• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Masalah

Terbentuknya sebuah pemukiman dapat dijelaskan melalui proses dimana awalnya manusia berkumpul dan tinggal bersama pada tempat-tempat tertentu.

Seiring dengan berjalannya waktu tempat-tempat tersebut menjadi perkampungan (suatu area hunian yang kemudian tumbuh menjadi pemukiman dan berkembang menjadi perkampungan).1 Proses terbentuknya daerah tempat tinggal manusia terjadi melalui proses yang panjang. Proses ini menjelaskan bahwa sejarah mempunyai peran penting dan sejarah akan selalu terikat pada kronologis peristiwa, artinya selalu ada kesinambungan antara kejadian sebelumnya dengan kejadian selanjutnya. Sejarah melihat penting sebuah proses terbentuknya sebuah area hunian karena dalam pembentukan area hunian pasti melibatkan dimensi ruang, waktu, dan manusia.

Ketiga unsur tersebut merupakan bagian terpenting dalam penulisan sejarah yang analitis.

Pada umumnya, manusia cenderung mencari tempat tinggal yang aman, nyaman, dan teratur. Jelas sekali sebagai proses untuk bertahan hidup manusia menghindari ancaman-ancaman dari alam berupa bahaya banjir, letusan gunung, gempa, dan lain-lain. Selain itu ada juga faktor seperti kesuburan tanah atau

1 Benny Octofrayana Yousca Marpaung dan Madya Alip Bin Rahim, Fenomena Terbentuknya Kampung Kota oleh Masyarakat Pendatag Spontan, Medan, CV Suryaputra Panca Mandiri, 2009 hal. 3

kurangnya sumber daya alam yang memaksa manusia untuk meninggalkan tempat tinggalnya dan pindah serta membentuk tempat tinggal yang baru. Dalam proses membentuk ruang sebagai wujud usaha terciptanya pemukiman, manusia melewati banyak permasalahan maupun tantangan. Namun hambatan-hambatan ini yang memaksa manusia untuk terus belajar dari waktu ke waktu bagaimana agar dapat bertahan hidup. Transmigrasi merupakan salah satu solusi yang dianggap mampu menyelesaikan masalah tersebut.

Transmigrasi merupakan salah satu program kependudukan yang telah lama dicanangkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Transmigrasi juga pernah ditawarkan oleh poilitikus Belanda C.Th. van Deventer melalui konsep Trias van Deventernya dalam kebijakan Politik Etis Belanda tahun 1900 yang menitik beratkan

kepada tiga hal yaitu, Edukasi, Irigasi, dan Transmigrasi. Secara kontekstual tujuan pelaksanaan transmigrasi adalah untuk penyebaran penduduk secara merata di Indonesia. Pemanfaatan sumber daya alam di daerah yang masih jarang penduduknya dengan menggunakan sumber daya yang berasal dari daerah luar. Dengan demikian maka diharapkan kesejahteraan masyarakat lokal dapat meningkat. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa program transmigrasi memiliki tujuan yang mulia bagi kemanuiaan di Indonesia secara umum. Dilihat dalam konteks kebangsaan, sepertinya program transmigrasi yang dilaksanakan semenjak masa pemerintahan presiden Soekarno merupakan usaha dalam mempersatukan bangsa Indonesia melalui bidang

