• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

3. Mesin Pemanggangan

1.1. Latar Belakang

 

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri roti (bakery) merupakan bagian dari industri makanan jadi yang memanfaatkan tepung terigu sebagai bahan baku utama dalam proses produksinya. Di dalam ilmu pangan, roti dikelompokkan dalam produk bakery, bersama dengan cake, donat, biskuit, roll, kraker, dan pie. Roti merupakan produk bakery yang paling pertama dikenal dan paling populer. Roti yang semula dikenal sebagai makanan bule penjajah di Indonesia kini semakin populer dalam pola konsumsi pangan penduduk Indonesia, terutama golongan menengah ke atas. Memang, mula-mula hanya pada kelompok masyarakat tertentu, sebatas sebagai sarapan pagi, yang umumnya disajikan bersama-sama dengan telur dadar atau segelas susu. Kemudian berkembang menjadi pola makan masyarakat kota yang sibuk. Kini roti seringkali digunakan sebagai sarapan, kudapan dan makanan siap santap ketika dibutuhkan.

Sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai satu-satunyamakanan pokok utama dan sebagian lagi mengkonsumsi berasbersama-sama dengan makanan lainnya, seperti : jagung, ketela, ubi jalar dansagu. Preferensi masyarakat Indonesia terhadap beras demikian besarnya.Namun demikian, adanya perubahan pendapatan dan harga akanmempengaruhi proporsi konsumsi dari beras. Merekatidak hanya menggunakan beras sebagai makanan pokok, namun mulaimengkonsumsi makanan pokok pendamping sebagai pengganti nasi.Masyarakat Indonesia yang tinggal di kota-kota besar, lebih memilih rotisebagai makanan pokok pendamping dibandingkan jagung, ketela, ubi jalaratau sagu. Hal ini dikarenakan sebagai bahan makanan olahan, roti memilikinilai gizi yang tinggi dan lebih lengkap dibanding yang lain. Selain itu, rotijuga lebih praktis untuk dikonsumsi, memiliki banyak variasi, harganya relatif terjangkau, mudah diperoleh dan bisa mengenyangkan.

Roti dibuat dari tepung, air dan berbagai bahan tambahan pangan, ragi atau pengembang, garam atau gula, minyak atau mentega dan kadang telur tergantung jenis rotinya. Tepung yang biasa digunakan untuk membuat roti adalah tepung

2   

   

bahan makanan pokok tradisional bagi rakyat indonesia, tetapi nampaknya peran komoditi ini semakin besar seiring dengan mulai terbentuknya minat masyarakat terhadap tepung terigu terutama dalam bentuk makanan hasil olahannya.

Industri roti merupakan industri pemakai tepung terigu yang cukup besar, yaitu mencapai 15 persen dari jumlah 6.293.793 ton total konsumsi tepung terigu di Indonesia pada tahun 2010. Perkembangan konsumsi roti sangat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat, selera juga harga produk tersebut. Di jakarta pengusaha yang bergerak dalam industri roti jumlahnya cukup banyak dengan perkembangan yang cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan roti untuk daerah Jakarta cukup tinggi sehingga mendorong pengusaha untuk masuk ke dalam pasar. Berikut ini adalah data yang menunjukkan jumlah industri roti di jakarta.

Tabel 1. Perkembangan jumlah industri roti di Jakarta Tahun2008 - 2012 Tahun Besar dan sedang Kecil

2008 64 124 2009 86 132 2010 91 150 2011 89 148 2012 93 155 Sumber: BPS, 2012.

