasarkan Pemeriksaan yang telah dilakukan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) RI Perwakilan Sumut atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun anggaran 2013, BPK memberikan Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Perjelas (WTP – DPP) untuk Pemko Medan, hal tersebut berdasarkan atas laporan keuangan secara wajar.

Sumber Berita: www.pemkomedan.go.id

Berikut tabel opini LKPD tingkat pemerintah kota dari tahun 2010 – 2014 Tabel 1.1

Perkembangan Opini Audit LKPD 2010-2014 Pemerintah Kota

PEMERINTAHAN KOTA TAHUN WTP WDP TW TMP TOTAL 2010 12 67 3 11 93 13% 72% 3% 12% 100% 2011 21 62 2 7 92 23% 67% 2% 8% 100% 2012 31 52 0 7 90 34% 58% 0% 8% 100% 2013 35 55 0 3 93 38% 59% 0% 3% 100% 2014 (SEM1) 56 35 0 0 91 62% 38% 0% 0% 100%

Sumber : www.bpk.go.id – IHPS 1 2015

Di penghujung masa jabatannya, Wali Kota Medan Drs H T Dzulmi Eldin S MSi memberikan kado sangat membanggakan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang telah dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Perwakilan Sumatera Utara atas LKPD Pemko Medan tahun 2014, Pemko Medan kembali mendapatkan predikat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).Hasil ini tentunya sangat membanggakan, sebab Pemko Medan selama 4 tahun berturut-turut berhasil memperoleh predikat opini WTP sejak tahun 2011. Keberhasilan ini menjadikan Pemko Medan satu-satunya kota maupun kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang berhasil merasih predikat opini WTP sebanyak 4 kali.

Tabel 1.2 Perkembangan Opini Kota Medan Tahun 2010-2014

Sumber : BPK RI

Kualitas laporan keuangan pemerintah erat kaitannya dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Laporan keuangan yang berkualitas harus disusun sesuai dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang terdapat dalam standar akuntansi yang berlaku, oleh karena itu LKPD haruslah mengacu kepada SAP yang telah ditetapkan. SAP yang ditetapkan adalah pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 yang sekarang menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Dalam peraturan pemerintah tersebut SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), dilengkapi dengan Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan dan disusun berdasarkan kepada Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut dikatakan bahawa Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.

Laporan keuangan adalah produk yang dihasilkan dari disiplin ilmu akuntansi, sehingga dalam penyusunan laporan keuangan dibutuhkan orang yang berkompeten dalam bidang akuntansi. Oleh karena itu, kompetensi SDM merupakan salah satu faktor yang menentukan sebuah laporan keuangan tersebut berkualitas atau tidak. Kompetensi adalah ciri seseorang yang dapat dilihat dari

Entitas Pemerintah Daerah

Opini

2010 2011 2012 2013 2014

keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan yang dimilikinya dalam hal menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya (Hervesi, 2005 dalam Indriasari 2008). Kompetensi merupakan dasar bagi seseorang untuk mencapai kinerja tertinggi dalam menyelesaikan kinerjanya. Sumber daya manusia yang tidak memiliki kompetensi tidak akan bisa melaksanakan tugasnya secara efektif, efisien, dan ekonomis. Begitu pula pada entitas pemerintahan untuk menghasilkan sebuah laporan keuangan daerah (LKPD) yang berkualitas di butuhkan SDM yang memahami dan berkompeten dalam bidang akuntansi pemerintahan, keuangan daerah dan juga organisasional tentang pemerintahan agar penyusunan laporan keuangan dapat dilaksanakan secara efektif,efisien, dan ekonomis.

Selain penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) faktor lain yang mungkin mempengaruhi kualitas laporan keuangan pemerintahan adalah pemanfaatan teknologi informasi. Teknologi di pandang sebagai alat yang digunakan oleh individu untuk menyelesaikan tugas – tugasnya (Nurillah,2014). Pemanfaatan teknologi informasi mempermudah pemerintahan daerah untuk menyusun LKPD, selain itu dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi penyusunan laporan keuangan dapat dilakukan lebih cepat dan tepat waktu.