sosial dan budaya.2 Sejak dahulu, yang menjadi objek dalam pelaksanaan program transmigrasi adalah masyarakat dari Pulau Jawa yang kebanyakan memang merupakan suku Jawa itu sendiri. Ditinjau dari keadaan pulau Jawa yang penduduknya sangat padat dibandingkan dengan pulau – pulau lain di Indonesia, maka tidak terlalu mengherankan apabila memang selama ini program transmigrasi selalu dilaksanakan dari pulau Jawa ke pulau – pulau lainnya di luar pulau Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan sebagainya. Dan dalam penelitian kali ini menitik beratkan kepada masyarakat transmigran suku Jawa sebagai obejek penelitian. Tidak menutup kemungkinan juga transmigrasi dilakukan oleh masyarakat dari selain Pulau Jawa dan dari suku selain Jawa, semua tergantung tujuan bertransmigrasi yang mereka lakukan. Adanya program transmigrasi memungkinkan perubahan yang terjadi di daerah tempat tujuan transmigrasi mulai dari persoalan sosial, budaya, ekonomi, bahkan dalam aspek politik. Hal ini disebabkan karena kedatangan suku Jawa yang sebagai transmigran akan mempengaruhi kehidupan sosial seperti interaksi sosial, perubahan sosial dan sebagainya bagi penduduk lokal.

Begitu pula dalam aspek budaya. Tidak sedikit terjadi akulturasi bahkan asimilasi budaya antara suku Jawa sebagai Transmigran dan suku – suku lainnya sebagai penduduk asli yang telah lama menempati daerah yang menjadi tujuan transmigrasi.

Perubahan – perubahan dalam aspek ekonomi dan juga politik kemungkinan besar akan terjadi pula di daerah yang menjadi tujuan transmigrasi tersebut.

2 Joan Hardjono, Transmigrasi Dari Kolonisasi Sampai Swakarsa, Jakarta: PT Gramedia, 1997 hal. 102

Menurut Jefta Leibo, Transmigrasi adalah perpindahan penduduk ke daerah yang masih jarang penduduknya, tapi masih dalam wilayah satu negara.3 Kebijaksanaan transmigrasi untuk meratakan penyebaran jumlah penduduk ke seluruh wilayah tanah air, dengan sasaran yang dituju terutama ke daerah di luar pulau Jawa. Konsep Transimigrasi yang dilakukan pemerintah ada tiga macam, yaitu transmigrasi umum yang ditangani serius oleh pemerintah sendiri. Transmigrasi spontan adalah atas kemauan kelompok masyarakat tertentu yang sadar akan keadaaannya sendiri dan berkeinginan untuk memperbaiki kehidupan mereka ditempat yang lain. Kemudian transmigrasi ABRI yang mana mereka adalah yang sudah purnawirawan. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan peneliti ini, adalah pembahasan tentang transmigrasi yang akan difokuskan pada permasalahan mengenai transmigrasi umum.

Manusia memiliki banyak kebutuhan yang perlu dipenuhi. Kebutuhan tersebut dapat berupa barang dan jasa. Kebutuhan timbul karena adanya tuntutan fisik dan psikis agar dapat hidup layak sebagai manusia. Dalam hal ini kebutuhan manusia beraneka ragam and tidak dapat di puaskan oleh kareana manusia mempunyai sifat selalu merasa kurang. Semakin banyak sarana yang dimiliki, semakin banyak kebutuhan yang dirasa kurang dipenuhi, kemudian semakin tinggi tingkat pendapatan maka akan semakin banyak atau bertambah pula kebutuhan. Selain itu, alam tempat manusia berada mendorong manusia untuk bertindak menyesuaikan diri dengan lingkungannya mau tidak mau. Ikut transmigrasi pun dinilai sangat menguntungkan bagi masyarakat yang ikut melakukan program tesebut, karena transmigrasi yang

3 Jefta Leibo, Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta: Andi Offset, 1990 hal. 8

banyak adalah dari daeah Jawa dan sekitar Pulau Jawa walaupun mereka harus meninggalkan daerah asal dan akan memulai hidup didaerah tujuan transmigrasi yang baru. Hal ini dikarenakan pentingnya perubahan perekonomian yang harus dilakukan guna menuju kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Kesempatan itu sangat terbentang luas dihadapan mereka yang ikut program ini karena mereka mencoba pemukiman, suasana, dan harapan baru.