Keberadaan roti yang mulai disukai oleh semua lapisan masyarakatmenjadikan peluang usaha industri roti ini semakin menjanjikan. Hal ini tentusaja tidak terlepas dari analisa permintaan dan penawaran produk tersebut.Keadaan ini menjadikan skala usaha yang bergerak di bisnis roti punberagam, mulai dari yang kecil atau bersifat home industry, menengah danindustri besar.Banyak dijumpai perusahaan roti berskala kecil di seluruh Indonesiayang tetap bertahan dan mampu berkembang meskipun terkena dampak krisisekonomi. Padahal jika kita teliti lebih jauh, modal awal yang dimiliki olehpemilik usaha tersebut adalah keterampilan membuat roti dan kemampuanmenangkap peluang yang ada di sekelilingnya. Sedangkan modal berupa uangyang mutlak diperlukan, jumlahnya tidak terlalu besar. Secara konvensional, industri roti di Indonesia dilakukan oleh industri rumah tangga

3   

(usaha kecil) dan industri toko roti (boutique bakery). Dengan dukungan teknologi kemudian roti dapat diproduksi secara masal yang pada gilirannya dapat memenuhi permintaan roti yang semakin meningkat.Setiap perusahaan tentunya memiliki tujuan yang sama, yaitu mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya dengan biaya seminimal mungkin. Namun dalam mencapai hal tersebut, tentunya keterbatasan-keterbatasan akan muncul sebagai kendala yang menghadang tujuan dari perusahaan. Umumnya perusahaan yang berproduksi lebih dari satu jenis produk akan kesulitan dengan ketersediaan sumber daya yang terbatas, dengan terbatasnya sumber daya menuntut adanya alokasi sumber daya yang cermat dan seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan tingkat produksi tertentu. Untuk itu diperlukan optimasi agar sumber daya yang tersedia dapat digunakan secara optimal, agar diperoleh tingkat produksi optimal dan biaya produksi yang dikeluarkan dapat ditekan.

Marbella Bakery merupakan salah satu produsen roti di Jakarta Timur yang berusaha memenuhi permintaan konsumsi roti. Jenis roti yang diproduksi oleh Marbella bakery termasuk jenis roti sobek (manis) dengan beberapa variasi bentuk, ukuran, dan rasa yang berbeda seperti cokelat, strawberry, keju, mocca. Saat ini kemampuan Marbella bakery dalam mengolah tepung terigu menjadi roti sekitar 150 kg tepung terigu per bulan. Kapasitas tersebut dinilai kurang karena jika ingin memenuhi permintaan pasar maka Marbella bakery harus mampu meningkatkan kapasitas produksinya dalam mengolah tepung terigu menjadi roti. Keterbatasan Marbella bakery dalam mengatasi kelebihan permintaan terhadap produk rotinya karena adanya keterbatasan tenaga kerja produksi dan tempat produksi. Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Dalam proses produksi, langkah awal yang dilakukan adalah perencanaan produksi yang sesuai dengan permintaan pasar dan sumber daya tersedia. Namun dalam pelaksanaannya cukup sulit dengan adanya biaya-biaya produksi yang selalu meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah produksi. Perbedaan tingkat produksi berperan terhadap penggunaan sumber daya tiap bulannya, terutama untuk penggunaan sumber daya yang relatif konstan seperti tenaga kerja dan tenaga mesin. Untuk memperjelas data produksi dan penjualan (Lampiran 1 dan 2) pada Marbella Bakery dapat dilihat pada Gambar 1.

4   

   

Sumber: Marbella Bakery, 2012 (diolah)

Gambar 1. Grafik produksi dan penjualan pada Marbella Bakery

Perusahaan dihadapkan pada permasalahan untuk memenuhi permintaan pasar fluktuatif dengan keterbatasan sumber daya yang ada. Keterbatasan sumber daya yang dimaksud adalah hal yang membatasinya, yaitu kekurangan ataupun kelebihannya. Sebagai contoh, sumber daya tenaga kerja pada kondisi produksi rendah, perusahaan melakukan pengalokasian tenaga kerja yang berlebih ke divisi yang lain dan menghadapi kondisi produksi meningkat, perusahaan mengambil keputusan menambah tenaga kerja dengan sistem kontrak. Dampak yang diakibatkan oleh pasar fluktuatif akan mempengaruhi penggunaan sumber daya. Perusahaan mengharapkan adanya kesesuaian antara sumber daya terpakai dan tersedia, agar tercapai kondisi optimal, sehingga tujuan perusahaan dalam meningkatkan keuntungannya dapat terwujud.

Dokumen terkait