Kewajiban pemanfaatan teknologi informasi oleh pemerintah dan pemerintahan daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah No 65 tahun 2010 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No 56 tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah No 56 tahun 2005 sendiri

merupakan pengganti dari Peraturan Pemerintah No 11 tahun 2001 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.

Faktor lain yang mungkin mempengaruhi kualitas sebuah laporan keuangan adalah Sistem Pengendalian Intern Pemerintah atau yang disingkat dengan SPIP itu sendiri. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, yang terdiri dari : a. lingkungan pengendalian; b. penilaian risiko; c. kegiatan pengendalian; d. informasi dan komunikasi; dan e. pemantauan pengendalian intern. (2) Penerapan unsur SPIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan Instansi Pemerintah, yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai untuk tercapainya : a. efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara; b. keandalan Laporan Keuangan; c. pengamanan aset negara; dan d. ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Fakta yang terjadi di lapangan berdasarakan hasil pemeriksaan BPK terhadap 504 LKPD tahun 2014 yang dilaporkan pada Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) Satu (1) ditemukan bahwa permasalahan mengenai Sistem Pengendalian Intern (SPI) terdapat 5.981 permasalahan, yang meliputi 2.222 (37,17%) kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, 2.598 (43,46%) kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan belanja, dan 1.158 (19,37%) kelemahan struktur pengendalian intern (Grafik 1.1)

Gambar 1.1

Sumber : www.bpk.go.id – IHPS 1 2015

Faktor lain yang mungkin akan mempengaruhi hubungan antara Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Kompetensi Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah adalah Komitmen Organisasi. Komitmen organisasional menunjukkan suatu daya dari seseorang dalam mengidentifikasikan keterlibatannya dalam suatu bagian organisasi (Mowday, et al., dalam Vandenberg, 1992). Komitmen organisasional dapat di wujudkan dengan adanya kepercayaan pekerja atas nilai – nilai organisasi, kerelaan pekerja membantu mewujudkan tujuan organisasi dan loyalitas untuk tetap menjadi bagian dalam organisasi. Pada akhirnya komitmen organisasi akan menimbulkan rasa saling memiliki (sense of belonging) antara pekerja terhadap organisasi. Sense of belonging tersebut akan menimbulkan rasa

37,17% kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan 43,46% kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan belanja 19,37% kelemahan struktur pengendalian intern Grafik1.1

senang dalam diri pekerja untuk melaksanakan tugasnya, sehingga muncul rasa tanggung jawab dan kesadaran dalam menjalankan organisasi. Berdasarkan berbagai definisi mengenai komitmen terhadap organisasi maka dapat disimpulkan bahwa komitmen terhadap organisasi merefleksikan tiga dimensi utama, yaitu komitmen dipandang merefleksikan orientasi afektif terhadap organisasi, pertimbangan kerugian jika meninggalkan organisasi, dan beban moral untuk terus berada dalam organisasi (Meyer dan Allen, 1997).

Berdasarkan penelitian Osti (2015) tentang Pengaruh Standar Akuntansi Pemerintahan Dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Variabel Sistem Akuntansi Pemerintah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah secara bersamaan atau simultan mempengaruhi variabel Kualitas Laporan Keuangan. Penelitian Nurillah (2014) tentang Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD), Pemanfaatan Teknologi Informasi, Dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD), pemanfaatan teknologi informasi dan sistem pengendalian intern pemerintah mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Dan penelitian Ratifah dan Ridwan (2012) tentang Komitmen Organisasi memoderisasi pengaruh SAKD terhadap Kualitas Laporan Keuangan, sistem akuntansi keuangan daerah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Berdasarkan data – data dan penjelasan – penjelasan serta tiga penelitian terdahulu diatas maka peneliti tertarik untuk menguji kembali dan

mendalami tentang “Pengaruh Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM), Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Medan dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderasi.”

Dokumen terkait