Rasa tidak ingin meninggalkan kampung halaman selalu menjadi polemik karena mereka tidak ada pekerjaan lain dan merubah nasib didaerah tujuan transmigrasi yang muncul dalam progam perpindahan ini sekalipun yang dilakukannya adalah untuk mengubah hidupnya sendiri dan mencari lahan yang baru.

Karena kampung yang diibaratkan seperti orang yang ingin terjun ke medan peperangan sembari melawan perasaan rindu akan tanah kelahiran.

Salah satu wilayah program penempatan transmigrasi ke Pulau Sumatera adalah Provinsi Sumatera Utara. Di Provinsi Sumatera Utara, kepadatan penduduk rendah dan penyebaran penduduk tidak merata merupakan persoalan yang cukup menonjol. Rendahnya tingkat kepadatan penduduk tersebut menyulitkan usaha pembangunan potensi dan pembangunan ekonomi masing-masing wiayah. Sehingga kebjakan transmigrasi merupakan pilihan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut dengan melalui pembangunan pusat-pusat pemukiman.

Terletak di kecamatan Kolang desa Satuan Pemukiman 1 (SP1) Makarti Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah tujuan transmigrasi.

Ibukota kecamatan ini terletak di kelurahan Kolang Nauli. Kecamatan Kolang terdiri atas desa Untemungkur 1, Untemungkur 2, Untemungkur 3, Untemungkur IV, SP41 Makarti Nauli, SP2 Rawa Makmur, Trans SP3, Satahi Nauli, PO'Hurlang (kelurahan), Kolang Nauli (kelurahan), Parhambingan, Sibio-bio, Siabal-abal, Hubu, Pamalian.

Daerah ini kaya akan sumber daya alam pertanian, perkebunan, dan laut. Kolang didiami oleh mayoritas suku Batak Toba dan Mandailing, selain itu juga ada suku Nias dan Jawa tentunya.

Dari uraian diatas maka penelitian yang berjudul, “KEHIDUPAN TRANSMIGRAN SUKU JAWA DI DESA SATUAN PEMUKIMAN 1 MAKARTI NAULI KECAMATAN KOLANG KABUPATEN TAPANULI TENGAH 1996-2005” ini tentulah sangat menarik untuk dikaji. Alasannya dikarenakan penelitian tentang Sejarah Transmigran Suku Jawa masih jarang dikaji, dan untuk wilayah Tapanuli Tengah khususnya di desa tersebut belum pernah dikaji.

Selain itu daerah yang akan dijadikan tempat penelitian sama-sama diketahui bahwa mayoritas suku yang menghuni daerah tersebut bukanlah daerah suku Jawa.

Adapun alasan temporal dalam menentukan periodesasi penelitian yang akan dilakukan adalah mulai dari tahun 1996, hal ini dikarenakan pada tahun tersebut gelombang pertama transmigrasi ke Desa SP1 Makarti Nauli, Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah dari Pulau Jawa dilaksanakan. Walaupun sistem administrasi dan kedudukan mereka belum terlalu jelas dan masih membutuhkan

4 SP (Satuan Pemukiman)

adaptasi dengan wilayah mereka yang baru. Untuk informasi dan pembahasan mengenai fasilitas dan akomodasi untuk transmigran dari daerah asal ke daerah yang akan mereka tempati nantinya, penulis belum membahas dikarenakan penulis belum melakukan penelitian kelapangan. Adapun batasan waktu dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah tahun 2005. Alasannya karena pada tahun tersebut masyarakat transmigran Jawa di Desa SP1 Makarti Nauli, Tapanuli Tengah sudah mengalami peningkatan taraf ekonomi walaupun belum terlalu maksimal, dan pada tahun tersebut eksistensi masyarakat transmigran suku Jawa di Desa SP1 Makarti Nauli, Kabupaten Tapanuli Tengah sudah mulai tersosialisasikan sebagai daerah pemukiman dengan adanya pembangunan-pembangunan di Desa tersebut.